Вы находитесь на странице: 1из 13

MAKALAH PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

ASPEK PEMBIAYAAN DALAM PENATAAN RUANG

OLEH KELOMPOK

SOFYAN ARIK J (171910501053)

INDY FARHA ELYA H. (171910501015)

PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS JEMBER

TAHUN AJARAN 2018/2019


DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................. 1

Daftar isi .......................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 3

1.1 Latar Belakang .......................................................................... 3

1.2 Rumusan Permasalahan .......................................................... 3

1.3 Tujuan ...................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………… 4

2.1 Konsep Pembiayaan Pembangunan ........................................ 4

2.2 Jenis-jenis Pembiayaan Infrastrutur ........................................ 6

2.3 Mekanisme Pembiayaan Pembangunan .................................. 10

BAB III STUDI KASUS ........................................................................... 12

BAB IV KESIMPULAN .......................................................................... 13

BAB V DAFTAR PUSTAKA ................................................................. 14

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan, yaitu pendanaan yang
dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan baik dilakukan sendiri
maupun dijalankan oleh orang lain. Pembiayaan pembangunan adalah cabang dari ilmu
ekonomi yang mempelajari upaya-upaya pemerintah dalam rangka membiayai berbagai
pengeluaran pemerintah sesuai fungsi yang diembannya terkait penyediaan barang dan jasa
bagi masyarakat, dimana dalam kegiatan penyediaan barang dan jasa yang dilakukan oleh
pemerintah terjadi melalui proses politik dengan berbagai prosedur dan aturan yang berubah
dari waktu ke waktu sesuai dengan pilihan masyarakat.

Salah satu pembangunan nasional yang mempunyai kedudukan penting dalam


pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan penataan ruang dan lingkungan
hidup. Dalam lingkup tata ruang itulah maka pemanfaatan dan alokasi lahan menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dengan konsep ruang dalam pembangunan baik sebagai hasil atau akibat
dari pembangunan maupun sebagai arahan atau rencanan pembangunan yang dikehendaki.

Kegiatan penataan ruang berkaitan juga dengan perencanaan pembangunan sehingga


dokumen yang dihasilkan dari kegiatan penataan ruang dan perencanaan pembangunan sama-
sama ditujukan untuk memprediksi kegiatan yang akan dilakukan di masa mendatang. Selain
itu, rencana tata ruang sebagai hasil dari kegiatan perencanaan tata ruang merupakan bagian
dari proses perencanaan pembangunan yang saling mempengaruhi satu sama lain. Seperti telah
disebutkan sebelumnya bahwa pemanfaatan ruang merupakan serangkaian program
pelaksanaan beserta pembiayaannya selama jangka waktu perencanaan. Kegiatan pemanfaatan
ruang antara lain berupa penyuluhan dan pemasyarakatan rencana, penyusunan program,
penyusunan peraturan pelaksanaan dan perangkat insentif dan disinsentif, penyusunan dan
pengusulan proyek dan pelaksanaan program dan proyek (Oetomo, 1998).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep pembiayaan pembangunan dalam perencanaan wilayah?
2. Bagaimana Jenis – Jenis Pembiayaan Infrastruktur saat ini di Indonesia?
3. Bagaimana mekanisme pembiayaan pembangunan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep pembiayaan pembangunan dalam perencanaan wilayah
2. Untuk mengetahui Jenis – Jenis Pembiayaan Infrastruktur saat ini di Indonesia
3. Untuk mengetahui mekanisme pembiayaan pembangunan

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Pembiayaan Pembangunan Dalam Perencanaan Wilayah

Rencana tata ruang harus dapat dioperasionalisasikan sehingga dapat menjadi strategi
dan kebijaksanaan daerah untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan yang telah
ditetapkan. Disamping itu, rencana tata ruang harus berfungsi sebagai instrumen koordinasi
bagi program/proyek yang akan dilaksanakan di daerah yang berasal dari berbagai sumber
dana, sebagai wujud dari pemanfaatan rencana tata ruang di daerah.

