Вы находитесь на странице: 1из 25

PENDAHULUAN

Karsinoma serviks uteri merupakan keganasan yang sering dijumpai pada wanita.

Secara umum di seluruh dunia, baik insiden dan mortalitas karsinoma serviks uteri berada

pada urutan kedua setelah kanker payudara, sedangkan pada negara berkembang, karsinoma

serviks uteri masih menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian pada wanita. Di

Indonesia, karsinoma serviks uteri menempati urutan kedua setelah kanker payudara.1

Bahkan di Indonesia saja, setiap satu jam seorang wanita meninggal karena kanker serviks

uteri.2 Menurut Departemen Kesehatan, terdapat sekitar 100 kasus per 100 ribu penduduk

atau 200 ribu kasus setiap tahunnya.3

Kanker serviks disebut juga "silent killer" karena perkembangan kanker ini sangat sulit

dideteksi.2 Secara umum kanker serviks di klasifikasikan menjadi dua, yaitu kanker serviks

preinvasif (stadium displasia dan karsinoma in situ) dan kanker serviks invasif.4 Periode laten

dari fase preinvasif untuk menjadi invasif membutuhkan waktu sekitar 10-20 tahun. Proses

ini seringkali tidak disadari hingga tahap pra-kanker atau tanpa gejala.2

Di negara maju kasus kanker serviks uteri sudah menurun. Hal ini karena dilakukan

upaya pencegahan sekunder dan deteksi dini melalui program papsmear yang dilakukan

secara periodik dan teratur. Papsmear merupakan pemeriksaan secara mikroskopik dari

jaringan serviks uteri yang dapat mendeteksi kanker serviks uteri secara dini. Kanker ini

mulai ditemukan dalam usia 25-34 tahun, puncaknya pada usia 45-54 tahun.4

1
KARSINOMA SERVIKS UTERI

A. DEFINISI

Kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada serviks, sehingga

jaringan disekitarnya tidak dapat melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya. Kanker serviks

merupakan sebuah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim atau serviks, yaitu bagian

terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina.5

Kanker leher rahim atau yang dikenal dengan kanker serviks yaitu keganasan yang

terjadi pada serviks (leher rahim) yang merupakan bagian terendah dari rahim yang menonjol

ke puncak liang senggama atau vagina.6

Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari metaplasia epitel di

daerah squamocolumner junction yaitu daerah peralihan mukosa vagina dan mukosa kanalis

servikalis. Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada serviks atau leher rahim, suatu

daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim, letaknya

antara rahim (uterus) dan liang senggama atau vagina.7

B. ANATOMI SERVIKS

Serviks uteri terdapat di setengah hingga sepertiga bawah uterus, berbentuk silindris,

dan menghubungkan uterus dengan vagina melalui kanal endoservikal. Serviks uteri terdiri

dari portio vaginalis, yaitu bagian yang menonjol ke arah vagina dan bagian supravaginal.

Panjang serviks uteri kira-kira 2,5–3cm dan memiliki diameter 2-2,5cm. Pada bagian anterior

serviks berbatasan dengan kandung kemih. Pada bagian posterior, serviks ditutupi oleh

peritoneum yang membentuk garis cul-de-sac.8

Bagian-bagian serviks, yaitu:8

a. Endoserviks: sering disebut juga sebagai kanal endoserviks.

b. Ektoserviks (eksoserviks): bagian vaginal serviks

2
c. Os Eksternal: pembukaan kanal endoserviks ke ektoserviks

d. Forniks: refleksi dinding vaginal yang mengelilingi ektoserviks

e. Os Internal: bagian batas atas kanal

Pada serviks terdapat zona transformasi (transformation zone), yaitu: area terjadinya

perubahan fisiologis sel-sel skuamos dan kolumnar epitel serviks. Terdapat 2 ligamen yang

menyokong serviks, yaitu ligamen kardinal dan uterosakral. Ligamen kardinal adalah

jaringan fibromuskular yang keluar dari segmen bawah uterus dan serviks ke dinding pelvis

lateral dan menyokong serviks. Ligamen uterosakral adalah jaringan ikat yang mengelilingi

serviks dan vagina dan memanjang hingga vertebra. Serviks memiliki sistem limfatik melalui

rute parametrial, kardinal, dan uterosakral.8

Gambar 1. Anatomi Uterus

Sumber:

3
C. HISTOLOGI SERVIKS

Serviks adalah bagian inferior uterus yang struktur histologinya berbeda dari bagian

lain uterus. Struktur histologi serviks terdiri dari:9

a. Endoserviks: Epitel selapis silindris penghasil mukus.

b. Serabut otot polos polos hanya sedikit dan lebih banyak jaringan ikat padat (85%).

c. Ektoserviks: Bagian luar serviks yang menonjol ke arah vagina dan memiliki lapisan

basal, tengah, dan permukaan. Ektoserviks dilapisi oleh sel epitel skuamos non keratin.

Pertemuan epitel silindris endoserviks dengan epitel skuamos eksoserviks disebut taut

skuamokolumnar (squamocolumnar junction, SCJ).

