Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
tinggi terhadap peraturan yang lebih rendah, dilakukan suatu pengujian undang-
terkadung dalam suatu pasal yang dianggap bertentangan tersebut. Mengacu pada
peraturan UUD 1945, belum cukup hanya melihat UUD 1945 dan pendapat ahli
saja, tetapi juga diperlukan suatu lembaga negara yang berfungsi sebagai penafsir
putusan dalam perkara yang sedang diajukan. 2 Hakim adalah aktor utama
1
Indonesia, berdasarkan tingkat peraturan perundang-undangan yang diuji.
Mahkamah Agung, sesuai ketentuan Pasal 24 huruf A ayat (1) UUD 1945.
kehakiman, sebagaimana diatur dalam Pasal 24 ayat (2) yang dilakukan dalam
militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah
Konstitusi.
Pengujian undang-undang disebut juga judicial review, yaitu pengujian
Konstitusi memiliki wewenang dan kewajiban yang telah diatur dalam Pasal 24
4
Jimly Asshiddiqie, 2010, Hukum Acara Pengujian Undang-Undang, Sinar Grafika, Jakarta,
(selanjutnya disingkat Jimly Asshiddiqie I), hal. 2.
5
Adi Sulistiyono dan Isharyanto, op.cit, hal. 313, dikutip dari Republik Indonesia, Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Jakarta: Sekretariat Jenderal MPR-RI,
2002, juga Jimly Asshiddiqie, Konsolidasi Naskah Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Jakarta: PSHTN-FHUI, 2002.
2
partai politik yang diputuskan bubar serta memberikan putusan dalam persoalan
hasil pemilu; kemudian wajib memberi putusan atas pendapat Dewan Perwakilan
yang dibuat sesudah Perubahan Ketiga UUD 1945, merujuk kepada pelaksanaan
diikuti dengan tugas khusus lain yaitu forum previlegiatum atau peradilan yang
Rakyat) bahwa Presiden telah melanggar hal-hal tertentu yang disebutkan dalam
6
Adi Sulistiyono dan Isharyanto, op.cit, hal. 315.
7
Iriyanto A. Baso Ence, 2008, Negara Hukum dan Hak Uji Konstitusionalitas Mahkamah
Konstitusi: Telaah Terhadap Kewenangan Mahkamah Konstitusi, PT. Alumni, Makasar, hal. 130.
8
Moh. Mahfud, 2010, Perdabatan Hukom Tata Negara Pasca Amandmen Konstitusi, Rajawali
Press, Jakarta, hal. 117.
3
(pengujian konstitusional) memiliki perbedaan pengertian mendasar dengan
dilakukan oleh lembaga selain hakim, dapat pula dilakukan oleh lembaga selain
hakim sesuai konstitusi oleh lembaga yang melaksanakan kewenangan untuk itu.
merupakan produk politik yang belum tentu sesuai dengan konstitusi. Dapat
9
Jimly Asshiddiqie, 2005, Model-Model Pengujian Konstitusional, Konstitusi Press, Jakarta,
(selanjutnya disingkat Jimly Asshiddiqie II), hal. 2-4.
10
Moh. Mahfud, op.cit, hal. 99.
4
review dalam arti pengujian yang dilakukan oleh lembaga yudisial, tetapi secara
lebih tinggi oleh Mahkamah Agung disebut judicial review.11 Sejarah pengujian
pada saat itu Mahkamah Agung Amerika Serikat sedang masa pimpinan John
Marshall yang berlangsung saat tahun 1803.13 Setelah kasus tersebut, ide
pengujian Undang-Undang menjadi popular dan secara luas terus dibicarakan oleh
khalayak ramai,14 yang menghasilkan dua tugas pokok yang dalam constitutional
review, yaitu:15
a. Memastikan bahwa sistem demokrasi dapat bermanfaat dalam hubungan
kekuasaan.
b. Memberikan perlindungan kepada masing-masing individu warga negara dari
11
Ibid, hal. 64.
