Вы находитесь на странице: 1из 10

J.

Agroland 23 (1) : 40 – 49, April 2016 ISSN : 0854 – 641X


E-ISSN : 2407 – 7607

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG


DI KECAMATAN AMPANA TETE
KABUPATEN TOJO UNA-UNA

Strategy of Corn Agribusiness Development in AmpanaTeteSub District


of TojoUna-Una Regency
Musna Mohamad1), Max Nur Alam2) dan Rustam Abd.Rauf 2)
1)
Program Studi Magister Agribisnis Pascasarjana Universitas Tadulako, Email : musna76@gmail.com
2)
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Tadulako

ABSTRACT

The research was conductedin Ampana Tete sub district of Tojo Una-Una regency.
This research aimed to(1)determine the income of corn farming system,and (2) determine
the development strategy for developing corn agribusiness in Ampana Tete sub district of
Tojo Una-Una Regency. Samples were taken by a random sampling method. Fourty
respondents were selected from farmer population of 357 people. The tools for data analysis
were income, SWOT and QSPM analysis. The income of the farming system was found
to be IDR 6,143,974/ha/planting season in average. SWOT analysis results indicated
that the appropriate strategy in the development of agribusiness corn is a S-O strategy
(Strength-Opportunities) supporting an aggressive strategy, with strategy formulation (1)
increaseing production by using or adopting appropriate agricultural technologies, (2)
increasing land potency and utilizing government support to increase production; and (3)
creating partnership with the industry or government to obtain market and equipments
needed. The QSPM analysis results suggested that the best strategy is that increasing
production by using or adopting appropriate agricultural technologieswith a total value of
attractiveness (TAS) of 5.850

Keywords: Corn Agribusiness, development strategy, and income.

PENDAHULUAN pangan, sebagai penyedia lapangan kerja,


penyedia bahan baku industri, penghasil
Indonesia merupakan negara devisa dan sebagai sumber pendapatan
pertanian yang memegang peranan penting masyarakat. Beberapa komoditas pangan
dari keseluruhan perekonomian nasional, yang secara umum dikonsumsi oleh
baik saat ini maupun dimasa yang akan masyarakat Indonesia adalah padi, jagung,
datang. Sektor pertanian perlu mendapat kedelai dan umbi-umbian (Daniel,2002).
perhatian yang serius dari berbagai pihak, Jagung merupakan komoditi tanaman
mengingat sebagian besar masyarakat pangan kedua terpenting setelah padi.
indonesia hidup dan bekerja sebagai petani. Berdasarkan urutan bahan makanan pokok
Pembangunan pertanian khususnya tanaman di dunia, jagung menduduki urutan ke-3
pangan mempunyai peranan yang penting setelah padi. Penggunaan jagung sebagai
dalam pembangunan perekonomian nasional bahan pangan dan pakan terus mengalami
dan pembangunan wilayah, antara lain; peningkatan, sementara ketersediaannya
sebagai penyedia pangan untuk ketahanan dalam bentuk bahan terbatas, sehingga perlu