Epitel serviks mengalami beberapa perubahan selama perkembangannya sejak lahir

hingga usia lanjut. Sehingga, letak squamocolumnar junction ini juga berbeda pada

perkembangannya, yaitu:9

a. Saat lahir, seluruh serviks yang “terpajan” dilapisi oleh epitel skuamos.

b. Saat dewasa muda, terjadi pertumbuhan epitel silindris yang melapisi endoserviks. Epitel

ini tumbuh hingga ke bawah ektoserviks, sehingga epitel silindris terpajan dan letak

junction berada di bawah eksoserviks.

c. Saat dewasa, dalam perkembangannya terjadi regenerasi epitel skuamos dan silindris.

Sehingga epitel skuamos kembali melapisi seluruh ektoserviks dan terpajan, dan letak

junction kembali ke tempat awal.

Area tempat antara letak junction saat lahir dan dewasa muda disebut zona

transformasi.9

D. ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO

Penyebab dari kanker serviks masih belum diketahui. Tetapi ada beberapa faktor

risiko terjadinya kanker serviks yaitu:5,7,10,11,12

4
Infeksi Virus Human Papilloma (HPV)

Infeksi HPV (human papilloma virus) diduga sebagai faktor risiko utama penyebab

terjadinya kanker serviks. Virus human papiloma adalah virus DNA yang menimbulkan

proliferasi pada permukaan epidermal dan mukosa. Melakukan hubungan seks tidak aman

terutama pada usia muda atau memiliki banyak pasangan seks, memungkinkan terjadinya

infeksi virus HPV. Tiga dari empat kasus baru infeksi virus HPV menyerang wanita muda

(usia 15-24 tahun). Infeksi Virus HPV dapat terjadi dalam 2-3 tahun pertama pada wanita

yang aktif secara seksual. Pada usia remaja (12-20 tahun) organ reproduksi wanita sedang

aktif berkembang. Rangsangan penis atau sperma dapat memicu perubahan sifat sel menjadi

tidak normal, apalagi bila terjadi luka saat berhubungan seksual dan kemudian infeksi virus

HPV. Sel abnormal inilah yang berpotensi tinggi menyebabkan kanker serviks. Dari beberapa

pemeriksaan laboratorium terbukti bahwa lebih dari 90% karsinoma serviks mengandung

DNA virus human papilloma. HPV tipe 16, 18, 31, 33, 35, 45, 51, 52, 56 dan 58 sering

ditemukan pada kanker dan prakanker. HPV tipe 16 dan 18 menyebabkan 68% keganasan

tipe skuamosa dan 83% tipe adenokarsinoma. 5,7,10,11,12

Infeksi pada serviks bisa menghasilkan perubahan secara histologi yang digolongkan

dalam Cervikal Intra-epitelial Neoplasma (CIN) derajat 1, 2, 3 didasarkan pada derajat

kerusakan dari sel epitel pada serviks atau adenokarsinoma insitu, yaitu: 5,7,10,11,12

1. CIN 1 biasanya sembuh spontan (60% dari seluruh kasus) dan beberapa berkembang ke

arah keganasan ( 1% ).

2. CIN 2 dan 3 memiliki persentase sedikit untuk sembuh spontan dan memiliki persentase

yang tinggi untuk berkembang ke arah keganasan.

5
Faktor Risiko Lain Penyebab Kanker Serviks: 5,7,10,11,12

Riwayat Keluarga

Kanker serviks dapat terjadi dalam beberapa keluarga. Jika ibu atau saudara

perempuan memiliki kanker serviks maka lebih berisiko 2 atau 3x lipat terkena kanker

serviks. 5,7,10,11,12

Usia

Menikah pada usia kurang 20 tahun dianggap terlalu muda untuk melakukan

hubungan seksual dan berisiko terkena kanker serviks 10-12 kali lebih besar daripada wanita

yang menikah pada usia > 20 tahun. Hubungan seks idealnya dilakukan setelah seorang

wanita benar-benar matang. Ukuran kematangan tidak hanya dilihat dari sudah menstruasi

atau belum. Kematangan juga bergantung pada sel-sel mukosa yang terdapat di selaput kulit

bagian dalam rongga tubuh. Umumnya sel-sel mukosa baru matang setelah wanita berusia 20

tahun ke atas. Jadi, seorang wanita yang menjalin hubungan seks pada usia remaja, paling

rawan jika dilakukan di bawah usia 16 tahun. Pada usia muda, sel-sel mukosa pada serviks

belum matang. Artinya, masih rentan terhadap rangsangan sehingga tidak siap menerima

rangsangan dari luar termasuk zat-zat kimia yang dibawa sperma. Karena masih rentan, sel-

sel mukosa bisa berubah sifat menjadi kanker. Sifat sel kanker selalu berubah setiap saat

yaitu mati dan tumbuh lagi. Dengan adanya rangsangan, sel bisa tumbuh lebih banyak dari sel

yang mati, sehingga perubahannya tidak seimbang lagi. Kelebihan sel ini akhirnya bisa

berubah sifat menjadi sel kanker. Lain halnya bila hubungan seks dilakukan pada usia di atas

20 tahun, dimana sel-sel mukosa tidak lagi terlalu rentan terhadap perubahan. 5,7,10,11,12

Usia > 35 tahun mempunyai risiko tinggi terhadap kanker serviks. Semakin tua usia

seseorang, maka semakin meningkat risiko terjadinya kanker serviks. Meningkatnya risiko

kanker serviks pada usia lanjut merupakan gabungan dari meningkatnya dan bertambah

