Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Definisi Nyeri
Nyeri adalah suatu pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang
dihubungkan dengan kerusakan jaringan atau potensial terjadinya kerusakan jaringan.(IASP)
VAS (Visual analoge scale)
CARA MENILAI:
1. Dokter atau perawat menjelaskan kepada pasien arti dari angka-angka 0-10. Semakin
mendekati nol intensitas (tingkatan/ukuran) nyeri semakin ringan. Semakin mendekati
angka 10 intensitas nyeri semakin kuat .
2. Selanjutnya pasien diminta untuk membuat tanda digaris (0-10 cm) tersebut untuk
mengekspresikan nyeri yang dirasakan.
3. Nilai VAS antara 0-3 cm dianggap sebagai tingkat nyeri yang rendah dan digunakan
sebagai target untuk tatalaksana analgesia.
4. Nilai VAS ≥4 cm dianggap nyeri sedang menuju berat.
Numeric Rating Pain Scale ( Anak diatas 7 tahun dan dewasa )
CARA MENILAI :
Pasien diminta untuk menyebutkan skala nyeri pasien dari 0 sampai 10
Numeric Rating Scale:
0=tidak merasakan nyeri; dan 10=nyeri yang berat
Nyeri ringan skala 1-3
Nyeri sedang skala 4-7
Nyeri berat 8-10
Skala ini berguna pada pasien dengan gangguan komunikasi, seperti anak-anak, orang tua,
pasien yang kebingungan atau pada pasien yang tidak mengerti dengan bahasa lokal setempat.
CARA MENILAI
Cukup dengan melihat ekspresi wajah pasien saat sedang diperiksa
Wong-Baker Face Scale:
0=tidak merasakan nyeri; dan 10=nyeri yang sudah berat.
Nyeri ringan 1-3
Nyeri sedang 4-6 Nyeri berat 7-10
Kapan dilakukan penilaian nyeri?
Sejak pertama kali pasien tersebut diperiksa
Dilakukan penilaian kembali setelah pemberian penatalaksanaan nyeri
Kapan dilakukan pengkajian ulang nyeri :
Setiap 30 menit – 1 jam setelah pemberian obat nyeri (tatalaksana nyeri)
Setiap 5 menit setelah pemberian nitrat atau obat intra vena pada pasien kardiak.
Pada pasien yang menjalani prosedur yang menyakitkan
Setiap shift jaga
Sebelum transfer
Sebelum pasien pulang.
VAS < 4 artinya :
Nyeri ringan
Diberikan terapi non farmakologi seperti penjelasan kepada pasien atau diberikan
terapi farmakologi seperti Paracetamol.
VAS ≥ 4 artinya :
Nyeri sedang dan nyeri berat
Diberikan terapi farmakologi seperti NSAID dan Opioid.
Keterangan:
Pasien nyeri poliklinik bedah atau non bedah:
1. Ditangani di tempat sesuai dengan penyakit dasar nya bedah atau non bedah (poli
bedah atau non bedah.
2. Poliklinik selain pain clinic boleh menangani nyeri sambil melakukan diagnosis
penyakit dasar pasien.
3. Jika VAS ≥ 4 setelah pengobatan yang kedua maka DPJP poliklinik ditempat pasien
pertama sekali masuk harus mengkonsultasikannya ke tim pain clinic
4. Tim pain clinic wajib memberi saran dan berkoordianasi dengan DPJP sebelumnya
untuk mengobati penyakit dasar pasien seperi apakah memerlukan tindakan
pembedahan atau tidak.
5. Pasien yang mengeluhkan nyeri dapat langsung menuju poliklinik nyeri. Tetapi, tim
pain clinic wajib berkoordinasi dengan DPJP bedah atau non bedah untuk mengatasi
penyakit dasar pasien (penyebab nyeri).
Keterangan:
Jika ditemukan pasien mengeluhkan nyeri:
1. Untuk penangan nyeri akut setelah operasi harus melibatkan semua pihak, dokter,
perawat serta farmasi
2. Gagal menangani nyeri akut ini akan berdampak luka operasi sulit sembuh, muncul
nyeri kronik dan perawatan pascaoperasi akan lebih lama.