40
dilakukan upaya peningkatan produksi Una-Una yang merupakan penghasil jagung.
melalui perluasan lahan penanaman dan Pada tahun 2014 luas panen jagung sebesar
peningkatan produktivitas. 2.584 ha produksi sebesar 10.739 ton dan
Kebutuhan Jagung di Indonesia produktivitas sebesar 4,18 ton/ha, tetapi
masih banyak mengalami kekurangan, produktivitas yang dihasilkan masih
sehingga untuk memenuhi pasokan dalam rendah dibandingkan dengan Kecamatan
negeri banyak mendatangkan dari luar Tojo yang luas panennya sebesar 1.516,
negeri (impor). Data impor jagung terus tetapi produktivitas dihasilkan lebih tinggi
meningkat merupakan indikator peluang sebesar 4.22 ton/ha (BPS, 2015). Melihat
yang cukup besar untuk mengembangkan data yang ada di atas pengembangan
komoditas tersebut bagi wilayah yang usahatani komoditas jagung belum optimal
potensial seperti Provinsi Nusa Tenggara dilakukan dengan melihat potensi permintaan
Barat dan kawasan Indonesia timur. pasar yang tinggi dan ketersediaan lahan
Tahun 2020 Indonesia akan menghadapi yang cukup besar seharusnya produksi dan
permintaan jagung yang cukup besar produktivitas dapat lebih ditingkatkan
untuk kebutuhan dalam negeri, khususnya khususnya di Kecamatan Ampana Tete
konsumsi industri pakan ternak yang Kabupaten Tojo Una-Una.
terus meningkat. Permintaan jagung Upaya peningkatan produksi di
untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak Kecamatan Ampana Tete ditahun
diperkirakan sebesar 11,09 juta ton dengan mendatang maka diperlukan langkah-
perincian jagung untuk pakan ayam langkah antara lain; perluasan areal tanam
broiler 5,28 juta ton, untuk pakan ayam
pada lahan potensial, penyediaan sarana
petelur diperkirakan sebesar 4,48 juta ton,
dan penggunaan faktor produksi secara
jagung untuk pakan babi 0,22 juta ton dan
efisien, respon terhadap teknologi pertanian,
untuk pakan ternak lainnya sebesar 1,11
perbaikan sistem permodalan dan akses
juta ton (Budi dkk, 2002). Tingginya
pasar dan peningkatan dibidang kemitraan.
kebutuhan komoditas jagung merupakan
suatu indikasi bahwa pengembangan Mengingat jagung merupakan komoditas
jagung di Indonesia peluangnya masih yang potensi permintaan cukup tinggi,
sangat besar. dan merupakan komoditi unggulan yang
Pengembangan jagung di Provinsi dikembangkan di Kecamatan Ampana Tete,
Sulawesi Tengah selama ini telah dilakukan maka perlu dicari dan dirumuskan strategi
melalui Celebes Corn Belt, yang meliputi pengembangan agribisnis jagung yang
Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, tepat dengan harapan dapat meningkatkan
Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, produksi dan pendapatan petani.
Sulawesi Utara dan Gorontalo. Di Sulawesi
Tengah tanaman jagung tumbuh dengan METODE PENELITIAN
subur, baik di lahan sawah, tadah hujan
Penelitian ini adalah penelitian
maupun di lahan kering. Kondisi pengusahaan
tanaman jagung di Sulawesi Tengah deskriptif kualitatif, yang dilakukan untuk
didukung oleh beberapa Kabupaten yang mengidentifikasi faktor internal (kekuatan
merupakan penghasil tanaman jagung. dan kelemahan) dan faktor eksternal
Salah satu daerah penghasil tanaman jagung (ancaman dan peluang ) dalam pelaksanaan
adalah Kabupaten Tojo Una-Una, dengan strategi pengembangan agribisnis jagung di
luas panen jagung terbesar kedua setelah Kecamatan Ampana Tete Kabupaten Tojo
Kabupaten Sigi yaitu sebesar 10.799 ha, Una-una.
produksi sebesar 44.881 ton dan produktivitas Penelitian ini bertempat di Desa
4.16 ton/ha (BPS, 2015). Urundaka dan Desa Bantuga Kecamatan
Kecamatan Ampana Tete merupakan Ampana Tete Kabupaten Tojo Una-Una
salah satu Kecamatan di Kabupaten Tojo dilaksanakan bulan Oktober samapai

