Вы находитесь на странице: 1из 14

MODEL TAMAN PERILAKU DAN PROMOSI KESEHATAN

MASYARAKAT UNTUK MENCEGAH PENYAKIT TROPIS

Arif Widodo a dan Noor Alis Setiyadi b


a
Prodi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UMS
b
Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan UMS
Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta 57162

Abstract

Tropical diseases, which can be found at many areas in Sukoharjo, are Dengue Hemorrhagic Fever and
Tuberculosis. In 2004, there were 207 people with dengue fever and among them, 59 persons, had
dengue shock syndrome. In Indonesia, each year, 500,000 new people have Tuberculosis and every
minute, one person passes away due to this disease. Government policy in coping with dengue fever
changed from reactive and curative to proactive and preventive. This policy includes mosquito nest
elimination program along with campaign and publications. Observed treatment short course has been
proven can cut the spread of tuberculosis. There are five components in this strategy, i.e.: (1) political
will, including providing necessary fund, (2) diagnosis of acid fast bacteria, (3) tuberculosis medicine
supply (4) curative action with short term tuberculosis medicine with help from person supervising, and
(5) reporting regularly to supervise and evaluate TB program. The need of health promotion media to
avoid dengue fever and TB was stated by people in Kartasura and Baki districts. People who stay at
home prefer banner or poster around their village while people who work outside prefer banners on street
which are easy to read. Brochures would be needed to provide deeper information. These media should
have clear and understandable message, and interesting picture which will be able to change people
habits. Health promotion regarding the avoidance of Dengue Fever and TB is therefore, very important.
Such program must be conducted comprehensively with people participation.

Key words: tropical diseases, health promotion

PENDAHULUAN (DBD) dan Tuberkulosis (TBC) Paru.


Indonesia Sehat 2010, bertujuan Pada tahun 2004 Jawa Tengah
untuk tercapainya bangsa dan mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB)
masyarakat Indonesia yang hidup kasus DBD. Data mengenai DBD di
dalam lingkungan sehat, berperilaku Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK)
hidup bersih dan sehat pada tahun Sukoharjo dibagi menjadi dua kategori.
2010. lronisnya penyakit tropis yang Pertama adalah jumlah penderita
disebabkan oleh perilaku manusia penyakit DBD sebanyak 207 orang.
masih terjadi. Penyakit tropis yang Sementara penderita penyakit DBD
sering terjadi pada masyarakat di serius atau biasa disebut DSS (Dengue
Kabupaten Sukoharjo diantaranya Shock Syndrome) sebanyak 59 pasien.
adalah Demam Berdarah Dengue “Pasien dengan DSS adalah mereka

Model Taman Perilaku dan Promosi Kesehatan Masyarakat ... (Arif Widodo dan Noor Alis Setiyadi) 27
yang DBD-nya sudah parah sampai matian. Penelitian ini memfokuskan
mengakibatkan shock. Akibat paling promosi perilaku masyarakat yang
parah dari DSS ini tentu saja kematian berhubungan dengan upaya pence-
seseorang,” jelas Rusti ( 2009). gahan penyakit di daerah tropis.
TBC merupakan penyakit Tujuan penelitian ini adalah
dengan jumlah penderita tertinggi di difokuskan pengkajian antara lain: 1)
Indonesia. Setiap tahun, ditemukan se- Mengidentifikasi system nilai sosial
tidaknya 500 ribu penderita TBC baru. budaya, ide/gagasan yang berlaku
Di antara kasus kematian itu, salah satu pada masyarakat setempat dalam
kemungkinkan adalah penderita mencegah penyakit DBD dan TBC, 2)
mengalami apa yang disebut Multi Mengidentifikasi perilaku kesehatan
Drug Resistent (MDR) Tuberkulosis, masyarakat yang meliputi yaitu
atau resisten terhadap obat TBC. perilaku sehat (healthy behavior),
Hingga kini memang belum diketahui Perilaku pencarian pelayanan kesehat-
secara pasti, berapa jumlah pasien TBC an (healthy seeking behavior), yang
resisten secara nasional. Namun, berhubungan dengan penyakit DBD
seperti dikatakan ahli penyakit paru dan TBC, dan 3) Menyusun draf model
dari RS Persahabatan, angka itu ada mengenai cara pencegahan penyakit
dan diperkirakan cukup tinggi ke- DBD dan TBC, sehingga menemukan
cenderungannya (Aditama, 2006). model yang sesuai/ cocok untuk
Promosi kesehatan adalah upa- mengatasi/ mencegah penyakit daerah
ya kegiatan untuk membuat perilaku tropis.
masyarakat kondusif dalam mening- Penelitian terdahulu meng-
katkan kesadaran dan pengetahuan ungkapkan bahwa 80% masyarakat
masyarakat tentang kesehatan, tahu cara mencegah penyakit DBD
sehingga masyarakat “melek kesehat- dengan cara 3M (Menguras, Menutup,
an” (health literacy), promosi kesehatan dan Mengubur) barang-barang yang
tidak dapat terlepas dan selalu dapat menampung air, tetapi hanya
berkaitan dengan perilaku masyarakat 35% dari masyarakat tersebut yang
(Wasisto, 2003). Masyarakat Indonesia benar-benar mempraktikan 3 M. Belajar
kebanyakan meninggal disebabkan dari pengalaman pelaksanaan Pen-
oleh penyakit sederhana yang dapat didikan Kesehatan (Penkes) selama
dicegah dan diobati secara mudah, bertahun-tahun, disimpulkan bahwa
disebabkan keadaan kesehatan ling- Penkes belum “memampukan” (ability)
kungan yang kurang baik, perilaku masyarakat untuk berperilaku hidup
kesehatan dalam memanfaatkan pe- sehat, tetapi baru dapat “memaukan”
layanan kesehatan yang kurang, (willingness) masyarakat untuk ber-
akhirnya penyakit yang ringan menjadi perilaku hidup sehat (Notoatmodjo,
lebih berat dan dapat berakibat ke- 2005).