12
Kasus “Marbury vs. Madison” yang terjadi di Supreme Court Amerika Serikat, yang untuk
pertama kalinya menyatakan bahwa keputusan Kongres tidak sah. Hakim Marshall melihat bahwa
Section 13 dan Judiciary Act Tahun 1789 yang menjadi dasar gugatan William Marbury dan
kawan-kawan tidak dapat dibenarkan karena ketentuan itu sendiri bertentangan dengan Article III
Section 2 Konstitusi Amerika Serikat, dikutip dari Jimly Asshiddiqie I, op.cit, hal. 19.
13
Berdasarkan penjelasan Geoffrey R. Stone, et.al., Constitutional Law, 2nd edition, Boston-
Toronto-London: Little, Brown and Co., 1991, hal. 21-44. Lihat juga Robert H. Brock, The
Tempting of America: The Political Seduction of The Law, London: The Free Press, Macmillan,
1990, hal. 20-28, dikutip dari Adi Sulistiyono dan Isharyanto, 2018, Sistem Peradilan Di
Indonseia Dalam Teori dan Praktik, Prenadamedia Group, Depok, hal. 320.
14
Adi Sulistiyono dan Isharyanto, op.cit, hal. 320.
15
Jimly Asshiddiqie II, op.cit, hal. 10.
5
Mahkamah Konstitusi dibentuk sebagai suatu proses memberikan putusan
Undang Dasar serta adanya peranan hukum dan hakim yang dapat mengontrol
proses dan produk keputusan-keputusan politik yang hanya mendasarkan diri pada
16
Dalam pengertian ini muncul doktrin “demokrasi berdasar atas hukum” atau “constitutional
democracy” yang berimbang dengan doktrin negara hukum yang demokratis atau “democratische
rechtsstaat”. Lihat juga Dennis C. Mueller, Constitutional Democracy, Oxford University Press,
1996. Baca juga Mauro Cappelletti, The Judicial Process in Comparative Perspektive, Oxford:
Clarendon Press, 1989, dikutip dari Adi Sulistiyono dan Isharyanto, 2018, Sistem Peradilan Di
Indonseia Dalam Teori dan Praktik, Prenadamedia Group, Depok, hal. 313.
17
Ibid, hal. 315.
18
Jimly Asshiddiqie II, op.cit, hal. 62-63, dikutip dari Asosiasi Pengajar Hukum Acara
Mahkamah Konstitusi, 2010, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi, Sekretariat Jenderal dan
Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Jakarta, hal.87.
19
Ibid, hal. 2.
6
menurut Jimly Asshiddiqie, pengujian materiil berhubungan dengan
legi inferiori’.20
Sebagai salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman, Mahkamah Konstitusi
perkara yang diajukan kepadanya dengan alasan belum ada pengaturan yang
20
Ibid, hal.1.
21
Maruarar Siahaan, 2015, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Edisi ke-
2, Cet. III, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 61-81.
7
permusyawaratan hakim, sesuai ketentuan Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang
perkara secara objektif serta memutus dengan adil, hakim dan lembaga
peradilan harus independen dalam arti tidak dapat diintervensi oleh lembaga
dan kepentingan apapun, serta tidak memihak kepada salah satu pihak yang
tujuan agar proses peradilan dan keadilan itu sendiri dapat diakses oleh
seluruh lapisan masyarakat dan dengan upaya mewujudkan salah satu unsur
negara hukum, yaitu equality before the law. Sehingga suatu pengadilan
yang berjalan terlalu rumit serta membutuhkan biaya yang mahal, hanya
dapat dinikmati oleh sekelompok orang tertentu saja, sesuai Pasal 2 ayat (4)
tidak hanya bagi sekelompok pihak yang saling berhadapan melainkan untuk
semua pihak yang terkait dan memiliki kepentingan dengan perkara yang
8
berperan aktif dalam melakukan penelusuran guna mencapai kebenaran
dilaksanakan.
Berdasarkan Pasal 47 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003, yaitu putusan
dibacakan dalam sidang pleno yang terbuka untuk publik. Disamping itu dalam
merugikan atau tidak puas atas belakunya putusan tersebut. Untuk itu, putusan
Mahkamah Konstitusi merupakan upaya yang pertama (the first resort) sekaligus
sebagai upaya yang terakhir (the last resort).23 Putusan Mahkamah Konstitusi
yang bersifat final dan mengikat (final and binding) dalam pengujian undang-
undang haruslah berisi norma hukum yang berlaku mengikat untuk subyek, ruang,
dan waktu tertentu.24 Pengujian norma yang dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi
23
Bambang Sutiyoso, 2011, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Sinar
Grafika, Jakarta, hal. 122.
