Вы находитесь на странице: 1из 15

ILMU KEDOKTERAN FORENSIK

JOURNAL READING

“Forensic Study of Child Sexual Abusae in Northern Range of Himachal Pradesh”

Oleh :

Siti Raudatus Solihah

H1A 014 074

Pembimbing :

dr. Irawanto R.B.S., Sp.F, M.H.Kes

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


BAGIAN/SMF ILMU FORENSIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
RSU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan journal reading ini tepat pada waktunya. Journal reading
yang berjudul “Forensic Study of Child Sexual Abusae in Northern Range of Himachal
Pradesh” ini disusun dalam rangka mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian/ SMF Ilmu
Forensik dan Medikolegal RSUD Provinsi NTB.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis.

1. dr. Irawanto R.B.S., Sp.F, M.H.Kes, selaku pembimbing

2. dr. Arfi Syamsun, Sp.KF, M.Si.Med, selaku supervisor

3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan
bantuan kepada penulis.

Akhirnya saya menyadari bahwa dalam penulisan journal reading ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi
kesempurnaan journal reading ini.

Semoga journal reading ini dapat memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan
khususnya kepada penulis dan kepada pembaca dalam menjalankan praktek sehari-hari sebagai
dokter. Terima kasih.

Mataram, Maret 2019

Siti Raudatus Solihah

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL 1

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

A. IDENTITAS JURNAL 4
B. ABSTRAK 5
C. PENDAHULUAN 7
D. METODOLOGI 8
E. HASIL 8
F. DISKUSI 9
G. KESIMPULAN 13
H. REFERENSI 14
I. ANALISIS JURNAL 14

DAFTAR PUSTAKA 15

3
IDENTITAS JURNAL

a. Judul : Forensic Study of Child Sexual Abuse in Northern Range of Himachal


Pradesh
b. Penulis : Surender Kumar Pal, Ajay Rana, Arun Sharma, Ajay Sehgal
c. Penerbit : Journal of Forensic and Genetic Sciences
d. Tahun terbit : 2018
e. Volume :3
f. Jenis jurnal : Peer Reviewed
g. Sitasi :
Surender K P, Ajay R, Arun S, Ajay S. (2018). Forensic Study of Child Sexual Abuse in
Northern Range of Himachal Pradesh. Peer Reviewed Journal Forensic & Genetic
Sciences.1(3). 38-43. http:doi.org/10.32474/PRJFGS.2018.01.000112

4
Abstract
Background: The Protection of Children from Sexual Offences (POCSO) Act, 2012
had made a significant contribution for trickling the cases against children and adolescents.
The aim of the present study is to determine the socio-demographic profile of sexually
assaulted children and their medico legal aspects.
Material and Methods: The study was conducted on 181 cases of sexual assaults
registered under POCSO Act, 2012 received for examination at Regional Forensic Science
Laboratory, Northern Range, Dharamshala and Himachal Pradesh, India during the year
2013-2016. The details pertaining to socio-demographic factors (sex, age, religion, and
profession), season, place of incidence, relationship with accused, time interval between
alleged incidence and medical examinations, condition of hymen and results of exhibits
examined in forensic lab were noted in a self-designed per forma.
Results: The cases of female sexual assaults (95.58%) outnumbered the male sexual
assaults (2.76%). 90.05% victims were Hindus followed by Muslims (6.62%),
Buddhists/Tibetans (1.10%), and Christians (0.55%). The most commonly sexual assaults
were reported in the month of winter (31.49%) followed by monsoon (29.83%), summer
(24.30%) and autumn (14.36%). The common site of offence was the house of accused
(38.67%) followed by house of victim (17.12%).This study revealed that most vulnerable
age group was 16-18 years (48.06%). 71.27%of the alleged sexual assault victims were
students. Most commonly sexual crimes were committed by the person familiar to the
victim (85.63%).97.23% victims were unmarried and1.10% were married. Maximum
numbers of victims were medico-legally examined on second day of incidence (27.62%).
Hymen was found intact in 12.15% female victims and torn/ruptured with old tears in
22.09% cases. Recent tears were noticed in 43.09% female victims. Spermatozoa were
detected in 30.93% cases on undergarments, pubic hair, vaginal swabs, vaginal smear
slides, clothes and bed sheets.
Conclusion: Most commonly sexual assaults are committed by the familiar persons and
the place of incidence was either house of the accused or victim. The most vulnerable age
group was 16-18 years. Delay in medico legal examination and delay in reporting caused
loss of biological evidences.
Keywords: Sexual assault; female victims; male victims; assailants; hymen; medico-
legal examination