28 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 3, No. 1, Juni 2010: 27-40


METODE PENELITIAN metode pengajaran, dan draft alat bantu
Pendekatan penelitian yang di- media TPPKM.
gunakan adalah pendekatan deskriptif
kualitatif. Metode penelitian deskriptif HASIL DAN PEMBAHASAN
kualitatif digunakan untuk memecah-
kan atau menjawab permasalahan yang Penyakit Demam Berdarah Dengue
berhubungan dengan perilaku ma- Jumlah penderita DBD di
syarakat terhadap penyakit daerah Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2008
tropis. sebanyak 375 kasus yang tersebar di 12
Teknik pengumpulan data yang kecamatan. 74% (277 kasus) berlokasi
digunakan dalam penelitian ini adalah di wilayah yang berbatasan dengan
indepth interview atau Wawancara Kota Surakarta (Kecamatan Mojolaban,
Mendalam (WM) dan focus group Grogol, Baki, Gatak, dan Kartasura)
discusion atau Diskusi Kelompok yang merupakan daerah sub urban,
Terarah (DKT) dengan tujuan untuk dengan tingkat kepadatan penduduk
memperoleh data tentang informasi yang tinggi. Dengan demikian angka
yang sesuai dengan tujuan penelitian. kesakitan DBD pada tahun 2008 sebesar
Melalui kedua proses tersebut di atas. 4,49 per 10.000 penduduk. Dibanding-
maka akan diperoleh data tentang: (1) kan dengan tahun 2007 terjadi pe-
Potret/ profil yang berhubungan ningkatan kasus 102% (185 kasus
dengan perilaku rnasyarakat seperti dengan angka kesakitan 2,2 per 10.000
pengetahuan, sikap, kepercayaan, penduduk). Sebanyak 375 kasus DBD
tradisi, fasilitas kesehatan, sikap dan di Kabupaten Sukoharjo pada tahun
perilaku petugas kesehatan, kondisi 2008, 14 penderita diantaranya me-
kesehatan lingkungan masyarakat, ninggal, sehingga angka kematian DBD
yang berhubungan dengan penyakit sebesar 3,73%. Dibandingkan tahun
daerah tropis, (2) Diperoleh data 2007, angka kematian DBD naik 6 kasus
tentang cara dan metode penyampaian (angka kematian tahun 2007 = 3,2%).
pesan atau Promkes yang dilakukan Data penderita DBD selama
oleh petugas kesehatan dalam upaya periode Juni – Desember 2010 di
pencegahan penyakit daerah tropis Kecamatan Kartasura, dapat diketahui
yang pernah diterima oleh masyarakat bahwa jumlah penderita DBD yang
selama ini di lokasi penelitian, dan tercatat di Puskesmas Kartasura selama
(3) Dapat merumuskan model Taman periode Juni – Desember 2010
Promosi Perilaku Kesehatan Masya- sebanyak 122. Bila diurutkan dari
rakat (TPPKM) dalam upaya pen- penderita DBD yang paling banyak
cegahan penyakit daerah tropis hingga terdapat di Desa Ngadirejo dengan
tersusunnya draft kurikulum, draft jumlah penderita sebanyak 22, berikut-

Model Taman Perilaku dan Promosi Kesehatan Masyarakat ... (Arif Widodo dan Noor Alis Setiyadi) 29
nya Desa Makamhaji dengan jumlah di lihat pada peta penyebaran di
penderita 20, disusul Desa Pabelan masing-masing desa atau kelurahan,
dengan jumlah 18 penderita DBD. Bila seperti terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1 : Maping penderita DBD di Kartasura

