Вы находитесь на странице: 1из 59

OPTIMASI SISTEM ENERGI

TERMODINAMIKA

DISUSUN OLEH
KELOMPOK I
Anggota : Agus Irawan Saputra (061640411588)
Anggun Pratiwi (061640411589)
Jenni Hilmasari (061640411925)
Novianti (061640411932)
Kelas : 6EGB
Dosen Pengampuh : Ida Febriana, S.Si.,M.T.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI DIV TEKNIK ENERGI
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala


rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada
junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai pemenuhan tugas dari mata kuliah
Optimasi Sistem Energi dengan judul “Termodinamika”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

i
DAFTAR ISI

BAB I ..................................................................................................................... iii


PENDAHULUAN ................................................................................................. iii
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... iii
2.1 Rumusan Masalah ................................................................................. iv
3.1 Tujuan .................................................................................................... iv
BAB II ..................................................................................................................... 1
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 1
2.1 Pengertian Termodinamika ........................................................................ 1
2.2 Sistem Termodinamika .......................................................................... 2
1. Sistem terbuka .......................................................................................... 2
2. Sistem tertutup .......................................................................................... 3
3. Sistem terisolasi ........................................................................................ 3
2.3 Hukum I Termodinamika...................................................................... 4
2.3.1 Proses Isotermik ................................................................................ 4
2.3.2 Proses Isokhorik ................................................................................ 5
2.3.3 Proses Isobarik .................................................................................. 6
2.3.4 Proses Adiabatik ............................................................................... 7
2.4 Hukum II Termodinamika .................................................................... 8
2.5 Reversibel dan Ireversibel ................................................................... 10
2.5.1 Proses reversibel.............................................................................. 10
Proses reversibel secara internal ............................................................. 11
Proses reversibel secara eksternal .......................................................... 11
2.5.2 Proses ireversibel ............................................................................ 11
2.6 Diagram volume spesifik suhu untuk perubahan fasa air ................ 12
2.6.1 Compressed Liquid (Cairan Terkompresi) ..................................... 12
2.6.2 Saturated Liquid .............................................................................. 13
2.6.3 Saturated Vapor ............................................................................... 13
2.6.4 Superheated Vapor .......................................................................... 13
2.7 Siklus Turbin Gas (Siklus Brayton)......................................................... 13
2.8 Siklus Brayton Standar Udara Ideal ....................................................... 15
2.9 Siklus Rankine (Rankine Cycle) .............................................................. 16

ii
2.9.1 Siklus Rankine Tanpa Reheater ............................................................ 16
2.9.2 Siklus Rankine Dengan Reheater .......................................................... 18
BAB III ................................................................................................................. 14
PENUTUP ............................................................................................................ 20
3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 20
3.2 Saran ...................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 215
Lampiran ............................................................................................................... 1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aspek penting dalam pembahasan energi adalah hukum


termodinamika.Termodinamika merupakan cabang fisika yang
mempelajari tentang temperatur,panas dan pertukaran energi. Untuk
dapat memahami teori termodinamika denganbaik, diperlukan
pemahaman tentang prinsip, sifat, hukum termodinamika
danpenerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam termodinamika kita
akan sering mendengar istilah“sistem”dan“lingkungan”.Sistem merupakan
kumpulan benda-benda yang dapat diperhatikansedangkan semua yang
ada disekitar benda disebut dengan lingkungan.

Termodinamika memainkan peran penting dalam analisis sistem dan


piranti yang ada didalamnya terjadi perpindahan formasi energi. Implikasi
thermodinamika bercakupan jauh, dan penerapannya membentang ke
seluruh kegiatan manusia. Bersamaan dengan sejarah teknologi kita,
perkembangan sains telah memperkaya kemampuan kita untuk
memanfaatkan energi dan menggunakan energi tersebut untuk kebutuhan
masyarakat. Kebanyakan kegiatan kita melibatkan perpindahan energi dan
perubahan energi.

Termodinamika merupakan ilmu tentang energi, yang secara spesific


membahas tentang hubungan antara energi panas dengan kerja. Seperti
telah diketahui bahwa energi didalam alam dapat terwujud dalam berbagai
bentuk, selain energi panas dan kerja, yaitu energi kimia, energi listrik,
energi nuklir, energi gelombang elektromagnit, energi akibat gaya magnit,
dan lain-lain . Energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lain, baik
secara alami maupun hasil rekayasa tehnologi. Selain itu energi di alam
semesta bersifat kekal, tidak dapat dibangkitkan atau dihilangkan, yang
terjadi adalah perubahan energi dari satu bentuk menjadi bentuk lain tanpa

iii
ada pengurangan atau penambahan. Prinsip ini disebut sebagai prinsip
konservasi atau kekekalan energi.

2.1 Rumusan Masalah


1. Apa itu termodinamika ?
2. Apa saja sistem termodinamika ?
3. Apa Bunyi Hukum I Termodinamika ?
4. Apa Bunyi Hukum II Termodinamika ?
5. Apa itu proses reversible dan ireversible ?
6. Apa itu Diagram volume spesifik suhu untuk perubahan fasa air ?

3.1 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu termodinamika
2. Untuk mengetahui sistem dalam termodinamika
3. Untuk mengerahui bunyi hukum I termodinamika
4. Untuk mengetahui bunyi hukum II termodinamika
5. Untuk mengetahui proses reversible dan ireversible
6. Untuk mengetahui Diagram volume spesifik suhu untuk perubahan
fasa air

iv
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Termodinamika


Termodinamika berasal dari bahasa Yunani yaitu thermos ”panas”
dan dynamic ”perubahan”dan dapat kita amabil kesimpulan bahwa
termodinamikamerupakan cabang fisika yang mempelajari temperatur,
panas, dan pertukaran energi.Termodinamika adalah ilmu tentang energi,
yang secara spesific membahas tentang hubungan antara energi panas
dengan kerja. Seperti telah diketahui bahwa energi didalam alam dapat
terwujud dalam berbagai bentuk, selain energi panas dan kerja, yaitu
energi kimia, energi listrik, energi nuklir, energi gelombang elektromagnit,
energi akibat gaya magnit, dan lain-lain . Energi dapat berubah dari satu
bentuk ke bentuk lain, baik secara alami maupun hasil rekayasa tehnologi.
Selain itu energi di alam semesta bersifat kekal, tidak dapat dibangkitkan
atau dihilangkan, yang terjadi adalah perubahan energi dari satu bentuk
menjadi bentuk lain tanpa ada pengurangan atau penambahan. Prinsip ini
disebut sebagai prinsip konservasi atau kekekalan energi.

Prinsip termodinamika tersebut sebenarnya telah terjadi secara


alami dalam kehidupan sehari-hari. Bumi setiap hari menerima energi
gelombang elektromagnetik dari matahari, dan di bumi energi tersebut
berubah menjadi energi panas, energi angin, gelombang laut, proses
pertumbuhan berbagai tumbuh-tumbuhan dan banyak proses alam lainnya.
Proses didalam diri manusia juga merupakan proses konversi energi yang
kompleks, dari input energi kimia dalam makanan menjadi energi gerak
berupa segala kegiatan fisik manusia, dan energi yang sangat bernilai yaitu
energi pikiran kita. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi, maka prinsip alamiah dalam berbagai proses thermodinamika
direkayasa menjadi berbagai bentuk mekanisme untuk membantu manusia
dalam menjalankan kegiatannya. Mesin-mesin transportasi darat, laut,
maupun udara merupakan contoh yang sangat kita kenal dari mesin
konversi energi, yang merubah energi kimia dalam bahan bakar atau
sumber. energi lain menjadi energi mekanis dalam bentuk gerak atau
perpindahan diatas permukaan bumi, bahkan sampai di luar angkasa.

Pabrik-pabrik dapat memproduksi berbagai jenis barang,


digerakkan oleh mesin pembangkit energi listrik yang menggunakan
prinsip konversi energi panas dan kerja. Untuk kenyamanan hidup, kita
memanfaatkan mesin air conditioning, mesin pemanas,
dan refrigerators yang menggunakan prinsip dasar thermodinamila.

1
Aplikasi thermodinamika yang begitu luas dimungkinkan karena
perkembangan ilmu termodinamika sejak abad 17 yang dipelopori dengan
penemuan mesin uap di Inggris, dan diikuti oleh para ilmuwan
termodinamika seperti Willian Rankine, Rudolph Clausius, dan Lord
Kelvin pada abad ke 19. Pengembangan ilmu termodinamika dimulai
dengan pendekatan makroskopik, yaitu sifat termodinamis didekati dari
perilaku umum partikel-partikel zat yang menjadi media pembawa energi,
yang disebut pendekatan termodinamika klasik.

Pendekatan tentang sifat termodinamis suatu zat berdasarkan


perilaku kumpulan partikel-partikel disebut pendekatan mikroskopis yang
merupakan perkembangan ilmu termodinamika modern, atau disebut
thermodinamika statistik. Pendekatan termodinamika statistik
dimungkinkan karena perkembangan teknologi komputer, yang sangat
membantu dalam menganalisis data dalam jumlah yang sangat besar.

2.2 Sistem Termodinamika

Dalam termodinamika dikenal istilah sistem dan lingkungan. Sistem


adalah benda atau sekumpulan apa saja yang akan diteliti atau diamati dan
menjadi pusat perhatian. Sedangkan lingkungan adalah benda-benda yang
berada diluar dari sistem tersebut. Sistem bersama dengan lingkungannya
disebut dengan semesta atau universal. Batas adalah perantara dari sistem
dan lingkungan. Contohnya adalah pada saat mengamati sebuah bejana
yang berisi gas, yang dimaksud dengan sistem dari peninjauan itu adalah
gas tersebut sedangkan lingkungannya adalah bejana itu sendiri.

2.2.1 Jenis-jenis sistem

Klasifikasi sistem termodinamika berdasarkan sifat dari batasan dan


arus benda, energi dan materi yang melaluinya. Ada tiga jenis sistem
berdasarkan jenis pertukaran yang terjadi antara sistem dan
lingkungannya, yaitu :

1. Sistem terbuka
Sistem yang mengakibatkan terjadinya pertukaran energi (panas dan
kerja) dan benda (materi) dengan lingkungannya. Sistem terbuka ini
meliputi peralatan yang melibatkan adanya aliran massa kedalam atau
keluar sistem seperti pada kompresor, turbin, nozel dan motor bakar.
Sistem mesin motor bakar adalah ruang didalam silinder mesin,
dimana campuran bahan bahan bakar dan udara masuk kedalam
silinder, dan gas buang keluar sistem. Pada sistem terbuka ini, baik
massa maupun energi dapat melintasi batas sistem yang bersifat

2
permeabel. Dengan demikian, pada sistem ini volume dari sistem tidak
berubah sehingga disebut juga dengan control volume.
Perjanjian yang kita gunakan untuk menganalisis sistem adalah
 Untuk panas (Q) bernilai positif bila diberikan kepada sistem
dan bernilai negatif bila keluar dari sistem
 Untuk usaha (W) bernilai positif apabila keluar dari sistem dan
bernilai negatif bila diberikan (masuk) kedalam sistem.

2. Sistem tertutup
Sistem yang mengakibatkan terjadinya pertukaran energi (panas dan
kerja) tetapi tidak terjadi pertukaran zat dengan lingkungan. Sistem
tertutup terdiri atas suatu jumlah massa yang tertentu dimana massa ini
tidak dapat melintasi lapis batas sistem. Tetapi, energi baik dalam
bentuk panas (heat) maupun usaha (work) dapat melintasi lapis batas
sistem tersebut. Dalam sistem tertutup, meskipun massa tidak dapat
berubah selama proses berlangsung, namun volume dapat saja berubah
disebabkan adanya lapis batas yang dapat bergerak (moving boundary)
pada salah satu bagian dari lapis batas sistem tersebut. Contoh sistem
tertutup adalah suatu balon udara yang dipanaskan, dimana massa
udara didalam balon tetap, tetapi volumenya berubah dan energi panas
masuk kedalam masa udara didalam balon.

3. Sistem terisolasi
Sistem yang mengakibatkan tidak terjadinya pertukaran panas, zat atau
kerja dengan lingkungannya. Contohnya : air yang disimpan dalam
termos dan tabung gas yang terisolasi. Dalam kenyataan, sebuah
sistem tidak dapat terisolasi sepenuhnya dari lingkungan, karena pasti
ada terjadi sedikit pencampuran, meskipun hanya penerimaan sedikit
penarikan gravitasi. Dalam analisis sistem terisolasi, energi yang
masuk ke sistem sama dengan energi yang keluar dari sistem.