6
lamanya waktu pemaparan terhadap karsinogen serta makin melemahnya sistem kekebalan

tubuh akibat usia. 5,7,10,11,12

Pasangan Seksual Lebih dari Satu

Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan

mempunyai faktor risiko yang sangat besar terhadap kanker serviks. Perilaku berganti-ganti

pasangan akan meningkatkan penularan penyakit kulit kelamin. Penyakit yang ditularkan

seperti infeksi human papilloma virus (HPV) telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya

kanker serviks. Risiko terkena kanker serviks menjadi 10 kali lipat pada wanita yang

memiliki pasangan seksual 6 orang atau lebih. 5,7,10,11,12

Paritas (Jumlah Kelahiran)

Wanita yang memiliki banyak anak apalagi dengan jarak persalinan yang terlalu pendek

memiliki risiko tinggi terjadinya kanker serviks. Semakin sering partus, maka semakin besar

kemungkinan risiko mendapat kanker serviks. Hal ini akan berdampak pada seringnya terjadi

perlukaan di organ reproduksi yang akhirnya dampak dari luka tersebut akan memudahkan

timbulnya Human Papilloma Virus (HPV) sebagai penyebab terjadinya penyakit kanker

serviks. 5,7,10,11,12

Sosioekonomi Rendah

Wanita dengan golongan sosioekonomi yang rendah berada pada tingkat risiko kanker

serviks yang lebih tinggi. Hal ini erat kaitannya dengan gizi, imunitas, kebersihan perorangan

dan kurangnya perawatan kesehatan, seperti tes pap smear secara rutin. Pada golongan sosial

ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang. Hal ini memengaruhi

imunitas tubuh. 5,7,10,11,12

Terlalu Sering Membersihkan Vagina

Terlalu sering mencuci vagina dapat menyebabkan iritasi di serviks. Iritasi ini akan

merangsang terjadinya perubahan sel yang akhirnya berubah menjadi sel kanker. 5,7,10,11,12

7
Merokok dan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)

Tembakau adalah bahan pemicu karsinogenik yang paling baik. Asap rokok

menghasilkan polycyclic aromatic hydrocarbon heterocyclic nitrosamines. Wanita perokok

memiliki risiko dua kali lebih besar terkena kanker serviks dibandingkan non-perokok.

Rokok mengandung banyak zat beracun yang dapat menyebabkan kanker. Zat-zat berbahaya

ini dibawa ke dalam aliran darah ke seluruh tubuh ke organ lain juga. Efek langsung bahan-

bahan tersebut pada serviks adalah menurunkan status imun lokal sehingga kokarsinogen

infeksi virus. Sebuah penelitian menunjukkan, mukosa serviks pada wanita perokok

mengandung nikotin dan zat-zat lainnya yang ada dalam rokok. Zat-zat tersebut akan

menurunkan daya tahan serviks disamping merupakan kokarsinogen infeksi virus.

Sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks, yaitu bermula dari adanya

erosi serviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus. Hal ini

dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks. 5,7,10,11,12

Infeksi HIV

Infeksi virus HIV (human immunodeficiency virus), penyebab AIDS juga dapat

meningkatkan risiko kanker serviks. HIV membuat sistem kekebalan tubuh wanita lemah,

sehingga kurang dapat melawan infeksi virus HPV. 5,7,10,11,12

E. PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI

Karsinoma serviks adalah penyakit yang progresif, mulai dengan intraepitel, berubah

menjadi neoplastik, dan akhirnya menjadi kanker serviks setelah 10 tahun atau lebih. Secara

histopatologi lesi preinvasif biasanya berkembang melalui beberapa stadium displasia

(ringan, sedang, dan berat) menjadi karsinoma insitu dan akhirnya invasif. Berdasarkan

karsinogenesis umum, proses perubahan menjadi kanker diakibatkan oleh adanya mutasi gen

pengendali siklus sel. Gen pengendali tersebut adalah onkogen, tumor supressor gene, dan

repair genes. Onkogen dan tumor supressor gen mempunyai efek yang berlawanan dalam

8
karsinogenesis, dimana onkogen memperantarai timbulnya transformasi maligna,

sedangkan tumor supressor gen akan menghambat perkembangan tumor yang terlibat dalam

pertumbuhan sel. Meskipun kanker berkembang melalui perubahan intraepitel, tidak semua

perubahan ini progres menjadi invasif. Lesi preinvasif akan mengalami regresi secara spontan

sebanyak 3-35%. Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi yang

tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu (KIS) berkisar antara

1-7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma insitu menjadi invasif adalah 3-

20 tahun. Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali adanya

perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia ini dapat muncul bila

ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi,

infeksi utaravirus atau bakteri dan gangguan keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7-

10 tahun perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif berkembang invasif pada stroma

serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka,

pertumbuhan eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke

forniks, jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan atau

vesika urinaria. Virus DNA ini menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal zona

transformasi, dibantu oleh faktor risiko lain mengakibatkan perubahan gen pada molekul vital

yang tidak dapat diperbaiki, menetap dan kehilangan sifat serta kontrol pertumbuhan sel

normal sehingga terjadi keganasan.7

F. PENYEBARAN

Pada umumnya, penyebaran kanker serviks uteri secara limfogen melalui pembuluh

getah bening menuju ke 3 arah, yaitu:13

a. Ke arah fornises dan dinding vagina

b. Ke arah korpus uterus

9
c. Ke arah parametrium dan dalam tingkatan yang lanjut menginfiltrasi septum rektovaginal

dan kandung kemih.