Dari data tersebut kemudian Penyakit Tuberculose Paru


ditentukan 3 desa yang akan dipilih Data penderita TB Paru selama
sebagai sampel daearah penelitian. periode Januari – Desember 2010 yang
Setelah dilakukan undian, muncul 3 peneliti peroleh dari Puskesmas Baki,
desa, yaitu Makamhaji, Pabelan, dan dapat diketahui bahwa jumlah pen-
Kartasura, yang akan peneliti jadikan derita TB Paru yang tercatat di Puskes-
responden penelitian untuk dilakukan mas Baki selama periode Januari –
WM dan DKT. Peneliti mengundang Desember 2010 sebanyak 32. Bila
keluarga dari penderita DBD di ketiga diurutkan dari penderita TB Paru yang
desa tesebut. WM dilakukan pada paling banyak terdapat di Desa Baki
responden dari Kelurahan Makamhaji dengan jumlah penderita sebanyak 10,
dan Pabelan, sedangkan pada berikutnya Desa Gentan dengan jumlah
responden di Kelurahan Kartasura penderita 5, disusul Desa Waru dengan
dilakukan DKT. jumlah 4 penderita TB Paru. Sedangkan

30 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 3, No. 1, Juni 2010: 27-40


Desa Sanggrahan, Duwet, Grogol dan Paru. Bila dilihat pada peta penyebaran
Purbayan hanya terdapat 2 penderita TB adalah seperti pada Gambar 2.

Gambar 2 : Maping penderita TB paru di Kecamatan Baki

Setelah mendapatkan masukan dilakukan DKT mengingat responden


dari berbagai pihak yang berkompeten sulit diundang untuk melakukan DKT.
dan pengalaman peneliti yang meng-
undang responden untuk datang ke Pengetahuan tentang Penyakit.
kelurahan, ternyata yang datang Menurut Notoatmodjo (2005),
sedikit, maka peneliti berusaha mencari pengetahuan adalah hasil dari “tahu”,
alamat responden untuk melakukan dan ini terjadi setelah orang melakukan
WM di rumah responden. Terdapat 11 pengindraan terhadap suatu objek
responden yang telah dilakukan WM, tertentu. Pengindraan terjadi melalui
yaitu: 2 orang dari Gentan, 3 orang dari pancaindra manusia, yakni : indra
Siwal, 3 orang dari Duwet, 1 orang dari penglihatan, pendengaran, penciuman,
Baki, dan 2 orang dari Waru yang rasa, dan raba. Sebagian besar penge-
peneliti jadikan responden penelitian tahuan manusia diperoleh melalui
untuk dilakukan WM, namun tidak mata dan telinga.

Model Taman Perilaku dan Promosi Kesehatan Masyarakat ... (Arif Widodo dan Noor Alis Setiyadi) 31
1. Pengetahuan keluarga penderita masa kritis.” (Tn W, dari Kartasura,
DBD DKT)
Demam Berdarah Dengue (DBD) 2. Pengetahuan keluarga penderita
adalah penyakit yang disebabkan oleh TB Paru
virus dengue dan disebarkan oleh Tuberkulosis (TB) Paru adalah
nyamuk Aedes Aegypti yang sering penyakit menular granulomatosa
menimbulkan wabah dan menyebab- kronik yang telah dikenal sejak
kan kematian banyak orang (Depkes, berabad-abad yang lalu dan paling
2000). Gejala DBD yang harus diwas- sering disebabkan oleh kuman
padai masyarakat adalah : demam, Mycobakterium tuberculosis. Sebagian
nyeri kepala, nyeri perut, mual muntah, besar kuman TB menyerang paru, 85%
nyeri sendi dan lemah. dari seluruh TB adalah TB Paru,
Ketika dilakukan WM dan DKT, sisanya 15% menyerang organ tubuh
21 Responden yang merupakan lain mulai dari kulit, tulang, organ-
keluarga penderita DBD di Desa organ dalam seperti ginjal, usus, otak
Makamhaji, Pabelan, dan Kartasura, dan lainnya (Icksan dkk., 2008).
hampir semua dapat mendefinisikan Ketika dilakukan wawancara
penyakit DBD, namun belum ada yang mendalam, ditanyakan mengenai apa
sempurna. 10 responden menjawab itu TB paru, beberapa responden
penyakit berbahaya yang dapat memberikan jawaban yang beragam,
menyebabkan kematian, 4 orang men- antara lain:
jawab penyakit yang disebabkan oleh “Batuk sering, dan tidak sembuh-
nyamuk Aedes aegypti, dan 3 orang sembuh, tidak pernah berhenti
menjawab penyakit berbahaya yang disertai riak (kotoran) dan
disebabkan nyamuk demam berdarah berlangsung kurang lebih satu
yang mengakibatkan demam bahkan minggu.” (Bp. S dari desa Siwal,
kematian. 2 responden lainnya WM)
menjawab : Ketika ditanya mengenai penye-
“DBD adalah penyakit panas bab TB paru, sebagian memberikan
selama 3 hari lebih, muncul bintik- penjelasan sebagai berikut.
bintik, merah, lemas, sakit perut, “Ketika naik angkutan kota sepu-
bintik-bintik merah seperti gabagen lang dari sekolah, saya sebelah
(campak). “ (Ny. SA. Dari desa sopir, dan sopirnya batuk-batuk
Makamhaji, WM) terus, setelah itu saya sering batuk,
“Penyakit DB adalah penyakit mungkin tertular sopir angkutan
yang disebabkan nyamuk Aedes kota.” (Tn. A.S dari Desa Gentan
aegypti dengan gejala panas dingin, WM)
satu dua hari belum kelihatan, hari “Penyebab TB paru adalah virus
keempat dan kelima mengalami atau bakteri, tertular oleh orang