Karakteristik yang menentukan sifat dari sistem


disebut property (koordinat sistem/variabel keadaan sistem), seperti
tekanan (p), temperatur (T), volume (v), masa (m), viskositas, konduksi
panas dan lain-lain. Selain itu ada juga koordinat sistem yang didefinisikan
dari koordinat sistem yang lainnya seperti, berat jenis, volume spesifik,
panas jenis dan lain-lain. Suatu sistem dapat berada pada suatu kondisi
yang tidak berubah, apabila masing-masing jenis koordinat sistem tersebut
dapat diukur pada semua bagiannya dan tidak berbeda nilainya. Kondisi
tersebut disebut sebagai keadaan (state) tertentu dari sistem, dimana sistem
mempunyai nilai koordinat yang tetap. Apabila koordinatnya berubah,
maka keadaan sistem tersebut disebut mengalami perubahan keadaan.

3
Suatu sistem yang tidak mengalami perubahan keadaan disebut sistem
dalam keadaan seimbang (equilibrium).

2.3 Hukum I Termodinamika


Hukum I termodinamika berisi pernyataan tentang kekekalan energi.
Hukum ini menggambarkan percobaan yang menghubungkan usaha yang
dilakukan pada sistem (W), panas yang ditambahkan atau dikurangi pada
sistem (Q), dan energi internal sistem(U). Hasil percobaan Joule menyatakan
bahwa jumlah panas yang ditambahkan dan usaha yang dilakukan pada sistem
yang sama dengan perubahan energi internal sistem. Pernyataan tersebut
dikenal dengan sebutan hukum I termodinamika.

Jika kalor diberikan kepada sistem, volume dan suhu sistem akan
bertambah (sistem akan terlihat mengembang dan bertambah panas).
Sebaliknya, jika kalor diambil dari sistem, volume dan suhu sistem akan
berkurang (sistem tampak mengerut dan terasa lebih dingin). Prinsip ini
merupakan hukum alam yang penting dan salah satu bentuk dari hukum
kekekalan energi. Sistem yang mengalami perubahan volume akan melakukan
usaha dan sistem yang mengalami perubahan suhu akan mengalami perubahan
energi dalam. Jadi, kalor yang diberikan kepada sistem akan menyebabkan
sistem melakukan usaha dan mengalami perubahan energi dalam. Prinsip ini
dikenal sebagai hukum kekekalan energi dalam termodinamika atau disebut
hukum I termodinamika. Secara matematis, hukum I termodinamika dituliskan
sebagai :

Q = W + ∆U

Dimana Q adalah kalor, W adalah usaha, dan ∆U adalah perubahan energi


dalam. Secara sederhana, hukum I termodinamika dapat dinyatakan sebagai
berikut.

Jika suatu benda (misalnya krupuk) dipanaskan (atau digoreng) yang berarti
diberi kalor Q, benda (krupuk) akan mengembang atau bertambah volumenya
yang berarti melakukan usaha W dan benda (krupuk) akan bertambah panas
yang berarti mengalami perubahan energi dalam∆U.

2.3.1 Proses Isotermik


Isotermik adalah proses termodinamika yang tidak mengubah nilai suhu
sistem (∆T = 0).

4
gambar 1 Grafik Isotermik

Nilai usaha pada proses isotermik dinyatakan dengan persamaan berikut:

𝑣𝑓
W = n x R x T x in
𝑣𝑖

Dimana n adalah jumlah zat yang dinyatakan dengan satuan mol, R adalah
konstanta gas, dan T adalah suhu. Rumus ini didapatkan dengan
menggabungkan persamaan usaha di diagram P-V dengan persamaan gas
ideal.

Suatu sistem dapat mengalami proses termodinamika dimana terjadi


perubahan-perubahan di dalam sistem tersebut. Jika proses yang terjadi
berlangsung dalam suhu konstan, proses ini dinamakan proses isotermik.
Karena berlangsung dalam suhu konstan, tidak terjadi perubahan energi
dalam (∆U = 0) dan berdasarkan hukum I termodinamika kalor yang
diberikan sama dengan usaha yang dilakukan sistem

(Q = W).

Proses isotermik dapat digambarkan dalam grafik p – V di bawah ini.


Usaha yang dilakukan sistem dan kalor dapat dinyatakan sebagaiDimana
V2 dan V1 adalah volume akhir dan awal gas.

2.3.2 Proses Isokhorik

Isokhorik adalah proses termodinamika yang tidak mengubah nilai volume


sistem (Delta V = 0). Pada proses ini, nilai usaha adalah 0 karena tidak
terdapat suatu luasan bangun yang terdapat pada gambar P-V.

5
gambar 2 Isokhorik

Jika gas melakukan proses termodinamika dalam volume yang konstan,


gas dikatakan melakukan proses isokhorik. Karena gas berada dalam
volume konstan (∆V = 0), gas tidak melakukan usaha (W = 0) dan kalor
yang diberikan sama dengan perubahan energi dalamnya. Kalor di sini
dapat dinyatakan sebagai kalor gas pada volume konstan QV.

QV = ∆U

2.3.3 Proses Isobarik

Isobarik adalah proses termodinamika yang tidak mengubah nilai tekanan


sistem (∆P = 0). Dari rumus tersebut, diketahui juga bahwa apabila volume
membesar (terjadi pemuaian) maka usaha bernilai positif, dan bila volume
mengecil (terjadi penyusutan) maka usaha bernilai negatif.

gambar 3 Isobarik

Jika gas melakukan proses termodinamika dengan menjaga tekanan tetap


konstan, gas dikatakan melakukan proses isobarik. Karena gas berada
dalam tekanan konstan, gas melakukan usaha (W = p∆V). Kalor di sini
dapat dinyatakan sebagai kalor gas pada tekanan konstan Qp. Sebelumnya
telah dituliskan bahwa perubahan energi dalam sama dengan kalor yang
diserap gas pada volume konstan

QV =∆U

6
Dari sini usaha gas dapat dinyatakan sebagai :

W = Qp − QV

Jadi, usaha yang dilakukan oleh gas (W) dapat dinyatakan sebagai selisih
energi (kalor) yang diserap gas pada tekanan konstan (Qp) dengan energi
(kalor) yang diserap gas pada volume konstan (QV).

2.3.4 Proses Adiabatik

Adiabatik adalah proses termodinamika yang tidak mengubah nilai kalor


sistem (Q = 0).

gambar 4. Adiabatik

Dalam proses adiabatik tidak ada kalor yang masuk (diserap) ataupun
keluar (dilepaskan) oleh sistem (Q = 0). Dengan demikian, usaha yang
dilakukan gas sama dengan perubahan energi dalamnya (W = ∆U).

Pada gas monoatomic, usaha yang dilakukan pada proses adiabatik dapat
dinyatakan dengan persamaan:
3
W = - x n x r x ∆T
2

Jika diperhatikan dengan sekilas, proses adiabatik dan isotermik memiliki


diagram P-V yang serupa. Secara detil, dapat dilihat bahwa proses
adiabatik memiliki kemiringan yang lebih curam dibandingkan proses
isotermik seperti contoh grafik berikut.

7
gambar 5 Adiabatik 2

Jika semua proses tersebut digambarkan menjadi suatu diagram P-V, dapat
didapatkan grafik berikut. Patut diingat bahwa satuan-satuan yang
digunakan dalam perhitungan adalah Satuan Internasional.Sebagai contoh,
satuan untuk suhu yang digunakan adalah Kelvin, satuan untuk volume
adalah m3, dan satuan untuk jumlah zat adalah mol.

gambar 6 Adiabatik 3

2.4 Hukum II Termodinamika

Hukum kedua termodinamika berkaitan dengan apakah proses-proses yang


dianggap taat azas dengan hukum pertama, terjadi atau tidak terjadi di alam.
Hukum kedua termodinamika seperti yang diungkapkan oleh Clausius
mengatakan, “Untuk suatu mesin siklis maka tidak mungkin untuk
menghasilkan efek lain, selain dari menyampaikan kalor secara kontinu dari
sebuah benda ke benda lain pada temperatur yang lebih tinggi".

Bila ditinjau siklus Carnot, yakni siklus hipotesis yang terdiri dari empat
proses terbalikkan: pemuaian isotermal dengan penambahan kalor, pemuaian
adiabatik, pemampatan isotermal dengan pelepasan kalor dan pemampatan
adiabatik; jika integral sebuah kuantitas mengitari setiap lintasan tertutup
adalah nol, maka kuantitas tersebut yakni variabel keadaan, mempunyai
sebuah nilai yang hanya merupakan ciri dari keadaan sistem tersebut, tak
peduli bagaimana keadaan tersebut dicapai. Variabel keadaan dalam hal ini
adalahentropi. Perubahan entropi hanya gayut keadaan awal dan keadaan akhir

8
dan tak gayut proses yang menghubungkan keadaan awal dan keadaan akhir
sistem tersebut.

Hukum kedua termodinamika dalam konsep entropi mengatakan, "Sebuah


proses alami yang bermula di dalam satu keadaan kesetimbangan dan berakhir
di dalam satu keadaan kesetimbangan lain akan bergerak di dalam arah yang
menyebabkan entropi dari sistem dan lingkungannya semakin besar". Jika
entropi diasosiasikan dengan kekacauan maka pernyataan hukum kedua
termodinamika di dalam proses-proses alami cenderung bertambah ekivalen
dengan menyatakan, kekacauan dari sistem dan lingkungan cenderung
semakin besar.

Di dalam ekspansi bebas, molekul-molekul gas yang menempati


keseluruhan ruang kotak adalah lebih kacau dibandingkan bila molekul-
molekul gas tersebut menempati setengah ruang kotak. Jika dua benda yang
memiliki temperatur berbeda T1 dan T2 berinteraksi, sehingga mencapai
temperatur yang serba sama T, maka dapat dikatakan bahwa sistem tersebut
menjadi lebih kacau, dalam arti, pernyataan "semua molekul dalam sistem
tersebut bersesuaian dengan temperatur T adalah lebih lemah bila
dibandingkan dengan pernyataan semua molekul di dalam benda A
bersesuaian dengan temperatur T1 dan benda B bersesuaian dengan
temperatur T2".

Di dalam mekanika statistik, hubungan antara entropi dan parameter


kekacauan adalah, pers. (1): S = k log w

Dimana k adalah konstanta Boltzmann, S adalah entropi sistem, w adalah


parameter kekacauan, yakni kemungkinan beradanya sistem tersebut relatif
terhadap semua keadaan yang mungkin ditempati.

Jika ditinjau perubahan entropi suatu gas ideal di dalam ekspansi


isotermal, dimana banyaknya molekul dan temperatur tak berubah sedangkan
volumenya semakin besar, maka kemungkinan sebuah molekul dapat
ditemukan dalam suatu daerah bervolume V adalah sebanding dengan V;
yakni semakin besar V maka semakin besar pula peluang untuk menemukan
molekul tersebut di dalam V. Kemungkinan untuk menemukan sebuah
molekul tunggal di dalam V adalah, pers. (2):

W1 = c V

Dimana c adalah konstanta. Kemungkinan menemukan N molekul secara


serempak di dalam volume V adalah hasil kali lipat N dari w. Yakni,
kemungkinan dari sebuah keadaan yang terdiri dari N molekul berada di
dalam volume V adalah, pers (3):

9
w = w1N = (cV)N.

Jika persamaan (3) disubstitusikan ke (1), maka perbedaan entropi


gas ideal dalam proses ekspansi isotermal dimana temperatur dan
banyaknya molekul tak berubah, adalah bernilai positip. Ini berarti entropi
gas ideal dalam proses ekspansi isotermal tersebut bertambah besar.

Definisi statistik mengenai entropi, yakni persamaan (1),


menghubungkan gambaran termodinamika dan gambaran mekanika
statistik yang memungkinkan untuk meletakkan hukum kedua
termodinamika pada landasan statistik. Arah dimana proses alami akan
terjadi menuju entropi yang lebih tinggi ditentukan oleh hukum
kemungkinan, yakni menuju sebuah keadaan yang lebih mungkin. Dalam
hal ini, keadaan kesetimbangan adalah keadaan dimana entropi maksimum
secara termodinamika dan keadaan yang paling mungkin secara statistik.
Akan tetapi fluktuasi, misal gerak Brown, dapat terjadi di sekitar distribusi
kesetimbangan.