Secara hematogen, tempat penyebaran terutama adalah paru-paru, kelenjar getah

bening, mediastinum dan supravesikuler, tulang, hepar, empedu, pankreas dan otak.13

G. PATOLOGI

Karsinoma serviks timbul di batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan

endoserviks kanalis serviks yang disebut sebagai squamo-columnar junction (SCJ). Pada

wanita muda SCJ ini berada di luar ostium uteri eksternum, sedang pada wanita berumur >35

tahun, SCJ berada di dalam kanalis serviks. Pada awal perkembangannya kanker serviks tidak

ada tanda dan keluhan. Pada pemeriksaan dengan spekulum, tampak sebagai porsio yang

erosif (metaplasia skuamosa) yang fisiologik atau patologik. Tumor dapat tumbuh:13

1. Eksofitik mulai dari SCJ ke arah lumen vagina sebagai masa proliferatif yang mengalami

infeksi sekunder dan nekrosis.

2. Endofitik mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stroma serviks dan cenderung untuk

mengadakan infiltrasi menjadi ulkus.

3. Ulseratif mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks dengan

melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi ulkus yang luas.

H. KLASIFIKASI

Jenis skuamosa merupakan jenis yang paling sering ditemukan, yaitu ± 90%

merupakan karsinoma sel skuamosa (KSS), adenokarsinoma 5% dan jenis lain sebanyak 5%.

Karsinoma skuamosa terlihat sebagai jalinan kelompok sel-sel yang berasal dari skuamosa

dengan pertandukan atau tidak, dan kadang-kadang tumor itu sendiri berdiferensiasi buruk

atau dari sel-sel yang disebut small cell, berbentuk kumparan atau kecil serta bulat seta

mempunyai batas tumor stroma tidak jelas. Sel ini berasal dari sel basal atau reserved cell.

10
Sedangkan adenokarsinoma terlihat sebagai sel -sel yang berasal dari epitel torak

endoserviks, atau dari kelenjar endoserviks yang mengeluarkan mukus.7

Klasifikasi histologik kanker serviks ada beberapa, di antaranya:7

1. Squamous carcinoma

• Keratinizing

• Large cell non keratinizing

• Small cell non keratinizing

• Verrucous

2. Adeno carcinoma

• Endocervical

• Endometroid (adenocanthoma)

• Clear cell-paramesonephric

• Clear cell mesonephric

• Serous

• Intestinal

3. Mixed carcinoma

• Adenosquamous

• Mucoepidermoid

• Glossy cell

• Adenoid cystic

4. Undifferentiated carcinoma

5. Carcinoma tumor

6. Malignant melanoma

7. Malignant non-epithelial tumors

• Sarcoma: mixed mullerian, leiomysarcoma, rhabdomyosarcoma

11
• Lymphoma

I. STADIUM KANKER SERVIKS

Stadium kanker serviks dibagi menurut klasifikasi (international Federation of

Gynecology and Obstetrics) FIGO dan TNM, sebagai berikut:13

TINGKAT KEGANASAN KATEGORI TNM

Tumor primer tidak dapat TX

diasses

Tidak ada bukti tumor primer T0

0 Karsinoma In situ (KIS) atau T1s

karsinoma intraepitel:

membrana basalis masih utuh.

I Karsinoma terbatas pada serviks T1

Ia Karsinoma mikro invasif: hanya T1a

teridentifkasi secara

mikroskopis

Ia1 Kedalaman invasif <3mm dan T1a1

lebarnya <7mm

Ia2 Kedalaman invasif >3mm dan < T1a2

5 mm dan lebarnya <7mm

Ib Lesi klinis terbatas pada serviks T1b

Ib1 Lesi klinis berukuran <4 cm T1b1

Ib2 Lesi klinis berukuran >4 cm T1b2

II Karsinoma menyebar ke sekitar T2

serviks dan vagina 2/3 atas

12
IIa Karsinoma melibatkan vagina T2a

IIb Karsinoma telah menginfiltrasi T2b

parametrium

III Karsinoma melibatkan 1/3 bag T3

bawah vagina, dinding pelvis

IIIa Karsinoma sampai menyebar ke T3a

1/3 bag bawah vagina

IIIb Karsinoma meluas ke dinding T3b

pelvis dan atau hydronefrosis

atau ureterostenosis

IVa Karsinoma termasuk mukosa T4a

dari kandung kemih atau rektum

da atau menyebar ke dinding

pelvis

IVb Menyebar ke organ yang jauh T4b

J. GAMBARAN KLINIK

1. Gejala pra kanker serviks

Pada fase sebelum terjangkitnya kanker sering penderita tidak mengalami gejala

atau tanda yang khas. Namun sering ditemukan gejala-gejala sebagai berikut:7,13

1. Keluar cairan encer dari vagina yaitu flour albus (keputihan). Keputihan yang

keluar dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis

jaringan sehingga pertumbuhan tumor menjadi ulseratif.

2. Perdarahan setelah hubungan seksual merupakan gejala karsinoma serviks yang

terjadi sekitar 75-80% (disebut sebagai perdarahan kontak) dan juga dapat terjadi

13
perdarahan spontan akibat terbukanya pembuluh darah. Perdarahan yang khas

terjadi pada penyakit ini yaitu darah yang keluar berbentuk mukoid.