3. Penangaan nyeri didahului dengan penilaian nyeri dan pengobatannya dapat
disesuaikan dengan WHO STEP LADER.
4. Opioid dapat menjadi pilihan untuk nyeri pascaoperasi (morfin atau fentanyl).
5. Penggunaan analgetik dengan anestesi lokal sangat dianjurkan seperti Epidural
analgesia.
6. NSAID dapat digunakan sebagai analgetik tunggal atau dikombinasi dengan opioid.
Keterangan:
Jika ditemukan pasien mengeluhkan nyeri: Perawat diruangan menilai derajat nyeri. Jika VAS
< 4 dilakukan terapi non farmakologi seperti edukasi, menenangkan pasien dll. Jika VAS ≥ 4
maka perawat ruangan harus melapor ke DPJP yang bertugas saat itu. DPJP harus
memberikan terapi penganagan nyeri secara farmakologis ataupun non farmakologis. DPJP
harus mengevaluasi terapi setelah 1 jam. Jika nyeri tidak berkurang atau VAS≥4 maka DPJP
wajib mengkonsultasikannya ke tim pain clinic.
Keterangan:
1. Pasien datang ke IGD dengan keluhan nyeri harus di screening dan dilakukan
pengobatan oleh dokter triase jika VAS < 4.
2. Jika VAS ≥ 4 dokter triase wajib mengkonsultasikan ke DPJP spesialis yang sedang
bertugas sesuai dengan penilaian pertama mengenai penyakit dasar pasien, misalnya
nyeri diseluruh lapangan perut ke DPJP bedah digestive.
3. Jika setelah ditangani oleh DPJP yang pertama VAS ≥ 4 maka DPJP tersebut wajib
mengkonsultasikannya ke DPJP tim pain clinic.
4. DPJP spesilis bedah atau non bedah serta DPJP pain clinic atau anestesi harus
melakukan koordinasi mengani penanganan nyeri pasien tersebut.
5. Sebaiknya menggunakan obat antinyeri intravena agar mendapat hasil penangan nyeri
yang cepat serta dapat mengevaluasi dengan cepat apakah nyeri berkurang atau tidak.
Pengertian nyeri
1. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan
ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
2. Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori
subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan
kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi
terjadinya kerusakan
Fisiologi nyeri
1. Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri.
Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam
kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak.
Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri
(nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf
perifer.
2. Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagaian
tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah
viseral, karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki
sensasi yang berbeda.
3. Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal dari
daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan
kulit (kutaneus) terbagi dalam dua komponen yaitu :
4. Reseptor A delta
5. Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan tranmisi 6-30 m/det) yang
memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang apabila penyebab
nyeri dihilangkan
6. b. Serabut C
7. Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan tranmisi 0,5 m/det) yang terdapat
pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit dilokalisasi
8. Struktur reseptor nyeri somatik dalam meliputi reseptor nyeri yang terdapat pada
tulang, pembuluh darah, syaraf, otot, dan jaringan penyangga lainnya. Karena
struktur reseptornya komplek, nyeri yang timbul merupakan nyeri yang tumpul
dan sulit dilokalisasi.
9. Reseptor nyeri jenis ketiga adalah reseptor viseral, reseptor ini meliputi organ-
organ viseral seperti jantung, hati, usus, ginjal dan sebagainya. Nyeri yang timbul
pada reseptor ini biasanya tidak sensitif terhadap pemotongan organ, tetapi sangat
sensitif terhadap penekanan, iskemia dan inflamasi.
Respon Psikologis
Respon psikologis sangat berkaitan dengan pemahaman klien terhadap nyeri yang terjadi
atau arti nyeri bagi klien.
