Вы находитесь на странице: 1из 1

 Perguruan Tinggi (PT) tengah menjadi sorotan

 Peneliti ICW, Siti Juliantari menyayangkan ihwal adanya dugaan korupsi dalam
perguruan tinggi. Perguruan tinggi dan individu di dalamnya semestinya menjadi pihak
yang turut serta dalam pemberantasan korupsi. “Mereka diharapkan punya integritas,
tapi justru jadi pelaku korupsi itu sendiri,”
 “Tren korupsi di perguruan tinggi semakin meningkat, bukannya menurun,”
 Dari 12 pola yang ditemukan, korupsi dalam pengadaan barang dan jasa menjadi modus
yang paling banyak digunakan. Tercatat 14 dari 37 kasus yang ditemukan menggunakan
modus pengadaan barang dan jasa.

 Pola lain yaitu korupsi dana penelitian dan dana beasiswa mahasiswa. Korupsi dana
penelitian umumnya diselewengkan untuk kegiatan yang sama sekali tidak terkait
dengan dana penelitian seperti kepentingan pribadi dan perjalanan dinas.

 Sedangkan korupsi dana beasiswa umumnya berupa pemotongan besaran beasiswa


atau pengambilalihan seluruh atau sebagian dana beasiswa, membuat dana yang
tersedia tidak tersalurkan kepada mahasiswa

 Banyak hal yang menyebabkan korupsi di perguruan tinggi terjadi. Tari lantas menyoroti
otonomi yang telah diberikan kepada perguruan tinggi. Otonomi dalam konteks akademik
disebutnya relatif telah membaik, namun tidak demikian dalam hal non-akademik. Salah
satu contohnya ialah pengelolaan keuangan. Pengelolaan keuangan di kampus tidak
dibarengi dengan akuntabilitas. “Ini yang jadi cikal bakal korupsi,”
 Ia memberi contoh, sejauh penglihatannya belum ada kampus yang rutin menjalankan
praktik keterbukaan informasi. Informasi penerimaan dana yang masuk, penggunaan
uang, program yang dijalankan, masih sulit untuk ditemukan. Hal itu juga diperparah
dengan kesulitan mahasiswa untuk mengakses informasi tersebut. “Kampus itu lembaga
publik, tapi mengeluarkan informasi hanya sebatas yang mereka mau. Mereka sangat
tertutup.”
 Tari menambahkan, banyak hal yang dapat dilakukan untuk memutus rantai korupsi di
perguruan tinggi. Salah satunya melalui strategi pencegahan dan penindakan dari aparat
penegak hukum. Tata kelola perguruan tinggi misalnya, harus dibenahi. Perguruan tinggi
harus lebih transparan, “Segala kebijakan, program, dana dana yang digunakan harus
dipertanggungjawabkan,”

 Selain itu, penyadaran akan bahaya korupsi bagi civitas akademika menjadi penting.
Terlebih apabila melihat para aktor korupsi yang sebagian berasal dari lingkungan
kampus itu sendiri.

 Tak kalah penting, yaitu memasukkan kurikulum antikorupsi pada setiap program studi di
perguruan tinggi. Hal tersebut juga mesti dibarengi dengan penerapan nilai-nilai
antikorupsi yang didiskusikan di dalam kelas. “Sejauh ini hanya pemanis saja, harusnya
menjadi cerminan bagi pihak kampus

Вам также может понравиться