24
Jimly Asshiddiqie I, op.cit,, hal. 192.
25
Ahmad Syahrizal, 2006, Peradilan Konstitusi, Pradnya Paramita, Jakarta, hal. 278.
9
Putusan Mahkamah Konstitusi mulai berlaku sejak saat setelah dibacakan dalam
tindakan oleh setiap penyelenggara dan warga negara. Keputusan pejabat yang
ayat (1), ayat (2), dan ayat (4) Undang-Undang Perkawinan, yaitu Mahkamah
dilangsungkan atau selama dalam ikatan perkawinan kedua belah pihak atas
pegawai pencatat perkawinan atau notaris yang setelah itu isinya berlaku juga
terhadap pihak ketiga sepanjang pihak ketiga mengikatkan diri. Amar Putusan
dengan Pasal 57, Mahkamah Konstitusi harus menyatakan ayat, pasal, suatu
26
Bambang Sutiyoso, op.cit, hal. 125.
10
Konstitusi tersebut membatalkan norma. Pengujian undang-undang melalui
umum terdapat tiga bentuk norma yang berlaku, antara lain keputusan normatif
(judgement/vonis).28
Berdasarkan hadirnya Putusan Mahkamah Konstitusi tersebut, menyebabkan
tenggang waktu dibuatnya perjanjin perkawin menjadi tak terbatas, yakni tidak
hanya dibuat seblum atau pada saat perkwinan dilaksankan melainkan bisa juga
dibuat selama dalam iktan perkawinn. Kemudian pasangan suami istri tidak hanya
putusan.
3.1.2.1 Pengertian pertimbangan hakim.
Pertimbangan hakim merupakan salah satu aspek terpenting dalam
keadilan (ex aequo et bono) serta mengandung kepatian hukum yang bisa
perkara hakim wajib mengombinasikan hal lainnya yaitu kemanfaatan hukum dan
27
Maruarar Siahaan, op.cit, hal. 211.
28
Jimly Asshiddiqie I, op.cit, hal. 1-3.
11
juga keadilan hukum.29 Hakim tidak dapat menjatuhkan suatu putusan sebelum
nyata baginya bahwa peristiwa/fakta tersebut memang nyata terjadi, yakni adanya
yang dapat meringankan atau memberatkan pelaku. Sesuai Pasal 14 ayat (2)
secara satu demi satu sehingga hakim dapat menarik kesimpulan tentang
amanat putusannya.
Pada Putusan MK:69/PUU-XIII/2015, disebutkan bahwa permohonan
Pemohon ialah permohonan a quo. Berdasarkan Pasal 24 huruf C ayat (1) UUD
1945, Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang
29
Adi Sulistiyono dan Isharyanto, op.cit, hal. 339.
30
Mukti Arto, 2004, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, Cet ke-5, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta, hal. 141.
31
Ibid, hal. 142.
12
konstitusional Mahkamah adalah mengadili pada tingkat pertama dan terakhir
29 ayat (1), ayat (3), dan Pasal 36 ayat (1) UUPA; serta Pasal 29 ayat (1), ayat (3),
ayat (4) dan Pasal 35 ayat (1) UU Perkawinan dengan Undang-Undang Dasar
melakukan perubahan terhadap pasal-pasal UUD ‘45 bukan hanya tidak mudah
32
Adi Sulistiyono dan Isharyanto, op.cit, 317.
33
I Dewa Gede Palguna, 2013, Pengaduan Konstitusional (Constitutional Complaint), Sinar
Grafika, Jakarta, hal. 594.