3. Timbulnya perdarahan setelah menopause.

4. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau, dan

dapat bercampur darah.

5. Timbul gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.

6. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang

panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi

hidronefrosis. Selain itu, bisa juga timbul nyeri di tempat-tempat lainnya.

7. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki,

timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rectum),

terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul gejala akibat

metastasis jauh.

2. Gejala Kanker Serviks

Bila sel-sel tidak normal berkembang menjadi kanker serviks, maka muncul

gejala-gejala sebagai berikut:7,13

1. Pendarahan pada vagina dan tidak normal. Hal ini dapat ditandai dengan

pendarahan diantara periode menstruasi yang reguler, periode menstruasi yang

lebih lama dan lebih banyak dari biasanya, perdarahan setelah hubungan seksual

atau pemeriksaan panggul.

2. Rasa sakit saat berhubungan seksual.

3. Jika kanker berkembang lebih lanjut maka dapat timbul gejala-gejala seperti

berkurangnya nafsu makan, penurunan berat badan, kelelahan, nyeri panggul,

punggung dan tungkai, keluar air kemih dan tinja dari vagina.

14
Gejala lain adalah gejala yang disebabkan oleh metastasis jauh yaitu meliputi

nyeri yang menjalar sampai kaki, hematuria dan gagal ginjal yang dapat terjadi akibat

infiltrasi tumor ke ureter sebelum memasuki kandung kemih, yang menyebabkan

obstruksi total ureter. Perdarahan rektum dapat terjadi karena penyebaran sel kanker

yang juga merupakan gejala penyakit lanjut. Pada pemeriksaan pap smear

ditemukannya sel-sel abnormal di bagian bawah serviks yang dapat dideteksi melalui,

atau yang baru-baru ini disosialisasikan yaitu dengan Inspeksi Visual dengan Asam

Asetat. Seringkali kanker serviks tidak menimbulkan gejala. Namun bila sudah

berkembang menjadi kanker serviks, barulah muncul gejala-gejala seperti pendarahan

serta keputihan pada vagina yang tidak normal, sakit saat buang air kecil dan rasa

sakit saat berhubungan seksual.7,13

K. DIAGNOSIS

Diagnosis karsinoma serviks uteri pada stadium lanjut tidak sulit untuk ditegakkan.

Biasanya lesi tumor cukup besar untuk dapat dilihat dan dilakukan biopsi, tetapi jika tidak

tampak adanya tumor, maka perlu dilakukan:11

1. Sitologi

Pemeriksaan sitologi dikenal dengan pemeriksaan pap smear. Sitologi bermanfaat

untuk mendeteksi sel-sel serviks yang tidak menunjukkan adanya gejala, dengan tingkat

ketelitian mencapai 90%. Sel kanker dapat diketahui pada sekret yang diambil dari

porsio serviks. Pemeriksaan ini harus mulai dilakukan pada wanita usia 18 tahun atau

ketika telah melakukan aktivitas seksual sebelum itu. Setelah tiga kali hasil pemeriksaan

pap smear setiap tiga tahun sekali sampai usia 65 tahun. Pap smear dapat mendeteksi

sampai 90% kasus kanker serviks uteri secara akurat dan dengan biaya yang tidak mahal,

akibatnya angka kematian akibat kanker leher rahim pun menurun sampai lebih dari

15
50%. Setiap wanita yang telah aktif secara seksual sebaiknya menjalani pap smear secara

teratur yaitu 1 kali setiap tahun. Apabila selama 3 kali berturut-turut menunjukkan hasil

pemeriksaan yang normal, maka pemeriksaan pap smear bisa dilakukan setiap 2 atau 3

tahun sekali.11

Hasil pemeriksaan pap smear adalah sebagai berikut:11

a. Normal

b. Displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat ganas)

c. Displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat ganas)

d. Karsinoma in situ (kanker terbatas pada lapisan serviks paling luar)

e. Kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang lebih dalam atau ke

organ tubuh lainnya).

2. Pemeriksaan DNA HPV

Pemeriksaan ini dimasukkan pada skrining bersama-sama dengan pap smear untuk

wanita dengan usia di atas 30 tahun. Penelitian dalam skala besar mendapatkan bahwa pap

smear negatif disertai DNA HPV yang negatif mengindikasikan tidak akan ada CIN 3

sebanyak hampir 100%. Kombinasi pemeriksaan ini dianjurkan untuk wanita dengan

umur diatas 30 tahun karena prevalensi infeksi HPV menurun sejalan dengan waktu.

Infeksi HPV pada usia 29 tahun atau lebih dengan ASCUS hanya 31,2% sementara

infeksi ini meningkat sampai 65% pada usia 28 tahun atau lebih muda. Walaupun infeksi

ini sangat sering pada wanita muda yang aktif secara seksual tetapi nantinya akan mereda

seiring dengan waktu. Sehingga, deteksi DNA HPV yang positif yang ditentukan

kemudian lebih dianggap sebagai HPV yang persisten. Apabila hal ini dialami pada

wanita dengan usia yang lebih tua maka akan terjadi peningkatan risiko kanker serviks.11

16
3. Kolposkopi (Pemeriksaan Serviks dengan Lensa Pembesar)

Kolposkopi merupakan pemeriksaan serviks dengan menggunakan alat kolposkopi yaitu

alat yang disamakan dengan mikroskop bertenaga rendah antara 40-660 kali dan terdapat

sumber cahaya didalamnya. Kolposkopi dapat meningkatkan ketepatan sitologi menjadi 95%.