Dari sudut pandang ini, tidaklah mutlak bahwa entropi akan


semakin besar di dalam tiap-tiap proses spontan. Entropi kadang-kadang
dapat berkurang. Jika cukup lama ditunggu, keadaan yang paling tidak
mungkin sekali pun dapat terjadi: air di dalam kolam tiba-tiba membeku
pada suatu hari musim panas yang panas atau suatu vakum setempat
terjadi secara tiba-tiba dalam suatu ruangan.

2.5 Reversibel dan Ireversibel


2.5.1 Proses reversibel

Proses termodinamika reversibel jika proses tersebut dapat kembali ke


keadaan semula sehingga sistem dan lingkungan kembali ke keadaan
semula, tanpa perubahan lain di tempat lain di alam semesta. Ini berarti
baik sistem dan lingkungan dikembalikan ke keadaan awal pada akhir
proses terbalik.

Gambar 7 Siklus Stirling

10
Pada gambar di atas, sistem telah mengalami perubahan dari keadaan 1
ke keadaan 2. Proses reversibel dapat membalik sepenuhnya dan tidak ada
jejak yang tersisa yang menunjukkan bahwa sistem telah mengalami
perubahan termodinamika. Selama proses reversibel, semua perubahan
dalam kondisi yang terjadi dalam sistem berada dalam kesetimbangan
termodinamika satu sama lain.

 Proses reversibel secara internal


Proses ini dapat dibalik secara internal jika tidak ada irreversibilitas
yang terjadi dalam batas-batas sistem. Dalam proses-proses ini, suatu
sistem mengalami melalui serangkaian keadaan keseimbangan, dan ketika
proses berbalik, sistem melewati persis kondisi keseimbangan yang sama
sambil kembali ke keadaan awal.

 Proses reversibel secara eksternal


Dalam proses reversibel secara eksternal, tidak ada irreversibilitas yang
terjadi di luar batas sistem selama proses. Perpindahan kalor antara
reservoir dan sistem adalah proses yang dapat dibalik secara eksternal jika
permukaan kontak antara sistem dan reservoir berada pada suhu yang
sama. Suatu proses dapat dibalik hanya jika memenuhi dua syarat

1. Gaya disipatif harus tidak ada.


2. Prosesnya harus terjadi dalam waktu kecil yang tak terbatas.

Dengan kata sederhana, proses yang dapat membalikkan kembali


sepenuhnya adalah proses reversibel. Ini berarti bahwa sifat-sifat akhir
sistem dapat dengan sempurna kembali ke sifat-sifat aslinya. Proses ini
dapat dibalik sempurna hanya jika perubahan dalam proses sangat kecil.
Dalam situasi praktis tidak mungkin untuk melacak perubahan yang sangat
kecil ini dalam waktu yang sangat kecil, maka proses reversibel juga
merupakan proses yang ideal. Perubahan yang terjadi selama proses
reversibel berada dalam keseimbangan satu sama lain.

2.5.2 Proses ireversibel

Proses ireversibel adalah hasil dari menyimpang dari kurva,


sehingga mengurangi jumlah keseluruhan usaha yang dilakukan. Proses
ireversibel adalah proses termodinamika yang menyimpang dari
keseimbangan. Dalam hal tekanan dan volume, itu terjadi ketika tekanan
(atau volume) suatu sistem berubah secara dramatis dan instan sehingga
volume (atau tekanan) tidak memiliki waktu untuk mencapai
keseimbangan.

11
Gambar 8 Proses ireversibel

Contoh klasik dari proses ireversibel adalah dengan melepaskan


volume gas tertentu ke dalam ruang hampa. Dengan melepaskan tekanan
pada sampel dan memungkinkannya untuk menempati ruang yang besar,
sistem dan sekitarnya tidak berada dalam kesetimbangan selama proses
ekspansi. Di sini sedikit usaha yang terjadi. Namun, ada persyaratan usaha
yang signifikan, dengan jumlah disipasi energi yang sesuai saat kalor yang
mengalir ke lingkungan. Ini untuk membalikkan proses.

2.6 Diagram volume spesifik suhu untuk perubahan fasa air

2.6.1 Compressed Liquid (Cairan Terkompresi)


Misalkan anda menempatkan air pada suatu peralatan berbentuk
piston silinder pada suhu 20°C (293.15 K) dan tekanan 1 atm. Kondisi
yang seperti ini disebut dengan istilah compressed liquid atau subcooled
liquid yang berarti bahwa cairan tersebut belum siap untuk menguap.

Apabila sistem tersebut dipanaskan, maka suhu air akan meningkat


(misalkan menjadi 60°C) yang diikuti dengan terjadinya peningkatan
volume dari sistem akibat pengembangan dari volume air tersebut.
Volume yang mengembang dengan massa yang tetap juga mengandung
makna terjadinya peningkatan spesific volume (volume/massa).

12
2.6.2 Saturated Liquid
Bila kita terus menambahkan panas pada sistem tersebut, maka
suhu air akan meningkat hingga 100°C (373.15 K). Pada titik ini,
penambahan panas seberapapun juga akan menyebabkan air mulai
menguap. Titik tertentu dimana air mulai menguap di sebut dengan
istilah saturated liquid.

2.6.3 Saturated Vapor


Jika panas terus ditambakan, maka uap yang terbentuk akan
semakin banyak. Namun suhu dan tekanan dari campuran saturated liquid
dan uap tersebut tidak berubah, yakni tetap pada suhu T=100°C (373.15
K) dan tekanan P=1 atm. Satu-satunya properti yang berubah adalah
specific volume. Kondisi ini terus berlangsung hingga tetes cairan terakhir
berubah menjadi uap. Pada titik ini, seluruh silinder telah menjadi uap
yang memiliki suhu 100°C (373.15 K). Keadaan ini disebut dengan
istilah saturated vapor.

Keadaan diantara titik Saturated Liquid hingga saturated vapor


dimana air berada didalam dua fasa secara bersamaan ini di sebut
dengan saturated liquid-vapor mixture.

2.6.4 Superheated Vapor


Setelah semuanya menjadi uap, penambahan panas pada sistem
akan meningkatkan suhu dari uap air tersebut. keadaan ini disebut
dengan superheated vapor.
Perbedaan antara saturated vapor dan superheated vapor adalah bahwa
pada saturated vapor, jika kita kurangi sedikit saja panas dari sistem,
maka ia akan mulai mengembun, sementara pada superheated vapor,
penguranan energi panas hanya akan menurunkan suhu uap saja, tidak
akan merubah fasanya.

2.7 Siklus Turbin Gas (Siklus Brayton)


Siklus Bryton siklus daya gas yang ditemukan oleh George
Brayton pada tahun 1870 untuk mesin pembakaran minyak bolak-balik.
Pada saat ini banyak digunakan pada mesin turbin gas dengan siklus
terbuka. Tetapi untuk memudahkan perhitungan termodinamika dalam
perancangan maka dapat dimodelkan sebagai sistem tertutup dengan
asumsi standar udara dan penambahan panas dari sumber luar &
pembuangan panas ke lingkungan terjadi pada tekanan yang konstan.

13
Sesuai dengan teori, bahwa turbine gas mengikuti siklus Brayton,.
Pada siklus yang sederhana, proses pembakaran atau proses pembuangan
gas bekas terjadi pada tekanan konstan sedangkan proses kompresi dan
expansi terjadi secara kontinyu. Pembangkit tenaga turbin gas dapat
dioperasikan pada sistem terbuka maupun sistem tertutup.

Gambar 3. Turbin Gas Sistem Terbuka & Sistem Tertutup

Sistem terbuka lebih banyak digunakan. Siklus Brayton terbuka terdiri dari
tiga komponen utama.
 Pertama kompresor yang berfungsi untuk menaikkan tekanan udara
yang diambil dari lingkungan.

 Kedua adalah ruang bakar (combustion chamber) tempat terjadinya


pembakaran dan pada pemodelan dinyatakan dengan penukar kalor
(heat exchanger).

 Komponen ketiga adalah turbin gas yang berfungsi menurunkan


tekanan dan menghasilkan kerja berupa putaran poros. Di dalam
sistem ini mesin menarik udara atmosfer secara terus menerus ke
dalam kompresor.

Dimana udara di kompresi sehingga memiliki tekanan tinggi. Udara


yang telah di kompresi kemudian masuk ke dalam ruang pembakaran
pada temperatur tinggi. Udara hasil pembakaran melakukan ekspansi di
turbin dan pada akhirnya di buang ke lingkungan. Sebagian dari kerja yang
dihasilkan turbin digunakan untuk menggerakkan kompresor, sisanya
digunakan untuk membangkitkan listrik.

Pada sistem tertutup fluida kerja menerima masukkan energi melalui


perpindahan kalor dari sumber ekstenal. Gas yang keluar dari turbin
melewati alat penukar kalor, kemudian didinginkan sebelum masuk
kompresor.
2.8 Siklus Brayton Standar Udara Ideal
Bentuk yang sering dipakai di dalam pembangkit tenaga turbin gas siklus
terbuka standar-udara. Di dalam analisis standar-udara ada dua asumsi
yang senatiasa digunakan :
 Fluida kerja yang digunakan udara yang berlaku gas ideal
 Kenaikan temperatur yang disebabakan oleh proses pembakaran
dicapai melalui perpindahan kalor yang berasal dari sumber
eksternal.

Turbin gas bekerja berdasarkan siklus brayton, dimana terdapat


hubungan antara P – Vdan T – S. Skema instalasi dari turbin gas tersebut
dapat digambarkan dengan siklus brayton ideal. Siklus ideal dari sistem
turbin gas sederhana dengan siklus terbuka menggunakan ruang bakar,
sedangkan sistem turbin gas sederhana dengan siklus tertutup
menggunakan alatpenukar kalor.

Gambar 4. Siklus Ideal Brayton

Proses-proses pada siklus brayton udara standar :


Proses 1-2 : Kompresi Isentropik
Udara atmosfer masuk ke dalam sistem turbin gas melalui sisi inlet
kompresor. Oleh kompresor, udara dikompresikan sampai tekanan
tertentu diikuti dengan volume ruang yang menyempit. Proses ini
tidak diikuti dengan perubahan entropi, sehingga disebut proses
isentropik. Proses ini ditunjukan dengan angka 1-2 pada kurva di
atas.

Proses 2-3 : Pemasukan panas pada tekanan konstan (isobarik)


Pada tahap 2-3, udara terkompresi masuk ke ruang bakar. Bahan
bakar diinjeksikan ke dalam ruang bakar, dan diikuti dengan proses
pembakaran bahan bakar tersebut. Energi panas hasil pembakaran
diserap oleh udara (qin), meningkatkan temperatur udara, dan
menambah volume udara. Proses ini tidak mengalami kenaikan
tekanan udara, karena udara hasil proses pembakaran bebas
berekspansi ke sisi turbin. Karena tekanan yang konstan inilah maka
proses ini disebut isobarik.

Proses 3-4 : Ekspansi isentropik


Udara bertekanan yang telah menyerap panas hasil pembakaran,
berekspansi melewati turbin. Sudu-sudu turbin yang merupakan
nozzle-nozzle kecil berfungsi untuk mengkonversikan energi panas
udara menjadi energi kinetik. Sebagian energi tersebut dikonversikan
turbin untuk memutar kompresor. Pada sistem pembangkit listrik
turbin gas, sebagian energi lagi dikonversikan turbin untuk memutar
generator listrik. Sedangkan pada mesin turbojet, sebagian energi
panas dikonversikan menjadi daya dorong pesawat oleh sebentuk
nozzle besar pada ujung keluaran turbin gas.

Proses 4-1 : Pengeluaran panas pada tekanan konstan


Tahap selanjutnya adalah pembuangan udara kembali ke atmosfer.
Pada siklus Brayton ideal, udara yang keluar dari turbin ini masih
menyisakan sejumlah energi panas. Panas ini diserap oleh udara
bebas, sehingga secara siklus udara tersebut siap untuk kembali
masuk ke tahap 1-2 lagi.