41
dengan bulan Desember 2015. Penentuan  Sebelah Timur Kabupaten Banggai
sampel dilakukan dengan metode slovin  Sebelah Barat Kecamatan Ampana Kota
(Sangadji dan Sopiah, 2010), dari populasi Luas Wilayah Kecamatan Ampana
sebesar 357 orang dan dengan batas Tete adalah 796,02 km² atau 79.602 ha
toleransi kesalahan sebesar 15 % maka dengan permukaan dataran sebesar 71
diperoleh sampel 40 orang dengan teknik persen, perbukitan 17 persen dan
random sampling dan 5 orang responden pegunungan 12 persen. Secara administratif
pendukung dari pihak terkait. Jenis dan wilayah Kecamatan Ampana Tete terdiri
sumber data yang digunakan yaitu data dari 20 desa, diantaranya terdapat 13 desa
primer yang diperoleh dengan cara yang berada pada jalan poros Palu – Luwuk
observasi, wawancara, diskusi langsung yang semuanya dapat dijangkau dengan
terhadap responden untuk memperoleh kendaraan roda empat dan roda dua,
informasi. Data sekender diperoleh dari sedangkan 7 desa lainnya berada pada
kantor pemerintah atau instansi terkait, daerah transmigrasi dataran bulan, dari
penelitian terdahulu dan sumber-sumber semua desa di Kecamatan Ampana Tete
lainnya sebagai data pendukung. dapat dilalui dengan kendaraan bermotor,
Teknik analisis yang digunakan baik kendaraan roda dua maupun kendaraan
dalam penelitian ini meliputi : roda empat sehingga mempermudah
1. Analisis Pendapatan, analisis yang hubungan antara satu desa dengan desa
digunakan untuk mengetahui berapa lainnya serta kepusat Kecamatan dan
besar pendapatan usahatani jagung Kabupaten.
2. Analisis SWOT, analisis ini digunakan
untuk mengidentifikasi faktor internal Karakteristik Responden
dan eksternal kegiatan usahatani jagung, Umur Responden. Umur responden
serta merumuskan strategi untuk bervariasi, mulai dari umur yang terendah
pengembangan jagung yang akan datang. 29 tahun sampai umur yang tertinggi 60
Kemudian dilanjutkan dengan analisis tahun. Umur petani responden tersebut
QSPM (Quantitative Strategic Planning termasuk dalam umur produktif. Hal ini
Matrix), QSPM merupakan alat yang menggambarkan bahwa usia responden di
digunakan untuk melakukan evaluasi Kecamatan Ampana Tete yang rata-rata
pilihan strategi alternative secara tergolong dalam usia kerja produktif
obyektif berdasarkan key success sangat mendukung dalam pengembangan
factors internal-eksternal yang telah agribisnis jagung.
diidentifikasikan sebelumnya. Tingkat Pendidikan. Tingkat pendidikan
merupakan salah satu faktor pendukung
HASIL DAN PEMBAHASAN
dalam kegiatan usahatani, karena berkaitan
Gambaran Umum Lokasi Penelitian. erat dengan kemampuan berfikir seseorang
Wilayah Kecamatan Ampana Tete terletak tingkat pendidikan responden di Kecamatan
pada jalur jalan propinsi Sulawesi Tengah Ampana Tete bervariasi antara pendidikan
jurusan Poso – Luwuk antara kilometer SD sampai SMA, tingkat pendidikan petani
160 – 197 sepanjang 37 km serta dalam responden yang terbesar adalah tamat SD
batas koordinat yang terletak pada 1°.15’ berjumlah 26 orang, dapat dikatakan bahwa
semua responden mempunyai tingkat
LS dan 121°.75’ BT merupakan salah satu
pendidikan sehingga menjadi dasar dalam
kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten
mengadopsi suatu inovasi teknologi
Tojo Una-Una, yang secara administratif
usahatani dalam pengembangan agribisnis
memiliki batas wilayah sebagai berikut :
jagung.
 Sebelah Utara Perairan Teluk Tomini
 Sebelah Selatan Kabupaten Morowali Jumlah Tanggungan Keluarga. Jumlah
dan Kecamatan Ulubongka tanggungan keluarga berpengaruh terhadap