Kolposkopi dilakukan untuk melihat daerah yang terkena proses metaplasia. Pemeriksaan ini

kurang efisien dibandingkan dengan pap smear, karena kolposkopi memerlukan keterampilan

dan kemampuan kolposkopis dalam mengetes darah yang abnormal.11

4. Biopsi

Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaaan panggul tampak suatu pertumbuhan atau luka

pada serrviks, atau jika hasil pemeriksaaan pap smear menunjukkan suatu abnormalitas atau

kanker. Biopsi ini dilakukan untuk melengkapi hasil pap smear. Teknik yang biasa dilakukan

adalah punch biopsy yang tidak memerlukan anastesi dan teknik cone biopsy yang

menggunakan anastesi. Biopsi dilakukan untuk mengetahui kelainan yang ada pada serviks.

Jaringan yang diambil dari daerah bawah kanal servikal. Hasil biopsi akan memperjelas

apakah yang terjadi itu kanker invasif atau hanya tumor saja. Biopsi harus dilakukan dengan

tepat dan alat biopsi harus tajam dan harus diawetkan dalam larutan formalin 10% sehingga

tidak merusak epitel.11

5. Konisasi

Konisasi serviks adalah pengeluaran sebagian jaringan serviks sehingga bagian yang

dikeluarkan berbentuk kerucut, Konisasi dilakukan apabila:11

1. Proses dicurigai berada di endoserviks

2. Lesi tampak seluruhnya dengan pemeriksaaan kolposkopi

3. Ada kesenjangan hasil sitologik dengan histopatologik

17
6. Tes Schiller

Pada pemeriksaan ini serviks diolesi dengan larutan yodium. Pada serviks normal akan

membentuk bayangan yang terjadi pada sel epitel serviks karena adanya glikogen. Sedangkan

pada sel epitel serviks yang mengandung kanker akan menunjukkan warna yang tidak

berubah karena tidak ada glikogen.11

7. Radiologi

a. Pelvik limphangiografi, yang dapat menunjukkan adanya gangguan pada saluran

pelvik atau peroartik limfe.

b. Pemeriksaan intravena urografi, yang dilakukan pada kanker serviks tahap lanjut,

yang dapat menunjukkan adanya obstruksi pada ureter terminal. Pemeriksaan

radiologi direkomendasikan untuk mengevaluasi kandung kemih dan rektum yang

meliputi sitoskopi, pielogram intravena (IVP), enema barium, dan sigmoidoskopi.

Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau scan CT abdomen/pelvis digunakan untuk

menilai penyebaran lokal dari tumor dan/atau terkenanya nodus limpa regional.11

L. PENGOBATAN

Bila diagnosa hispatologik telah dibuat maka pengobatan harus segera dilakukan dan

pilihan pengobatan tergantung pada beberapa faktor yaitu: letak dan luas lesi, usia dan jumlah

anak serta keinginan menambah jumlah anak, adanya patologi lain dalam uterus, keadaan

sosial ekonomi, fasilitas.7,13

Pengobatan karsinoma serviks uteri tergantung pada tingkatan stadium klinis, secara

umum dapat digolongkan kedalam tiga golongan terapi yaitu: operasi pengangkatan,

radioterapi, dan kemoterapi.7,13

Pengobatan kanker serviks tahap pra kanker-stadium 1A adalah dengan: histerektomi

(operasi pengangkatan rahim). Bila pasien masih ingin memiliki anak, metode LEEP atau

cone biopsy dapat menjadi pilihan.7,13

18
Pengobatan kanker serviks stadium IB dan IIA adalah dengan:7,13

 Bila ukuran tumor < 4cm: radikal histerektomi ataupun radioterapi dengan/tanpa

kemoterapi.

 Bila ukuran tumor >4cm: radioterapi dan kemoterapi berbasis cisplatin,

histerektomi, ataupun kemo berbasis cisplatin dilanjutkan dengan histerektomi.

Pengobatan kanker serviks stadium lanjut (IIB-IVA) adalah dengan radioterapi

maupun kemoterapi berbasis cisplatin. Pada stadium sangat lanjut (IVB), dapat

mempertimbangkan kemoterapi dengan kombinasi obat, misalnya hycamtin dan cisplatin.7,13

Jika kesembuhan tidak dimungkinkan, tujuan pengobatan kanker serviks adalah untuk

mengangkat atau menghancurkan sebanyak mungkin sel-sel kanker. Kadang-kadang

pengobatan ditujukan untuk mengurangi gejala-gejala. Hal ini disebut perawatan paliatif.7,13

Operasi Pengangkatan Kanker Serviks

Ada beberapa jenis operasi pengangkatan kanker serviks. Berikut ini adalah jenis-

jenis operasi yang umum digunakan:7,13

Cryosurgery

Sebuah probe metal yang didinginkan dengan nitrogen cair dimasukkan ke dalam

vagina dan pada leher rahim. Ini membunuh sel-sel abnormal dengan cara membekukan.