2.9 Siklus Rankine (Rankine Cycle)


Proses atau siklus yang terjadi pada pembangkit listrik tenaga uap
berbeda dengan proses atau siklus yang terjadi pada pembangkit listrik
tenaga gas. Pada pembangkit listrik tenaga gas terjadi siklus terbuka
sedangkan pada pembangkit listrik tenaga uap berlangsung kebalikannya
yaitu menggunakan siklus tertutup. Disebut dengan siklus tertutup karena
fluida kerja yang dipakai digunakan secara terus menerus. Pada PLTU
siklus tertutup yang biasa digunakan sebagai dasar kerja adalah siklus
Rankine. Dalam penggunaannya terbagi menjadi dua yaitu Siklus Rankine
sederhana (tanpa reheater) dan Siklus Rankine dengan menggunakan
reheater.

2.9.1 Siklus Rankine Tanpa Reheater

Berikut ini merupakan gambar sekematik siklus Rankine sederhana


dengan menggunakan fluida yang ideal.
Gambar 4.1 Skema sistem turbin uap sederhana tanpa reheater

Pada siklus Rankine sederhana (tanpa reheater) peralatan utama


yang digunakan adalah pompa, boiler, turbin uap serta kondensor. Pada
gambar di bawah ini merupakan diagram T–S yang sederhana dari siklus
Rankine.

Diagram temperature versus entropi dari siklus Rankine

Proses siklus Rankine sederhana yang dapat dilihat dari diagram diatas
adalah sebagai berikut :

1–2 : Proses pemompaan isentropik, di dalam pompa.

2 – 2’ – 3 : Pada proses ini tekanan fluida konstan dan terjadi


transfer panas fluida di boiler untukmendapatkan steam.

3–4 : Proses ekspansi isentropik di dalam turbiin atau mesin


uap lainnya.

4–1 : Proses pengeluaran kalor atau pengembunan pada


tekanan konstan, di dalam kondensor.

Sesuai dengan diagram diatas setelah fluida dipompa dan masuk ke


boiler, maka fluida dipanaskan di boiler dengan tekanan tetap hingga
menghasilkan uap bertekanan.yang kemudian digunakan untuk memutar
turbin uap. Selanjutnya udara keluarannya dimasukkan ke kondensor
untuk dipompa kempali ke boiler, demikian proses berlangsung terus –
menerus.

2.9.2 Siklus Rankine Dengan Reheater

Semakin maju peradaban membuat manusia berusaha


meningkatkan kinerja dari segala peralatan yang dimilikinya, demikian
halnya dengan penerapan siklus Rankine. Dalam rangka meningkatkan
efisiensi dalam proses muncul alat yang disebut dengan reheater. Alat ini
berfungsi untuk meningkatkan kembali temperatur dari uap yang telah
keluar dari turbin. Penggunaan reheater ini didasari pertimbangan
pemanfaatan uap keluaran dari turbin masih memiliki temperatur yang
relatif cukup tinggi. Bila uap ini langsung ditampung di kondensor akan
menghasilkan kerugian yang besar bagi PLTU. Pada sistem ini turbin
dibuat 3 tingkat terdiri dari turbin tekanan tinggi, turbin tekanan sedang
dan turbin tekanan rendah. Berikut gambar sederhana siklus Rankine
dengan menggunakan reheater :

Skema sistem turbin uap sederhana dengan reheater

Pada gambar di bawah ini akan terlihat grafik T – S yang sederhana dari siklus
rankine

Diagram temperature versus entropi dari siklus Rankine


Pada sistem ini prinsip kerjanya hampir sama seperti pada sistem
tanpa reheater. Pada sistem ini, menggunakan turbin bertingkat tiga.
Turbin tekanan tinggi, tekanan sedang dan tekanan rendah. Setelah uap
pertama “Uap Utama” dari boiler digunakan untuk memutar turbin
tekanan tinggi (Pada gambar proses 4 & pada diagram proses 3) uap tidak
dibuang tapi dipanaskan lagi dengan reheater (Pada gambar proses 5 &
Pada diagram proses 3’). Setelah dari reheater temperatur akan kembali
naik sesuai yang diharapkan dan digunakan untuk memutar turbin tekanan
sedang. Uap buangannya langsung digunakan untuk memutar turbin
tekanan rendah. Uap terakhir yang keluar dari turbin tekanan rendah
langsung ditampung di kondensor yang kemudian proses akan kembali
seperti semula.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Termodinamika adalah ilmu tentang energi, yang secara spesific
membahas tentang hubungan antara energi panas dengan kerja.
2. Sistem adalah benda atau sekumpulan apa saja yang akan diteliti
atau diamati dan menjadi pusat perhatian.
3. Hukum I termodinamika berisi pernyataan tentang kekekalan
energi. Hukum ini menggambarkan percobaan yang
menghubungkan usaha yang dilakukan pada sistem (W), panas
yang ditambahkan atau dikurangi pada sistem (Q), dan energi
internal sistem(U).
4. Hukum kedua termodinamika seperti yang diungkapkan oleh
Clausius mengatakan, “Untuk suatu mesin siklis maka tidak
mungkin untuk menghasilkan efek lain, selain dari menyampaikan
kalor secara kontinu dari sebuah benda ke benda lain pada
temperatur yang lebih tinggi".
5. Proses reversibel ialah proses yang dapat membalik sepenuhnya
dan tidak ada jejak yang tersisa yang menunjukkan bahwa sistem
telah mengalami perubahan termodinamika.
6. Proses ireversibel adalah hasil dari menyimpang dari kurva,
sehingga mengurangi jumlah keseluruhan usaha yang dilakukan.
Proses ireversibel adalah proses termodinamika yang menyimpang
dari keseimbangan.

3.2 Saran
Penulis memahami masih banyak kekurangan dalam menyusun
makalah ini, oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat
diharapkan untuk kebaikan penulis kedepannya.Semoga makalah ini
bisa memberikan manfaat kepada pembaca secara umum terlebih bagi
penulis sendiri.

14
DAFTAR PUSTAKA

Melindah.2014.”Makalahtermodinamika“http://susimelindah23.blogspot.com/20
14/11/contoh-makalah-termodinamika.html (online). Diakses tanggal 5 Maret
2019.

Ardha.2013.”sistemtermodinamika”http://ardhaphys.blogspot.com/2013/10/siste
m-termodinamika.html(online). Diakses tanggal 5 Maret 2019.

Diana.2015.”Hukumtermodinamika”http://fiskadiana.blogspot.com/2015/04/huku
m-i-termodinamika-dan-penerapannya.html (online). Diakses tanggal 5 Maret
2019.

https://usaha321.net/pengertian-proses-reversibel-dan-ireversibel-dalam-
termodinamika.html

15
Lampiran

Fundamentals Termodinamika

1.1 Perintah

Energi memainkan peran penting dalam mengarahkan semua


proses praktis dan sangat penting untuk mempertahankan hidup. Energi
ada dalam beberapa bentuk, misalnya, cahaya, panas, dan listrik. Sistem
energi tersebar luas dan digunakan di berbagai industri seperti pembangkit
listrik, pengolahan petrokimia, pendinginan, produksi hidrogen,
pemrosesan kimia, dan manufaktur. Minat tumbuh dalam menghasilkan
produk-produk energi yang unggul dengan biaya minimal, sementara
memuaskan kekhawatiran mengenai dampak lingkungan, keamanan, dan
masalah lainnya. Tidak lagi memadai untuk mengembangkan sistem yang
hanya melakukan tugas yang diinginkan. Karena berbagai alasan,
seringkali penting untuk mengoptimalkan proses sehingga kuantitas yang
dipilih, yang dikenal sebagai fungsi objektif, dimaksimalkan atau
diminimalkan. Misalnya, output, laba, produktivitas, kualitas produk, dan
sebagainya, dapat dimaksimalkan, atau biaya per item, investasi keuangan,
input energi, dan sebagainya, dapat diminimalkan. Keberhasilan dan
pertumbuhan industri saat ini sangat didasarkan pada kemampuan mereka
untuk mengoptimalkan desain dan sistem.

Ketika seorang insinyur melakukan analisis sistem energi atau


penerapannya, ia harus berurusan dengan beberapa faktor dasar terlebih
dahulu. Ini tergantung pada jenis masalah yang sedang dipelajari, dan
sering melibatkan disiplin seperti termodinamika, mekanika fluida, dan
perpindahan panas. Oleh karena itu, sangat membantu untuk
memperkenalkan beberapa definisi dan konsep dasar sebelum beralih ke
aplikasi sistem energi terperinci, terutama bagi pembaca yang tidak
memiliki latar belakang termodinamika, mekanika fluida, atau
perpindahan panas.

Bab ini memberikan ulasan seperti itu, dan dimaksudkan untuk


memberikan pemahaman yang kuat kepada para pemula dan praktisi
sistem energi tentang dasar-dasar, termasuk fenomena fisik, hukum dan
prinsip-prinsip dasar, dan hubungan pemerintahan, serta landasan yang
kuat dalam aspek-aspek praktis. Bab pengantar mencakup dasar-dasar
yang relevan yang terlibat dalam optimalisasi sistem energi. Kita memulai

1
bab ini dengan ringkasan definisi mendasar dan kuantitas fisik, dengan
satuan, dimensi, dan keterkaitannya. Kami kemudian mempertimbangkan
aspek pengantar termodinamika, dengan fokus khusus pada energi,
eksergi, dan perpindahan panas.

1.2 Termodinamika

Energi dibutuhkan untuk hampir setiap kegiatan. Secara sederhana,


energi biasanya dianggap sebagai kemampuan untuk melakukan tugas-
tugas yang bermanfaat seperti menghasilkan pekerjaan dan pemanasan.
energi terkandung dalam bahan bakar yang kita gunakan, makanan yang
kita makan, dan tempat kita hidup. Energi memungkinkan hasil seperti
transportasi, air tawar, dan kenyamanan termal pada bangunan.

Penggunaan energi juga memiliki kelemahan. Ini bisa berbahaya


jika tidak digunakan dengan hati-hati dan sering menyebabkan polusi dan
kerusakan lingkungan.

Energi dapat dikonversi dari satu bentuk ke bentuk lainnya, tetapi


tidak dapat dibuat atau dihancurkan. Kerja dan panas adalah dua kategori
energi dalam perjalanan. termodinamika memainkan peran kunci dalam
analisis proses, sistem, dan perangkat di mana terjadi transfer dan
transformasi energi. implikasi dari termodinamika jauh jangkauannya dan
aplikasi menjangkau rentang perusahaan manusia. Alam memungkinkan
konversi pekerjaan sepenuhnya menjadi panas, tetapi tidak sebaliknya.
Selain itu, konversi panas dalam pekerjaan membutuhkan perangkat, yang
seringkali rumit (mis., mesin).

Meskipun energi dapat ditransformasikan ke dalam berbagai bentuk,


prinsip konservasi energi menyatakan bahwa energi total suatu sistem
hanya dapat berubah jika energi ditransfer ke dalam atau keluar dari sistem
ini menyiratkan bahwa tidak mungkin untuk membuat atau
menghancurkan energi. Energi total suatu sistem dapat dihitung dengan
menambahkan semua bentuk energi dalam sistem. contoh transfer energi
dan transformasi termasuk menghasilkan atau memanfaatkan energi listrik
melakukan reaksi kimia dan mengangkat benda. Mengangkat melawan
gravitasi melakukan pekerjaan pada objek dan menyimpan energi potensial
gravitasi; jika objek jatuh, gravitasi bekerja pada objek, yang mengubah
energi potensial menjadi energi kinetik yang terkait dengan kecepatannya.

nama "termodinamika" berasal dari kata Yunani therme (panas) dan


dinamis (kekuatan), yang merupakan deskriptif dari upaya untuk
mengubah panas menjadi kekuatan [1]. Mata Kuliah termodinamika
terutama didasarkan pada dua hukum alam yang mendasar, yang dikenal
sebagai hukum pertama dan kedua. Hukum termodinamika pertama
hanyalah ungkapan dari prinsip konservasi energi. Ini menyatakan energi
itu, sebagai kuantitas termodinamika, tidak dibuat atau dihancurkan selama
proses. Hukum termodinamika kedua menyatakan bahwa energi memiliki
kualitas dan kuantitas, dan bahwa proses secara alami terjadi dalam arah
penurunan kualitas energi [2].

