Вы находитесь на странице: 1из 9

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN


SEMESTER GANJIL 2018/2019

PENGUKURAN SIFAT UDARA MENGGUNAKAN SLING


PSIKROMETER

Disusun Oleh :
1. Al Rizky Aprian (05021381621070)
2. Celvin Apriansa (05021381621048)
3. Irfan Afandi (05021381621062)
4. Putri Nurazizah (05021381621065)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


KAMPUS PALEMBANG
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2018
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Alat-alat yang dipergunakan untuk mengukur tingkat kelembaban udara
salah satunya adalah Psychrometer Wirling. Psychrometer wirling ini disebut juga
Psychrometer putar atau Psychrometer Sling. Psychrometer adalah perangkat
untuk mengukur kelembaban relatif udara. Pada psikrometer menggunakan dua
buah termometer sebagai komponen utamanya. Termometer pertama merupakan
termometer bola kering yang digunakan untuk mengukur suhu udara biasa,
sedangkan termometer yang kedua merupakan termometer bola basah yang
digunakan untuk mengukur suhu udara jenuh atau lembab.
Dalam kehidupan di bumi ini kelembaban udara merupakan salah
satufaktor lingkungan abiotik yang berpengaruh terhadap aktivitas manusia,
tumbuhan, dan hewan di alam. Kelembaban udara juga menentukan bagaimana
makhluk tersebut dapat beradaptasi dengan kelembaban yang ada di
lingkungannya. Meskipun uap air hanya merupakan sebagian kecil saja dari
semua atmosfir kira-kira 2% dari masa seluruhnya tetapi merupakan komponen
udara yang penting dari segi cuaca dan iklim. Data klimatologi untuk kelembaban
udara yang umum dilaporkan adalah kelembaban relatif (RH). Udara disebut
sebagai kelembaban absolut (absolute humidity, umumnya dinyatakan dalam
satuan kg (m³). Perbandingan antara massa uap air dengan massa udara lembab
dalam satuan volume udara tertentu disebut sebagai kelembaban spesifik (specific
humidity, umumnya dinyatakan dalam satuan g/kg. Massa udara lembab adalah
total massa dari seluruh gas-gas atmosfir yang terkandung, termasuk uap air. Jika
massa uap air tidak diikutkan, maka disebut sebagai udara kering.

1.2. Tujuan
Untuk mengetahui suhu bola basah, suhu bola kering, RH, suhu embun,
rasio kelembaban, volume spesifik dan entalphy pada suatu tempat dan waktu
yang berbeda.

Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelembaban
Kelembaban adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentasi ini dapat
diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik atau kelembapan
relatif. Alat untuk mengukur kelembapan disebut higrometer. Sebuah humidistat
digunakan untuk mengatur tingkat kelembapan udara dalam sebuah bangunan
dengan sebuah pengawal lembab (dehumidifier). Dapat dianalogikan dengan
sebuah termometer dan termostat untuk suhu udara. Perubahan tekanan sebagian
uap air di udara berhubungan dengan perubahan suhu. Konsentrasi air di udara
pada tingkat permukaan laut dapat mencapai 3% pada 30 °C (86 °F), dan tidak
melebihi 0,5% pada 0 °C (32 °F). Kandungan uap air dalam udara hangat lebih
banyak daripada kandungan uap air dalam udara dingin. Jika udara banyak
mengandung uap air didinginkan maka suhunya turun dan udara tidak dapat
menahan lagi uap air sebanyak itu.Uap air berubah menjadi titik-titik air. Udara
yan mengandung uap air sebanyak yang dapat dikandungnya disebut udara jenuh.
Kelembaban udara padaketinggian lebih dati 2 meter dari permukaan
menunjukkan perbedaan yang nyata antara malam dan siang hari. Pada lapisan
udara yang lebih tinggi tersebut, pengaruh angin terjadi lebih besar. Udara lembab
dan udara kering dapat tercampur lebih cepat.
Alat pengukur kelembaban udara secara umum disebut higrometer
sedangkan yang menggunakan metode termodinamika disebut dengan
psikrometer. Pengukuran kelembaban udara dapat dilakukan dengan beberapa
pendekatan salah satunya adalah metode pertambahan panjang. Metode
pertambahan panjang menggunakan prinsip pemuaian linier benda higroskopis
(rambut) apabila kelembaban (nisbi) meningkat. Naiknya kelembaban nisbi
berkorelasi dengan pertambahan pajang rambut, sehinggan higrometer dapat
dibuat berdasarkan kalibrasi hubungan antara kelembaban nisbi dengan
pertambahan panjang benda higroskopis tersebut (Lakitan, 1994).