Cryosurgery digunakan untuk mengobati kanker serviks yang hanya ada di dalam leher rahim

(stadium 0), tapi bukan kanker invasif yang telah menyebar ke luar leher rahim. 7,13

Bedah Laser

Sebuah sinar laser digunakan untuk membakar sel-sel atau menghapus sebagian kecil

dari jaringan sel rahim untuk dipelajari. Pembedahan laser hanya digunakan sebagai

pengobatan untuk kanker serviks pra-invasif (stadium 0). 7,13

19
Konisasi

Sepotong jaringan berbentuk kerucut akan diangkat dari leher rahim. Hal ini

dilakukan dengan menggunakan pisau bedah atau laser atau menggunakan kawat tipis yang

dipanaskan oleh listrik (prosedur ini disebut LEEP atau LEETZ). Pendekatan ini dapat

digunakan untuk menemukan atau mengobati kanker serviks tahap awal (0 atau I). Hal ini

jarang digunakan sebagai satu-satunya pengobatan kecuali untuk wanita dengan kanker

serviks stadium dini yang mungkin ingin memiliki anak. Setelah biopsi, jaringan (berbentuk

kerucut) diangkat untuk diperiksa di bawah mikroskop. Jika batas tepi dari kerucut itu

mengandung kanker atau pra-sel kanker, pengobatan lebih lanjut akan diperlukan untuk

memastikan bahwa seluruh sel-sel kankernya telah diangkat. 7,13

Histerektomi

Histerektomi sederhana: Rahim diangkat, tetapi tidak mencakup jaringan yang berada di

dekatnya. Baik vagina maupun kelenjar getah bening panggul tidak diangkat. Rahim dapat

diangkat dengan cara operasi di bagian depan perut (perut) atau melalui vagina. Setelah

operasi ini, seorang wanita tidak bisa menjadi hamil. Histerektomi umum digunakan untuk

mengobati beberapa kanker serviks stadium awal (I). Hal ini juga digunakan untuk stadium

pra-kanker serviks (o), jika sel-sel kanker ditemukan pada batas tepi konisasi.

Histerektomi radikal dan diseksi kelenjar getah bening panggul: seluruh rahim, jaringan

di dekatnya, bagian atas vagina yang berbatasan dengan leher rahim, dan beberapa kelenjar

getah bening yang berada di daerah panggul akan diangkat. Operasi ini paling sering

dilakukan melalui pemotongan melalui bagian depan perut dan kurang sering melalui vagina.

Setelah operasi ini, seorang wanita tidak bisa menjadi hamil. Sebuah histerektomi radikal dan

diseksi kelenjar getah bening panggul adalah pengobatan yang umum digunakan untuk

kanker serviks stadium I, dan lebih jarang juga digunakan pada beberapa kasus stadium II,

terutama pada wanita muda. 7,13

20
Trachelektomi

Sebuah prosedur yang disebut trachelectomy radikal memungkinkan wanita muda

tertentu dengan kanker stadium awal untuk dapat diobati dan masih dapat mempunyai anak.

Metode ini melibatkan pengangkatan serviks dan bagian atas vagina dan meletakkannya pada

jahitan berbentuk seperti kantong yang bertindak sebagai pembukaan leher rahim di dalam

rahim. Kelenjar getah bening di dekatnya juga diangkat. Operasi ini dilakukan baik melalui

vagina ataupun perut. Setelah operasi ini, beberapa wanita dapat memiliki kehamilan jangka

panjang dan melahirkan bayi yang sehat melalui operasi caesar. Dalam sebuah penelitian,

tingkat kehamilan setelah 5 tahun lebih dari 50%, namun risiko keguguran lebih tinggi

daripada wanita normal pada umumnya. Risiko kanker kambuh kembali sesudah pendekatan

ini cukup rendah. 7,13

Ekstenterasi Panggul

Selain mengambil semua organ dan jaringan yang disebutkan di atas, pada jenis

operasi ini: kandung kemih, vagina, anus, dan sebagian usus besar juga diangkat. Operasi ini

digunakan ketika kanker serviks kambuh kembali setelah pengobatan sebelumnya.

Diperlukan waktu lama, 6 bulan atau lebih, untuk pulih dari operasi ini.7,13

Radioterapi untuk Kanker Serviks

Radioterapi adalah pengobatan kanker serviks dengan sinar berenergi tinggi (seperti

sinar-X) untuk membunuh sel-sel kanker ataupun menyusutkan tumornya. Pada kanker

serviks stadium awal, dapat dilakukan radioterapi (external maupun internal). Kadang

radioterapi juga diberikan sesudah pembedahan. Dapat juga melakukan kombinasi terapi

(radioterapi dan kemoterapi) untuk mengobati kanker serviks yang berada antara stadium IB

hingga IVA. Yaitu, antara lain bila ukuran tumornya lebih besar dari 4 cm atau bila kanker

ditemukan telah menyebar ke jaringan lainnya (di luar serviks), misalnya ke kandung kemih

atau usus besar. 7,13

21
Radioterapi ada 2 jenis, yaitu radioterapi eksternal dan radioterapi internal.

Radioterapi eksternal berarti sinar X diarahkan ke tubuh pasien (area panggul) melalui sebuah

mesin besar. Sedangkan radioterapi internal berarti suatu bahan radioaktif ditanam ke dalam

rahim/leher rahim selama beberapa waktu untuk membunuh sel-sel kankernya. Salah satu

metode radioterapi internal yang sering digunakan adalah brachytherapy. 7,13

Kemoterapi untuk Kanker Serviks

Kemoterapi adalah penggunaan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker.