5
Abstrak
Latar Belakang: Undang-Undang Perlindungan Anak dari Pelanggaran Seksual (POCSO), 2012
telah memberikan kontribusi yang signifikan untuk mengungkap kasus kejahatan seksual
terhadap anak-anak dan remaja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan profil sosio-
demografis dari anak-anak yang mengalami pelecehan seksual dan aspek hukum
medikolegalnya.
Bahan dan Metode: Penelitian ini dilakukan pada 181 kasus kekerasan seksual yang terdaftar di
bawah POCSO Act, 2012 yang diterima untuk pemeriksaan di Laboratorium Ilmu Forensik
Regional, Kisaran Utara, Dharamshala dan Himachal Pradesh, India selama tahun 2013-2016.
Faktor yang berkaitan dengan faktor sosial-demografis (jenis kelamin, usia, agama, dan profesi),
musim, tempat kejadian, hubungan dengan tertuduh, interval waktu antara dugaan kejadian dan
pemeriksaan medis, kondisi selaput dara dan hasil pemeriksaan di laboratorium forensik dicatat
dalam arsip yang dirancang sendiri.
Hasil: Kasus-kasus kekerasan seksual perempuan (95,58%) lebih banyak dibandingkan jumlah
kekerasan seksual laki-laki (2,76%). 90,05% korban adalah beragama Hindu diikuti oleh Muslim
(6,62%), Budha / Tibet (1,10%), sdan Kristen (0,55%). Kejahatan seksual yang paling sering
dilaporkan pada musim dingin (31,49%) diikuti oleh musim hujan (29,83%), musim panas
(24,30%) dan musim gugur (14,36%). Lokasi pelecehan seksual tersering adalah rumah terdakwa
(38,67%) diikuti oleh rumah korban (17,12%). Penelitian ini mengungkapkan bahwa sebagian
besar kelompok umur rentan adalah 16-18 tahun (48,06%). 71.27% dari yang diduga sebagai
korban kekerasan seksual adalah pelajar. Kejahatan seksual paling banyak dilakukan oleh orang
yang dikenal korban (85,63%), dan terjadi pada 97,23% korban belum menikah dan 1,10%
menikah. Jumlah terbanyak korban secara medis-legal diperiksa pada hari kedua kejadian
(27,62%). Selaput dara ditemukan utuh pada 12,15% korban perempuan dan robek/ robekan
yang lama dalam 22,09% kasus. Robekan baru terlihat pada 43,09% korban perempuan.
Spermatozoa terdeteksi di pakaian dalam korban sebanyak 30,93% , rambut kemaluan, apusan
vagina, slide apusan vagina, pakaian dan sprei tempat tidur.
Kesimpulan: Penyerangan seksual yang paling umum dilakukan oleh orang-orang yang dikenal
dan tempat kejadiannya adalah rumah terdakwa atau korban. Kelompok umur yang paling rentan
adalah 16-18 tahun. Keterlambatan dalam pemeriksaan hukum medis dan keterlambatan dalam
pelaporan menyebabkan hilangnya barang bukti biologis.
Kata kunci: Kekerasan seksual; korban perempuan; korban laki-laki; penyerang; selaput dara;
pemeriksaan medico-legal

6
PENDAHULUAN

Undang-Undang Perlindungan Anak dari Pelanggaran Seksual (POCSO), 2012 berkaitan


dengan pelanggaran seksual terhadap orang di bawah 18 tahun usia, yang dianggap sebagai anak-
anak. UU telah mulai berlaku tanggal 14 November 2012, bersama dengan aturan yang dibuat.
Tindakan untuk pertama kalinya, mendefinisikan serangan seksual penetratif, kekerasan seksual
dan pelecehan seksual. Undang-undang ini adalah hukum yang komprehensif untuk memberikan
perlindungan anak-anak dari pelanggaran kekerasan seksual, seksual pelecehan dan pornografi,
sambil menjaga kepentingan anak pada setiap tahap proses peradilan dengan memasukkan
mekanisme ramah anak untuk melaporkan, merekam bukti, investigasi dan persidangan
pelanggaran cepat melalui penunjukan jaksa penuntut umum khusus dan pengadilan khusus yang
ditunjuk.