Rencana tata ruang merupakan rencana pemanfaatan ruang yang disusun untuk
menjaga keserasian pembangunan antar sektor dalam rangka penyusunan program-program
pembangunan dalam jangka panjang (Nurmandi, 1999). Oleh karena itu, rencana tata ruang
dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam penyusunan rencana program pembangunan
yang merupakan rencana jangka menengah dan jangka pendek.

Kedudukan rencana tata ruang wilayah dalam mekanisme perencanaan pembangunan


daerah di Indonesia dapat dilihat pada Gambar Kedudukan Rencana Tata Ruang Wilayah
Dalam Mekanisme Perencanaan Pembangunan Daerah Berikut:

Gambar 1. Kedudukan Rencana Tata Ruang Wilayah Dalam Mekanisme Perencanaan Pembangunan
Daerah

4
Perencanaan tata ruang dapat mempengaruhi proses pembangunan melalui 3 alat utama
yaitu (Cadman dan Crowe, 1991):

1. Rencana pembangunan, yang menyediakan pengendalian keputusan melalui


keputusan stategis dimana pemerintah mengadopsi rencana tata ruang untuk
mengatur guna lahan dan perubahan lingkungan.
2. Kontrol pembangunan, yang menyediakan mekanisme administratif bagi
perencana untuk mewujudkan rencana pembangunan setelah mengadopsi rencana
tata ruang. Kontrol pembangunan ini berlaku pula bagi pemilik lahan, pengembang
(developers) dan investor.
3. Promosi pembangunan, merupakan cara yang paling mudah mengetahui interaksi
antara perencanaan tata ruang dengan proses pembangunan. Dalam konteks
pemerintahan, maka dengan adanya rencana tata ruang, pemerintah menginginkan
adanya pembangunan dan investasi di daerahnya dengan cara mempromosikan dan
memasarkan lokasi, membuat lahan yang siap bangun dan menyediakan bantuan
dana serta subsidi.

Pertumbuhan ekonomi menyebabkan kebutuhan untuk mengembangkan lahan secara


intensif. Selain itu, kegiatan implementasi rencana tata ruang melalui promosi pembangunan
perlu dilakukan dalam rangka mencegah pembangunan yang tidak diinginkan dan mendorong
terjadinya pembangunan (Cadman dan Crowe, 1991). Hal ini diikuti dengan ketertarikan para
developer (termasuk pemerintah), untuk ikut serta berpartisipasi dalam pembangunan,
penyiapan proposal rencana, kemungkinan perubahan pada lahan milik, penyediaan dana,
persiapan fisik dan konstruksi kerja.

Dalam membahas rencana spasial dan rencana pembangunan daerah secara sekaligus,
maka akan tidak terlepas juga dari aspek keuangan. Saat ini, tantangan yang harus dihadapi
adalah bagaimana memanfaatkan rencana tata ruang sebagai media manajemen pembangunan
daerah. Dalam hal ini, rencana tata ruang dihadapkan tidak hanya pada masalah bagaimana
mengimplementasikannya dalam konteks pembangunan, tetapi juga rencana tersebut dapat
digunakan sebagai suatu alat yang dapat memperkirakan besarnya investasi yang diperlukan
dan berapa pendapatan (revenue) yang dapat dihasilkan. Oleh karena itu, pembangunan akan
memerlukan peran berbagai aktor tersebut agar ruang dapat dimanfaatkan secara optimal sesuai
dengan rencana tata ruang dalam rangka peningkatan pendapatan daerah dan tercapainya tujuan
pembangunan.

Suatu rencana tata ruang akan dimanfaatkan untuk diwujudkan apabila dalam
perencanaannya sesuai dan tidak bertentangan dengan kehendak seluruh pemanfaatnya, serta
karakteristik dan kondisi wilayah perencanaannya, sehingga dapat digunakan sebagai acuan
dalam pemanfaatan ruang bagi para pemanfaatnya. Dilengkapi dengan kesadaran
pertimbangan pembiayaan dan waktu, maka dengan kata lain suatu rencana tata ruang harus
disusun dalam suatu wawasan yang lengkap dan terpadu serta operasional, yang tentu saja
tingkat operasionalnya disesuaikan dengan tingkat hirarki dan fungsi dari rencana tata ruang
tersebut.

