Вы находитесь на странице: 1из 12

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan

manusia. Menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998 tentang kesehatan

dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun

(Maryam dkk, 2008:32). Dalam kehidupan ini, manusia mengalami penuaan. Menua adalah

suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki

diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan

terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang dideritanya (Constantinides, 1994).

Terdapat batasan pada lanjut usia. Batasan umur lansia menurut WHO meliputi usia

pertengahan ialah kelompok usia 45-59 tahun, lanjut usia antara 60-74 tahun, lanjut usia tua

antara 75-90 tahun, dan usia sangant tua ialah di atas 90 tahun. Selain itu, menurut

Setyonegoro, dalam Padila (2013) ialah usia dewasa muda usia 18/20-25 tahun, usia dewasa

penuh usia 25-60/65, lanjut usia >65/70.

Sesorang yang sudah memasuki masa lansia banyak mengalami masalah nutrisi

maupun perubahan-perubahan fisiknya. Perubahan-perubahan fisik pada lansia menurut

(Maryam, 2008:55) ialah sel, jumlah sel berkurang dan cairan tubuh menurun. Kemudian,

kardiovaskuler kemampuan memompa darah menurun. Respirasi, kekuatan otot-otot

pernafasan menurun. Persarafan, fungsinya menurun. Muskuluskeletal, cairan tulang

menurun sehingga mudah rapuh. Gastrointestinal, asam lambung menurun. Pendengaran,

terjadi gangguan pendengaran. Penglihatan, respon terhadap sinar berkurang. Kulit, keriput

serta kulit kepala dan rambut menipis. Sedangkan masalah nutrisi yang terjadi paa lansia

misalnya tenaga berkurang, energi menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang
makin rapuh, dan sebagainya. Berdasarkan data di Komisi Nasional Lanjut Usia (Komnas

Lansia) dan Departemen Sosial, pada tahun 2000 tercatat sekitar 7,18% penduduk Indonesia

berlansia atau setara dengan 14,4 juta orang, hingga Mei 2009 jumlah lansia mencapai kurang

lebih 20 juta orang atau terbesar keempat dunia setelah AS, China, dan India, dan

diperkirakan pada tahun 2020 jumlah akan mencapai 11,34% dari seluruh penduduk

Indonesia atau setara dengan 28,8 juta orang. Namun, ada sekitar 74% dari lansia usia 60

tahun ke atas menderita penyakit kronis yang harus makan obat terus-menerus selama hidup

mereka.

Berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah nutrisi pada lansia

antara lain melalui monitoring BB (kartu lansia), pendidikan gizi. Lansia dengan penyakit

degeneratif perlu diberikan konseling gizi. Konseling gizi misalnya posyandu lansia yang

bertujuan untuk meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat,

pendidikan gizi yang bertujuan agar masyarakt dapat memilik dan mempertahankan pola

makan, penyuluhan kesehatan dan konseling gizi yang bertujuan untuk mengembangkan

pengertian yang benar dan sikap yang positif individu/pasien atau kelompok/keluarga pasien

(receiver), keluarga sadar gizi (kadarzi) yang bertujuan agar suatu keluarga mampu

mengenal, mencegah, dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa Pengertian Lansia?

1.2.2 Bagaimana Batasan Usia Lansia?

1.2.3 Bagaimana Proses Menua?

1.2.4 Bagaimana Perubahan pada Sistem Tubuh pada Lansia Akibat Gangguan Sistem

Pencernaan?

1.2.5 Bagaimana Kebutuhan Nutrisi pada Lansia?


1.2.6 Bagaimana Kebutuhan Lansia dapat Terpenuhi dan Hidup dalam Kesejahteraan pada

Masa Lansia?

1.3 Tujuan Masalah

1.3.1 Mengetahui pengertian lansia

1.3.2 Mengetahui batasan usia lansia

1.3.3 Mengetahui bagaimana proses menua

1.3.4 Mengetahui perubahan pada sistem tubuh pada lansia akibat gangguan sistem

pencernaan

1.3.5 Mengetahui kebutuhan nutrisi pada lansia

1.3.6 Mengetahui pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan lansia


BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Lansia

2.1.1 Pengertian Lansia

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan

manusia. Menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan

dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun

(Maryam dkk, 2008). Secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya

65 tahun ke atas. Usia 65 tahun merupakan batas minimal untuk kategori lansia. Lansia

adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan

keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan

daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual (Efendi, 2009).

2.1.2 Batasan Usia Lansia

Menurut Santoso (2010 ), lansia adalah orang dengan usia di atas 60 tahun. Menurut

organisasi kesehatan dunia (WHO), batasan umur lansia ada empat tahap, yang pertama usia

pertengahan yang berkisar antara 45 sampai 59 tahun. Kedua lansia yang berkisar antaara 60

sampai 74 tahun. Ketiga lansia tua yang berkisar antara 75 sampai 90 tahun. Terakhir usia

sangat tua yang berkisar lebih dari 90 tahun. Menurut Depkes (2011), batasan usia lansia

meliputi, pra lansia kelompok usia antara 45 sampai 59 tahun, lansia antara 60 sampai 69

tahun dan lansia beresiko kelompok usia lebih dari 70 tahun.