1.3 Hukum Termodinamika Pertama

Hukum termodinamika pertama (FLT) mewujudkan prinsip


konservasi energi, yang menyatakan bahwa, walaupun energi dapat
berubah bentuk, ia tidak dapat diciptakan. tidak hancur. FLT
mendefinisikan energi internal sebagai fungsi keadaan dan memberikan
pernyataan formal tentang konservasi energi [2]. Namun, hukum pertama
tidak memberikan informasi tentang arah di mana proses dapat terjadi
secara spontan, yaitu, aspek reversibilitas proses termodinamika. Sebagai
contoh, FLT tidak dapat menunjukkan bagaimana sel dapat bekerja ketika
ada di lingkungan isotermal. FLT tidak memberikan informasi tentang
ketidakmampuan proses termodinamika apa pun untuk mengubah panas
sepenuhnya menjadi kerja mekanis, atau wawasan apa pun mengapa
campuran tidak dapat secara spontan memisahkan atau mencampurnya
sendiri. Diperlukan sebuah prinsip untuk menjelaskan fenomena ini dan
mengkarakterisasi ketersediaan energi. Prinsip semacam itu diwujudkan
dalam hukum kedua termodinamika (SLT), yang akan kami jelaskan nanti
dalam bab ini.

Contoh sederhana konversi energi adalah proses di mana tubuh


yang memiliki energi potensial pada ketinggian tertentu jatuh, dan
sebagian energi potensial diubah menjadi energi kinetik. Data
eksperimental menunjukkan bahwa penurunan energi potensial sama
dengan peningkatan energi kinetik jika hambatan udara dapat diabaikan.
contoh sederhananya menunjukkan konservasi prinsip energi. Untuk
menganalisis sistem energi, kita perlu menggunakan persamaan
keseimbangan energi, yang menyatakan keseimbangan energi yang masuk
dan keluar dari suatu sistem dan perubahan energi dalam sistem. Artinya,
perubahan total energi total sistem selama suatu proses sama dengan
perbedaan antara total energi yang masuk dan total energi yang
meninggalkan sistem selama proses itu, atau

(Energi total memasuki sistem) – (Energi total meninggalkan sistem) = ( Total ubah
energi sistem)
hubungannya juga dapat ditulis sebagai
Ein − Eout = ΔEsystem (1.1)

Energi E dapat mencakup energi internal U, energi kinetik (EK) dan energi
potensial (EP) sebagai berikut:
E = U + EK + EP (1.2)

Untuk perubahan status dari kondisi 1 ke kondisi 2 dengan percepatan


gravitasi konstan (g), Persamaan 1.2 dapat digunakan untuk menunjukkan
yang berikut:

E2 – E1 = (U2 – U1 ) + 1 /2 m(V2 2 – V2 1 ) + mg(Z2 – Z1 ) (1.3)

di mana m menunjukkan jumlah massa tetap dalam sistem, V kecepatan,


dan Z ketinggian. Untuk menerapkan FLT ke sistem energi, kita perlu
mengetahui beberapa konsep lebih lanjut, yang dijelaskan pada bagian
berikut.

1.3.1 Sistem Termodinamika

Sistem termodinamika adalah wilayah atau perangkat atau


kombinasi perangkat yang mengandung jumlah materi tertentu. Penting
untuk secara hati-hati mendefinisikan sistem yang sedang
dipertimbangkan selama analisis dan batasannya. tiga jenis sistem penting
dapat didefinisikan:

• Sistem tertutup. Sistem semacam itu didefinisikan sebagai sistem yang


melintasi batas-batas yang tidak dilintasi oleh material. Karena itu
mengandung jumlah materi yang tetap. Kadang-kadang ini juga disebut
massa kontrol.

•Sistem terbuka. ini didefinisikan sebagai sistem di mana materi (massa)


diizinkan untuk melintasi batas. Istilah sistem terbuka kadang-kadang
disebut sebagai volume kontrol

• Sistem terisolasi. ini adalah sistem tertutup yang independen dan tidak
terpengaruh oleh lingkungan. Tidak ada massa, panas, atau pekerjaan yang
melewati batasnya.

1.3.2 Proses

Suatu proses adalah perubahan fisik atau kimia dalam sifat materi
atau konversi energi dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Dalam beberapa
proses, satu properti tetap konstan. awalan "iso" digunakan untuk
menggambarkan seperti proses, misalnya isotermal (suhu konstan),
isobarik (tekanan konstan), dan isokorik (volume konstan).

1.3.3 Siklus

Siklus adalah serangkaian proses termodinamika di mana kondisi


titik akhir atau sifat-sifat materi identik dengan kondisi awal.

1.3.4 Panas

Panas adalah bentuk energi termal, dan perpindahan panas terjadi


ketika perbedaan suhu ada dalam media atau antara media yang berbeda.
Percobaan definitif yang menunjukkan panas menjadi bentuk energi, dapat
diubah menjadi bentuk lain, dilakukan oleh fisikawan Skotlandia. James
Joule. Perpindahan panas selalu memerlukan perbedaan suhu, dan
perbedaan suhu yang lebih tinggi memberikan kecepatan transfer panas
yang lebih tinggi. Unit untuk panas adalah joule atau kilojoule dalam
Sistem Internasional (SI) dan foot pound atau unit termal Inggris (British)
dalam sistem Inggris. Dalam hal konvensi tanda dalam perhitungan
termodinamika, yang umum menyatakan bahwa perpindahan panas ke
suatu sistem dianggap positif, sedangkan perpindahan panas dari suatu
sistem adalah negatif. Jika tidak ada perpindahan panas yang terlibat
dalam suatu proses, itu disebut adiabatik.

1.3.5 Kerja

Kerja adalah energi yang ditransfer oleh perbedaan tekanan atau


gaya dalam bentuk apa pun, dan dibagi lagi menjadi kerja poros dan kerja
aliran. Kerja poros adalah energi mekanik yang digunakan untuk
menggerakkan suatu mekanisme seperti pompa, kompresor, atau turbin.
Kerja aliran adalah energi yang ditransfer ke suatu sistem oleh fluida yang
mengalir ke, atau keluar dari, itu. Kedua bentuk ini biasanya dinyatakan
dalam kilojoule. Kerja juga dapat dinyatakan berdasarkan satuan massa
(mis., Dalam kJ / kg). Dengan satu konvensi umum, kerja yang dilakukan
oleh suatu sistem biasanya dianggap positif dan kerja yang dilakukan pada
suatu sistem (input kerja) dianggap negatif. Unit SI untuk daya atau laju
kerja adalah joule per detik, yang merupakan Watt (W).

1.3.6 Properti Termodinamika

Sifat termodinamika adalah karakteristik fisik suatu zat, sering


digunakan untuk menggambarkan keadaannya. Setiap dua sifat biasanya
menentukan keadaan atau kondisi suatu zat, dan semua sifat lain dapat
diturunkan dari zat ini. Beberapa contoh sifat adalah suhu, tekanan,
entalpi, dan entropi. Sifat feromodinamik dapat diklasifikasikan sebagai
intensif (tidak tergantung pada ukuran atau skala, misalnya, tekanan, suhu
dan kerapatan) dan sifat luas (tergantung pada ukuran atau skala, misalnya
massa dan total volume). Sifat luas menjadi sifat intensif ketika
diekspresikan pada basis massa per unit, seperti halnya untuk volume
spesifik.

Diagram properti zat dapat disajikan dalam bentuk grafis dan


menyajikan properti utama yang tercantum dalam tabel properti, misalnya
tabel refrigeran atau uap. Dalam menganalisis sistem energi, sifat
termodinamika harus didefinisikan sehingga memungkinkan simulasi (dan
karenanya optimasi) sistem. Dalam buku ini, Engineering Equation Solver
(EES) dan perangkat lunak Refprop digunakan untuk menghitung sifat
termodinamika.

1.3.6.1 Energi Internal Spesifik

Energi internal merupakan jenis energi keadaan molekul. Energi


internal spesifik adalah ukuran per satuan massa energi sistem sederhana
dalam kesetimbangan, dan dapat dinyatakan sebagai fungsi cvdT. Untuk
banyak proses termodinamika dalam sistem tertutup, satu-satunya
perubahan energi yang signifikan adalah perubahan energi internal, dan
kerja yang dilakukan oleh sistem dengan tidak adanya gesekan adalah
kerja ekspansi tekanan-volume, seperti dalam mekanisme silinder-silinder.

Energi internal spesifik campuran dari cair dan uap dapat ditulis sebagai

1.3.6.2 Enthalpy spesifik

Entalpi spesifik adalah ukuran lain dari energi per satuan massa
suatu zat. Entalpi spesifik, biasanya dinyatakan dalam kJ / kg atau Btu / lb,
biasanya dinyatakan sebagai fungsi cpdT. Karena entalpi adalah fungsi
keadaan, maka perlu untuk mengukurnya relatif terhadap beberapa
keadaan referensi. Praktik yang biasa dilakukan adalah menentukan nilai
referensi, yang disebut entalpi formasi standar (atau panas formasi),
khususnya dalam termodinamika pembakaran.

Entalpi spesifik dari campuran komponen cair dan uap dapat ditulis
sebagai
1.3.6.3 Entropi spesifik

Entropi adalah rasio panas yang ditambahkan ke suatu zat dengan


suhu absolut di mana ia ditambahkan, dan merupakan ukuran kelainan
molekul suatu zat pada kondisi tertentu.

Entropi spesifik dari campuran komponen cairan dan uap dapat ditulis
sebagai

1.3.7 Tabel Termodinamika

Tabel thermodinamik pertama kali diterbitkan pada tahun 1936


sebagai tabel uap oleh Keenan dan Keyes; pada tahun 1969 dan 1978 ini
direvisi dan diterbitkan ulang. tabel termodinamika tersedia untuk banyak
zat, mulai dari air hingga refrigeran, dan umumnya digunakan dalam
perhitungan desain proses. Beberapa tabel termodinamika termasuk tabel
uap air dan uap gas. Dalam buku ini, kami biasanya menyiratkan jenis
tabel ini ketika kami merujuk ke tabel termodinamika. Tabel tersebut
biasanya memiliki fase (bagian) yang berbeda; misalnya, empat bagian
berbeda untuk tabel air termasuk untuk air jenuh, uap air keliwat jenuh ,air
cair terkompresi, dan air uap jenuh padat jenuh. Demikian pula, dua bagian
berbeda untuk R-134a termasuk tabel jenuh dan super panas. Sebagian
besar tabel ditabulasikan sesuai dengan nilai suhu dan tekanan, dan
kemudian daftar nilai dari berbagai parameter termodinamika lainnya
seperti volume spesifik, energi internal, entalpi, dan entropi. Seringkali
ketika kita memiliki nilai untuk dua variabel independen, kita dapat
memperoleh data lain dari tabel masing-masing. Dalam mempelajari cara
menggunakan tabel ini, penting untuk menentukan keadaan menggunakan
dua parameter independen (kecuali diperlukan lebih banyak). Dalam
beberapa perhitungan desain, jika kami tidak memiliki nilai tepat dari
parameter, kami menggunakan interpolasi untuk menemukan nilai yang
diperlukan.
Di luar tabel termodinamika, banyak perhatian baru-baru ini
dibayarkan ke tabel komputer untuk perhitungan desain dan keperluan
lainnya. Meskipun tabel yang terkomputerisasi dapat menghilangkan
masalah pembacaan data, mereka mungkin tidak memberikan pemahaman
yang baik tentang konsep yang terlibat dan pemahaman yang baik dari
subjek. Oleh karena itu, dalam belajar termodinamika, penting bagi siswa
untuk mengetahui cara mendapatkan data termodinamika dari tabel
termodinamika yang sesuai.

Handbook of hermodynamic Tables [3] adalah salah satu sumber daya data
yang paling berharga, dengan data untuk berbagai zat padat, cair, dan gas.

1.3.8 Pemecah Persamaan Rekayasa

EES adalah paket perangkat lunak yang memecahkan sistem


persamaan aljabar atau diferensial linier atau nonlinear secara numerik. Ini
terdiri dari perpustakaan besar yang dibangun dalam sifat termodinamika
serta fungsi matematika. Tidak seperti paket perangkat lunak lain yang
tersedia, EES tidak memecahkan masalah teknik secara eksplisit;
melainkan memecahkan persamaan, dan merupakan tanggung jawab
pengguna untuk menerapkan hukum, hubungan, dan pemahaman fisik
yang relevan. EES menghemat waktu dan usaha pengguna dengan
menyelesaikan persamaan matematika, dan memiliki kemampuan untuk
terhubung ke perangkat lunak profesional lainnya seperti Matlab.

