Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
SISTEM MUSKULOSKELETAL
NIM:235STYC16
2016
PEMERIKSAAN FISIK
SISTEM MUSKULOSKELETAL
A. PENDAHULUAN
Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara sistematis untuk menghindari kesalahan.
Jika mungkin, gunakan ruangan yang cukup luas sehingga pasien dapat bergerak bebas
saat pemeriksaan gerakan atau berjalan. Pemeriksa harus melakukan eksplorasi lebih
jauh. Hasil pemeriksaan fisik harus di dokumentasikan dengan cermat dan informasi
tersebut di beritahukan kepada dokter yang akan menentukan diagnosis dan
penatalaksanaan lebih lanjut.
B. TUJUAN UMUM
2. Untuk mengetahui adanya mobilitas, kekuatan atau adanya ganguan pada bagian
tertentu.
1. Meteran
2. Goniometer
D. LANGKAH PEMERIKSAAN
Pastikan juga bahwa otot dan sendi klien terbuka dalam beban untuk bergerak.
Untuk dapat melakukan observasi secara lengkap dan cermat tubuh klien harus
terlihat dengan jelas dan perlu di perhatikan tentang suhu ruangan harus cukup
hangat dan ruangan harus cukup luas.
a. Minta klien untuk berjalan pada sebuah garis lurus , minta klien untuk berdiri
perhatikan cara klien berdiri dan postur tubuh klien.
- Posisi berdiri klien yang normal adalah tegak lurus. Dengan panggul dan
bahu ada dalam satu keselarasan. Pada saat pasien berjalan obsevasilah:
Gaya berjalan
Gerak ekstremitas
- lordosis
- kiposis
- skoliosis
- pembengkakan, atau
- adanya masa
- Adanya depormitas
- Pembesaran tulang
- Kesimetrisan
Pada pemeriksaan tentang rentang gerak sendi, pertama buatlah tiap sendi
mencapai rentang gerak normal yang penuh kemudian bandingkan keselarasan
sendi pada kedua sisi tubuh. Selanjutnya uji kedua rentang gerak aktif dan pasif
untuk masing-masing kelompok sendi otot mayor yang berhubungan melakukan
uji rentang luas sehingga gerakan kelompok otot bebas tidak terhambat, jangan
paksa sendi bergerak kearah posisi yang menyakitkan .
Pada saat melakukan uji rentang gerak sendi lakukan pemerikasaan baik
secara inspeksi maupun palpasi terhadap rentang gerak. Pertimbangkan :
- Depormitas
- Kekakuan
- Krepitasi
- Nodul
Bila sendi terlihat bengkak atau adanya inflamasi maka observasi kehangatan
kulit sekitar sendi tersebut. Pada saat pengukuran rentang gerak sendi secara
pasif klien harus dalam keadaan rileks untuk memungkinkan gerak sendi pasif
sampai akhir gerak sendi terasa. Bila diduga terjadi penurunan gerak sendi maka
guanakan goniometer untuk pengukuran yang tepat mengenai derajat gerakan
caranya:
Hasil normal
3. Rentang gerakan dengan gerakan aktif dan pasif harus setara untuk masing-
masing sendi dan di antara sendi-sendi kontra lateral.
4. Sendi normal bisa bergerak bebas tanpa ada rasa sakit atau krepitasi
Tonus terdeteksi sebagai tahanan otot saat ektremitas rileks secara pasif di
gerakkan melalui rentang geraknya. Periksalah setiap kelompok otot dengan
mengkaji kekuatan otot dan membandingkannya pada kedua sisi tubuh tonus dan
kekuatan otot dapat diperiksa selama pengukuran rentang gerak sendi.
Cara pemeriksaan :
b. Minta klien untuk memfleksikan otot yang akan diperiksa kemudian minta
klien untuk menahan tenaga dorongan yang perawat lakukan terhadap
fleksinya
Bila otot klien lemah maka ukurlah otot dengan pita pengukur kemudian
bandingkan dengan sisi yang berlawanan.
Hasil normal :
1. Tonus otot normal menyebabakan tahanan ringan dan datar terhadap gerakan
pasif selama rentang geraknya
3. Lengan dominan kemungkinan sedikit lebih kuat dari lengan yang tidak
dominan .
- penghentakan kaki
- kaki berlekuk-lekuk
- penyeretan kaki
2. kelainan postural :
- kiposis
- lordosis
- skoliosis
3. kelainan gerak rentang :
- kekakuan sendi
- gerakan spastic
4. kelainan otot:
- hiper tonus
E. KESIMPULAN
Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. (Edisi VIII). Jakarta: EGC.
Price, Sylvia Anderson. (2006). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
(Edisi VI). Jakarta: EGC.
Diposkan oleh Ns. Dedi Herdiana, SKep di 01.48