32 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 3, No. 1, Juni 2010: 27-40


yang menderita TB paru, kemu- berikan bila suhu > 38,5oC. Pada anak
dian ketika sedang berhadapan dia dengan riwayat kejang dapat diberikan
batuk.” (Bp. S dari Desa Siwal, obat anti konvulsif. Apabila pasien
WM) tidak dapat minum atau muntah terus
menerus, sebaiknya diberikan infus
Pengalaman terhadap Penanganan NaCl 0,9% : Dekstrosa 5% (1:3) dipasang
Penyakit. dengan tetesan rumatan sesuai berat
Orang yang sedang sakit mem- badan. Disamping itu, perlu dilakukan
punyai kewajiban untuk sembuh dari pemeriksaan Hb, Ht dan trombosit
penyakitnya. Memperoleh kesembuh- setiap 6-12 jam.
an bukanlah hak penderita tapi ke- Pada tindak lanjut, perhatikan
wajiban yang harus dipenuhi oleh tanda syok, raba hati setiap hari untuk
penderita maupun keluarganya. mengetahui pembesarannya oleh
Karena manusia diberi kesempurnaan karena pembesaran hati yang disertai
dan kesehatan oleh Tuhan. Secara nyeri tekan berhubungan dengan
alamiah, manusia itu sehat. Adapun perdarahan saluran cerna. Diuresis
menjadi atau jatuh sakit sebenarnya diukur tiap 24 jam dan awasi per-
merupakan kesalahan manusia sendiri. darahan yang terjadi. Kadar Hb, Ht dan
Oleh karena itu bila ia jatuh sakit, maka trombosit diperiksa tiap 6-12 jam.
ia berkewajiban mengembalikan Dari hasil WM di Kelurahan
posisinya dalam keadaan sehat Makamhaji, Pabelan dan DKT di desa
(Notoatmodjo, 2003). Kartasura, pengalaman para keluarga
1. Pengalaman penanganan pende- yang pernah ada anggota keluarganya
rita DBD yang menderita DBD dalam menangani
Menurut Hadinegoro dan Satari keluarganya yang menderita DBD
(2002) mengemukakan bahwa tata- antara lain sebagai berikut.
laksana kasus DBD derajat I dan derajat Ketika ditanya pengalaman
II tanpa peningkatan hematokrit terhadap penanganan penyakit demam
adalah, pasien dengan keluhan demam berdarah, salah satu responden
2-7 hari, disertai tourniquet positif (DBD menjawab:
derajat I) atau disertai perdarahan “Pernah, saat itu anak saya panas
spontan tanpa peningkatan hematokrit selama 3 hari lebih, kemudian
(DBD derajat II). Apabila pasien masih berinisiatif untuk membawa ke
dapat minum, berikan minum banyak rumah sakit, tapi anaknya tidak
(1-2 liter /hari) atau 1 sendok makan mau, takut. Kemudian anak di
setiap 5 menit. Jenis minuman yang bawa rumah sakit, setelah panas 3
dapat diberikan adalah air putih, teh hari, dan anak mengeluh sakit
manis, sirup, jus buah, susu atau oralit. perut. Dokter memvonis bahwa
Obat antiperetik (Parasetamol) di- anak terkena DBD. Satu minggu