EES adalah salah satu paket perangkat lunak yang paling cocok
untuk analisis sistem energi dan sifat termodinamika. perangkat lunak
langsung digunakan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.1, di mana
pemodelan termodinamika sistem pendingin kompresi uap dan
komponennya disajikan bersama dengan hasil studi parametrik yang
dilakukan dengan memvariasikan suhu pada titik 1. perangkat lunak ini
dilengkapi dengan beberapa contoh dan telah digunakan untuk
memodelkan dan menganalisis sistem yang kompleks seperti pembangkit
listrik canggih, panas gabungan dan sistem tenaga, pabrik desalinasi,
pabrik produksi hidrogen, dan sistem berbasis energi terbarukan.
Gambar 1.1 Layar sampel Engineering Equation Solver (EES) untuk
analisis energi termodinamika sistem.

Gambar 1.2 Diagram volume spesifik suhu untuk perubahan fasa air.

Versi profesional dari perangkat lunak dapat melakukan optimasi


objektif tunggal tetapi tidak optimasi multi-objektif. Namun, beberapa
metode dapat diterapkan untuk menghubungkan EES dengan perangkat
lunak Matlab untuk melakukan optimasi multi-tujuan, seperti yang dibahas
dalam bab-bab berikutnya.

Di EES, kita dapat dengan mudah membuat diagram


termodinamika (mis., T-V, T S, P-V, P-h, dan h-S). Sebagai contoh,
Gambar 1.2 menunjukkan diagram volume suhu untuk air pada beberapa
tekanan. Keadaan suatu sistem atau zat didefinisikan sebagai kondisi
sistem atau zat yang ditandai oleh nilai-nilai makroskopik tertentu yang
dapat diamati dari sifat-sifatnya seperti suhu dan tekanan.

Istilah "keadaan" sering digunakan secara bergantian dengan istilah


"fase" misalnya fase padat atau fase gas suatu zat. Setiap sifat suatu zat
pada kondisi tertentu hanya memiliki satu nilai tertentu, terlepas dari
bagaimana zat tersebut mencapai kondisi tersebut. Misalnya, ketika panas
yang cukup ditambahkan atau dihilangkan dalam kondisi tertentu,
sebagian besar zat mengalami perubahan keadaan. Suhunya tetap konstan
sampai perubahan keadaan selesai. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar
1.2, ada tiga wilayah pada diagram T-v untuk air: terkompresi cairan,
wilayah dua fase jenuh (yang juga dikenal sebagai wilayah basah) dan
wilayah uap super panas. Ketika tekanan meningkat, garis jenuh terus
menyusut, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.2, dan akhirnya
menjadi titik ketika tekanan mencapai 22,06 MPa untuk air. titik ini
disebut titik kritis dan didefinisikan sebagai titik di mana cairan jenuh dan
uap jenuh identik. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 1.2. EES juga dapat
menghasilkan diagram entropi suhu khusus (T-s) untuk berbagai
refrigeran, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.3. Perangkat lunak ini
berisi basis data cairan yang besar. Tabel 1.1 mencantumkan sifat-sifat
berbagai refrigeran yang ditunjukkan pada Gambar 1.3. Dalam tabel ini,
Tb a adalah titik didih normal, sedangkan Pcr b dan Tcr a adalah tekanan
kritis dan suhu kritis.

Gambar 1.3 Diagram T-s dari refrigeran terpilih, seperti yang dihasilkan
oleh EES.

Tabel 1.1 Sifat termofisika dari fluida kerja terpilih.


Contoh 1.1: Terapkan EES ke siklus pendinginan kompresi uap
menggunakan R134a sebagai fluida kerja, seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 1.4. Tingkat aliran massa cairan yang bekerja adalah 0,1 kg / s.
Asumsikan bahwa tidak ada tekanan turun di kondensor dan kompresor
efisiensi isentropik adalah 0,8.

Bagian 1) Tampilkan siklus pada diagram P-h dengan semua suhu di setiap
titik keadaan.

Bagian 2) Hitung koefisien kinerja (COP), pekerjaan khusus kompresor


dan beban pendinginan ketika suhu evaporator dan kondensor adalah 10∘C
dan 45∘C, masing-masing.

Bagian 3) Plot efek suhu evaporator pada COP dan beban pendinginan
siklus saat suhu evaporator bervariasi dari 10∘C hingga 18∘C, dan
diskusikan hasilnya.

Gambar 1.4. Skema siklus pendinginan kompresi uap.

Solusi : Sistem pendingin yang beroperasi pada siklus kompresi uap


dipertimbangkan di sini.

Asumsi: 1 : Kondisi pengoperasian yang stabil ada.

2 : Perubahan energi kinetik dan potensial diabaikan.

Analisis :

1) Fluida kerja yang meninggalkan evaporator adalah uap jenuh dengan


kualitas x = 1. selanjutnya titik ini terletak pada garis uap jenuh dalam
diagram P-h, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.5. Kita tahu bahwa
tekanan pada titik 1, P1, adalah tekanan saturasi
Gambar 1.5 diagram P-h dari siklus pendinginan kompresi uap.

Pada suhu evaporator (TEVP = 10∘C). Menggunakan EES dan


sifat termodinamika untuk R134a, tekanan ini ditemukan 538 kPa. Karena
tidak ada penurunan tekanan di evaporator, P1 = P4. Demikian pula,
tekanan pada titik 3 sama dengan tekanan saturasi pada suhu kondensor.
informasinya menghasilkan bahwa P3 = 1161 kPa. Menghubungkan titik-
titik ini membentuk diagram P-h.

2) Untuk menghitung COP dan beban pendinginan, sifat termodinamika pada


semua titik perlu ditentukan. Menggunakan EES kami menemukan:

Selama suhu kondensor diberikan (45∘C) dan P3 = P2 karena tidak ada


penurunan tekanan di kondensor, kami memiliki :

Proses di throttle valve isenthalpic, jadi h4 = h3. Karena tidak ada


penurunan tekanan di evaporator, P4 = P1. Titik 4 berada di wilayah
saturasi dan kualitas pada titik 4 didefinisikan sebagai berikut :
Sekarang setelah sifat termodinamika pada semua titik dihitung,
kita dapat menggunakan persamaan keseimbangan energi untuk volume
kontrol di sekitar evaporator dan kompresor untuk menentukan beban
pendinginan dan laju kerja kompresor sebagai berikut :

Koefisien kinerja (COP) dari kulkas dinyatakan sebagai

3) Untuk menilai efek suhu evaporator pada COP dan beban pendinginan,
kami gunakan tabel parametrik di EES. Untuk melakukan ini, kita perlu
menghapus suhu evaporator (T1) di EES dan pergi ke opsi Table di EES
dan pilih New Parametric Table dan tambahkan T1, COP dan ̇QEvp.
Selanjutnya, kita perlu memasuki kisaran untuk suhu evaporator seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 1.6. Setelah memasukkan semua input,
kami tekan tombol hijau untuk jalankan dan dapatkan hasilnya (lihat
Gambar 1.7).

Gambar 1.7 menunjukkan variasi suhu evaporator pada kedua


beban pendinginan dan sistem COP. Peningkatan suhu ini sementara,
parameter desain lainnya adalah hasil tetap dalam peningkatan entalpi
spesifik pada titik 1, yang pada akhirnya menyebabkan peningkatan beban
pendinginan evaporator. Demikian pula peningkatan ini menghasilkan
peningkatan COP sistem sesuai dengan definisi COP (COP = (Beban
pendinginan yang dihasilkan) ∕ (Input pekerjaan)). Jelas bahwa semakin
tinggi suhu evaporator, semakin tinggi beban pendinginan dan COP
sistem.

Contoh 1.2: Pertimbangkan pembakaran adiabatik metana pada suhu 25∘C


dengan stoikiometrik jumlah udara pada 25∘C, seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 1.8. Plot variasi adiabatik suhu pembakaran dengan
persentase udara berlebih.

Solusi: Reaktor adiabatik dipertimbangkan di mana pembakaran terjadi


dengan jumlah stoikiometri udara pada 25∘C. Reaksi pembakaran untuk
metana dengan udara stoikiometrik pada suhu 25∘C dan X% berlebih
udara adalah:

Menandakan suhu pembakaran adiabatik Tf, kita dapat menulis


keseimbangan energi untuk volume kontrol di sekitar reaktor:

Gambar 1.7 Pengaruh berbagai suhu evaporator pada beban pendinginan


dan COP sistem.

di mana NP dan NR adalah koefisien stoikiometrik untuk produk dan


reaktan dan SDM dan HP adalah entalpi produk dan reaktan, dihitung
sebagai:
kemudian, kita menyelesaikan persamaan keseimbangan energi (ΣNpHp =
ΣNrHr) untuk Tf pada setiap persentase udara berlebih X% (lihat Gambar
1.9).

1.4 Hukum Termodinamika Kedua

Seperti disebutkan sebelumnya, hukum pertama adalah prinsip


konservasi energi. di hukum kedua termodinamika (SLT) berperan penting
dalam menentukan inefisiensi termodinamika praktis sistem, dan
menunjukkan bahwa tidak mungkin mencapai efisiensi 100% (dalam
ketentuan konversi reversibel) dalam proses konversi energi. Dua
pernyataan utama dari hukum kedua yaitu:

• Pernyataan Kelvin / Planck: Tidak mungkin membuat perangkat,


beroperasi dalam satu siklus (mis., mesin panas), yang hanya
menghasilkan ekstraksi panas dari beberapa sumber dan konversi
lengkapnya untuk bekerja. pernyataannya menggambarkan ketidak
mungkinan memiliki mesin panas dengan efisiensi termal 100%.

• Pernyataan Clausius: Tidak mungkin membuat perangkat, beroperasi


dalam satu siklus (mis, kulkas atau pompa panas), yang memindahkan
panas dari daerah bersuhu rendah (lebih dingin) ke daerah suhu tinggi
(lebih panas), dengan sendirinya.
Cara mudah untuk menggambarkan implikasi dari hukum pertama
dan kedua adalah desktop game (dikenal sebagai "Newton Cradle") yang
terdiri dari beberapa bandul (dengan bola logam di ujung), satu kontak
dengan yang lain. Ketika Anda mengangkat bola pertama, Anda memberi
energi ke sistem dalam bentuk energi potensial. Melepaskan bola ini
memungkinkannya untuk meraih energi kinetik dengan mengorbankan
energi potensial. Ketika bola ini mengenai bola kedua, deformasi elastis
kecil mengubah energi kinetik, sekali lagi sebagai bentuk potensial energi.
Energi ditransfer dari satu bola ke bola lainnya. di bola terakhir lagi
keuntungan energi kinetik, memungkinkannya naik. Siklusnya terus, tetapi
setiap kali bola naik level yang sedikit lebih rendah, sampai semua
gerakan akhirnya berhenti. Di hukum pertama menjelaskan tentang hukum
mengapa bola terus bergerak, sementara hukum kedua menjelaskan
mengapa mereka tidak melakukannya selamanya. Dalam permainan ini
energi hilang dalam suara dan panas, saat gerakan menurun.

Hukum kedua juga menyatakan bahwa entropi di alam semesta


selalu meningkat. Seperti yang disebutkan sebelumnya, entropi adalah
ukuran tingkat gangguan, dan setiap proses yang terjadi di alam semesta
meningkatkan entropi alam semesta ke tingkat yang lebih tinggi. Entropi
keadaan suatu sistem sebanding dengan (tergantung pada)
kemungkinannya, yang memberi kita kesempatan untuk mendefinisikan
hukum kedua secara lebih luas sebagai “entropi suatu sistem meningkat
dalam setiap perpindahan panas atau konversi energi dalam sistem
tertutup. ”Itulah sebabnya mengapa semua transfer energi atau konversi
tidak dapat dipulihkan. Dari perspektif entropi, dasar hukum kedua adalah
pernyataan bahwa jumlah entropi berubah dari suatu sistem ditambah
lingkungannya harus selalu positif. Baru-baru ini, banyak upaya telah
dilakukan untuk meminimalkan generasi entropi (irreversibilities) dalam
termodinamika sistem dan aplikasi.