Lima klasifikasi usia pada lansia (Maryam, 2008) yaitu, Pra lansia atau prasenilis

adalah seorang yang berusia antara 45 sampai 59 tahun, kemudian lansia adalah seorang yang

berusia 60 tahun atau lebih, lansia beresiko tinggi adalah seorang yang berusia 70 tahun atau

lebih atau seseorang yang berusia 60 tahun lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI,
2003), selain itu lansia potensial tinggi adalah lansia yang masih mampu melakukan aktivitas,

yang terakhir lansia tidak potensial adalah lansia yang tidak berdaya dalam mencari nafkah,

sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).

2.2 Proses Menua

Proses menua adalah suatu tahapan hilangnya kemampuan jaringan secara perlahan-

lahan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi yang normal. Proses menua

merupakan proses yang terjadi secara terus-menerus dan alamiah dimulai sejak lahir dan

setiap individu berbeda kecepatannya. Menua bukanlah status penyakit yang terdapat pada

diri seseorang tetapi menua merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam

menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh.

Ada beberapa macam teori yang berkaitan dengan proses penuaan menurut

Darmojdo, antara lain Teori Genetik Clock, menurut teori ini proses menua telah terprogram

oleh waktu secara genetik untuk spesies atau jenis tertentu. Kemudian Teori Mutasi somatik,

menurut teori ini telah terjadi mutasi progresif pada DNA sel somatik yang menyebabkan

menurunnya kemampuan fungsional sel somatik. Lalu adanya Teori Rusaknya Sistem Imun

Tubuh, menurut teori ini terjadinya mutasi yang berulang maupun perubahan protein setelah

translasi mengakibatkan sistem imun tubuh berkurang kemampuannya untuk mengenali

dirinya maka hal ini menyebabkan peristiwa autoimun. Selain itu terdapat Teori Radikal

Bebas, menurut teori ini tidak stabilnya radikal bebas di alam bebas mengakibatkan oksidasi

oksigen sehingga menyebabkan sel-sel tidak bisa regenerasi. Teori menurut Darmodjo yang

terakhir adalah Teori Menua Akibat Metabolisme, menurut teori ini penurunan jumlah kalori

disebabkan karena menurunnya salah satu proses metabolisme yang akan menghambat

pertumbuhan dan perpanjangan usia.


2.3 Perubahan Sistem Pencernaan

Kehilangan gigi, penyebab utama adanya periodental disease yang biasa terjadi

setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi buruk.

Indera pengecap menurun, adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera

pengecap (±80%), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap di lidah terutama rasa manis,

asin, asam, dan pahit. Esofagus (kerongkongan) melebar. Rasa lapar menurun (sensitivitas

lapar menurun), asam lambung menurun, peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi

atau sembelit. Fungsi absorbsi melemah (daya absorbsi terganggu). Liver (hati) semakin

mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan serta berkurangnya aliran darah.

2.4 Kebutuhan Nutrisi pada Lansia

Semua makhluk hidup memerlukan sumber energi untuk kelangsungan hidupnya.

Tubuh memerlukan makanan yang bergizi untuk proses metabolisme. Pemenuhan kebutuhan

gizi dengan baik dapat membantu menyesuaikan proses perubahan yang dialami dan dapat

menjaga kelangsungan pergantian sel tubuh sehingga dapat memperpanjang umur untuk para

lansia. Berdasarkan kegunaan bagi tubuh, zat gizi dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu zat

energi, zat pembangun dan zat pengatur.

Pertama, zat energi. Dalam bahan makanan, zat energi ini mengandung karbohidrat

dan lemak. Bahan makanan yang mengandung karbohidrat seperti beras, jagung, ubi, roti dll.

Sedangkan bahan makanan yang mengandung lemak seperti santan, mentega, minyak dll.

Kedua, zat pembangun. Dalam bahan makanan, zat pembangun ini mengandung protein.

Bahan makanan yang mengandung protein seperti tempe, tahu, ikan, daging dll. Ketiga, zat

pengatur. Dalam bahan makanan, zat pengatur ini mengandung vitamin dan mineral. Bahan

makanan yang mengandung vitamin dan mineral seperti buah, sayur dll.
2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi pada Lansia

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada lansia antara lain kerusakan

gigi (ompong) sehingga kemampuan mencerna makanan berkurang, menurunnya cita rasa

terhadap makanan karena melemahnya indera pengecap, pelebaran yang terjadi pada

kerongkongan (oesophagus), asam lambung dan rasa lapar menurun, gerakan usus yang

lemah, dan menurunnya penyerapan makanan di usus.

2.6 Masalah Gizi pada Lansia

2.6.1 Gizi Berlebih

Banyak terjadi di negara bagian barat dan kota besar. Berat badan berlebih dapat

diakibatkan karena kebiasaan makan yang banyak saat muda dan pada lansia kalori yang

digunakan berkurang karena aktivitas fisiknya berkurang kegemukan adalah salah satu

penyebab terjadinya berbagai penyakit seperti jantung, darah tinggi dan kencing manis.