WHO pada tahun 2002 memperkirakan bahwa 73 juta anak laki-laki dan 150 juta gadis di
bawah usia 18 tahun telah mengalami berbagai macam bentuk-bentuk kekerasan seksual. Dalam
155 menit terjadi kasus pecehan seksual pada anak. India adalah negara bagi 19% anak-anak di
dunia. Sensus pada tahun 2001, menunjukkan sekitar 440 juta orang di India berusia di bawah 18
tahun usia dan merupakan 42% dari total populasi . Penelitian menunjukkan bahwa lebih dari
7.200 anak-anak, termasuk bayi, diperkosa setiap tahun dan diyakini bahwa beberapa kasus tidak
dilaporkan. Diperkirakan oleh pemerintah bahwa 40% anak-anak India rentan terhadap
pelecehan seksual seperti menjadi gelandangan, perdagangan manusia, penyalahgunaan narkoba,
kerja paksa, dan kejahatan.

Di era modern, internet telah mengubah kehidupan masyarakat dan memainkan peran
besar dalam kejahatan seks. Teknologi baru dan penguntit dunia maya menyediakan cara baru
dalam pelecehan seksual dan intimidasi anak-anak. Data NCRB untuk tahun 2016 telah terdaftar
dengan tajam lonjakan kasus anak-anak bahkan sebagian besar kasus kejahatan terhadap anak
secara keseluruhan telah meningkat. Menurut data NCRB untuk 2016, insiden pemerkosaan
anak-anak telah meningkat lebih dari 82% dibandingkan tahun 2015. Hingga 2012, pelanggaran
seksual terhadap anak-anak diakui oleh hukum dicakup oleh tiga bagian dari KUHP India (IPC)
dan tidak khusus untuk anak-anak. Satu-satunya kejahatan yang terdaftar adalah pemerkosaan,
perbuatan tidak menyenangkan pada wanita dan tindakan tidak wajar didefinisikan sebagai

7
hubungan duniawi melawan tatanan alam dengan siapa pun, wanita atau hewan. Kekerasan
seksual anak adalah pelecehan serius, masalah sosial yang meluas dan UU POCSO dirumuskan
secara efektif mengatasi kekejaman berupa pelecehan seksual dan eksploitasi seksual pada anak-
anak. Kekerasan seksual menimbulkan dampak negatif yang signifikan terhadap kesehatan pihak
korban. Kejahatan seksual bersifat kompleks dan multidimensi. Anak-anak dan remaja yang
mengalami kejahatan seksual terus meningkat. Hal itu terjadi pada perempuan maupun laki-laki
dan jumlahnya terus meningkat di dunia. Pelecehan seksual pada anak atau penganiayaan anak
adalah bentuk penyimpangan yang dilakukan oleh orang dewasa atau remaja yang masuk dalam
pelanggaran yang mempengaruhi mental dan fisik anak. Efek yang dtimbulkan pada anak yang
mengalami pelecehan seksual dapat berupa gangguan psikologis, fisik, perilaku dan
interpersonal. Tumbuh kekhawatiran tentang pembunuhan bayi perempuan, pemerkosaan anak
dan pelecehan institusional anak yang menyebabkan penelitian berskala besar yang disponsori
pemerintah dilakukan, untuk menilai tingkat dan sifat pelecehan seksual anak di India.

METODE

Penelitian ini dilakukan di Divisi Biologi dan Serologi Laboratorium Ilmu Forensik
Regional, Wilayah Utara, Dharamshala, Himachal Pradesh, India. Itu didasarkan pada kasus -
kasus PT dugaan serangan seksual yang terdaftar di bawah UU POCSO, 2012 diterima untuk
pemeriksaan dari tiga kabupaten (Kangra, Chambaand Una) dari Himachal Pradesh, India selama
tahun 2013 hingga 2016. Data diambil dari surat tembusan polisi, sertifikat medico-legal,
anamnesis yang diungkapkan oleh korban selama pemeriksaan dan hasil pemeriksaan
laboratorium forensik. Rincian yang berkaitan dengan faktor sosial-demografis seperti seks, usia,
agama, status perkawinan, profesi, musim, tempat kejadian, hubungan dengan tertuduh, interval
waktu antara dugaan kejadian dan pemeriksaan medis, kondisi selaput dara dan hasil
pemeriksaan forensik pameran dimasukkan pada yang dirancang sendiri kinerja. Data kemudian
dianalisis dan didiskusikan secara statistik.

HASIL

Dalam penelitian ini, 181 kasus kekerasan seksual anak diperiksa selama tahun 2013
hingga 2016. Dari 181 kasus, 173 (95,58%) dari serangan seksual terjadi pada wanita dan 5
kasus (2,76%) dari kekerasan seksual pria. Usia korban berkisar dari beberapa hari ke 18 tahun.