2.2. Sling Psikrometri

Universitas Sriwijaya
Psychrometer Wirling atau psycrometer sling adalah salah satu alat untuk
mengukur kelembaban udara. Berbeda dengan psycrometer yang di letakan di
sangkar meteorologi, psycrometer sling ini dapat dibawa kemana-mana misalnya
dalam pengukuran kelembaban udara di daerah-daerah pegunungan atau darah
yang digunakan sebagai tempat-tempat penelitian.
Sama halnya dengan psycrometer Assmann, psychrometer sling ini juga
memanfaatkan dua buah thermometer yaitu termometer bola basah dan
termometer bola kering. meskipun kedua alat ini mempunyai fungsi yang sama
yaitu mengukur kelembaban udara, namun tetap ada perbedaannya misalnaya dari
segi bentuk, cara penggunaan, dan lain sebagainya.!alam pembahasan ini akan
dibahas secara detail tentang psycrometer sling ini, baik dari segi bentuk, cara
penggunaan, perawatan dan kalibrasi, dan lain sebagainya.
Psychrometer sling ini disusun dari sebuah konstruksi yang memungkinkan
agar alat ini dapat digunakan sebagaimana mestinya. Pada Psychrometer wirling
terdapat dua buah termometer yang akan digunakan untuk menentukan seberapa
kelembaban udara pada suatu tempat. kedua termometer tersebut adalah
termometer bola-kering Dan termometer bola-basah. Termometer bola-kering
adalah termometer biasa yang dipergunakan untuk menunjukan temperatur
sebenarnya atau temperatur sebelum terjadi penurunan temperatur. Sedangkan
termometer bola-basah sebenarnya adalah termometer biasa seperti halnya
termometer bola-kering, hanya bagian bola air raksanya dibungkus dengan kain
kasa tipis yang disebut kain muslin (Soemeinaboedhy et al., 2006).

Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilakukan di Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya
Palembang, pada hari Selasa, 9 Oktober 2018, yang dilakukan pada pukul 08.00,
13.00, dan 17.00 WIB.

3.2. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan yaitu sling psikrometer, aquades,
dan kassa.

3.3. Cara Kerja


1. Buat alat sling psikrometer yang terdiri dari kayu, triplek, lem, klahar, dan 2
termometer.
2. Setelah alat sudah jadi, bungkus salah satu termometer dengan kassa.
3. Basahi kain kassa pada termometer secukupnya, pastikan termometer bola
kering tidak terkena air.
4. Untuk mengukur kelembaban udara (setelah kassa dibasahkan) putar sling
psikrometer diatas kepala dengan kecepatan 2 putaran per detik selama satu
menit (120 putaran), pastikan saat memutar tidak menabrak benda lain.
5. Setelah itu segera catat hasil pengukuran, dilakukan dengan cepat agar tidak
terjadi perubahan suhu.
6. Lakukan pengkuran sebanyak 2 kali pengulangan di tempat dan waktu yang
berbeda.
7. Pengukuran dilakukan pada waktu pagi, siang, dan sore hari.

Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Lokasi Pagi
Tbk, Tbb, C RH,% Tembun, W (Rasio Volum h,
C C Kelembaban e entalp
) spesifik hy
, , ,kJ/kgu
kgH2O/kguk m3/kgu k
k
32 27 68 25,4 0,0208 0,885 85
Dibawah
32 27 68 25,4 0,021 0,885 85
Pohon
31 26 61 22 0,0166 0,88 72,5
Lapangan 31 25 66 23,2 0,018 0,88 76,5
Parkir
Ruangan 24 26 100 27 0,0212 0,86 80
4
23 22 92 20 0,0131 0,84 62

Lokasi Siang
Tbk, Tbb, C RH,% Tembun, W (Rasio Volum h,
C C Kelembaba e entalp
n) spesifik hy
, , ,kJ/kgu
kgH2O/kguk m3/kgu k
k
34,5 27 55 24,5 0,0194 0,90 85
Dibawah
35 27,5 57 25,5 0,024 0,91 87,5
Pohon
33,5 26 55 23,5 0,0182 0,89 80,5
Lapangan 32 24 52 21 0,0155 0,87 72,5
Parkir
Ruangan 26 25 92 24,5 0,0196 0,875 76,5
4
31 26,5 70 25,3 0,0202 0,88 83

LOKASI Sore
Tbk, Tbb, C RH,% Tembun, W (Rasio Volum h,
C C Kelembab e entalp
an) spesifik hy
, kgH2O/kguk , ,kJ/kgu
m3/kguk k

Universitas Sriwijaya
32 25 56 22,5 0,0172 0,88 76,5
Dibawah
33 27 62 25 0,0202 0,89 85
Pohon
33 28 69 26,5 0,0222 0,895 90
Lapangan 32 27 68 25,4 0,021 0,885 85
Parkir
Ruangan 31 28 80 27,2 0,023 0,88 90
4
26 25 92 24,5 0,0196 0,875 76,5

4.2.Pembahasan
Pengukuran sling psikrometri ini dilakukan sebanyak 2 kali pengulangan di
3 waktu dan tempat yang berbeda. Hasil yang didapat dari pengukuran pun
berbeda – beda. Waktu pengukuran yaitu pada pagi, siang, dan sore hari,
sedangkan tempatnya yaitu dibawah pohon, lapangan parkir, dan ruangan 4.
Pada pengukuran pagi hari di bawah pohon didapatkan suhu bola kering dan
suhu bola basah tidak mengalami perubahan yaitu 32 oC dan 27 oC. Pengukuran di
lapangan parkir didapatkan suhu bola kering tidak mengalami perubahan yaitu 31
o
C dan penurunan suhu bola basah sebesar 1 oC. Pengukuran di ruangan 4
didapatkan penurunan suhu bola kering sebesar 1 oC dan penurunan suhu bola
basah sebesar 4 oC.
Pada pengukuran siang hari di bawah pohon didapatkan peningkatan suhu
bola kering sebesar 0,5 oC dan peningkatan suhu bola basah sebesar 0,5 oC.
Pengukuran di lapangan parkir didapatkan penurunan suhu bola kering sebesar
1,5 oC dan penurunan suhu bola basah sebesar 2 oC. Pengukuran di ruangan 4
didapatkan peningkatan suhu bola kering sebesar 5 oC dan peningkatan suhu bola
basah sebesar 1,5 oC.
Pada pengukuran sore hari di bawah pohon didapatkan peningkatan suhu
bola kering sebesar 1 oC dan peningkatan suhu bola basah sebesar 2 oC.
Pengukuran di lapangan parkir didapatkan penurunan suhu bola kering sebesar 1
o
C dan penurunan suhu bola basah sebesar 1 oC. Pengukuran di ruangan 4
didapatkan penurunan suhu bola kering sebesar 5 oC dan penurunan suhu bola
basah sebesar 3 oC.

Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Suhu bola kering dan suhu bola basah lebih tinggi di bawah pohon dari di
lapangan parkir sama di ruangan 4 baik pagi, siang, ataupun sore dan pada saat
siang hari suhu bola kering dan suhu bola basahnya tinggi.

5.2. Saran
Sebaiknya universitas menyediakan alat agar mahasiswa lebih mudah dalam
melakukan praktikum.

Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Lakitan, B., 1994. Dasar Klimatologi. Jakarta: PT Ragagrafindo Persada.

Soemeinaboedhy, Sukartono & Silawibawa, 2006. Agroklimatologi. Mataram:


University Press Mataram.

Universitas Sriwijaya

Вам также может понравиться