Model Taman Perilaku dan Promosi Kesehatan Masyarakat ... (Arif Widodo dan Noor Alis Setiyadi) 33
kemudian di rumah sakit keluar INH, Pirasinamid, Streptomisin dan
bintik merah seperti gabagen, Etambutol. Sedang jenis obat tambahan
menurut saya itu adalah penyakit adalah Kanamisin, Kuinolon, Makrolide
gabagen. “( Ny. SA dari Makamhaji, dan Amoksisilin + Asam Klavulanat,
WM) derivat Rifampisin/INH.
Kebanyakan resonden memba- Hasil wawancara mendalam
wa anaknya berobat ke rumah sakit dengan 11 responden penderita TB
setelah tiga hari panas, hal ini seperti Paru dari 5 desa di Kecamatan Baki
dikatakan seorang responden, ketika dapat disimpulkan bahwa mereka
ditanya pengalaman terhadap pena- sudah cukup mengetahui pe-ngobatan
nganan penyakit demam berdarah atau penatalaksanaan penderita TB
menjawab : Paru, namun masih terdapat beberapa
“Anak demam, suruh minum pengertian yang perlu diluruskan, serta
banyak, turun.. panas lagi..terus perilaku yang sesuai dengan penatalak-
selama 3 hari, langsung dibawa ke sanaan pengobatan TB Paru yang baik.
rumah sakit.” Hal ini juga Walaupun sebagian besar sudah me-
diungkapkan Ny. S, dari Desa nyatakan telah melakukan pengobatan
Pabelan, dia mengatakan “Anak selama 6 bulan dan tidak pernah drop –
saya awalnya panas tinggi selama out obat.
3 hari, dibawa ke rumah sakit, Beberapa pernyataan dari res-
trombosit turun, setelah itu panas ponden mengenai penanganan pen-
turun, dan juga trombosit turun derita TB paru adalah diantaranya
terus.” (Ny S dari Desa Kartasura, adalah sebagai berikut.
DKT) “Keponakan saya batuk tidak
2. Pengalaman penanganan pende- berhenti-henti, setelah diberi obat
rita TB paru. tidak sembuh, kemudian dibawa
Tujuan pengobatan pada pende- ke Puskesmas dan di-rongten ke-
rita TB Paru selain untuk mengobati mudian dirujuk ke rumah sakit
juga mencegah kematian, mencegsah Jajar (Balai Besar Kesehatan Paru
kekambuhan atau resistensi terhadap Masyarakat/BBKPM Surakarta)”
Obat Anti Tuberkulosis (OAT) serta (Tn S. Dari Siwal, WM).
memutus-kan mata rantai penularan. “Hanya saya sendiri, awalnya
Pe-ngobatan tuberkulosis terbagi men- batuk-batuk campur darah, sejak
jadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) tahun 2000, pernah periksa di
dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan Rumah Sakit paru-paru Jajar.
obat yang digunakan terdiri dari obat Kemudian minum obat rutin sela-
utama dan obat tambahan. Jenis obat ma 6 bulan, lalu sembuh. Kemu-
utama yang digunakan sesuai dengan dian di-rongten lagi, lalu dilanjut-
rekomendasi WHO adalah Rifampisin, kan pengobatan ke Puskesmas,

34 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 3, No. 1, Juni 2010: 27-40


tetapi sekarang sudah tidak ber- supaya tidak menularkan pe-nyakit TB
obat lagi” (Ny. K, dari desa Waru, paru, imunisasi dan sebagai-nya
wawancara mendalam). (Notoatmodjo, 2003).
Ketika ditanyakan mengenai 1. Tindakan pencegahan pada
upaya pengobatan yang telah di- penderita DBD
lakukan, jawaban dari responden Menurut Hadinegoro dan Satari
adalah sebagai berikut. (2002) mengemukakan bahwa strategi
“ Pernah berobat di RS, tapi tidak program pencegahan penyakit DBD
sampai tuntas, berobat sudah adalah 1). Ke-waspadaan dini penyakit
bertahun tahun, tapi sudah DBD, guna mencegah dan membatasi
berhenti selama 2,5 tahun yang terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB)
lalu. Pernah drop out obat, sekarang atau wabah penyakit dengan kegiatan
belum sembuh” (Tn SW. Dari bulan bakti gerakan 3 M (Menutup,
Duwet, WM). Menguras, Mengubur) dan 2) pembran-
Menurut Icksan dkk. (2008), tasan vektor : a) penyemprotan
tujuan pengobatan adalah menyem- (fogging), fokus pada lokasi ditemui
buhkan pasien, mencegah kematian, kasus, b) penyuluhan gerakan
mencegah kekambuhan, dan menurun- masyarakat dalam Pem-brantasan
kan risiko penularan. Sarang Nyamuk (PSN) DBD melalui
penyuluhan dengan memanfaatkan
Tindakan Pencegahan berbagai jalur komunikasi dan infor-
Perilaku seseorang terhadap masi yang ada, melalui kerjasama lin-
penyakit, yaitu bagaimana manusia tas program dan sektor serta dikoor-
berespons, baik secara pasif (menge- dinasikan oleh kepala daerah/wilayah,
tahui, bersikap, dan mempersepsikan c) abatisasi selektif (sweeping jentik) di
penyakit dan rasa sakit pada dirinya seluruh wilayah / kota dan d) kerja
dan diluar dirinya), maupun tindakan bakti melakukan kegiatan 3M.
yang dilakukan sehubungan dengan Ketika dilakukan WM dan DKT,
panyakit dan sakit tersebut. Perilaku dengan pertanyaan “Tindakan apakah
terhadap sakit dan penyakit ini dengan yang telah bapak/ibu lakukan untuk
sendirinya sesuai dengan tingkat- pencegahan penyakit DBD?’ ada bebe-
tingkat pencegahan penyakit, diantara- rapa jawaban menarik dari responden
nya adalah perilaku pencegahan diantara-nya adalah:
penyakit (health prevention behavior), “Ketika anak saya sakit saya beli-
adalah respons untuk melakukan pen- kan obat di apotik, diberikan daun
cegahan penyakit, misalnya memakai jarak ijo, pokoknya daun-daun
kelambu untuk menghindari gigitan yang bisa menurunkan panas” (Tn
nyamuk, tidak sembarang meludah S. dari desa Pabelan, WM)