13
Indonesia memiliki kewenangan penafsiran konstitusi juga didasari penafsiran
terhadap lima kewenangan yang diatur dalam UUD 1945. Hal itu dilandasi logika
bebas dan tidak boleh terpengaruh atau berpihak kepada pihak manapun juga.
harus ditaati oleh seorang hakim, yaitu: Hakim dan hakim konstitusi wajib
keadilan yang tumbuh dan berkembang di masyarakat; serta pada saat melakukan
pertimbangan hukum mengenai ukuran berat atau ringan suatu hukuman pidana,
hakim harus mengindahkan sifat dari perilaku terdakwa berupa sikap baik maupun
dengan baik. Dalam hal ini, hakim adalah seseorang yang dapat memformulasikan
14
untuk merumuskan, menerapkan, dan mengerti norma-norma hukum yang tumbuh
pelanggaran hukum yang menimbulkan kesengsaraan bagi orang lain maka orang
megalami perubahan dari segi sejarah hingga dapat menerapkan suatu konstitusi
yang selalu hidup. Sampai sekarang ini, terdapat 78 Negara yang membentuk
Mahkamah Konstitusi secara tersendiri, antara lain Afrika Selatan, Korea Selatan,
dimohonkan oleh Pemohon Ny. Ike Farida yang dapat dijadikan dasar
antara lain:
a. Terdapat kerugian hak konstitusional yang dirasakan Pemohon (selain juga
35
Adi Sulistiyono dan Isharyanto, op.cit, hal. 119, dikutip dari Sudikno Mertokusumo, 1984,
Bunga Rumpai Ilmu Hukum, Yogyakarta, Liberty, hal. 16.
36
Tan Thong Kie, 2013, Studi Notariat & Serba Serbi Praktek Notaris, PT. Ichitiar Baru Van
Hoeve, Jakarta, hal. 951.
37
Jimly Asshiddiqie II, hal. 200-201, dikutip dari Jimly Asshiddiqie dan Mustafa Fakry, 2002,
Mahkamah Konstitusi: Kompilasi Ketentuan UUD, UU, dan Peraturan di 78 Negara, Pusat Study
Hukum Tata Negara FH UI dan Asosiasi Pengajar HTN dan HAN Indonesia, Jakarta.
15
Pengujian” dalam Permohonan tersebut. Hal ini bisa dilihat dalam
sebagai pemohon, ternyata dan terbukti yaitu: bhwa tidak Pemohon saja yang
berbeda, maka hak dan ksempatan untuk mendapat Hak Milik dan Hak Guna
Bangunan atas tanah akan hilang selamanya. Dengan adanya kondisi tersebut,
Indonesia yang lain tidak memiliki larangan untuk mendapatkan Hak Milik
Standing atau dalam Bahasa Indonesia disebut kedudukan hukum berasal dari dua
kata yaitu yang dimaksud standing adalah satu konsep yang digunakan untuk
menentukan apakah satu pihak terkena dampak secara cukup sehingga satu
16
perselisihan diajukan ke depan pengadilan. Ini merupakan satu hak untuk
merupakan badan hukum bersifat terbuka atau pribadi, atau merupakan lembaga
dikemukakan yaitu: suatu peristiwa yang dialami oleh seseorang atau satu pihak
yang disebutkan dalam dalam tersebut diatas, maka pemohon akan menerima
38
Maruarar Siahaan, op.cit, hal. 94.
39
Harjono, 2008, Konsttusi Sbagai Rumah Bngsa: Pemikian Hkum Dr. Hajono, S.H., M.C.L.
Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi, Sekretaiat Jenderal dan Kepaniteraan Mahamah Kostitusi,
Jakarta, hal. 176.
40
Ibid.
17
konstitusional tersebut harus bersifat spesifik (khusus) dan aktual atau setidak-
tidaknya potensial yang menurut penalaran yang wajar dapat dipastikan akan
konstitusional seperti yang didalilkan tidak akan atau tidak lagi terjadi.