2.6.2 Gizi Kurang

Terjadinya kekurangan gizi disebabkan oleh masalah sosial ekonomi dan gangguan

penyakit. Berat badan yang kurang dari normal dapat disebabkan karena rendahnya konsumsi

kalori dalam tubuh, dan bila kekurangan protein dapat menyebabkan kerusakan sel yang tidak

dapat diperbaiki. Hal tersebut mengakibatkan kerontokan rambut, penurunan daya tahan

tubuh, dan mudah terkena infeksi.

2.6.3 Kekurangan Vitamin

Kurang mengkonsumsi buah, sayur serta protein dapat mengakibatkan kulit kering,

lesu, tidak semangat, kurang nafsu makan, serta penurunan penglihatan.


2.7 Pemantauan Status Gizi

2.7.1 Penimbangan Berat Badan

Penimbangan Berat Badan dilakukan secara teratur minimal satu minggu sekali.

2.7.2 Kekurangan Kalori Protein

Penurunan asupan protein pada lansia mengakibatkan tidak semangat dan mudah

terserang penyakit.

2.7.3 Kekurangan Vitamin D

Terjadi bila kurang mendapat sinar matahari, jarang minum susu, kurang

mengkonsumsi vitamin D yang terdapat pada ikan, hati, susu dll.

2.8 Asupan Makanan pada Lansia

Gangguan pengaturan nafsu makan dan asupan energi berhubungan juga dengan

proses penuaan yang dapat menimbulkan anoreksia atau obesitas. Untuk anoreksia

disarankan untuk mempertimbangkan tambahan energi dari minuman, sedangkan obesitas

harus mengkonsumsi makanan berbentuk padat.

2.9 Gizi Tepat untuk Lansia

Gizi yang tepat bagi lansia antara lain memperhatikan prinsip kebutuhan gizi, gizi

yang disajikan dalam menu harus seimbang, penyesuaian tekstur dan bentuk makanan,

mengurangi makanan berlemak tinggi, mengurangi atau menghindari mengkonsumsi

makanan yang mengandung garam natrium tinggi, serta Memperbanyak makan buah, sayur,

dan air putih.

2.10 Perencanaan Makanan Untuk Lansia

Dalam perencanaan makan bagi lansia, perlu diperhatikan beberapa hal, seperti

makanan harus mengandung zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur. Kemudian
memperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang. Lalu, mengurangi konsumsi garam

dan memperbanyak minum. Selain itu, membatasi makanan manis, berlemak serta membatasi

menum kopi atau teh, memperbanyak konsumsi makanan yang mengandung zat besi, serta

disarankan pengolahan makanan yang dikukus, direbus, maupun dipanggang serta kurangi

makanan yang digoreng.

\
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Manula memiliki kebutuhan nutrisi secara khusus karena sistem jaringan dan organ

mereka mengalami penuaan. Kesehatan nutrisi membantu manula menjaga hidup yang lebih

aktif dan menyenangkan, melindungi mereka dari penyakit, mengurangi keparahan penyakit,

dan mempercepat pemulihan penyakit. Maka dari itu manula membutuhkan asupan nutrisi

yang tepat.

3.2 Saran

3.2.1 Saran bagi lansia

Sebaiknya lansia tidak mengabaikan makanan yang dikonsumsi sehari-hari dan tidak

melakukan aktivitas yang terlalu berat atau memaksakan diri.

3.2.2 Saran bagi keluarga lansia

Sebaiknya keluarga lansia lebih memperhatikan asupan nutrisi, kesehatan, dan

mengontrol aktivitas lansia.

3.2.3 Saran bagi pemerintah

Sebaiknya pemerintah ikut serta memberikan bantuan tambahan asupan makanan

yang bergizi kepada masyarakat kurang mampu khususnya lansia yang sangat rentan

terhadap penyakit.

3.2.4 Saran bagi panti

Sebaiknya panti melakukan peningkatan kebutuhan nutrisi dengan cara makan

makanan dengan gizi seimbang, yaitu diimbangi dengan keadaan hidup bersih untuk setiap

individu dan telaten untuk mengontrol asupan nutrisi lansia.


3.2.5 Saran bagi dinas sosial

Sebaiknya dinas sosial melakukan penyuluhan pada masyarakat khususnya

masyarakat desa yang kurang paham terhadap kebutuhan nutrisi pada lansia.
DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4.Jakarta :EGC

http/www. Kebutuhan nutrisi pada lansia.com,, di akses pada hari minggu, jam 11.31.wib.

http://zahryalakbar.blogspot.com/2012/11/nutrisi-pada-lansia.html

http://suparty.blogspot.com/2014/01/kebutuhan-asupan-nutrisi-pada-lanjut.html

https://lenteraimpian.wordpress.com/2010/02/27/gizi-pada-lansia

http://www.smallcrab.com/lanjut-usia/527-kebutuhan-nutrisi-pada-lansia, diakses pada hari

Jumat, jam 08.15 WIB.

https://www.deherba.com/perhatikan-kebutuhan-nutrisi-pada-lanjut-usia.html, diakses pada

hari Jumat, jam 08.25 WIB.

Вам также может понравиться