8
Kelompok usia yang paling rentan adalah 16-18 tahun (48,06%) diikuti oleh 11-15 tahun
(33,70%), 6-10 tahun (13,25%) dan 0-5 tahun (4,97%). Sebagian besar korban adalah beragama
Hindu 163 (90,05%) diikuti oleh Muslim 12 (6,62%), Buddha / Tibet 2 (1,10%) dan Kristen 1
(0,55%). 176 (97,23%) korban kejahatan seksual belum menikah diikuti oleh 2 (1,10%) kasus
dengan korban sudah menikah. Mayoritas korban 129 (71,27%) adalah siswa yang diikuti oleh
pengangguran di 11 (6,07%), putus sekolah di 8 (4,41%) dan pekerja rumah tangga / pekerja
rumah tangga di 8 (4,41%) kasus. Paling sering kejahatan seksual dilaporkan di musim dingin
(31,49%) diikuti oleh musim hujan (29,83%), musim panas (24,30%) dan musim gugur musim
(14,36%).

Tempat yang sering menjadi tempat kejahatan seksual adalah rumah pelaku yaitu 70 (38,67%)
kasus diikuti oleh rumah korban di 31 (17,12%), hutan / ladang di 17 (9,39%) dan pinggir jalan
di 11 (6,07%) kasus. Dalam 162 (89,50%) kasus kekerasan seksual dilakukan oleh orang yang
dikenal, sedangkan 19 (10,49%) kasus dilakukan oleh orang yang tidak dikenal korban. Dalam
53 (29,23%) kasus, yang diduga tersangka adalah teman diikuti oleh tetangga di 48 (26,51%),
kerabat di 25 (13,81%) dan orang asing di 19 (10,49%) kasus. 12 (6,62%) kasus, korban
perempuan mengalami pelecehan seksual oleh keluarga anggota (ayah, paman dan kakek). 50
(27,62%) kasus diperiksa secara medis-legal pada hari kedua kejadian diikuti oleh 45 (24,86%)
di hari ketiga hingga satu minggu, 33 (18,23%) setelah 1 minggu ke bulan, 27 (14,91%) pada
hari yang sama dan 20 (11,04%) setelahnya satu bulan. Spermatozoa terdeteksi pada 56
(30,93%) kasus seksual serangan pada pakaian dalam, rambut kemaluan, usap vagina, apusan
vagina slide, pakaian, dan seprai yang menunjukkan hubungan seks vaginal baru-baru ini.

DISKUSI

Pelecehan seksual dapat terjadi di semua kelompok ras, budaya, dan sosial-ekonomi di
seluruh dunia. Berbagai penelitian dilakukan dan menunjukkan bahwa kasus kekerasan seksual
meningkat pada anak-anak dan remaja. Anak perempuan lebih rentan untuk mengalami
pelecehan seksual, meskipun anak laki-laki juga memiliki persentase menjadi korban dan sasaran
stigma sosial yang lebih besar. Penelitian ini menunjukkan mayoritas korban adalah perempuan
173 (95,58%), sedangkan laki-laki dianiaya secara seksual hanya dalam 5 (2,76%) kasus. Hasil
ini sesuai dengan peneltian yang dilakukan oleh Sarkar et al., Tamuli et al. dan Momonchand.
Kejahatan seksual pada korban laki-laki lebih rendah mungkin karena tidak dilaporkan, stereotip

