Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Suyoto
UNIT PUSAT STERILISASI ( CSSD ) No : SK / /I/ 2019
Tanggal : Januari 2019
BAB I
PENDAHULUAN
1. Umum
a. Rumah Sakit dr. Suyoto adalah Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Kementerian
Pertahanan, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Pusat Rehabilitasi Kementerian Pertahanan, mempunyai tugas melaksanakan
pelayanan medik, penunjang medik dan rehabiltasi medik secara terpadu serta
penelitian dan pengembangan dengan kekhususan rehabilitasi medik
komprehensif dalam rangka mendukung tugas dan fungsi Pusat Rehabilitasi
Kementerian Pertahanan (Pusrehab Kemhan).
b. Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 1 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Rumah Sakit Kelas B dr. Suyoto Kementerian Pertahanan merupakan
pedoman yang mengatur ketentuan Internal Rumah Sakit yang berisi tentang
kedudukan, tugas, fungsi dan susunan organisasi serta uraian tugas dan
tanggung jawab dari masing-masing pejabat yang tertuang di dalam peraturan
menteri tersebut. Selanjutnya berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
Repulik Indonesia Nomor : HK. 03. 05/I/1721/11 Tanggal 07 Juli 2011 Rumah
Sakit dr. Suyoto mendapatkan ijin penyelenggaraan Rumah Sakit umum sebagai
Rumah Sakit tipe B. Mendasari kedua kebijakan tersebut di atas, maka Rumah
Sakit dr. Suyoto menyelenggarakan fungsi pelayanan kesehatan bagi personil
Kemhan dan TNI beserta keluarganya serta pelayanan masyarakat umum sesuai
dengan ketentuan pemerintah melalui program Jaminan Kesehatan Nasional.
c. Pembangunan kesehatan di bidang perumah sakitan bertujuan untuk
meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelayanan kesehatan. Mutu, cakupan
dan efisiensi pelayanan kesehatan di Rumah Sakit dr. Suyoto perlu terus
ditingkatkan sejalan dengan tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan
yang baik.
Paraf
Ka. PPI
Ka. Akreditasi
d. Oleh karena itu, peningkatan mutu layanan sterilisasi merupakan suatu
kebutuhan yang mendesak bagi rumah sakit dan setiap unit layanan di rumah
sakit yang secara terus menerus dipacu untuk memperbaiki mutu layanannya.
Untuk mencapai mutu sebagaimana yang diharapkan, salah satunya adalah
dengan pengendalian infeksi nosokomial di rumah sakit secara
berkesinambungan.
e. Kegiatan pengendalian infeksi di rumah sakit merupakan suatu keharusan untuk
melindungi penderita dari terjangkitnya infeksi. Infeksi adalah proses dimana
seseorang terjadi invasi dan multiaplikasi dari mikroorganisme pathogen di
dalam tubuh sehingga meyebabkan sakit. Paling banyak infeksi nosokomial
adalah infeksi luka operasi, infeksi luka saluran kencing, bakteriemia dan infeksi
saluran napas bagian bawah.
f. Salah satu unit yang sangat berperan dalam pengendalian infeksi nosokomial
adalah pusat pelayanan sterilisasi atau Unit Sterilisasi yaitu suatu unit di rumah
sakit yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan proses mulai dari
pencucian atau dekontaminasi, pengepakan sampai sterilisasi peralatan bedah
dan peralatan lainnya dari unit yang melakukan tindakan pembedahan atau
tindakan lain yang memerlukan sterilitas dari unit lainnya. Secara lebih rinci
fungsi dari Unit sterilisasi adalah menerima, memproses, mensterilkan,
menyimpan serta mendistribusikan peralatan medis ke berbagai ruangan di
rumah sakit untuk kepentingan perawatan pasien. Untuk melaksanakan
fungsinya tersebut, maka diperlukan suatu prosedur manual atau Standard
Operating Procedure ( SOP ) dengan suatu mekanisme kontrolnya sehingga
setiap aktivitas dapat distandarkan. Satu hal lain yang perlu mendapat perhatian
adalah jadual yang teratur untuk maintenance mesin sterilisasi.