Dincer dan Rosen [2] menunjukkan bahwa eksergi, yang


didasarkan terutama pada SLT, dapat membantu dengan empat tugas:
desain, analisis, penilaian kinerja, dan peningkatan.

Akibatnya, hukum kedua adalah keterkaitan antara entropi dan


kegunaan energi. Analisis hukum kedua telah menemukan aplikasi dalam
berbagai disiplin ilmu, seperti kimia, ekonomi, ekologi, lingkungan, dan
sosiologi, beberapa di antaranya jauh dari aplikasi termodinamika
rekayasa.
1.5 Reversibilitas dan Irreversibilitas

Reversibilitas dan irreversibilitas adalah dua konsep penting dalam


menilai proses dan sistem termodinamika. Reversibilitas didefinisikan oleh
pernyataan bahwa hanya untuk proses yang dapat dibalik, sistem dan
lingkungannya dapat dikembalikan ke kondisi semula, tanpa input energi
eksternal tambahan. Proses semacam itu hanya teoretis.

Irreversibilitas selama proses menggambarkan penghancuran


energi yang bermanfaat atau ketersediaannya. Tanpa input baru, baik
sistem dan sekitarnya tidak dapat dikembalikan ke keadaan awal karena
irreversibilities yang terjadi, misalnya gesekan, perpindahan panas atau
penolakan, efek listrik, dan mekanis. Misalnya, sistem aktual memberikan
jumlah pekerjaan yang kurang dari pekerjaan reversibel yang ideal, dengan
perbedaan antara dua nilai ini menentukan irreversibilitas sistem itu.
Dalam aplikasi nyata, selalu ada perbedaan seperti itu, dan karena itu
proses dan siklus nyata selalu ireversibel.
1. Aplikasi optimasi sistem energi pada siklus Brayton menggunakan aplikasi
ChemCAD

 Perbandingan hasil pengoptimasian menggunakan satu dan dua


Kompresor
2. Aplikasi optimasi sistem energi pada siklus Brayton menggunakan aplikasi
Hysis
 1 Kompresor

2
 2 Kompresor
Perhitungan

1. Perhitungan daya thermal pada RGTT200K dengan 1 kompresor yang


diaplikasikan pada ChemCAD secara manual

Dik :
ṁ Helium : 120 Kg/s
Kcal
Cp Helium : 1,2425 Kg.℃

 Reaktor
Q = ṁ x Cp x( T2 – T1 )
𝐾𝑗
𝐾𝑔 𝐾𝑐𝑎𝑙 4,184
= 120 × 1,2425 │ 𝑠
𝐾𝑐𝑎𝑙 × ( 950 − 629,91)℃
𝑠 𝐾𝑔.℃ 1
𝑠
𝐾𝑗 1 𝑀𝑊
= 199683,1531 │ 1000 𝐾𝑗/𝑠 = 199,6831 𝑀𝑊
𝑠
 Turbin
W = ṁ x Cp x( T2 – T1 )
𝐾𝑗
𝐾𝑔 𝐾𝑐𝑎𝑙 4,184
= 120 × 1,2425 │ 𝑠
𝐾𝑐𝑎𝑙 × ( 850,01 − 630,14 )℃
𝑠 𝐾𝑔.℃ 1
𝑠
𝐾𝑗 1 𝑀𝑊
= 137162,4695 │ 1000 𝐾𝑗/𝑠 = 137,1624 𝑀𝑊
𝑠
 Kompresor
W = ṁ x Cp x( T2 – T1 )
𝐾𝑗
𝐾𝑔 𝐾𝑐𝑎𝑙 4,184
= 120 × 1,2425 │ 𝑠
𝐾𝑐𝑎𝑙 × ( 123,89 − 29,97 )℃
𝑠 𝐾𝑔.℃ 1
𝑠
𝐾𝑗 1 𝑀𝑊
= 58590,52685 │ 1000 𝐾𝑗/𝑠 = 58,5905 𝑀𝑊
𝑠

 IHX
W = ṁ x Cp x( T2 – T1 )
𝐾𝑗
𝐾𝑔 𝐾𝑐𝑎𝑙 4,184
= 120 × 1,2425 │ 𝑠
𝐾𝑐𝑎𝑙 × ( 950 − 850,01)℃
𝑠 𝐾𝑔.℃ 1
𝑠
𝐾𝑗 1 𝑀𝑊
= 62377,20166 │ 1000 𝐾𝑗/𝑠 = 62,3772 𝑀𝑊
𝑠
 Recuperator
W = ṁ x Cp x( T2 – T1 )
𝐾𝑗
𝐾𝑔 𝐾𝑐𝑎𝑙 4,184
= 120 × 1,2425 │ 𝑠
𝐾𝑐𝑎𝑙 × ( 629,91 − 123,89)℃
𝑠 𝐾𝑔.℃ 1
𝑠
𝐾𝑗 1 𝑀𝑊
= 315672,6831 │ 1000 𝐾𝑗/𝑠 = 315,6726 𝑀𝑊
𝑠
 Precooler
W = ṁ x Cp x( T2 – T1 )
𝐾𝑗
𝐾𝑔 𝐾𝑐𝑎𝑙 4,184
= 120 × 1,2425 │ 𝑠
𝐾𝑐𝑎𝑙 × ( 124 − 29,97 )℃
𝑠 𝐾𝑔.℃ 1
𝑠
𝐾𝑗 1 𝑀𝑊
= 58659,14863 │ 1000 𝐾𝑗/𝑠 = 58,6591 𝑀𝑊
𝑠

𝑊𝑡𝑢𝑟𝑏𝑖𝑛 − 𝑊𝐾𝑜𝑚𝑝𝑟𝑒𝑠𝑜𝑟
 Effisiensi Thermal = × 100%
𝑄𝑅𝑒𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟
137,1624 − 58,5905
= × 100%
199,6831

= 39,44 %

Perbandingan hasil perhitungan daya termal yang ada di jurnal dan secara
manual

Daya termal
(MW)
199,68
62,37
137,16
315,67
58,65
58,59
2. Perhitungan daya thermal pada RGTT200K dengan 2 kompresor yang
diaplikasikan pada ChemCAD secara manual

Dik :
ṁ Helium : 120 Kg/s
Kcal
Cp Helium : 1,2425 Kg.℃

 Reaktor
Q = ṁ x Cp x( T2 – T1 )
𝐾𝑗
𝐾𝑔 𝐾𝑐𝑎𝑙 4,184
= 120 × 1,2425 │ 𝑠
𝐾𝑐𝑎𝑙 × ( 950 − 628,10)℃
𝑠 𝐾𝑔.℃ 1
𝑠
𝐾𝑗 1 𝑀𝑊
= 200812,2934 │ 1000 𝐾𝑗/𝑠 = 200 𝑀𝑊
𝑠

 Turbin
W = ṁ x Cp x( T2 – T1 )
𝐾𝑗
𝐾𝑔 𝐾𝑐𝑎𝑙 4,184
= 120 × 1,2425 │ 𝑠
𝐾𝑐𝑎𝑙 × ( 850,01 − 628,91)℃
𝑠 𝐾𝑔.℃ 1
𝑠
𝐾𝑗 1 𝑀𝑊
= 137929,7858 │ 1000 𝐾𝑗/𝑠 = 137,9297 𝑀𝑊
𝑠
 IHX
W = ṁ x Cp x( T2 – T1 )
𝐾𝑗
𝐾𝑔 𝐾𝑐𝑎𝑙 4,184
= 120 × 1,2425 │ 𝑠
𝐾𝑐𝑎𝑙 × ( 950 − 850,01)℃
𝑠 𝐾𝑔.℃ 1
𝑠
𝐾𝑗 1 𝑀𝑊
= 62377,20166 │ 𝐾𝑗 = 62,3772 𝑀𝑊
𝑠 1000
𝑠

 Recuperator
W = ṁ x Cp x( T2 – T1 )
𝐾𝑗
𝐾𝑔 𝐾𝑐𝑎𝑙 4,184
= 120 × 1,2425 │ 𝑠
𝐾𝑐𝑎𝑙 × ( 628,10 − 73,36)℃
𝑠 𝐾𝑔.℃ 1
𝑠
𝐾𝑗 1 𝑀𝑊
= 346065,8951 │ 𝐾𝑗 = 346 𝑀𝑊
𝑠 1000
𝑠

 Precooler
W = ṁ x Cp x( T2 – T1 )
𝐾𝑗
𝐾𝑔 𝐾𝑐𝑎𝑙 4,184
= 120 × 1,2425 │ 𝑠
𝐾𝑐𝑎𝑙 × ( 74 − 29,80)℃
𝑠 𝐾𝑔.℃ 1
𝑠
𝐾𝑗 1 𝑀𝑊
= 27573,48048 │ 𝐾𝑗 = 27,5734 𝑀𝑊
𝑠 1000
𝑠

 Intercooler
W = ṁ x Cp x( T2 – T1 )
𝐾𝑗
𝐾𝑔 𝐾𝑐𝑎𝑙 4,184
= 120 × 1,2425 │ 𝑠
𝐾𝑐𝑎𝑙 × ( 74,61 − 29,00)℃
𝑠 𝐾𝑔.℃ 1
𝑠
1 𝑀𝑊
= 28453,08698│ 𝐾𝑗 = 28,4530 𝑀𝑊
1000
𝑠

 Kompresor HPC
W = ṁ x Cp x( T2 – T1 )
𝐾𝑗
𝐾𝑔 𝐾𝑐𝑎𝑙 4,184
= 120 × 1,2425 │ 𝑠
𝐾𝑐𝑎𝑙 × ( 73,36 − 29,00)℃
𝑠 𝐾𝑔.℃ 1
𝑠
𝐾𝑗 1 𝑀𝑊
= 27673,29398 │ 𝐾𝑗 = 27,6732 𝑀𝑊
𝑠 1000
𝑠

 Kompresor LPC
W = ṁ x Cp x( T2 – T1 )
𝐾𝑗
𝐾𝑔 𝐾𝑐𝑎𝑙 4,184
= 120 × 1,2425 │ 𝑠
𝐾𝑐𝑎𝑙 × ( 74,61 − 29,80 )℃
𝑠 𝐾𝑔.℃ 1
𝑠
𝐾𝑗 1 𝑀𝑊
= 27954,01946 │ 𝐾𝑗 = 27,9540 𝑀𝑊
𝑠 1000
𝑠

𝑊𝑡𝑢𝑟𝑏𝑖𝑛 − 𝑊𝐾𝑜𝑚𝑝𝑟𝑒𝑠𝑜𝑟
 Effisiensi Thermal = × 100%
𝑄𝑅𝑒𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟
137,9297 − ( 27,6732 + 27,9540)
= × 100%
200
= 41,15 %
Perbandingan hasil perhitungan daya termal yang diaplikasikan pada
ChemCAD dengan yang diaplikasikan pada Hysys

Daya termal (MW)


200
62,37
137,92
346
27,57
27,95
28,45
27,67

3. Perhitungan daya thermal pada RGTT200K dengan 1 kompresor yang


diaplikasikan pada Hysys secara manual

Dik :
ṁ Helium : 120 Kg/s
Kcal
Cp Helium : 1,2425 Kg.℃
 Reaktor
Q = ṁ x Cp x( T2 – T1 )
𝐾𝑗
𝐾𝑔 𝐾𝑐𝑎𝑙 4,184
= 120 × 1,2425 │ 𝑠
𝐾𝑐𝑎𝑙 × ( 950 − 629,9)℃
𝑠 𝐾𝑔.℃ 1
𝑠
𝐾𝑗 1 𝑀𝑊
= 199689,3914 │ 1000 𝐾𝑗/𝑠 = 199,68 𝑀𝑊
𝑠
 Turbin
W = ṁ x Cp x( T2 – T1 )
𝐾𝑗
𝐾𝑔 𝐾𝑐𝑎𝑙 4,184
= 120 × 1,2425 │ 𝑠
𝐾𝑐𝑎𝑙 × ( 850 − 630 )℃
𝑠 𝐾𝑔.℃ 1
𝑠
𝐾𝑗 1 𝑀𝑊
= 137243,568 │ 1000 𝐾𝑗/𝑠 = 137,24 𝑀𝑊
𝑠
 Recuperator
W = ṁ x Cp x( T2 – T1 )
𝐾𝑗
𝐾𝑔 𝐾𝑐𝑎𝑙 4,184
= 120 × 1,2425 │ 𝑠
𝐾𝑐𝑎𝑙 × ( 629,9 − 123,9 )℃
𝑠 𝐾𝑔.℃ 1
𝑠
𝐾𝑗 1 𝑀𝑊
= 315660,2064 │ 𝐾𝑗 = 315,66 𝑀𝑊
𝑠 1000
𝑠