Biasanya obat-obatan diberikan melalui infuse ke pembuluh darah atau melalui mulut.

Setelah obat masuk ke aliran darah, menyebar ke seluruh tubuh. Kadang-kadang beberapa

obat diberikan dalam satu waktu. Kemoterapi dapat menyebabkan efek samping. Efek

samping ini akan tergantung pada jenis obat yang diberikan, jumlah/dosis yang diberikan, dan

berapa lama pengobatan berlangsung. Beberapa efek samping, yaitu: 7,13

 Sakit maag dan muntah

 Kehilangan nafsu makan

 Kerontokan rambut jangka pendek

 Sariawan

 Meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi (kekurangan sel darah putih)

 Pendarahan atau memar bila terjadi luka (akibat kurang darah)

 Sesak napas (dari rendahnya jumlah sel darah merah)

 Kelelahan

 Menopause dini

 Hilangnya kemampuan menjadi hamil (infertilitas).

M. PROGNOSIS

Faktor-faktor yang menentukan prognosis adalah penderita, keadaan umum fisik,

tingkat klinik, ciri-ciri histologik sel-sel tumor, kemampuan ahli atau tim yang menangani

22
dan sarana pengobatan yang tersedia. Kemampuan mempertahankan kelangsungan hidup

pasien (survival live) 5 tahun setelah pengobatan adalah sebagai berikut:1,7

 Untuk tingkat klinik I : lebih kurang 90%

 Untuk tingkat klinik II : antara 60% - 80%

 Untuk tingkat klinik III : kira-kira 50%

 Untuk tingkat klinik IV : < 30%

1. Stadium 0

 100 % penderita dalam stadium ini akan sembuh.

2. Stadium 1

 Kanker serviks stadium I sering dibagi menjadi IA dan IB. Dari semua wanita yang

terdiagnosis pada stadium IA memiliki 5-years survival rate sebesar 95%. Untuk

stadium IB 5-years survival rate sebesar 70 sampai 90%.

3. Stadium 2

 Kanker serviks stadium 2 dibagi menjadi 2A dan 2B. Dari semua wanita yang

terdiagnosis pada stadium 2A memiliki 5-years survival rate sebesar 70-90%. Untuk

stadium 2B 5-years survival ratesebesar 60 sampai 65%.

4. Stadium 3

 Pada stadium ini 5-years survival rate-nya sebesar 30-50%.

5. Stadium 4

 Pada stadium ini 5-years survival rate-nya sebesar 20-30%.

6. Stadium 5

 Pada stadium ini 5-years survival rate-nya sebesar 5-10%.1,7

23
N. PENCEGAHAN

Sebagian besar kanker dapat dicegah dengan kebiasaan hidup sehat dan menghindari

faktor- faktor penyebab kanker meliputi:7

1. Menghindari berbagai faktor risiko, yaitu hubungan seks pada usia muda, pernikahan

pada usia muda, dan berganti-ganti pasangan seks.

2. Wanita usia di atas 25 tahun, telah menikah, dan sudah mempunyai anak perlu

melakukan pemeriksaan pap smear setahun sekali. Pemeriksaan pap smear adalah cara

untuk mendeteksi dini kanker serviks. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cepat, tidak

sakit dengan biaya yang relatif terjangkau dan hasilnya akurat. Disarankan untuk

melakukan tes pap setelah usia 25 tahun atau setelah aktif berhubungan seksual dengan

frekuensi dua kali dalam setahun. Bila dua kali tes pap berturut-turut menghasilkan

negatif, maka tes pap dapat dilakukan sekali setahun.

3. Pilih kontrasepsi dengan metode barrier, seperti diafragma dan kondom, karena dapat

memberi perlindungan terhadap kanker leher rahim Memperbanyak makan sayur dan

buah segar. Faktor nutrisi juga dapat mengatasi masalah karsinoma serviks uteri.

Penelitian mendapatkan hubungan yang terbalik antara konsumsi sayuran berwarna hijau

tua dan kuning (banyak mengandung beta karoten atau vitamin A, vitamin C dan vitamin

E) dengan kejadian neoplasia intra epithelial juga kanker serviks. Artinya semakin

banyak makan sayuran berwarna hijau tua dan kuning, kecil risiko untuk kena penyakit

karsinoma serviks uteri.

4. Pada pertengahan tahun 2006 telah beredar vaksin pencegah infeksi HPV tipe 16 dan 18

yang menjadi penyebab kanker serviks. Vaksin ini bekerja dengan cara meningkatkan

kekebalan tubuh dan menangkap virus sebelum memasuki sel-sel serviks. Selain

membentengi dari penyakit kanker serviks, vaksin ini juga bekerja ganda melindungi

perempuan dari ancaman HPV tipe 6 dan 11 yang menyebabkan kutil kelamin. Vaksinasi

24
ini efektif apabila diberikan pada perempuan yang berusia 9 sampai 26 tahun yang belum

aktif secara seksual. Vaksin diberikan sebanyak 3 kali dalam jangka waktu tertentu.

Dengan vaksinasi, risiko terkena kanker serviks bisa menurun hingga 75%.7

25

Вам также может понравиться