Suatu sengketa yang diajukan ke Mahkamah Konstitusi disebut sebagai suatu
permohonan, bukan sebagai gugatan, karena adanya suatu hal yang dalam proses
sosial.41 Persyaratan akan legal standing pun sudah terpenuhi apabila Ny. Ike
Farida memiliki suatu fakta akan kebutuhannya yang terlindungi secara hukum. 42
Sama halnya dengan pemohon Ny. Ike Farida, yang merupakan pelaku kawin
campur yang mengajukan uji materiil (judicial review) melalui sejumlah pasal
melakukan kawin campur agar bisa mempunyai Hak Milik dan Hak Guna
menjamin adanya persamaan hak setiap Warga Negara Indonesia tanpa terkecuali.
seorang warga Indonesia bersuamikan seorang orang asing yaitu berasal dari
41
Jimly Asshiddiqie I, op.cit, hal. 16-18.
42
Maruarar Siahaan, op.cit, hal. 94.
18
Jepang, kemudian melangsungkan pernikahan di Kantor Urusan Agama
Catatan Sipil Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan tidak memiliki
antara Ny. Ike Farida dan suaminya berlaku ketentuan Pasal 35 ayat (1) UU
saat dalam ikatan perkawinan adalah bercampur menjadi satu kesatuan harta.
alasan suami dari Ny. Ike Farida merupakan seorang berkewarganegaraan asing
dan Beliau tidak memiliki perjanjian pisah harta sebelum kawin dalam
perkawinan campuran tersebut. Sudah banyak upaya yang dilakukan Ike Farida
untuk mendapatkan haknya untuk memiliki rumah berstatus Hak Milik dan Hak
perkawinan dengan orang asing dan belum mempunyai suatu perjanjian yang
mengatur tentang penyimpangan seputar harta bersama sebelum kawin maka tidak
berhak untuk mempunyai kepemilikian sendiri atas rumah atau tanah. Akhirnya,
saja, melainkan hak seluruh pelaku kawin campur lain yang senasib dengan
19
perihal ketentuan Pasal 21 ayat (1), (3), dan Pasal 36 ayat (1) UUPA, serta Pasal
tanah atau bangunan, sesuai ketentuan dari Pasal 21 ayat (1) UUPA, serta dalam
Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang tersebut juga menentukan hal yang sama.
suatu perjanjian mengenai pisah harta hanya dapat dilaksanakan sebelum atau
Farida membuat perjanjian pisah harta sebelum kawin kecuali Ia (Ike Farida) dan
dianggap melanggar hak konstitusional dari Ny. Ike Farida agar mendapat
kesempatan yang sama dengan warga Indonesia lainnya yaitu mempunyai Hak
Milik dan Hak Guna Bangunan atas Tanah dan Bangunan yang telah dijamin
dalam UUD 1945 yang tercantum pada Pasal 28H ayat (4) menentukan bahwa
siapa saja dapat memiliki hak kepemilikan pribadi yang harus dihormati dan tidak
sehingga secara sah dapat diberlakukan sebagai pedoman bagi para pembuatnya,
sesuai dengan Pasal 1338 KUHPer. Pasal 1870 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata menentukan bahwa para pihak yang memiliki suatu kebutuhan berkaitan
20
dengan para ahli warisnya atau terhadap suatu hak yang didapat, maka keberadaan
lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi
peradilan lainnya adalah asas erga omnes.43 Pada peradilan umum, putusannya
24C ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, yang ditegaskan
kembali dalam Pasal 10 ayat (1) huruf a sampai dengan huruf d Undang-Undang
dengan ketentuan UUD 1945, memberikan putusan terhadap partai politik yang
1 UUD 1945, yaitu bahwa “Usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden
21
Konstitusi untuk memeriksa, mengadili, dan memutus Dewan Perwakilan Rakyat
lainnya, atau perbuatan tercela; dan/atau pendapat bahwa Presiden dan/atau Wakil
Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden”.
Suatu korelasi antara notaris dengan para pihak berhubungan dengan ketentuan
Pasal 1869 KUHPer, yang menyatakan bahwa kedudukan akta otentik akan
menjadi akta dibawah jika hanya ditanda tangani oleh pihak-pihak yang membuat
dapat dijadikan pedoman pula bagi pembuatnya. Selain itu suatu persetujuan tidak
suatu perjanjian juga memberi peluang pada subjek hukum untuk dapat membuat
perjanjian baru yang belum diatur dalam KUHPer, sebagai bentuk adanya
berkontrak memiliki batasan agar tidak merugikan salah satu pihak dalam
22
undang, yaitu tidak melanggar batas-batas kesusilaan atau moral, sesuai isi Pasal
diperlukan itikad baik dalam membuat perjanjian agar terhindar dari kerugian
yang sekiranya dapat timbul diantara para pihak melalui berlakunya perjanjian
tersebut.