Model Taman Perilaku dan Promosi Kesehatan Masyarakat ... (Arif Widodo dan Noor Alis Setiyadi) 35
“Membersihkan sarang nyamuk, kan WM dengan pertanyaan “Tindakan
waktu di-fogging obatnya kurang apakah yang telah Bapak/Ibu lakukan
banyak, karena nyamuknya tidak untuk pencegahan penyakit TB Paru?’
mati.” (Tn W. dari desa Pabelan, ada beberapa jawaban menarik dari
WM). responden diantaranya adalah:
Ketika ditanya “Bagaimana “Selama pengobatan menjaga
dengan kelompok kerja di RT / RW? tubuh dari cuaca dingin, karena
Tindakan apa yang telah dilakukan kalau kedinginan batuknya
untuk pencegahan DBD?” beberapa kambuh.” (Ny. K, dari desa Waru,
jawaban dari responden adalah WM)
sebagai berikut.
“ Di Desa Kartasura sudah ada Promosi Kesehatan yang Telah
pemantau jentik, di RT kami sudah Dilakukan
ada relawan ibu-ibu dan karang 1. Promosi kesehatan yang telah
taruna yang memantau jentik di dilakukan penderita DBD di
rumah masing-masing. Akan Kecamatan Kartasura.
dibuat brosur (MMI) dengan Kebanyakan responden belum
tulisan 3 M plus yang akan pernah mengikuti promosi ke-sehatan
ditempel di setiap rumah dan atau penyuluhan mengenai DBD.
tempat strategis untuk me- Sebagian warga kecamatan Kartasura
nanggulangi terjadinya DBD, yang pernah keluarganya ada yang
namun pembuatan MMI tersebut menderita DBD, ketika ditanya
masih menunggu dari kelurahan. “Apakah Dinas Kesehatan/ Puskesmas
Strategi lain dalam penang- telah melaksanakan promosi kesehatan
gulangan DBD yang membutuh- pencegahan penyakit DBD? Apakah
kan dana adalah mengumpulkan efektif?”
dana untuk desa siaga sebesar “Belum efektif karena tidak inten-
Rp.10.000,- per RT atau bila ada sif. Dilakukanya fogging dengan
pabrik atau pengusaha diwajib- syarat harus ada warganya yang
kan menyumbang Rp.25.000,- per terkena DBD lebih dari 5 orang,
bulan.” (Tn A. koordinator pem- Puskesmas kurang cepat pena-
berantasan sarang nyamuk (PSN) nganannya” (Tn E.S, Makamhaji,
desa Kartasura, DKT) WM)
2. Tindakan Pencegahan pada pasien Hal senada diungkapkan Ny.
TB Paru A.W dari Desa Kartasura yang pernah
Untuk mengurangi kejadian anaknya terkena DBD, “Setelah anak
Tuberculosis, kuman-kuman harus saya terkena DBD dan dibawa ke RS,
dicegah supaya tidak menular dari saya laporkan ke Puskesmas, untuk di-
seseorang ke orang lain. Ketika dilaku-

36 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 3, No. 1, Juni 2010: 27-40