42
taraf kehidupan suatu keluarga, namun bagian tengah) umumnya dalam 1 ha
disisi lain banyaknya anggota keluarga dibutuhkan 20 - 30 kg benih jagung
akan dapat dimanfaatkan untuk mengelola (Purwono dan Hartono, 2006).
usahatani yang dimiliki atau dengan kata
Penggunaan Pupuk. Pemupukan dilakukan
lain jumlah anggota keluarga dapat menjadi
untuk menyuburkan dan mengembalikan
sumber tenaga kerja, khususnya bagi
unsur hara pada tanah sehingga meningkatkan
anggota keluarga yang telah memasuki
dan merangsang pertumbuhan tanaman
umur produktif dan belum berkeluarga
jagung baik batang, daun dan buah sehingga
(Kurniati, 2012). Rata-rata jumlah tanggungan
dapat meningkatan produksi tanaman.
keluarga petani responden di Kecamatan
Secara umum pupuk yang digunakan oleh
Ampana Tete adalah sebanyak 3 orang
petani jagung adalah pupuk urea dan NPK.
Pengalaman Berusahatani. Pengalaman
Penggunaan Tenaga Kerja. Penggunaan
petani dalam berusahatani dapat
tenaga kerja sangat dibutuhkan dalam
mempengaruhi keberhasilan petani dalam
usahatani jagung, karena diperlukan waktu
melakukan kegiatan usahataninya. Petani
yang singkat dalam setiap proses usahatani.
dengan pengalaman cukup cenderung dapat
Penggunaan tenaga kerja dalam berusahatani
mengatasi masalah-masalah yang timbul
dalam pelaksanaan usaha dan mampu harus dilakukan seefektif mungkin
menggunakan alternatif pemecahan masalah untuk mencapai produksi yang maksimal.
yang efisien sehingga mampu menghasilkan Semakin besar luas lahan yang ditanami
keuntungan usaha yang maksimal (Decky, maka semakin besar tenaga kerja yang
2010). Pengalaman responden rata-rata 19 dibutuhkan. Penggunaan tenaga kerja pada
tahun, hal ini menunjukkan bahwa responden usahatani jagung yaitu meliputi pengolahan
berpengalaman dalam berusahatani. tanah, penanaman, penyiangan, pemupukan,
pengendalian HPT, panen dan pasca panen.
Kondisi Usahatani Jagung. Luas lahan
merupakan salah faktor produksi yang Penggunaan Pestisida. Hama atau
paling utama dalam proses produksi atau penyakit serta gulma adalah organisme
usahatani jagung. Besar kecilnya produksi yang dapat mengganggu pertumbuhan
jagung sangat di pengaruhi oleh luas lahan tanaman, menurunkan produksi usahatani
usahatani yang dikelola petani. Rata-rata tanaman jagung, sehingga perlu dilakukan
luas lahan responden petani jagung di penyemprotan untuk mengendalikan
Kecamatan Ampana Tete adalah 1.33 ha. serangan pada tanaman jagung. Tujuan
penggunaan herbisida untuk menekan
Penggunaan Benih. Benih merupakan pertumbuhan gulma pengganggu tanaman
salah satu sarana produksi yang sangat jagung baik sejak awal tanam maupun saat
menentukan baik kualitas maupun kuantitas pertumbuhan tanaman penggunaan pestisida
untuk mencapai produksi maksimal. terkait dengan besarnya kebutuhan yang
Responden petani jagung di Kecamatan digunakan untuk tanaman jagung. Volume
Ampana Tete menggunakan benih jagung penggunaan pestisida berbeda setiap petani,
jenis hibrida (Bizi 2 dan Pioneer 27). tergantung intensitas serangan hama atau
Penggunaan benih jumlah rata-rata penyakit pada tanaman jagung.
sebesar 14,52 kg. Mayoritas petani jagung
responden belum menggunakan benih Analisis Pendapatan Usahatani Jagung
sesuai dengan yang direkomendasikan. Pendapatan usahatani merupakan selisih
Mutu benih jagung memegang peranan antara penerimaan usahatani dengan
penting dalam peningkatan produksi. biaya usahatani yang terdiri dari biaya
Tanaman jagung yang akan dijadikan tetap dan biaya varabel. Biaya usahatani
benih, diambil dari biji bagian tengah dari merupakan biaya yang dikeluarkan petani
tongkol jagung yang sudah kering (1/3 untuk berlangsungnya proses produksi.