Wirjono Prodjodikoro berpendapat bahwa itikad baik diperlukan karena
oleh karena itu, peraturan-peraturan tersebut diatas hanya dibuat oleh orang-orang
manusia saja, maka peraturan-peraturan itu tidak ada yang sempurna. Pengajuan
(yang antara lain berpengaruh kepada pemilu dan pemilukada), baik langsung
45
Wirjono Prodjodikoro, 2000, Azas-Azas Hukum Perjanjian, CV. Mandar Maju, Bandung,
hal. 56.
46
Adi Sulistiyono dan Isharyanto, op.cit, hal. 316.
23
pengujian konstitusionalitas, mencakup hukum konstitusi dan menjangkau hamper
semua lapangan hukum, yaitu dalam bidang politik, hukum perekonomian, Hak
khazanah baru.47
Definisi pertimbangan hukum oleh hakim atau ratio decidendi merupakan
mengenai ratio decidendi, yaitu “ratio decidendi. Means the ground of judicial
Lexicon 14th Ed. At840)”.49 Perlu dipahami mengenai ratio decidendi, yaitu
peristiwa antara suami dan juga istri yang karena suatu hal baru menjumpai
47
Ibid.
48
I.P.M. Ranuhandoko, loc.cit.
49
Justice L.P. Singh dan P.K. Majumdar, 2001, Judicial Dictionary, Orient Publishing
Company, Second Ed., Allahabad, New Delhi, hal. 1109.
24
pasangan suami istri bahwa pembuatan perjanjian mengenai pemisahan harta
benda/harta kekayaan boleh dilaksanakan hanya saat sebelum atau hanya saat
menimbang, bahwa melalui fakta yuridis Pengadilan Negeri Jakarta Timur tidak
karena itu permohonan para pemohon beralasan untuk dikabulkan”. Hanya saja,
Penetapan Pengadilan ini memiliki kekurangan yaitu tidak dapat berlaku untuk
umum hanya mengikat pihak-pihak yang terlibat dalam penetapan tersebut. Lain
mengikat baik untuk pihak yang berperkara ataupun untuk seluruh Warga Negara
Indonesia.
Selanjutnya, perlu disadari bahwa Undang-Undang Perkawinan telah masuk
25
12/PUU-V/2007 mengenai persoalan izin poligami, Putusan Nomor 46/PUU-
Putusan hakim merupakan puncak final dari suatu perkara yang diajukan
problems), yang terdiri dari tiga kegiatan, antara lain merumuskan masalah hukum
bahwa terdapat enam langkah utama dalam proses penalaran hukum dalam proses
putusan hakim, antara lain:51 dapat menemukan ciri-ciri yang nyata mengenai
struktur perkara yang memang diakui/diyakini oleh hakim sebagai suatu perkara
yang benar terjadi; menyatukan susunan perkara dengan suatu sumber hukum
menjaring antara sumber serta aturan hukum yang sesuai agar dapat menemukan
26
yang pas; menelaah hubungan susunan peraturan dengan susunan perkara;
permohonan yang dimohonkan Ny. Ike Farida selaku pemohon selama mengenai
Pasal 29 ayat (1), (3), dan (4) Undang-Undang Perkawinan berdasar menurut
hukum untuk sebagian, sementara mengenai objek yang diajukan lainnya tidak
memiliki alasan kuat menurut hukum, yaitu sebagai berikut yang menjadi dasar
perjanjian mengenai pisah harta bisa diadakan hanya sewaktu ataupun sebelum
dalam salinan putusan tersebut yaitu tanggung jawab yang mungkin muncul
suami dan istri yang mempunyai pengaruh serta komitmen pada harta pribadi,
selalu menjadi harta milik pribadi. Selanjutnya pertimbangan hakim dalam salinan
terjadi pencampuran harta tersebut antara suami dan istri. Ketentuan ini
27
memberi dampak positif yaitu apabila suatu saat terjadi perceraian antara
pribadi, sehingga tidak memerlukan izin dari pihak yang lain (suami/istri);
d. Sama halnya dengan pengajuan kredit dengan segala fasilitasnya, maka
salah satu pihak (suami/istri) tidak lagi memerlukan izin dari salah satu
pasangannya mereka.