Paraf
Ka. PPI
Ka. Akreditasi
b. Tujuan. Pedoman ini disusun dengan tujuan agar dapat dijadikan sebagai acuan
dalam meningkatkan mutu pelayanan sterilisasi alat dan bahan guna menekan
kejadian infeksi di Rumah Sakit dr. Suyoto
Tujuan Khusus :
1) Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan pusat sterilisasi di Rumah
Sakit dr. Suyoto
2) Untuk mengadakan pengawasan dan kontrol mutu terhadap hasil sterilisasi di
Rumah Sakit dr. Suyoto
3) Sebagai sebuah panduan kerja bagi tenaga pelaksana dalam memberikan
pelayanan sterilisasi
3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman kerja ini meliputi Pedoman Kerja Pelayanan Sterilisasi
di Rumah Sakit dr. Suyoto, dengan tata urut sebagai berikut :
a. Bab I : Pendahuluan
b. Bab II : Visi, Misi, Falsafah dan Tujuan
c. Bab III : Struktur Organisasi dan Ketenagaan
d. Bab IV : Sarana Fisik dan Peralatan
e. Bab V : Pelayanan Pusat Sterilisasi
f. Bab VI : Monitoring dan Evaluasi
g. Bab VII : Evaluasi dan Peningkatan Mutu
4. Dasar
a. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 130/ MenKes/ SK/ I/2000 Tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.
b. Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 2 Tahun 2017 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Pertahanan.
c. Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 1 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Rumah Sakit Kelas B dr. Suyoto Kementerian Pertahanan.
d. Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 3 tahun 2018 tentang Susunan dan Tata
Kerja Jabatan Fungsional Tertentu dan Jabatan Fungsional Umum Rumah Sakit
Kelas B dr. Suyoto Kementerian Pertahanan.
Paraf
Ka. PPI
Ka. Akreditasi
e. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : HK.03.05/I/1721/11 tentang
Penetapan Kelas Rumah Sakit Umum dr. Suyoto.
Paraf
Ka. PPI
Ka. Akreditasi
BAB II
FALSAFAH DAN TUJUAN UNIT STERILISASI
5. Motto
Jaminan kualitas atas peralatan medis dan penunjang medis steril.
Paraf
Ka. PPI
Ka. Akreditasi
6. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan mutu pelayanan sterilisasi alat dan bahan guna menekan
kejadian infeksi nosokomial di Rumah Sakit dr. Suyoto
7. Tujuan Khusus
a. Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan sterilisasi di Rumah Sakit dr.
Suyoto
b. Untuk mengadakan pengawasan dan kontrol mutu terhadap hasil sterilisasi di
Rumah Sakit dr. Suyoto
c. Sebagai sebuah panduan kerja bagi tenaga pelaksana dalam memberikan
pelayanan pusat sterilisasi
Paraf
Ka. PPI
Ka. Akreditasi
BAB III
PELAYANAN STERILISASI DAN STRUKTUR ORGANISASI
1. Pelayanan Sterilisasi
Pelayanan sterilisasi merupakan sarana penunjang yang dilaksanakan
berdasarkan beban kerja dan tugas-tugas yang dilaksanakan oleh karyawan unit
Sterilisasi di lingkungan Penunjang Keperawatan dalam jabatan fungsional.
Pelayanan sterilisasi dalam tugas sehari-hari membantu unit-unit kerja lain yang
menggunakan peralatan medis, linen dan bahan lain yang membutuhkan kondisi
steril. Mengingat peran rumah sakit dan jenis kegiatan serta volume pelayanan
sterilisasi demikian besar, maka diperlukan suatu pelayanan Sterilisasi secara
tersendiri dengan pertimbangan sebagai berikut:
a. Kecepatan Pelayanan
Diharapkan pelayanan penyediaan barang-barang steril yang diberikan oleh
Unit Sterilisasi menjadi lebih cepat kepada unit pemakainya, dengan mutu
yang dapat dipertanggungjawabkan dan memperpendek jalur birokrasi yang
ada.
b. Pengendalian Infeksi Nosokomial
Bersama sama dengan Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Nosokomial rumah sakit dapat mengoptimalkan kerjasama memantu produk-
produk yang dihasilkan oleh pusat sterilisasi, memberikann asukan dan
arahan pada pemakai di lapangan dalam mengatasi atau menurunkan angka
kejadian infeksi di rumah sakit.
c. Dengan semakin berkembangnya ilmu dan teknologi, maka kompleksitas
peralatan medis dan teknis medis memerlukan prosedur sterilisasi yang
optimal sehingga keseluruhan proses menghasilkan kualitas sterilitas yang
terjamin.
d. Pendekatan Mutu
Produk –produk yang dihasilkan oleh Unit Sterilisasi harus melalui proses
yang ketat sampai menjadi produk yang steril. Setiap proses sterilisasi
berjalan selalu dilengkapi dengan indikator kimia, biologi dan fisika.
Paraf
Ka. PPI
Ka. Akreditasi
e. Efisien dan Efektif
Pengelolan pelayanan sterilisasi secara professional, diharapkan mampu
menyediakann produk steril yang dapat dipertanggungjawabkan dengan
menekan biaya operasional seminimal mungkin, mencegah terjadinya
duplikasi proses sterilisasi. Dengan demikian dapat mempercepat pelayanan
dalam distribusi barang steril.