43
Besarnya pendapatan yang akan diperoleh dievaluasi sebagaimana disajikan pada
dari suatu kegiatan usahatani tergantung tabel 2. Hasil analisis Internal Factor
dari beberapa faktor yang mempengaruhi Analysis Summary (IFAS) pada tabel 2
seperti luas lahan, tingkat produksi, diketahui, bahwa faktor kekuatan (Strength)
harga, penggunaan faktor produksi, dan mempunyai nilai sebesar 1,62 dan
efisiensi penggunaan tenaga kerja. Rata-rata Kelemahan (Weaknesses) mempunyai nilai
penerimaan responden petani jagung sebesar 1,37. Nilai ini dapat diartikan
di Kecamatan Ampana Tete sebesar bahwa kekuatan yang dimiliki masih lebih
Rp. 12.502.162/ha/MT. Pendapatan rata-rata besar yaitu 54,18 % dibandingkan dengan
usahatani jagung setiap 1ha petani kelemahan sebesar 45,82 % sehingga masih
responden di Kecamatan Ampana Tete memiliki prospek yang cukup baik untuk
Kabupaten Tojo Una-Una sebesar Rp. dikembangkan.
6.143.974/MT diperoleh dari pengurangan
Evaluasi Faktor Strategi Eksternal
antara total penerimaan dengan total biaya
(EFAS). Berdasarkan hasil Focus Group
yang dikeluarkan.
Discusion (FGD) diperoleh masing- masing
Analisis SWOT. Menurut Rangkuti (2009) faktor lingkungan eksternal (peluang dan
adalah suatu cara untuk mengidentifikasi ancaman) yang disajikan pada tabel 3.
berbagai faktor secara sistematis untuk Hasil analisis Eksternal Factor Analysis
merumuskan suatu strategi. Analisis ini Summary (EFAS) pada tabel 3 diketahui,
didasarkan pada logika yang dapat bahwa faktor Peluang (Opportunities)
memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan mempunyai nilai sebesar 1,34 dan ancaman
peluang (Opportunities), namun secara (Threats) mempunyai nilai sebesar 1,11.
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan Hal ini dapat dapat dilihat bahwa dalam
(Weaknesses) dan ancaman (Threats). Hal pengembangan agribisnis jagung di
penting yang terlebih dahulu dilakukan Kecamatan Ampana Tete masih memiliki
dalam analisis SWOT adalah menetukan peluang yang lebih besar dibandingkan
besarnya bobot pada setiap pernyataan. dengan ancaman yang ada.
Besarnya bobot ditetapkan tingkat kepentingan Berdasarkan hasil analisis IFAS
masing-masing pernyataan dalam setiap dan EFAS tersebut, dapat disusun matriks
variabel faktor penentu dalam lingkungan IFAS dan EFAS, seperti pada tabel 4.
strategis yang dianggap mempengaruhi Berdasarkan data pada tabel 4 dapat dilihat
kinerja pengembangan agribisnis jagung di perolehan nilai skor pada strategi SO
Kecamatan Ampana Tete. (Strength - Opportunities) sebesar 2,96,
Identifikasi Faktor Lingkungan Internal strategi WO (Weaknesses - Opportunities)
dan Eksternal. Berdasarkan hasil wawancara sebesar 2,73, strategi WT (Weaknesses -
dan FGD dapat diidentifikasi faktor Threats) sebesar 2,48 dan staretgi ST
lingkungan internal dan eksternal yang (Strength - Threats) sebesar 2,71. Skor
dianggap berpengaruh dalam pengembangan perhitungan tertinggi berada pada kuadran
agribisnis jagung di Kecamatan Ampana 1 sebesar 2,96 dengan strategi SO
Tete. Hasil identifikasi faktor lingkungan (Strength - Opportunities). Pada kuadran
strategis dapat dijelaskan pada tabel 1. ini menggambarkan situasi yang sangat
menguntungkan untuk pengembangan
Evaluasi Faktor Strategi Internal
agribisnis jagung karena memiliki kekuatan
(IFAS). Berdasarkan hasil Focus Group
yang dapat memanfaatkan peluang
Discusion (FGD) diperoleh masing-masing
yang ada. Berdasarkan matriks IFAS
faktor lingkungan internal (kekuatan
dan EFAS dan diagram analisis SWOT,
dan kelemahan) yang dinilai berpengaruh
maka dapat dirumuskan asumsi-asumsi
terhadap pengembangan agribisnis jagung
strategi yang dapat dilihat pada tabel 5.
di Kecamatan Ampana Tete, selanjutnya

44
Tabel 1. Hasil Identifikasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal Pengembangan Agribisnis Jagung
di Kecamatan Ampana Tete
No Faktor Internal No Faktor Eksternal
1. Kekuatan (Strengts) 1. Peluang (Opportunities)
a. Potensi lahan a. Adanya dukungan pemerintah
b. Pengalaman petani b. Permintaan pasar
c. Adanya kelompok tani (Poktan) c. Perkembangan teknologi
d. Ketersediaan tenaga kerja d. Adanya penyuluh pertanian lapangan
2 Kelemahan (Weakness) 2. Ancaman (Threats)
a. Pendapatan petani rendah a. Adanya penetapan harga dari
b. Keterbatasan modal tengkulak
c. Kualitas sumber daya manusia b. Hama dan penyakit
rendah c. Sulit mengakses modal
d. Produksi rendah d. Kemitraan dengan swasta belum
terbangun

Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2015

Tabel 2. Evaluasi Faktor Strategi Internal (IFAS) Pengembangan Agribisnis jagung di


Kecamatan Ampana Tete
Bobot Rating Skor Keterangan
FAKTOR INTERNAL
(a) (b) (axb) (%)
A Kekuatan (Strengths)
1 Potensi lahan 0,16 4 0,64
2 Pengalaman petani 0,13 3 0,39 `
3 Adanya kelompok tani (Poktan) 0,13 3 0,39
4 Ketersediaan tenaga kerja 0,10 2 0,20
Jumlah A 0,52 12 1,62 54,18 %
B Kelemahan (Weaknesses)
1 Pendapatan petani rendah 0,13 3 0,45
2 Keterbatasan modal 0,13 3 0,22
Kualitas sumber daya manusia
3
rendah 0,10 2 0,22
4 Produksi rendah 0,13 3 0,22
Jumlah B 0,48 11 1,37 45,82 %
Jumlah A + B 1,00 23 2,99 100,00 %
Sumber : Data primer setelah diolah, 2015