Dalam salinan Putusan Nomor 69/PUU-XIII/2015, Hakim Mahkamah
Pasal 29 ayat (1), (3), dan (4). Kemudian menolak Pasal 21 ayat (1), ayat (3) serta
Pasal 36 ayat (1) UUPA, karena dinilai tidak sesuai dengan asas nasionalitas
seutuhnya terhadap bumi (tanah) air, ruang angkasa, dan kekayaan yang
yang merupakan jaminan atas perlindungan hak-hak warga negara Indonesia atas
dianggap tak ada persoalan karena berlakunya perjanjian perkawinan sesuai Pasal
28
kesusilaan, maka dengan perubahan frasa pada Pasal 29 ayat (1), (3), dan (4)
notaris, setelah mana isinya berlaku juga terhadap pihak ketiga tersangkut”.
Dengan adanya perubahan mengenai makna “Pada waktu” atau “sebelum”
menjadi “Pada waktu, sebelum, atau selama dalam ikatan perkawinan” dapat
mereka. Selain itu, pasangan suami istri juga menjadi lebih leluasa dapat
bersama suami dan istri. Namun setelah adanya perubahan pada Pasal
rasa cemas karena perjanjian perkawinan dapat dibuat selama masih terikat
dalam perkawinan.
29
Selanjutnya, pada frasa “…dapat mengajukan perjanjian tertulis yang
Sipil? Hal ini dikarenakan akta notaris tersebut tidak akan mempunyai
Catatan Sipil.
b. Ketentuan Pasal 29 ayat (3) UU Perkawinan, semula menentukan yaitu
mengenai harta perkawinan atau perjanjian lainnya, tidak dapat diubah atau
dicabut, kecuali bila dari kedua belah pihak ada persetujuan untuk
30
mengubah atau mencabut, dan perubahan atau pencabutan itu tidak
harta perkawinan atau perjanjian lainnya, tidak dapat diubah atau dicabut,
kecuali bila dari kedua belah pihak ada persetujuan untuk mengubah atau
Objek yang semula hanya mengenai harta perkawinan, kini bisa berbentuk
masing.
Dalam Putusan MK:69/PUU-XIII/2015 tersebut taka da pencantuman
atau bagi yang beragama Islam dapat mendaftarkan ke Kantor Urusan Agama.
merupakan bentuk pemenuhan asas publisitas agar dapat diketahui oleh pihak
ketiga.52 Untuk memenuhi unsur publisitas perjanjian tersebut harus disahkan oleh
pegawai yang berwenang dalam instansi terkait, dengan tujuan agar pihak ketiga
(selain pasangan suami istri tersebut) mengetahui dan tunduk pada perjanjian
jual beli maka perjanjian perkawinan itu akan mengikatnya dalam tindakan
hukum yang ditentukan dalam perjanjian sehingga pihak ketiga terkait jual beli
52
J. Andy Hartanto, op.cit, hal. 81.
31
tersebut (seperti kreditur atau Bank) mengetahui tentang adanya perjanjian
menjual, atau menukar property tertentu dengan kehendak (bisa juga berarti
asuransi tertentu, atau untuk menentukan hak milik dan dukungan tertentu apabila
53
Harry D. Krause dan David D. Meyer, 2009, Family Law, fourth Edition, West, Amerika, hal.
38-40.
54
John De Witt Gregory, Peter N Swisher, dan Sheryl L Wolf, 2001, Understanding Family
Law, LexisNexis, New York hal. 103.