Berdasarkan hal tersebut, jelaslah bahwa rencana tata ruang tidak hanya digunakan
dalam mekanisme penerbitan ijin saja, tetapi juga sebagai dasar dalam penyusunan dokumen

5
perencanaan pembangunan jangka menengah dan jangka pendek serta penyusunan anggaran
daerah. Yang perlu ditekankan di sini adalah bahwa setiap kegiatan, baik fisik maupun non-
fisik, pasti akan memerlukan ruang agar kegiatan tersebut berlangsung. Selain itu, seperti
dikemukakan oleh Foley (1967) bahwa tata ruang tidak hanya merupakan konsepsi keruangan
(spasial), tetapi juga terdapat wawasan bukan keruangan (a-spasial) karena kegiatan yang
menyangkut spasial tidak terlepas dari kondisi a-spasial yang terjadi.

Penyusunan dan pengusulan program dan proyek yang sesuai dengan rencana tata ruang
bertujuan untuk mewujudkan keterpaduan antara program pembangunan dengan rencana tata
ruang yang ada sehingga rencana tata ruang tidak hanya dilihat sebagai aspek prosedural dalam
penyelenggaraan pembangunan daerah tetapi juga sebagai kegiatan yang dapat menunjang
tercapainya sasaran-sasaran pembangunan. Oleh karena itu, rencana tata ruang merupakan
salah satu kebijaksanaan yang strategis di daerah.

2.2 Jenis – Jenis Pembiayaan Infrastruktur saat ini di Indonesia

Jenis pembiayaan infrastruktur saat ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu pembiayaan oleh
pemerintah dan pembiayaan oleh swasta. Selain itu, sifat pembiayaan pemerintah juga dapat
dibagi menjadi dua, yaitu cost-recovery project, dan non-cost-recovery project. Bahkan
didalam cost-recovery project, peran pemerintah bisa berupa non-cost-recovery, yaitu dengan
pemberian subsidi.

1) Pembiayaan oleh Pemerintah

a) Non-Cost-Recovery Project

Pendanaan pemerintah untuk proyek non-cost-recovery pada dasarnya dilakukan untuk


proyek yang tidak menghasilkan pendapatan langsung. Namun demikian, proyek dapat
menghasilkan peningkatan ekonomi melalui peningkatan pajak.

 APBN /APBD Murni – Pajak dan Penerimaaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

Ini merupakan pendanaan yang paling umum digunakan untuk membiayai pembangunan
infrastruktur. Sumber pendanaan APBN sendiri, selain berasal dari pendapatan negara pajak
dan bukan pajak, dapat pula berasal dari obligasi pemerintah atau pinjaman pemerintah kepada
lembaga internasional.

o Pinjaman Asing
Pinjaman biasanya berasal dari negara donor atau lembaga donor seperti Bank
Dunia, JBIC, ADB, dimana pinjaman biasanya spesifik terhadap suatu proyek,
seperti Strategic Roads Improvement Project dari Bank Dunia. Namun
demikian, penggunaan program atau policy loan, seperti Development Policy
Loan, tidak spesifik terhadap suatu proyek, dan oleh karena itu dapat
dimanfaatkan untuk mengisi kesenjangan pendanaan APBN.
o Obligasi

6
Surat Utang Negara (SUN) dan Obligasi Republik Indonesia (ORI), baik
konvensional maupun syariah, merupakan pinjaman yang dilakukan kepada
pemilik dana swasta atau masyarakat, dan merupakan surat berharga yang dapat
dipindahtangankan. SUN dan ORI sudah diterbitkan beberapa seri, dan hasilnya
digunakan untuk pembiayaan APBN, dimana didalamnya terdapat pembiayaan
infrastruktur pekerjaan umum, walaupun tidak dilakukan earmarking.