9
seks, penolakan sosial, minimalisasi korban pria dan penelitian tentang pelecehan seksual
terhadap anak laki-laki pada penelitian ini tidak terlalu berhubungan. Penelitian kami
mengungkapkan bahwa pelecehan seksual pada 33 (18,23%) anak-anak berusia lebih muda dari
10 tahun, sementara 148 (81,76%) kasus berada dalam kisaran usia 10-18 tahun. Dalam sebuah
penelitian yang dilakukan oleh Sharma et al. di Punjab-negara bagian yang berdampingan dari
Himachal Pradesh, diamati bahwa insiden dugaan perkosaan adalah yang paling banyak terjadi
pada gadis usia 15-18 tahun. Temuan serupa diteliti oleh McCrann et al. dalam penelitian
mereka. Dalam penelitian ini, usia paling rentan adalah 16-18 tahun di 87 (48,06%) kasus diikuti
oleh 11-15 tahun dalam 61 (33,70%) kasus. Penelitian kami sepakat dengan studi Demireva et al.
yang melaporkan 38,73% korban di kelompok umur 14-17 dan Kaushik et al. yang
mengungkapkan kejadian dugaan pemerkosaan pada 45,16% kasus pada kelompok usia 14-17
tahun. Temuan serupa dibuat dalam penelitian oleh Tamuli et al., Haider et al. dan Sarkar et al.
yang melaporkan usia 11-20 tahun sebagai kelompok usia yang sangat terpengaruh. Ini
memperkuat ketentuan UU POCSO, di mana anak-anak di bawah 18 tahun tidak dapat
memberikan persetujuan untuk hubungan seksual meskipun ada persetujuan. Penelitian ini
menunjukkan ada sebagian besar korban yang diizinkan untuk berhubungan seks tetapi umurnya
kurang dari delapan belas tahun. Ini menunjukkan kurangnya kesadaran tentang usia legal untuk
kedua jenis kelamin. Kasus dilaporkan dari Hindu, Muslim dan Budha / Tibet. Pada saat ini
mempelajari sebagian besar korban adalah umat Hindu 163 (90,05%) diikuti oleh Muslim di 12
(6,62%), Budha / Tibet di 02 (1,10%) kasus dan Hanya Kristen dalam 1 (0,55%) kasus. Temuan
ini sesuai dengan studi tentang Yadav et al. dan Bhowmik dan Chahila. Ini bisa dijelaskan oleh
fakta bahwa dominasi Hindu di sebagian besar area yang diteliti. 176 (97,23%) korban seksual
serangan tidak menikah dan 2 (1,10%) menikah. Serupa Temuan itu dibuat oleh Suri dan
Sanjeeda yang melaporkan hal itu 96% korban belum menikah dan hanya 4% yang menikah.
Dalam Penelitian ini, sebagian besar korban adalah siswa 129 (71,27%). Kumar et al.
melaporkan bahwa 48,57% korban adalah pelajar, sementara Tailor et al. melaporkan seperempat
(23,4%) dari korban siswa dan Yadav et al. melaporkan bahwa 51% korban adalah siswa. Jumlah
terbanyak korban dalam penelitian kami adalah siswa karena sebagian besar anak-anak pergi ke
sekolah dalam kelompok usia ini. Dalam studi kami, jumlah terbanyak kasus dilaporkan selama
musim, musim dingin (31,49%) diikuti oleh musim hujan (29,83%), musim panas (24,30%) dan
musim gugur (14,36%). Tamuli et al. mengamati itu sebagian besar kasus terjadi selama bulan

10
Oktober, November dan April. Sukul et al. melaporkan bahwa sebagian besar kasus adalah
terjadi selama musim panas (April hingga Agustus) dengan puncaknya di Mei (14,94%). Ini
dapat dijelaskan secara geografis dan musiman variasi di antara berbagai belahan dunia. Dalam
penelitian ini, tempat kejadian terbanyak adalah rumah terdakwa dalam 70 (38,67%) kasus
diikuti oleh rumah korban di 31 (17,12%) kasus dan di berbagai tempat di 80 (44,19%) kasus.
Temuan ini konsisten dengan penelitian Maring et al. yang melaporkan rumah yang pelaku
sebagai tempat terbanyak terjadinya pelecehan seksual yaitu dalam 40,54% kasus dan Haridas et
al. melaporkan rumah yang pelaku sebagai tempat yang umum terjadinya pelecehan seksual
yaitu dalam 45,39% kasus. Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian oleh Roy Chowdhary et
al. yang melaporkan 22,5% insiden di rumah korban. Ini mungkin disebabkan oleh kenyataan
bahwa dalam sebagian besar kasus, korban secara sukarela melarikan diri saat terjadi pelecehan
seksual karena hubungan asmara dan kemudian ditangkap oleh polisi di rumah terdakwa dan
berbagai tempat setelah kejadian keluhan yang diajukan oleh orang tua korban di kantor polisi.