 Precooler
W = ṁ x Cp x( T2 – T1 )
𝐾𝑗
𝐾𝑔 𝐾𝑐𝑎𝑙 4,184
= 120 × 1,2425 │ 𝑠
𝐾𝑐𝑎𝑙 × ( 124 − 29,97)℃
𝑠 𝐾𝑔.℃ 1
𝑠
𝐾𝑗 1 𝑀𝑊
= 58659,14863 │ 𝐾𝑗 = 58,65 𝑀𝑊
𝑠 1000
𝑠

 Kompresor
W = ṁ x Cp x( T2 – T1 )
𝐾𝑗
𝐾𝑔 𝐾𝑐𝑎𝑙 4,184
= 120 × 1,2425 │ 𝑠
𝐾𝑐𝑎𝑙 × ( 123,9 − 29,97 )℃
𝑠 𝐾𝑔.℃ 1
𝑠
𝐾𝑗 1 𝑀𝑊
= 58596,76519 │ 𝐾𝑗 = 58,59 𝑀𝑊
𝑠 1000
𝑠

 IHX
W = ṁ x Cp x( T2 – T1 )
𝐾𝑗
𝐾𝑔 𝐾𝑐𝑎𝑙 4,184
= 120 × 1,2425 │ 𝑠
𝐾𝑐𝑎𝑙 × ( 950 − 850 )℃
𝑠 𝐾𝑔.℃ 1
𝑠
𝐾𝑗 1 𝑀𝑊
= 62383,44 │ 𝐾𝑗 = 62,38 𝑀𝑊
𝑠 1000
𝑠

𝑊𝑡𝑢𝑟𝑏𝑖𝑛 − 𝑊𝐾𝑜𝑚𝑝𝑟𝑒𝑠𝑜𝑟
 Effisiensi Thermal = × 100%
𝑄𝑅𝑒𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟
137,24 − 58,59
= × 100%
199,68

= 39,38 %
Perbandingan hasil perhitungan daya termal yang diaplikasikan di
ChemCAD dengan perhitungan daya termal yang diaplikasikan di Hysys
pada 1 Kompresor :

Daya termal
(MW)
199,68
62,38
137,24
315,66
58,65
58,59

4. Perhitungan daya thermal pada RGTT200K dengan 2 kompresor yang


diaplikasikan pada Hysys secara manual :
Dik :
ṁ Helium : 120 Kg/s
Kcal
Cp Helium : 1,2425 Kg.℃

 Reaktor
Q = ṁ x Cp x( T2 – T1 )
𝐾𝑗
𝐾𝑔 𝐾𝑐𝑎𝑙 4,184
= 120 × 1,2425 │ 𝑠
𝐾𝑐𝑎𝑙 × ( 950 − 628,1)℃
𝑠 𝐾𝑔.℃ 1
𝑠
𝐾𝑗 1 𝑀𝑊
= 200812,2934 │ 𝐾𝑗 = 200,81 𝑀𝑊
𝑠 1000
𝑠

 IHX
W = ṁ x Cp x( T2 – T1 )
𝐾𝑗
𝐾𝑔 𝐾𝑐𝑎𝑙 4,184
= 120 × 1,2425 │ 𝑠
𝐾𝑐𝑎𝑙 × ( 950 − 850)℃
𝑠 𝐾𝑔.℃ 1
𝑠
𝐾𝑗 1 𝑀𝑊
= 62383,44 │ 𝐾𝑗 = 62,38 𝑀𝑊
𝑠 1000
𝑠

 Turbin
W = ṁ x Cp x( T2 – T1 )
𝐾𝑗
𝐾𝑔 𝐾𝑐𝑎𝑙 4,184
= 120 × 1,2425 │ 𝑠
𝐾𝑐𝑎𝑙 × (850 − 628 )℃
𝑠 𝐾𝑔.℃ 1
𝑠
𝐾𝑗 1 𝑀𝑊
= 138491,2368 │ 𝐾𝑗 = 138,49 𝑀𝑊
𝑠 1000
𝑠

 Recuperator
W = ṁ x Cp x( T2 – T1 )
𝐾𝑗
𝐾𝑔 𝐾𝑐𝑎𝑙 4,184
= 120 × 1,2425 │ 𝑠
𝐾𝑐𝑎𝑙 × ( 628,1 − 73,36)℃
𝑠 𝐾𝑔.℃ 1
𝑠
𝐾𝑗 1 𝑀𝑊
= 346065,8951 │ 𝐾𝑗 = 346,06 𝑀𝑊
𝑠 1000
𝑠

 Precooler
W = ṁ x Cp x( T2 – T1 )
𝐾𝑗
𝐾𝑔 𝐾𝑐𝑎𝑙 4,184
= 120 × 1,2425 │ 𝑠
𝐾𝑐𝑎𝑙 × ( 74 − 29,80)℃
𝑠 𝐾𝑔.℃ 1
𝑠
𝐾𝑗 1 𝑀𝑊
= 27573,48048 │ 𝐾𝑗 = 27,57 𝑀𝑊
𝑠 1000
𝑠

 Intercooler
W = ṁ x Cp x( T2 – T1 )
𝐾𝑗
𝐾𝑔 𝐾𝑐𝑎𝑙 4,184
= 120 × 1,2425 │ 𝑠
𝐾𝑐𝑎𝑙 × ( 74,63 − 29 )℃
𝑠 𝐾𝑔.℃ 1
𝑠
𝐾𝑗 1 𝑀𝑊
= 28465,56367 │ 𝐾𝑗 = 28,46 𝑀𝑊
𝑠 1000
𝑠

 HPC
W = ṁ x Cp x( T2 – T1 )
𝐾𝑗
𝐾𝑔 𝐾𝑐𝑎𝑙 4,184
= 120 × 1,2425 │ 𝑠
𝐾𝑐𝑎𝑙 × ( 73,36 − 29)℃
𝑠 𝐾𝑔.℃ 1
𝑠
𝐾𝑗 1 𝑀𝑊
= 27673,29398 │ 𝐾𝑗 = 27,67 𝑀𝑊
𝑠 1000
𝑠

 LPC
W = ṁ x Cp x( T2 – T1 )
𝐾𝑗
𝐾𝑔 𝐾𝑐𝑎𝑙 4,184
= 120 × 1,2425 │ 𝑠
𝐾𝑐𝑎𝑙 × ( 74,63 − 29,80)℃
𝑠 𝐾𝑔.℃ 1
𝑠
𝐾𝑗 1 𝑀𝑊
= 27966,49615 │ 𝐾𝑗 = 27,96 𝑀𝑊
𝑠 1000
𝑠

𝑊𝑡𝑢𝑟𝑏𝑖𝑛 − 𝑊𝐾𝑜𝑚𝑝𝑟𝑒𝑠𝑜𝑟
 Effisiensi Thermal = × 100%
𝑄𝑅𝑒𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟
138,49 − ( 27,67 + 27,96)
= × 100%
200,81

= 41,26%

Perbandingan hasil perhitungan daya termal yang diaplikasikan pada


ChemCAD dengan yang diaplikasikan pada Hysys pada 2 Kompresor :

Daya termal
(MW)
200,81
62,38
138,49
346,06
27,57
27,96
29
27,67

Perbandingan hasil perhitungan distribusi daya dan efisiensi pada sistem


konversi energi RGTT200K dengan 1 dan 2 kompresor pada aplikasi
ChemCAD :
Perbandingan hasil perhitungan distribusi daya dan efisiensi pada sistem
konversi energi RGTT200K dengan 1 dan 2 kompresor pada aplikasi
Hysys :

Komponen Utama 1 Kompresor 2 Kompresor


Sistem Konversi Energi RGTT200K
Daya Reaktor (MW) 199,68 200,81
Daya pada IHX (MW) 62,38 62.38
Daya pada Turbin gas (MW) 137,24 138,49
Daya pada Rekuperator (MW) 315,66 346,06
Daya pada Precooler (MW) 58,65 27,57
Daya pada Kompresor Tunggal (MW) 58,59 -
Daya pada Kompresor LPC (MW) - 27,96
Daya pada Kompresor HPC (MW) - 27,67
Daya pada Intercooler (MW) - 28,46
Efisiensi termal 39,38 % 41,26%

Вам также может понравиться

  • Analisa Kadar Abu Pada Batubara
    Analisa Kadar Abu Pada Batubara
    Документ4 страницы
    Analisa Kadar Abu Pada Batubara
    anggun pratiwi
    Оценок пока нет
  • Latap Nilai Kalor
    Latap Nilai Kalor
    Документ3 страницы
    Latap Nilai Kalor
    anggun pratiwi
    Оценок пока нет
  • Kadar Abu
    Kadar Abu
    Документ12 страниц
    Kadar Abu
    anggun pratiwi
    Оценок пока нет
  • Gambar Alat Kadar Sulfur
    Gambar Alat Kadar Sulfur
    Документ2 страницы
    Gambar Alat Kadar Sulfur
    anggun pratiwi
    Оценок пока нет
  • OSE (Kelompok 1)
    OSE (Kelompok 1)
    Документ59 страниц
    OSE (Kelompok 1)
    anggun pratiwi
    100% (1)
  • OSE (Kelompok 1)
    OSE (Kelompok 1)
    Документ59 страниц
    OSE (Kelompok 1)
    anggun pratiwi
    100% (1)
  • Alat Pelindung Diri
    Alat Pelindung Diri
    Документ9 страниц
    Alat Pelindung Diri
    anggun pratiwi
    Оценок пока нет
  • Gangguan Pada Pompa
    Gangguan Pada Pompa
    Документ4 страницы
    Gangguan Pada Pompa
    anggun pratiwi
    Оценок пока нет
  • GAMBAR ALAT Kemiri
    GAMBAR ALAT Kemiri
    Документ1 страница
    GAMBAR ALAT Kemiri
    anggun pratiwi
    Оценок пока нет
  • Gangguan Pada Pompa
    Gangguan Pada Pompa
    Документ4 страницы
    Gangguan Pada Pompa
    anggun pratiwi
    Оценок пока нет
  • Gangguan Pada Pompa
    Gangguan Pada Pompa
    Документ4 страницы
    Gangguan Pada Pompa
    anggun pratiwi
    Оценок пока нет
  • Gambar Alat TM 1
    Gambar Alat TM 1
    Документ1 страница
    Gambar Alat TM 1
    anggun pratiwi
    Оценок пока нет
  • Lap Tetap Gravimetri-1
    Lap Tetap Gravimetri-1
    Документ15 страниц
    Lap Tetap Gravimetri-1
    anggun pratiwi
    Оценок пока нет
  • Gangguan Pada Pompa
    Gangguan Pada Pompa
    Документ4 страницы
    Gangguan Pada Pompa
    anggun pratiwi
    Оценок пока нет
  • Laporan Tetap Nilai Kalor
    Laporan Tetap Nilai Kalor
    Документ9 страниц
    Laporan Tetap Nilai Kalor
    anggun pratiwi
    Оценок пока нет
  • k3 Kasus
    k3 Kasus
    Документ4 страницы
    k3 Kasus
    anggun pratiwi
    Оценок пока нет
  • Nilai Sulfur Pada Batubara K1
    Nilai Sulfur Pada Batubara K1
    Документ2 страницы
    Nilai Sulfur Pada Batubara K1
    anggun pratiwi
    Оценок пока нет
  • DKV
    DKV
    Документ5 страниц
    DKV
    anggun pratiwi
    Оценок пока нет
  • Alat Pelindung Diri
    Alat Pelindung Diri
    Документ9 страниц
    Alat Pelindung Diri
    anggun pratiwi
    Оценок пока нет
  • Tes Kebugaran Jasmani
    Tes Kebugaran Jasmani
    Документ43 страницы
    Tes Kebugaran Jasmani
    anggun pratiwi
    Оценок пока нет
  • GAMBAR ALAT Kemiri
    GAMBAR ALAT Kemiri
    Документ1 страница
    GAMBAR ALAT Kemiri
    anggun pratiwi
    Оценок пока нет