Alternatif Strategi Pengembangan pertanian yang tepat. Kegiatan yang


Agribisnis Jagung di Kecamatan dilakukan yaitu :
Ampana Tete. Strategi S-O (Strength - a. Pelatihan atau sekolah lapang
Opportunities) dimaksudkan bagaimana pengelolaan teknologi budidaya jagung
merumuskan trategi yang efektif dengan dengan konsep pengelolaan tanaman
cara memaksimalkan kekuatan yang terpadu.
dimiliki untuk memanfaatkan peluang b. Magang atau studi banding ke daerah
yang ada untuk mencapai tujuan, dapat sentra pengembangan tanaman jagung
dilakukan dengan alternatif strategi yaitu : yang telah berkembang dan telah
1. Meningkatkan produksi dengan menggunakan teknologi budidaya
menggunakan atau mengadopsi teknologi jagung yang sesuai.

45
Tabel 3. Evaluasi Faktor Strategi Eksternal (EFAS) Pengembangan Agribisnis Jagung di
Kecamatan Ampana Tete
Bobot Rating Skor Keterangan
FAKTOR EKSTERNAL
(a) (b) (axb) (%)

A. Peluang (Opportunities)
1. Adanya dukungan pemerintah 0,11 2 0,22
2. Perkembangan teknologi 0,15 3 0,45 `
3.Permintaan pasar 0,15 3 0,45
4.Adanya penyuluh pertanian lapangan 0,11 2 0,22
Jumlah A 0,52 10 1,34 54,69 %
B. Ancaman (Treats)
1. Penetapan harga dari tengkulak 0,11 2 0,22
2. Hama dan Penyakit 0,11 2 0,22
3. Kemitraan dengan swasta belum terbangun 0,15 3 0,45
4. Sulit mengakses modal 0,11 2 0,22
Jumlah B 0,48 9 1,11 45,31 %
Jumlah A + B 1,00 19 2,45 100,00 %
Sumber : Data primer setelah diolah, 2015.

Tabel 4. Matriks IFAS dan EFAS dalam pengembangan agribisnis jagung di Kecamatan
Ampana Tete

IFAS KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W)


EFAS

PELUANG (O) Strategi (SO) Strategi (WO)


1,62 + 1,34 = 2,96 1,37 + 1,34 = 2,73
Strategi (ST) Strategi (WT)
ANCAMAN (T)
1,62 + 1,11 = 2,71 1,37 + 1,11 = 2,48
Sumber : Data primer setelah diolah, 2015

2. Meningkatkan potensi lahan dan b. Membantu mempertemukan petani


memanfaatkan bantuan pemerintah dengan pihak industri dan perbankan
untuk peningkatan produksi. Kegiatan untuk mendapatkan bantuan modal
yang dilakukan yaitu: usaha
a. Perluasan areal tanam jagung baik pada c. Membangun jaringan pemasaran dan
lahan yang pernah diolah (lahan tidur) menjalin kerjasama perdagangan dan
dan lahan yang baru dibuka. pemasaran dengan pasar nasional
b. Perbaikan infrastrukur seperti maupun pihak swasta.
pembangunan jaringan jalan usahatani. Analisis Quantitive Strategic Planning
3. Melakukan kerjasama atau kemitraan Matrix (QSPM). Quantitive Strategic
dengan pihak industri atau pemerintah Planning Matrix adalah alat yang
untuk memperoleh pasar dan memungkinkan para penyusun strategi
pengadaan saprodi mengevaluasi berbagai strategi alternatif
a. Memberikan bantuan peralatan dan secara objektif, berdasarkan faktor-faktor
sarana prasarana produksi keberhasilan penting eksternal dan internal
46
yang diidentifikasi sebelumnya. Menurut matriks internal, eksternal, dan matriks
Umar (2003), QSPM adalah alat yang SWOT.
direkomendasikan bagi para ahli strategi Pada matriks QSPM terdapat nilai
untuk melakukan evaluasi pilihan strategi AS (Attractiveness Score) dan TAS. Nilai
alternatif secara obyektif, berdasarkan key AS menunjukkan daya tarik masing-masing
success factors internal-eksternal yang telah strategi terhadap faktor kunci yang dimiliki.
diidentifikasikan sebelumnya. Nilai TAS merupakan hasil perkalian antara
Matriks QSPM dibuat berdasarkan bobot rata-rata dengan nilai AS dari setiap
faktor-faktor internal dan eksternal pada faktor kunci strategi.