Dalam penelitian ini, hubungan yang signifikan dicatat antara korban dan pelaku karena
pelanggaran terjadi pada sebuah pengaturan yang akrab. Pelaku kekerasan seksual dilakukan
oleh orang-orang yang dikenal oleh korban yaitu terjadi dalam 162 (89,50%) kasus, sementara di
19 (10,49%) kasus, dilakukan oleh orang asing. Penelitian kami sesuai dengan penelitian dari
Islam et al. yang melaporkan bahwa dalam 88,2% kasus, korban tahu para penyerang dan dalam
11,8% kasus, para penyerang tidak dikenal oleh para penyerang korban, Yadav et al. yang
melaporkan bahwa 90,4% korban mengetahui penyerang dan Tamuli et al. yang melaporkan
bahwa sekitar 77% dari para pelaku dikenal oleh korban. Dalam penelitian ini, 48 (26,51%)
pelaku adalah tetangga dan dalam 23 (12,70%) kasus adalah teman korban. Penelitian ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Jain et al. yang melaporkan bahwa dalam 15,75% kasus,
terdakwa adalah teman korban. Penelitian kami tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Sarkar et al. yang melaporkan bahwa dalam 74,9% kasus penyerang adalah teman korban.
Tetangga dicatat sebagai pelaku di penelitian yang dilakukan oleh Islam et al. yaitu dalam 13,7%
kasus, oleh Sarkar et Al. 1,8% kasus dan oleh Jain et al. dalam 46,75% kasus. Dari penelitian ini,
dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ancaman terhadap korban berasal dari orang yang
dikenal di lingkaran sosial mereka. Dalam penelitian ini, 12 (6,62%) korban dilecehkan oleh
anggota keluarga, sementara 25 (13,81%) korban mengalami pelecehan seksual oleh kerabat
dekat. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kumar et al. yang melaporkan

11
bahwa 8,55% korban dilecehkan secara seksual oleh anggota keluarga. El-Elemi et al.
melaporkan ayah perempuant dalam 3 (7,5%) kasus. Dalam penelitian ini, waktu pelaporan
antara tindakan seksual dan pemeriksaan medico-legal berkisar dari hari yang sama hingga lebih
dari satu bulan. Jumlah maksimal korban 50 (27,62%) diperiksa pada hari kedua serangan diikuti
oleh 45 (24,86%) di hari ketiga hingga satu minggu, 33 (18,23%) setelah satu minggu ke bulan,
27 (14,91%) pada hari yang sama dan 20 (11,04%) setelah satu bulan. Dalam sebuah penelitian
oleh Arif et al. 24,3% korban adalah diperiksa pada hari kedua kejadian dan 17,5% diperiksa
setelah beberapa bulan penyerangan dan Kaushik et al. melaporkan bahwa 27,05% kasus
diperiksa pada hari kedua serangan dan 8,45% diperiksa setelah bulan penyerangan yang sesuai
dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini, hanya 14,91% korban yang diperiksa pada hari yang
sama dengan kejadian. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sarkar et al. yang
melaporkan bahwa 10% korban diperiksa di hari penyerangan yang sama. Keterlambatan dalam
pelaporan kasus mungkin disebabkan oleh keraguan di pihak korban, orang tua dan kerabat
korban melaporkan kasus-kasus tersebut karena ketakutan terhadap pelaku, ketakutan terhadap
orang tua/stigma sosial wali, kesenjangan komunikasi antara orang tua dan anak-anak tentang
masalah ini dan dalam beberapa kondisi lain, korban dituduh kawin lari ke tempat lain. Dalam
penelitian ini, selaput dara ditemukan pecah / robek dengan robekan baru pada 78 (43,09%),
pecah / robek dengan robekan lama pada 40 (22,09%), selaput dara utuh pada 22 (12,15%) dan
tidak ada selaput dara pada 10 (5,24%) korban kekerasan seksual. Penelitian ini sesuai dengan
penelitian oleh Sarkar et al. dimana pecahnya selaput dara dilaporkan dalam 85% kasus,
sebagian besar berupa robekan lama. Penelitian ini juga sesuai dengan Arif et al. yang
melaporkan bahwa selaput dara masih utuh dalam 13,3% kasus. Penelitian ini juga sesuai dengan
penelitian oleh Lackew yang meneliti robekan himen terbaru terjadi 42,9% kasus. Adams et al.
melaporkan hymen dengan robekan baru terjadi pada 22% kasus dan Sukul et al. menemukan
robekan hymen yang lama pada 86,2% kasus. Kar et al. melaporkan bahwa 28,2% korban
memiliki robekan hymen yang lama dan 3,8% tidak memiliki himen. Temuan ini menunjukkan
bahwa himen baru dan lama dilaporkan dalam sebagian besar kasus. Robekan himen yang terjadi
bukan karena hubungan seksual seperti memasukkan tampon, masturbasi, atau beraktifitas dalam
fisik yang berat seperti senam atau menunggang kuda.