b) Cost-Recovery Project

 Penyertaan Non Cost-Recovery

Penyertaan non cost-recovery pada cost-recovery project pada dasarnya merupakan


subsidi. Sebagai contoh, penyertaan pemerintah yang direncanakan dalam proyek jalan tol
Solo-Kertosono melalui biaya tanah dan sebagian biaya konstruksi, merupakan subsidi yang
tidak dikembalikan oleh proyek secara finansial. Namun demikian, dampak ekonomi dari
proyek dapat meningkatkan pajak dan menjadi sumber pengembalian tidak langsung. Sumber
pendanaan untuk melakukan penyertaan ini pada dasarnya sama dengan non-cost recovery
project.
 Penyertaan Cost – Recovery

Yang berbeda dari partisipasi pemerintah di cost-recovery dan non-cost-recovery


project adalah bentuk penyertaannya, namun saat ini sumber pendanaan masih bersifat sama,
yaitu dari penerimaan pajak dan PNBP, obligasi serta pinjaman asing.

o Penyertaan Modal
Dengan menggunakan sumber pendanaan pemerintah, maka pemerintah dapat
melakukan penyertaan modal. Namun demikian, penyertaan modal pemerintah
biasanya dilakukan melalui BUMN seperti Jasa Marga.
o On-Lending
On-lending atau penerusan pinjaman dilakukan dimana pemerintah memberikan
pinjaman kepada proyek infrastruktur. Sebagai contoh adalah Urban Sector
Reform Development Project (USDRP) dimana pinjaman dari Bank Dunia
diterus pinjamkan ke Pemerintah Daerah untuk proyek yang bersifat cost-
recovery. Pinjaman ini seringkali dikenai bunga.

7
SUMBER
PENDANAAN
Pajak dan Bentuk
PNBP Penyertaan
Cost - Cost-Recovery
Pinjaman Recovery
Asing Ekuita On-
Non Cost – s Lending
Recovery
Obligasi
(Subsidi)

Gambar 2. Bagan skema pendanaan infrastruktur oleh Pemerintah

2) Pembiayaan Oleh Swasta

a) Jalan Tol

Jalan tol pertama kali dibangun dengan pendanaan pemerintah yang diwujudkan melalui
pembentukan Badan Usaha Milik Negara, yaitu PT. Jasa Marga (Persero) ditahun 1978. Sejak
tahun 1978-1983, pendanaan jalan tol dilakukan melalui penyertaan dari APBN. Mulai tahun
1983-1987, pengembangan jalan tol mulai didanai dari soft loan agreement (SLA), obligasi
dan kas internal perusahaan. Pada tahun 1993, pihak swasta mulai bekerjasama dengan Jasa
Marga, maka memobilisasi dana swasta, baik dalam bentuk ekuitas maupun hutang.

Hingga saat ini, sumber pendanaan untuk jalan tol dilakukan dengan menggabungkan
project-financing dan corporate-financing. Pembiayaan project-financing dilakukan pada
Special Purpose Vehicle (SPV) yang biasanya didirikan khusus untuk proyek tersebut,
sedangkan corporate financing dilakukan kepada perusahaan pemilik SPV. Jenis-jenis
pendanaan yang digunakan adalah:

 Ekuitas

o Kas Internal Perusahaan


Ini adalah sumber paling dasar atau umum dari pendanaan ekuitas yaitu
menggunakan kas internal perusahaan.
o Kemitraan Strategis
Yang dimaksud dengan kemitraan strategis adalah kegiatan pendanaan yang
melibatkan kerjasama dengan mitra usaha lain, seperti usaha patungan (joint