Tabel 5. Matriks Hasil Analisis SWOT dalam Perumusan Asumsi Strategi Pengembangan
Agribisnis Jagung di Kecamatan Ampana Tete

Kekuatan (S) Kelemahan (W)

IFAS 1. Potensi lahan 1. Pendapatan petani rendah


2. Pengalaman petani 2. Keterbatasan modal
EFAS 3. Adanya kelompok tani (Poktan) 3. Kualitas sumber daya
4. Ketersediaan tenaga kerja manusia rendah
4. Produksi rendah

Peluang (O) Strategi SO Strategi WO


1. Adanya Dukungan 1. Meningkatkan produksi dengan 1. Mengupayakan akses dan
pemerintah menggunakan atau mengadopsi sumber pembiayaan
2. Perkembangan teknologi pertanian yang tepat usahatani yang mudah
teknologi 2. Meningkatkan potensi lahan dan 2. Perbaikan teknologi
3. Permintaan pasar memanfaatkan bantuan pemerintah budidaya tanaman jagung
4. Adanya penyuluh untuk peningkatan produksi 3. Memanfaatkan program
pertanian lapangan 3. Melakukan kerjasama/kemitraan Pengembangan Usaha
dengan pihak industri atau Agribisnis Perdesaan dari
pemerintah untuk memperoleh pemerintah
pasar dan pengadaan saprodi

Ancaman (T) Strategi ST Strategi WT


1. Penetapan harga 1. Menjalin kerjasama dengan pihak 1. Meningkatkan peran serta
dari tengkulak pemerintah dan swasta produsen petani dalam penyuluhan
2. Hama dan obat-obatan untuk memberikan dan pelatihan menyangkut
penyakit pelatihan pengendalian hama masalah pengendalian
3. Kemitraan dengan penyakit hama penyakit
swasta belum 2. Mengupayakan adanya kerjasama 2. Meningkatkan pengetahuan
terbangun petani dengan pihak swasta dan ketrampilan petani
4. Sulit mengakses 3. Meningkatkan peran poktan sebagai 3. Membangun dan membina
modal unit usaha dan melibatkan tenaga kerjasama dengan mitra
kerja yang menjadi target pasar

Sumber : Data primer setelah diolah, 2015

47
Tabel 6. Hasil Analisis QSPM Prioritas Strategi Pengembangan Agribisnis Jagung di Kecamatan
Ampana Tete
Strategi 1 Strategi 2 Strategi
Faktor Strategi Bobot 3
TAS TAS TAS
KEKUATAN
1 Potensi lahan 0,16 0,541 0,486 0,480
2 Pengalaman petani 0,13 0,347 0,378 0,376
3 Adanya kelompok tani (Poktan) 0,13 0,421 0,350 0,277
4 Ketersediaan tenaga kerja 0,10 0,349 0,302 0,271
KELEMAHAN
1 Pendapatan petani rendah 0,13 0,376 0,347 0,430
2 Keterbatasan modal 0,13 0,407 0,402 0,359
3 Kualitas sumber daya manusia rendah 0,10 0,269 0,329 0,302
4 Produksi rendah 1,13 0,437 0,283 0,359
PELUANG
1 Adanya dukungan pemerintah 0,11 0,366 0,316 0,308
2 Permintaan pasar 0,15 0,434 0,497 0,426
3 Perkembangan teknologi 0,15 0,377 0,410 0,464
4 Adanya penyuluh pertanian lapangan 0,11 0.352 0,360 0,326
ANCAMAN
1 Adanya penetapan harga dari tengkulak 0,11 0,332 0,228 0,332
2 Hama dan Penyakit 0,11 0,262 0,334 0,326
3 Kemitraan dengan swasta belum 0,15 0354 0,357 0,360
terbangun
4 Sulit mengakses modal 0,11 0,224 0,338 0,350
Total Nilai Daya Tarik 5,850 5,716 5,744
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2015