Deteksi mikroskopis spermatozoa di noda dan swab biasanya digunakan untuk


mengkonfirmasi keberadaan semen dan karenanya secara ilmiah menguatkan dugaan

12
pelanggaran seksual. Pada saat ini studi, 56 (30,93%) kasus kekerasan seksual perempuan
ditemukan positif ada spermatozoa dan negatif pada 125 (69,06%) kasus. Penelitian ini sesuai
dengan penelitian Arif et al. yang melaporkan semen pada 27,77% kasus dan negatif pada
72,22% kasus, AlMadni et al. yang mendeteksi semen pada 28,3% kasus dan Kumar et al. yang
melaporkan positif spermatozoa dalam 22,85% kasus. Penyebab spermatozoa tidak terdeteksi
pada sebagian besar kasus disebabkan oleh keterlambatan dalam pelaporan/pengungkapan,
penggunaan kondom, mencuci alat kelamin, mandi atau menunjukkan cincin dan seksual
berhubungan dengan ejakulasi di luar bagian pribadi. Bahkan di Negara-negara Barat hanya
melaporkan 10-15% kasus perkosaan polisi.

KESIMPULAN

POCSO Act, 2012 membuat kontribusi signifikan untuk kesepakatan dengan kasus
pelecehan seksual anak di India. Peeningkat jumlah dari kasus yang dilaporkan menunjukkan
bahwa hukum memainkan peran penting dalam mendidik masyarakat dan menyadarkan sistem
peradilan pidana. Pelecehan seksual terhadap anak adalah kejahatan keji dan tidak ada kelompok
umur yang bisa dianggap aman. Kelompok usia paling banyak mengalami pelecehan seksual
adalah 16-18 tahun karena ini adalah usia remaja. Rumah pelaku adalah tempat tersering.
Ancaman terbesar terhadap para korban bukan dari orang asing tetapi dari orang yang dikenal
sehingga ada kebutuhan untuk mengembangkan nilai-nilai moral dan etika di antara orang-orang
dalam fase transisi devaluasi budaya. Keterlambatan dalam pelaporan kasus dan penyebab
pemeriksaan medik legal kehilangan jejak bukti biologis yang signifikan, jadi ada kebutuhan
pelaporan awal kasus.

13
REFERENSI

Pada jurnal ini, terdapat 40 referensi yang digunakan. Referensi ini menggunakan metode
Vancouver. Tahun yang digunakan pada beberapa referensi adalah mulai dari tahun 1992 – 2016.

ANALISIS JURNAL

1. Kelebihan Jurnal
 Kata kunci sesuai dengan isi jurnal sehingga memudahkan dalam pencarian literatur.
 Jurnal ini memiliki struktur yang rapid an jelas sehingga isi jurnal dapat mudah
dimengerti oleh pembaca.
 Jurnal ini juga memaparkan hasil penelitian dengan tabel, sehingga mudah memahami
hasil penelitian di dalam jurnal ini.
 Jurnal ini memaparkan hasil penelitian dan disertai langsung dengan penelitian
terdahulu yang mendukung hasil penelitian.
2. Kekurangan Jurnal
 Pada bagain pembahasan hasil dari penelitian ini belum dijelaskan lebih lanjut, dan
hanya dipaparkan secara singkat sehingga kemungkinan penyebab hasil penelitian
yang seperti tersebut tidak diketahui lebih lanjut.

Kesimpulan
Jurnal ini memberikan suatu pengetahuan umum (knowledge) dalam ilmu forensik
kepada pembacanya mengenai faktor-faktor yang berkaitan dengan terjadinya kejahatan
seksual pada anak yang didasarkan pada penelitian. Jurnal ini bisa dijadikan referensi untuk
penelitian selanjutnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Surender K P, Ajay R, Arun S, Ajay S. (2018). Forensic Study of Child Sexual Abuse in
Northern Range of Himachal Pradesh. Peer Reviewed Journal Forensic & Genetic
Sciences.1(3). 38-43. http:doi.org/10.32474/PRJFGS.2018.01.000112