32
Putusan MK:69/PUU-XIII/2015. Namun di negara Inggris mengatur mengenai
persetujuan bersama antara pihak suami dan istri. 55 Hal ini menunjukkan bahwa
hukum tetapi tetap berpegang teguh pada konstitusi yang sesuai. Disinilah terlihat
luas, dan menanggapi dengan baik mengenai kaidah serta norma yang
Notaris sudah berlaku secara sah dan mengikat sesuai dengan dan harus diakui
Perkawinan
Hakim dalam memutus perkara tidak boleh tidak harus dikaitkan dengan
konsep negara hukum (rechsstaat), yang merupakan syarat mutlak bagi negara
kebebasan hakim, yang berdasar pada yurisdiksi suatu sistem peradilan. Ketentuan
sebagai negara hukum ialah dengan berlakunya peradilan yang bebas serta tidak
terpengaruh kekuasaan lain juga adil terhadap siapa saja.56 Kemandirian dalam
melaksanakan peradilan, hakim itu pada dasarnya bebas, yaitu dapat melakukan
kontrol segi hukum terhadap kekuasaan negara disamping untuk mencegah dan
55
Salim HS. dan Erls Septiana Nurbani, 2014, Perbndingan Hukum Perata (Comparative Civil
Law), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 131.
56
Moh. Mahfud MD., op.cit, hal. 117.
33
mengurangi kecenderungan penyalahgunaan wewenang atau kekuasaan.
dapat melaksanakan fungsi serta kewenangan peradilan yang jujur dan adil;
individual.
Pengaturan mengenai perjanjian perkawinan yang turut dimuat dalam akta
57
Jonaedi Efendi, 2018, Rekonstruksi Dasar Pertimbangan Hukum Hakim: Berbasis Nilai-
Nilai Hukum dan Rasa Keadilan yang Hidup dalam Masyarakat, Prenadamedia Group, Jakarta,
hal. 89.
58
Ibid.
34
Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang
Perjanjian Perkawinan. Pada dasarnya pihak suami dan pihak istri dapat membuat
prinsip kebebasan dalam membuat perjanjian yang termuat dalam Pasal 1338
hukum sebagai pedoman bagi para pihak yang melakukan kesepakatan yang
pada saat akad nikah, sementara perjanjian perkawinan yang diadakan sepanjang
perkawinan yang dibuat oleh pihak suami dan istri sepanjang masih terikat dalam
atas unsur publisitas yang hendak dicapai dalam perjanjian perkawinan, sehingga
59
Irma Devita Purnamasari, op.cit. hal. 52.
35
perjanjian perkawinan wajib dilakukan pendaftaran ke instansi yang berwenang,
dengan maksud agar pihak ketiga (diluar pihak suami dan pihak istri) dapat
pendaftaran mengikat atau berlaku bagi para pihak dalam perjanjian tersebut saja.
mengikat dan memiliki kekuatan hukum yang tetap sehingga digunakan sebagai
dengan kepastian hukum, antara lain: hukum itu positif yakni perundang-
undangan, hukum didasarkan pada fakta atau hukum yang ditetapkan itu pasti,
kenyataan yang dituangkan dengan jelas untuk mencegah adanya kesalahan dalam
dihadirkan oleh pemohon dan termohon agar dapat memberikan suatu putusan
yang adil dan pasti. Berikut ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
60
Sudikno Mertokusumo, 2009, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, Liberty, Yogyakarta,
hal. 36.
61
Jonaedi Efendi, op.cit, hal. 84.
36
2. Terdakwa, misalnya dari ras terdakwa, jenis kelamin, dan kemampuan
bicara;
3. Alat bukti atau saksi-saksi, yakni dalam praktik, alat bukti yang diajukan
oleh para pihak baik pemohon maupun termohon sangat penting dalam
kaidah hukum yang nyata sebagai pokok perkara sehingg ahakim mendapat
agama, pendidikan formal dan lainnya; faktor yang muncul dari luar diri
37
bahwa dalam penyelenggaraan hukum dan keadilan harus berlandaskan
Pancasila dan UUD 1945 oleh kekuasaan negara yang merdeka agar
63
Jonedi Efendi, op.cit, hal. 84, dikutip dari Loebby Loqman, 1990, Delik-delik Politik, Ind-
Hill CO., Jakarta, 123 dalam M. Syamsudin, 2012, Konstruksi Baru Budaya Hukum Hakim
Berbasis Hukum Progresif, Kencana, Jakarta, hal. 93.
38