2. Struktur Organisasi
Instalasi Pusat Sterilisasi di pimpin oleh seorang kepala instalasi / Kepala Unit
Sterilisasi (dalam jabatan fungsional) dan bertanggung jawab langsung kepada
Kepala Instalasi Penunjang Keperawatan (Kainstal Jangwat) pemangku jabatan
dalam struktur organisasi ini bukan merupakan jabatan struktural. Hal-hal yang
perlu dilaksanakan agar instalasi pusat sterilisasi berjalan sebagaimana
mestinya adalah perlunya pembagian pekerjaan dalam jabatan fungsional, besar
kecilnya instalasi ditetapkan berdasarkan beban kerja yang selanjutnya
dijabarkan dalam jenis/kegiatan pekerjaan dan volume pekerjaan. Untuk dapat
memberikan pelayanan sterilisasi yang baik dan memenuhi kebutuhan barang
steril di rumah sakit, kepala instalasi pusat sterilisasi di bantu oleh sekurang-
kurangnya :
a. Penanggung jawab administrasi
b. Sub Instalasi Dekontaminasi, sterilisasi dan produksi
c. Sub Instalasi Pengawasan Mutu, Pemeliharaan sarana & Peralatan, K3 dan
Diklat
d. Sub Instalasi Distribusi
Paraf
Ka. PPI
Ka. Akreditasi
KAINSTAL JANGWAT
KEPALA UNIT
PENANGGUNG KEPALA SUB STERILISASI
JAWAB INSTALASI
ADMINISTRASI STERILISASI
KA UNIT STERILISASI
Bertanggung jawab kepada Kainstal Jangwat
Paraf
Ka. PPI
Ka. Akreditasi
6. Kerja sama dengan unit lain di rumah
sakit dan melakukan koordinasi yang
bersifat intern/ ekstern
7. Melakukan seleksi untuk calon tenaga
di pusat sterilisasi menyiapkan konsep
dan rencana kerja serta melakukan
evaluasi pada waktu yang ditentukan
8. Membuat perencanaan program kerja
9. Membuat laporan kinerja pusat
sterilisasi
Paraf
Ka. PPI
Ka. Akreditasi
instalasi
Paraf
Ka. PPI
Ka. Akreditasi
STAF DI PUSAT STERILISASI
Paraf
Ka. PPI
Ka. Akreditasi
BAB IV
PERAN PUSAT PELAYANAN STERILISASI
Paraf
Ka. PPI
Ka. Akreditasi
Alur aktivitas fungsional dari pelayanan sterilisasi secara umum dapat
digambarkan sebagai berikut:
a. Pembilasan : pembilasan alat-alat yang telah digunakan tidak dilakukan di
ruang perawatan.
b. Pembersihan : semua peralatan pakai ulang harus dibersihkan secara baik
sebelum dilakukan proses desinfeksi dan sterilisasi.
c. Pengeringan : dilakukan sampai kering dengan menggunakan mesin
kompresor atau mesin washer
d. Inspeksi dan pengemasan : setiap alat bongkar pasang harus diperiksa
kelengkapannya, sementara untuk bahan linen harus diperhatikan densitas
maksimumnya
e. Memberi label : setiap kemasan harus mempunyai label yang menjelaskan
isi dari kemasan, cara sterilisasi, tanggal dan kedaluarsa proses sterilisasi.
f. Pembuatan : membuat dan mempersiapkan kapas serta kasa balut yang
akan disterilkan.
g. Sterilisasi : sebaiknya memberikan tanggung jawab kepada staf yang terlatih.
h. Penyimpanan : harus diatur secara baik dengan memperhatikan kondisi
penyimpanan.
i. Distribusi : Dapat dilakukan berbagai sistem distribusi sesuai dengan rumah
sakit masing-masing.
Untuk melaksanakan aktivitas tersebut di atas dengan lancar dan baik sesuai
dengan tujuan pelayanan sterilisasi maka diperlukan kontrol dan
pemeliharaan yang teratur terhadap mesin atau alat sterilisasi.
Paraf
Ka. PPI
Ka. Akreditasi
d. Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi terhadap produk yang
dihasilkan.