fogging, jawaban dari petugas Tuberkulosis menjadi masalah
Puskesmas, persyaratan dilakukannya kesehatan masyarakat yang terpenting
fogging, bila di suatu RT sudah ada 3 di dunia, terutama di negara
penderita DBD yang melaporkan.” berkembang. Sampai saat ini Indonesia
(Ny.AW dari desa Kartasura, WM) masih berada di urutan ke-3 terbesar
penyumbang penderita tuberkulosis
2. Promosi kesehatan yang telah setelah India dan China—sekitar 10
dilakukan pada penderita TB paru persen dari total penderita Tuber-
di Kecamatan Baki kulosis di dunia.
Penanganan penyakit menular
tidak selalu mengandalkan pe- Model Promosi Kesehatan yang
ngobatan. Melainkan promosi kese- Sebaiknya Dilakukan
hatan lebih luas ke masyarakat. Seperti Berdasarkan tatanan (setting)
pada penanggulangan penyakit tuber- atau tempat pelaksanaan promosi atau
colusis (TBC), dari Dinas Kesehatan pendidikan kesehatan, maka ruang
telah membuat buku saku tentang lingkup promosi kesehatan ini dapat
Bukan Batuk Biasa (3B). dikelompokkan menjadi 1) promosi
Beberapa responden penderita kesehatan pada tatanan keluarga
TB paru dari Kecamatan Baki yang (rumah tangga), 2) pendidikan ke-
peneliti temui dan dilakukan WM sehatan pada tatanan sekolah, 3) pen-
mengemukakan perihal “Apakah didikan kesehatan di tempat kerja, 4)
Bapak/Ibu pernah mendengarkan pendidikan kesehatan di tempat-
promosi/ penyuluhan kesehatan tempat umum, dan 5) pendidikan ke-
tentang TB Paru?” sehatan pada tempat fasilitas kesehat-
“Saya tidak pernah mengikuti an. Penelitian ini akan mencoba me-
penyuluhan kesehatan tentang TB ngetahui promosi kesehatan di tatanan
Paru, namun saya akan datang bila rumah tangga dan tempat-tempat
diundang untuk mendengarkan umum.
promosi kesehatan tentang Sedangkan berdasarkan dimensi
pencegahan penyakit TB Paru” tingkat pelayanan kesehatan, pen-
(SW. dari Desa Duwet, WM). didikan kesehatan dapat dilakukan
“Saya pernah melihat poster tentang berdasarkan lima tingkatan pen-
TB Paru yang ditempel di rumah cegahan (five levels prevention) dari
sakit, dari membaca poster tersebut Leavel and Clark dalam Notoatmodjo
saya menjadi tahu, kalau terkena (2003), yaitu 1) promosi kesehatan
gejala TB Paru, segera dibawa ke (health promotion), 2) perlindungan
Rumah Sakit untuk diperiksa” (SM, khusus (spesifik protection), 3) diagnosis
dari desa Siwal, WM) dini dan pengobatan segera (early

Model Taman Perilaku dan Promosi Kesehatan Masyarakat ... (Arif Widodo dan Noor Alis Setiyadi) 37
diagnosis and promp treatment), 4) cukup menarik, namun masing-
pembatasan cacat (disablity limitation), masing warga berbeda dan setiap
dan 5) rehabilitasi (rehabilitation). warga ada yang memahami dan
1. Model Promosi Kesehatan yang tidak, karena pengetahuan warga
sebaiknya dilakukan pada yang tidak sama” (Tn L dari
responden DBD di Kecamatan Pabelan, WM).
Kartasura. Sementara ketika ditanya
Kebijakan pemerintah dalam “Model apakah yang diinginkan dalam
menanggulangi kejadian luar biasa promosi kesehatan tentang DBD?”,
demam berdarah dengue (KLB DBD) jawaban dari warga yang cukup
yang semula menggunakan paradigma menarik adalah sebagai berikut.
reaktif dan kuratif, diubah menjadi “Diundang ke Puskesmas, diberi
paradigma proaktif dan preventif. penyuluhan tentang demam ber-
Pelaksanaan Gerakan Pemberantasan darah, di beri poster di Posyandu
Sarang Nyamuk sepanjang tahun atau di rumah pak RT karena tidak
disertai dengan kampanye dan punya Poskamling” (Tn W, dari
publikasi untuk sosialisasi yang luas Pabelan, WM).
ke masyarakat. Dari berbagai wawancara yang
Di Kecamatan Kartasura, be- dilakukan, disimpulkan bahwa untuk
berapa pernyataan warga Desa merubah perilaku masyarakat perlu
Makamhaji, Pabelan, dan Kartasura, promosi kesehatan yang dilakukan
ketika ditanya “Apakah komunika-tor secara komprehensif. Promosi kese-
promosi kesehatan yang pernah hatan yang dilakukan menggunakan
diikuti menarik dan mampu memberi berbagai media (mix media) supaya lebih
penjelasan dengan sederhana dan intensif dalam merubah perilaku
jelas?” masyarakat. Media yang diharapkan
“Cukup mengerti selain dari dapat me-rubah perilaku masyarakat
promosi kesehatan yang pernah adalah brosur, spanduk, dan poster.
saya ikuti dalam anggota PSN,
akan tetapi dalam anggota ini 2. Model Promosi Kesehatan yang
belum begitu mengerti tentang sebaiknya dilakukan pada respon-
penyakit DBD karena promosi den TB Paru di Kecamatan Baki.
kesehatan yang diberikan kurang Kepada responden penderita TB
dimengerti. “(Ny. SA dari Paru di Kecamatan Baki, ketika ditanya
Makamhaji, WM) “Model apakah yang diinginkan oleh
“Sebetulnya promosi kesehatan Bapak/Ibu dalam promosi kesehatan
mengenai penanggulangan DBD tentang TB Paru?”, dari beberapa
disampaikan oleh petugas sudah reponden menjawab:

38 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 3, No. 1, Juni 2010: 27-40


“Lebih baik warga diberi pe- (1)Penyakit tropis yang banyak diderita
nyuluhan tentang TB Paru dan ada masyarakat Kabupaten Sukoharjo
poster mengenai TB Paru yang adalah penyakit Demam Berdarah
dapat dibaca dan dipahami Dengue (DBD), dan Tuberkulosis Paru
masyarakat” ( Tn. M dari desa (TB Paru), (2) Tahun 2004 terdapat 207
Duwet, WM). penderita DBD, dan 59 penderita DBD
Keinginan adanya media pro- yang mengalami Dengue Shock
mosi kesehatan untuk mencegah Syndrome (DSS) (3) Di Indonesia, setiap
penyakit tropis seperti DBD dan TB tahun ditemukan 500 ribu penderita
Paru juga diungkapkan oleh masyara- TBC baru, dan setiap menit terdapat
kat di Kecamatan Kartasura dan Baki. satu orang meninggal karena TBC, dan
Masyarakat yang jarang di rumah (4) Untuk merubah perilaku dari
menganggap bahwa media promosi kebiasaan perilaku yang tidak mendu-
kesehatan yang cocok berupa spanduk kung kesehatan menjadi perilaku
yang dapat dipasang di jalanan dan sehat, diperlukan pendidikan atau
terlihat ketika dia pulang pergi dari promosi kesehatan, menggunakan
dan ke rumah. Sedangkan bagi ibu-ibu metode dan media promosi kesehatan
dan anak-anak yang sering dirumah yang bervasriasi (mix media).
mem-butuhkan media promosi
kesehatan berupa poster yang dipasang 2. Saran
di tempat strategis di sekitar desanya. Berdasarkan hasil penelitian
Media brosur dibutukan oleh masya- tersebut, maka promosi kesehatan
rakat yang ingin mengetahui lebih pencegahan penyakit tropis (DBD dan
banyak informasi yang dibutuhkan. TB) perlu dilakukan. Promosi
Media promosi kesehatan tersebut kesehatan pada masyarakat yang
berisi pesan pesan yang jelas, gambar sering menderita atau banyak penderita
yang menarik dan yang mudah diingat DBD dan TB dilakukan secara
untuk perubahan perilaku masyarakat komprehensif dengan me-libatkan
dari kebiasaan perilaku yang kurang masyarakat. Promosi kesehatan yang
sehat menjadi perilaku sehat. akan dilakukan pada tahun kedua
penelitian insentif reguler kompetitif
KESIMPULAN DAN SARAN ini akan dilakukan dengan metode
1. Kesimpulan ceramah, tanya jawab, dengan alat
Berdasarkan hasil penelitiaan bantu media promosi kesehatan
tersebut dapat disimpulkan bahwa: berupa brosur, poster, dan spanduk.

Model Taman Perilaku dan Promosi Kesehatan Masyarakat ... (Arif Widodo dan Noor Alis Setiyadi) 39
DAFTAR PUSTAKA

Aditama, Y.T., (2006) Ketika Obat tak Mampu lagi melawan TB, www.depkes.go.id.
Diakses tgl 10-Oktober 2009.

Depkes (2000) Kebijakan Teknis Promosi Kesehatan. Jakarta : Direktorat Promosi, Ditjen
Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan dn Kesejahteraan Sosial.

Hadinegoro, S.R.H, Satari, H.I, (2002) Demam Berdarah Dengue : Naskah Lengkap Pelatihan
bagi pelatih, Dokter Spesialis anak, dokter spesialis penyakit dalam, Dalam tatalaksana
Kasus DBD, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Icksan G, Aziza, Reni L.S., (2008), Radiologi Toraks Tuberkulosis Paru, Jakarta, Sagung
Seto.

Notoatmodjo, (2003), Ilmu Kesehatan Masyarakat – Prinsip-prinsip Dasar, Rineka Cipta,


Jakarta

------------------, (2003), Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta

------------------, (2005) Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi, Rineka Cipta, jakarta

Rustri. N, (2009) 4 Kecamatan di Sukoharjo rawan DBD, Solopos 17 Agustus 2009.s

Wasisto B, (2003), Sumber Daya Manusia dan Kondisi Kesehatan Penduduk Masa
Depan di Indonesia, Warta Demografi Tahun 33 No. 1, Jakarta.

40 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 3, No. 1, Juni 2010: 27-40

Вам также может понравиться