Arti nyeri bagi setiap individu berbeda-beda antara lain :
1. Bahaya atau merusak
2. Komplikasi seperti infeksi
3. Penyakit yang berulang
4. Penyakit baru
5. Penyakit yang fatal
6. Peningkatan ketidakmampuan
7. Kehilangan mobilitas
8. Menjadi tua
9. Sembuh
10. Perlu untuk penyembuhan
11. Hukuman untuk berdosa
12. Tantangan
13. Penghargaan terhadap penderitaan orang lain
14. Sesuatu yang harus ditoleransi
15. Bebas dari tanggung jawab yang tidak dikehendaki
16. Pemahaman dan pemberian arti nyeri sangat dipengaruhi tingkat pengetahuan,
persepsi, pengalaman masa lalu dan juga faktor sosial budaya
Respon fisiologis terhadap nyeri
1) Stimulasi Simpatik:(nyeri ringan, moderat, dan superficial)
a) Dilatasi saluran bronkhial dan peningkatan respirasi rate
b) Peningkatan heart rate
c) Vasokonstriksi perifer, peningkatan BP
d) Peningkatan nilai gula darah
e) Diaphoresis
f) Peningkatan kekuatan otot
g) Dilatasi pupil
h) Penurunan motilitas GI
Keterangan :
0 :Tidak nyeri
4-6 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan
lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi
masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan
distraksi
10 Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.
Karakteristik paling subyektif pada nyeri adlah tingkat keparahan atau intensitas nyeri
tersebut. Klien seringkali diminta untuk mendeskripsikan nyeri sebagai yang ringan,
sedang atau parah. Namun, makna istilah-istilah ini berbeda bagi perawat dan klien. Dari
waktu ke waktu informasi jenis ini juga sulit untuk dipastikan.
Skala deskritif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih obyektif.
Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS) merupakan sebuah garis yang
terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di
sepanjang garis. Pendeskripsi ini diranking dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang
tidak tertahankan”. Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan meminta klien untuk
memilih intensitas nyeri trbaru yang ia rasakan. Perawat juga menanyakan seberapa jauh
nyeri terasa paling menyakitkan dan seberapa jauh nyeri terasa paling tidak menyakitkan.
Alat VDS ini memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk mendeskripsikan nyeri.
Skala penilaian numerik (Numerical rating scales, NRS) lebih digunakan sebagai
pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan
skala 0-10. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan
setelah intervensi terapeutik. Apabila digunakan skala untuk menilai nyeri, maka
direkomendasikan patokan 10 cm (AHCPR, 1992).
Skala analog visual (Visual analog scale, VAS) tidak melebel subdivisi. VAS adalah
suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan pendeskripsi
verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberi klien kebebasan penuh untuk
mengidentifikasi keparahan nyeri. VAS dapat merupakan pengukuran keparahan nyeri
yang lebih sensitif karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari
pada dipaksa memilih satu kata atau satu angka (Potter, 2005).
Skala nyeri harus dirancang sehingga skala tersebut mudah digunakan dan tidak
mengkomsumsi banyak waktu saat klien melengkapinya. Apabila klien dapat membaca
dan memahami skala, maka deskripsi nyeri akan lebih akurat. Skala deskritif bermanfaat
bukan saja dalam upaya mengkaji tingkat keparahan nyeri, tapi juga, mengevaluasi
perubahan kondisi klien. Perawat dapat menggunakan setelah terapi atau saat gejala
menjadi lebih memburuk atau menilai apakah nyeri mengalami penurunan atau
peningkatan (Potter, 2005).
sumber
Priharjo, R (1993). Perawatan Nyeri, pemenuhan aktivitas istirahat. Jakarta : EGC hal :
87.
Shone, N. (1995). Berhasil Mengatasi Nyeri. Jakarta : Arcan. Hlm : 76-80
Ramali. A. (2000). Kamus Kedokteran : Arti dan Keterangan Istilah. Jakarta : Djambatan.
Syaifuddin. (1997). Anatomi fisiologi untuk siswa perawat.edisi-2. Jakarta : EGC. Hlm :
123-136.
Tamsuri, A. (2007). Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta : EGC. Hlm 1-63
Potter. (2005). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC.
Hlm 1502-1533.
Referensi:
D. Gould et al. (2001). Journal of Clinical Nursing. Blackwell Science Ltd. Hockenberry MJ,
Wilson D (2009). Wong's Essentials of Pediatric Nursing. 8th Edition. St. Louis. Mosby.
John Hughes. (2008).
Pain Management: From Basic to Clinical Practice, 1st Edition. Churchill Livingstone
Elsevier. Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit. Edisi Ke-4. Tahun
2010.