15

Вам также может понравиться

  • Bab Iii
    Bab Iii
    Документ17 страниц
    Bab Iii
    Siti Raudatus Solihah
    Оценок пока нет
  • Presentsi Lapsus SRS Pneumonia Ec Susp COVID19
    Presentsi Lapsus SRS Pneumonia Ec Susp COVID19
    Документ34 страницы
    Presentsi Lapsus SRS Pneumonia Ec Susp COVID19
    Siti Raudatus Solihah
    Оценок пока нет
  • Bab I
    Bab I
    Документ52 страницы
    Bab I
    Siti Raudatus Solihah
    Оценок пока нет
  • LKS Pertumbuhan
    LKS Pertumbuhan
    Документ3 страницы
    LKS Pertumbuhan
    Siti Raudatus Solihah
    Оценок пока нет
  • LKPD Enzim
    LKPD Enzim
    Документ2 страницы
    LKPD Enzim
    Siti Raudatus Solihah
    Оценок пока нет
  • Soal Bapak
    Soal Bapak
    Документ2 страницы
    Soal Bapak
    Siti Raudatus Solihah
    Оценок пока нет
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Документ4 страницы
    Bab Iv
    Siti Raudatus Solihah
    Оценок пока нет
  • Enzim Katalase
    Enzim Katalase
    Документ1 страница
    Enzim Katalase
    Siti Raudatus Solihah
    Оценок пока нет
  • Apa Itu Laringektomi?
    Apa Itu Laringektomi?
    Документ4 страницы
    Apa Itu Laringektomi?
    Siti Raudatus Solihah
    Оценок пока нет
  • Dive Profile
    Dive Profile
    Документ1 страница
    Dive Profile
    Siti Raudatus Solihah
    Оценок пока нет
  • Referat Pneumothoraks-Siti Raudatus S
    Referat Pneumothoraks-Siti Raudatus S
    Документ25 страниц
    Referat Pneumothoraks-Siti Raudatus S
    Siti Raudatus Solihah
    Оценок пока нет
  • Prolapsus Uteri
    Prolapsus Uteri
    Документ51 страница
    Prolapsus Uteri
    putri laraswati
    Оценок пока нет
  • Formulir Pendaftaran Peserta Msmo
    Formulir Pendaftaran Peserta Msmo
    Документ1 страница
    Formulir Pendaftaran Peserta Msmo
    Siti Raudatus Solihah
    Оценок пока нет
  • Kelas XI - Biologi - KD 3.5 - Baru
    Kelas XI - Biologi - KD 3.5 - Baru
    Документ45 страниц
    Kelas XI - Biologi - KD 3.5 - Baru
    Siti Raudatus Solihah
    Оценок пока нет
  • Ikan Beracun Berbahaya
    Ikan Beracun Berbahaya
    Документ3 страницы
    Ikan Beracun Berbahaya
    Siti Raudatus Solihah
    Оценок пока нет
  • Open House FK Unram 2016
    Open House FK Unram 2016
    Документ4 страницы
    Open House FK Unram 2016
    Siti Raudatus Solihah
    Оценок пока нет
  • Fullpapers Thtkl9655bb74e1full
    Fullpapers Thtkl9655bb74e1full
    Документ16 страниц
    Fullpapers Thtkl9655bb74e1full
    AdeTriansyahEmsil
    Оценок пока нет
  • Golongan Obat
    Golongan Obat
    Документ2 страницы
    Golongan Obat
    Siti Raudatus Solihah
    Оценок пока нет
  • Gimp
    Gimp
    Документ19 страниц
    Gimp
    Siti Raudatus Solihah
    Оценок пока нет
  • Modul Pelatihan Gimp
    Modul Pelatihan Gimp
    Документ24 страницы
    Modul Pelatihan Gimp
    Siti Raudatus Solihah
    Оценок пока нет
  • Kuliah Anxiety
    Kuliah Anxiety
    Документ10 страниц
    Kuliah Anxiety
    Gusnella Iswardhani
    Оценок пока нет
  • Mini Cex Srs
    Mini Cex Srs
    Документ14 страниц
    Mini Cex Srs
    Siti Raudatus Solihah
    Оценок пока нет
  • Kasus 1 Dan 5
    Kasus 1 Dan 5
    Документ25 страниц
    Kasus 1 Dan 5
    Siti Raudatus Solihah
    Оценок пока нет
  • MR Senin 10 Desember 2018
    MR Senin 10 Desember 2018
    Документ28 страниц
    MR Senin 10 Desember 2018
    Siti Raudatus Solihah
    Оценок пока нет
  • Sindroma Neuroleptik Maligna
    Sindroma Neuroleptik Maligna
    Документ15 страниц
    Sindroma Neuroleptik Maligna
    Siti Raudatus Solihah
    Оценок пока нет
  • RADIOLOGI MUSKULOSKELETAL
    RADIOLOGI MUSKULOSKELETAL
    Документ70 страниц
    RADIOLOGI MUSKULOSKELETAL
    Anantyo Ari Saputro
    100% (1)
  • Jadwal Penelitian
    Jadwal Penelitian
    Документ1 страница
    Jadwal Penelitian
    Siti Raudatus Solihah
    Оценок пока нет
  • Bronkitis Akut
    Bronkitis Akut
    Документ2 страницы
    Bronkitis Akut
    Siti Raudatus Solihah
    Оценок пока нет
  • Tugas Posr THT
    Tugas Posr THT
    Документ2 страницы
    Tugas Posr THT
    Siti Raudatus Solihah
    Оценок пока нет