Berdasarkan analisis QSPM, diperoleh Kabupaten Tojo Una-Una, maka dapat


hasil bahwa prioritas program terpilih dari disimpulkan sebagai berikut :
strategi S-O dengan Total Attractiveness Pendapatan yang dihasilkan petani
Score (TAS) yang diperoleh menunjukkan pada usahatani jagung di Kecamatan
strategi terbaik dalam pengembangan Ampana Tete Kabupaten Tojo Una-Una
agribisnis jagung. Perhitungan dengan adalah rata-rata sebesar Rp. 6.143.974/
matriks QSPM dapat dilihat pada tabel 6. ha/MT.
Analisis QSPM menunjukkan bahwa Hasil analisis SWOT maka strategi
program terbaik dalam pengembangan yang tepat dalam upaya pengembangan
agribisnis jagung di Kecamatan Ampana agribisnis jagung di Kecamatan Ampana
Tete Kabupaten Tojo Una-Una adalah Tete Kabupaten Tojo Una-Una adalah
program ke-1 yaitu“ Meningkatkan meningkatkan produksi dengan menggunakan
produksi dengan menggunakan atau atau mengadopsi teknologi pertanian yang
mengadopsi teknologi pertanian yang tepat” tepat, meningkatkan potensi lahan dan
dengan total nilai daya tarik (TAS) memanfaatkan bantuan pemerintah untuk
tertinggi, yaitu 5,850. peningkatan produksi dan melakukan
kerjasama/kemitraan dengan industri atau
KESIMPULAN DAN SARAN pemerintah untuk memperoleh pasar
dan pengadaan saprodi. Hasil analisis
Kesimpulan QSPM dari strategi S-O (Strengths-
Berdasarkan hasil penelitian Opportunities) yang terbaik dari ke tiga
mengenai strategi pengembangan agribisnis strategi pengembangan agribisnis jagung di
jagung di Kecamatan Ampana Tete Kecamatan Ampana Tete yakni program

48
ke-1, “Meningkatkan produksi dengan Perhatian dari pemerintah daerah
menggunakan atau mengadopsi teknologi sangat diharapkan dalam pengembangan
pertanian yang tepat” dengan total nilai usaha agribinisnis jagung agar dapat
daya tarik (TAS) sebesar 5,850. menfasilitasi poktan dalam memanfaatkan
potensi lahan yang ada untuk perluasan
Saran areal tanam dan penyediaan sarana
Peningkatan pengetahuan dan prasarana pertanian Membangun kerjasama
ketrampilan petani dengan cara membuat dengan perguruan tinggi dan lembaga-
program workshop, pelatihan, magang lembaga penelitian mengenai teknik
atau studi banding yang difasiltasi oleh pengembangan budidaya tanaman jagung.
pemerintah atau swasta.

UCAPAN TERIMAH KASIH

Penuh keiklasan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Max Nur
Alam, MS dan Bapak Dr. Rustam Abd. Rauf, SP., MP, selaku dosen pembimbing saya, yang
senantiasa memberikan waktunya, arahan, bimbingan dalam penelitian hingga penulisan artikel ini
dapat dipublikasikan, kiranya tetap dalam perlindungan Tuhan Yang Maha Esa.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik (BPS), 2015. Sulawesi Tengah Dalam Angka 2015. Badan Pusat Statistik
Sulawesi Tengah, Palu.

Badan Pusat Statistik (BPS), 2015. Kabupaten Tojo Una-Una Dalam Angka 2015. Badan Pusat
Statistik Tojo Una-Una.

Daniel, 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Purwono dan Hartono, R., 2006. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta

Kurniati D, 2012. Analisis Resiko Produksi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada
Usahatani Jagung (zea Mays L) di Kecamatan Mempawah Hulu Kabupaten Landak. Jurnal
Sosial Ekonomi Pertanian. 1 (3) : 60 – 68.

Rangkuti, F, 2009. Analisa SWOT ; Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.

Sangaji E.M dan Sopiah, 2010. Metode Penelitian. Penerbit CV. Andi Offset. Yokyakarta.

Tangenjaya B, Yusdja Y dan Ilham N, 2002. Analisis Ekonomi Permintaan Jagung Untuk Pakan
Ternak. Ekonomi Jagung Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Departemen Pertanian.

Umar, H., 2003. Strategic Manajemen In Action. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Wenno, D, 2010. Analisis Pendapatan Petani Jagung Peserta Program Pengembangan Usaha
Perdesaan Di Kabupaten Nabire. Jurnal Agroforestri Volume V Nomor 2, Maret 2010.

Winarso, B, 2012. Prospek dan Kendala Pengembangan Agribisnis Jagung di Provinsi Nusa
Tenggara Barat. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol.12 (2): 103-114.

49

Вам также может понравиться