8
venture), dan mergers and acquisition. Dalam hal ini, sumber pendanaan tidak
berasal dari kas internal perusahaan.
o Joint Venture
Jenis kerjasama seperti ini termasuk yang paling umum dan sudah lama
berlangsung. Pada awalnya usaha patungan terwujud melalui kewajiban untuk
bermitra dengan Jasa Marga. Namun pada perkembangannya, hampir semua
badan usaha jalan tol (BUJT) memiliki struktur kepemilikan saham yang tidak
tunggal. Perseroan Terbatas diwajibkan memiliki lebih dari dua pemegang
saham, namun yang dimaksud dalam hal kepemilikan saham tunggal adalah
terkait project vehicle, dimana dalam melakukan investasi jalan tol, SPV
dimiliki oleh lebih dari dua perusahaan. Sebagai contoh, ruas Tol Cikampek-
Palimanan merupakan patungan dari Plus (pengembang jalan tol dari Malaysia)
dan perusahaan milik Sandiaga Uno.
o Mergers and Acquisition
Akuisisi juga umum terjadi, yaitu dengan pembelian saham di SPV oleh
perusahaan lain. Ini dapat terjadi pra-pembangunan atau paska-pembangunan.
Sebagai contoh untuk paskapembangunan adalah akuisisi sebagian saham PT.
Marga Mandala Sakti oleh Astratel dari pemegang saham sebelumnya yaitu
perusahaan Belanda (anak perusahaan grup Astra International).
o Bridging Loan
Bridging loan merupakan pendanaan yang menggunakan jaminan saham induk
perusahaan atau perusahaan pemilik SPV. Pada dasarnya, kewajiban penyertaan
ekuitas pada SPV dilakukan dengan menggadaikan saham induk perusahaan
atau menjadikan saham induk perusahaan sebagai jaminan pinjaman bank.
o Initial Public Offering (IPO)
IPO dapat dilakukan pada tingkat SPV, namun perlu dipenuhi aturan Bapepam
yang akan dibahas pada sub-bab kajian regulasi. Secara umum, IPO hanya bisa
dilakukan pada SPV yang sudah beroperasi sekurang-kurangnya 3 tahun dengan
catatan pembukuan laba berturut-turut positif. IPO pada dasarnya untuk tingkat
SPV menjadi exit strategy, sehingga memperkuat struktur permodalan
perusahaan induk untuk menambah portofolio.

 Hutang

o Bank
Bank dapat memberikan dua jenis pinjaman, yaitu pinjaman dengan recourse
atau tanpa recourse. Diantara kedua opsi ini, terdapat pula limited recourse.
Pinjaman dengan recourse pada dasarnya merupakan pinjaman dengan jaminan
balance sheet dari perusahaan induk. Pinjaman tanpa recourse pada dasarnya
merupakan pinjaman kepada perusahaan SPV. Pinjaman limited recourse
merupakan kombinasi, dimana tidak keseluruhan balance sheet perusahaan
induk menjadi jaminan.
o Shareholders’ Loan

9
Ini merupakan pinjaman yang diperoleh dari pemegang saham, namun sifatnya
bukan ekuitas. Jenis pendanaan ini biasanya ditempuh jika pendanaan bank
terbatas, dan perusahaan induk memiliki dana tetapi tidak ingin melakukan
penyertaan ekuitas untuk memenuhi funding gap.

b) Air Minum

Untuk pendanaan air minum oleh swasta, bentuk pendanaan relatif masih sama dengan
jalan tol. Belum ada perbedaan sumber pendanaan saat ini. Pendanaan dengan ekuitas telah
dilakukan oleh perusahaan swasta seperti Astratel lewat akuisisi Palyja dan Recapital lewat
akuisisi TPJ. Pendanaan ekuitas juga direncanakan dilakukan untuk proyek air minum
Kabupaten Tangerang, yang juga dimenangkan oleh AETRA tendernya. Namun demikian
karena ukuran proyek yang jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan jalan tol, maka
pelaksanaan IPO dan obligasi cenderung baru feasible jika terdapat beberapa proyek yang
diagregasi.

Gambar 3. Ringkasan pembiayaan infrastruktur oleh swasta

2.3 Mekanisme Pembiayaan Pembangunan

Gambar 4. Mekanisme Pembiayaan Pembangunan

10
BAB III

STUDI KASUS
Analisis Strategi Pembiayaan PLTMH Desa Purbasari

Oleh
Akhmad Raditya

Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) merupakan pembangkit listrik


dengan mengunakan energi baru dan terbaharukan dengan berpegang pada prinsip
menguntungkan secara ekonomis, layak secara teknis, diterima secara sosial budaya dan tidak
menyebabkan kerusakan lingkungan. Desa Purbasari merupakan salah satu desa yang berada
pada Kabupaten Purbalingga yang belum teraliri listrik oleh PLN. Pembangkit Listik Tenaga
Mikrohidro (PLTMH) di Desa Purbasari mulai dibangun tahun 1994 dengan memiliki
kapasitas 40 KW. Keberadaan PLTMH di desa tersebut telah merubah pola kehidupan
masyarakat dengan meningalkan penggunaan energy konvesional yang tidak ramah
lingkungan serta boros. Perubahan yang besar adalah menngkatnya taraf ekonomi masyarakat
Desa Purbasari dan diharapkan penyediaan tenaga listrik di pedesaan seperti Desa Purbasari
merupakan salah satu sarana yang akan mempercepat upaya peningkatan kesejahteraan bangsa
secara keseluruhan.

Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Desa Purbasari sendiri di gunakan


sebanyak 151 KK dengan setiap konsumen membayar iuran sebesar Rp 15.000,. Perolehan
dana dari konsumen tidak dapat menutupi biaya pemeliharaan PLTMH Desa Purbasari.

Berdasarkan analisis finansial PLTMH Desa Purbasasri dengan kurun waktu 15 tahun,
didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut: NPV = Rp 895.403.261,8 , Net B/C = 1.4, dan
IRR = 16,67% dengan payback period selama 4 tahun 2 bulan. Dari hasil analsis finansial
tersebut dapat disimpulkan bahwa investasi PLTMH di Desa Purbasari dengan nilai investasi
Rp 683.344.000,- layak untuk dilaksanakan. Untuk itu diperlukan suntikan dana yang berasal
dari investor terutama dari pihak pemerintah dalam hal ini adalah PLN dan pihak swasta dalam
pembiayaannya. PLN merupakan sumber pembiayaan utama maka dari itu diperlukan
pembiayaan dari sektor swasta dengan salah satunya meningkatkan pembiayaan dari
masyarakat. Peran pihak swasta dapat dimaksimalkan dalam pembiayaan pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Desa Purbasari dikarenakan dapat
mengurangi beban pembiayaan dari pemerintah dan dapat dibagi antara pihak PLN dengan
Sektor Swasta yang tertarik dalam pembiayaannya.

11
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Didalam melakukan pembangunan, setiap Pemerintaah Daerah memerlukan


perencanaan pembiayaan pembangunan yang akurat serta diharapkan dapat melakukan
evaluasi terhadap pembangunan yang dilakukannya. Seiring dengan semakin pesatnya
pembangunan bidang ekonomi, maka terjadi peningkatan permintaan data dan indikator-
indikator yang menghendaki ketersediaan data sampai tingkat Kabupaten/ Kota. Data dan
indikator-indikator pembangunan yang diperlukan adalah yang sesuai dengan perencanaan
yang telah ditetapkan dalam rencana tata ruang.
4.2 Saran

Saran yang dapat penulis sampaikan yaitu hendaknya pemerintah melakukan


pembangunan sesuai dengan rencana tata ruang yang telah disahkan agar efisien dan efektif.
Menerapkan transparansi pada pengeluaran atau pembiayaan pembangunan kepada masyarakat
umum.

12
DAFTAR PUSTAKA
Budiharsono, Sugeng. 2001. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan.
Jakarta: Pradnya Paramita.
Cadman, David, dan Leslie Austin-Crowe. 1991. Development Property. Third Edition.
London: E&FN Spon.
Foley, Donald. 1967. An Approach to Metropolitan Spatial Structure. Pennsylvania:
University Of Pennsylvania Press.
Indrawati, Sri Mulyani. 1994. Permasalahan Sistem dan Strategi Perencanaan Pembangunan
Daerah. Disampaikan dalam Seminar Nasional Perencanaan Pengembangan Wilayah
Kabupaten Dati II dalam rangka Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia. Kerjasama
Jurusan Planologi FTSP-ITB & GTZ, Bandung.
Bambang Susantono dan Mohammed Ali Berawi (2012) Perkembangan Kebijakan
Pembiayaan Infrastruktur Transportasi Berbasis Kerjasama Pemerintah Swasta di Indonesia ,
Jurnal Transportasi Vol. 12 No. 2 Agustus 2012: 93-102

13

Вам также может понравиться