Paraf
Ka. PPI
Ka. Akreditasi
BAB V
SARANA FISIK DAN PERALATAN
1. Sarana fisik
Sarana fisik di pelayanan Sterilisasi sangat mempengaruhi efisiensi kerja dan
pelayanan sterilisasi rumah sakit. Staf pelayanan steriliasi akan dilibatkan dalam
merencanakan sarana fisik dan peralatannya. Mengingat tugas pokok pelayanan
Sterilisasi adalah menerima bahan/peralatan medik dari semua unit di rumah
sakit untuk kemudian diproses menjadi bahan/peralatan medik steril dan
selanjutnya mendistribusikan kepada unit lain yang membutuhkan, maka dalam
menentukan lokasi pusat pelayanan sterilisasi perlu diperhatikan:
a. Lokasi pusat pelayanan sterilisasi
Lokasi pusat pelayanan sterilisasi berdekatan dengan ruangan pemakai alat
atau bahan steril terbesar di Rumah Sakit dr. Suyoto (dalam hal ini Kamar
Operasi). Penetapan atau pemilihan lokasi yang tepat berdampak pada
efisiensi kerja dan meningkatkan pengendalian infeksi, yaitu dengan
meminimumkan resiko terjadinya kontaminasi silang serta mengurangi lalu
lintas transportasi alat steril.
b. Pembagian dan persyaratan ruang sterilisasi
1) Ruang dekontaminasi
Merupakan ruang penerimaan barang kotor, dekontaminasi dan
pembersihan. Ruang dekontaminasi ini harus direncanakan, dipelihara
dan dikontrol untuk mendukung efisiensi proses dekontaminasi dan untuk
Paraf
Ka. PPI
Ka. Akreditasi
melindungi staf dari benda-benda yang dapat menyebabkan infeksi, racun
dan hal berbahaya lainnya.
2) Ventilasi
Udara dan partikel–partikel debu dapat membawa mikroorganisme
sehingga dapat meningkatkan kontaminasi pada alat–alat kesehatan yang
sudah didekontaminasi, alat yang sudah siap untuk disterilkan dan bahkan
pada alat yang sudah disterilkan. Oleh karena itu, sistem ventilasi di
pelayanan Sterilisasi didesain sedemikian rupa sehingga udara di ruang
dekontaminasi :
a) Dihisap keluar atau ke sistem sirkulasi udara yang mempunyai filter.
b) Tekanan udara negatif sehingga tidak mengkontaminasi udara ruang
lainnya.
c) Pada ruang dekontaminasi tidak menggunakan kipas angin.
3) Suhu dan kelembaban
Suhu dan kelembaban berpengaruh pada lingkungan dan juga kenyamanan
kerja di ruang dekontaminasi. Suhu dan kelembaban yang direkomendasikan
adalah:
Suhu udara antara 18C - 22C dan kelembaban udara antara 35%- 75%.
4) Kebersihan
Alat–alat pembersih harus sesuai dengan bahan–bahan pembersihnya. Ada
peraturan tertulis mengenai prosedur pengumpulan sampah dan
transportasinya serta ketentuan pembuangan limbah, baik yang dapat
maupun tidak dapat menyebabkan infeksi serta berbahaya. Secara umum
praktek kebersihan mencakup :
a) Setidaknya sehari sekali dipel.
b) Sehari sekali membersihkan dan mendisinfeksi tempat mencuci, meja
kerja dan peralatan. Langsung membersihkan dan mendisinfeksi
tumpahan darah dengan desinfektan yang ada dan yang terdaftar
menurut peraturan yang ada.
c) Secara teratur membersihkan rak–rak penyimpanan , dinding, langit–
langit, ventilasi AC dan sebagainya.
Paraf
Ka. PPI
Ka. Akreditasi
d) Kontrol terhadap binatang perusak, berkoordinasi dengan bagian harmat
apabila ditemukan adanya binatang perusak untuk dilakukan
pembasmian.
e) Setidaknya sehari sekali sampah dibuang dan lain–lain diganti.
f) Pemisahan sampah infeksius dan non infeksius
5) Lokasi ruang dekontaminasi
a) Terletak di luar lalu lintas utama rumah sakit.
b) Dirancang sebagai area tertutup, dengan ijin masuk terbatas
c) Dirancang secara fungsional terpisah dari area lainnya sehingga benda–
benda kotor langsung masuk ke ruang dekontaminasi.
d) Disediakan peralatan yang memadai dari segi desain , ukuran dan tipenya
untuk pembersihan dan atau desinfeksi alat–alat kesehatan.
e) Kondisi saat ini ruang dekontaminasi terletak berdekatn dengan ruang
cuci tangan sebelum pembedahan.
6) Ruang pengemasan alat
Di ruang ini dilakukan pengemasan alat. Untuk penyimpanan masuk
kedalam memmert/ ofen. Pada ruang ini dianjurkan ada tempat penyimpanan
barang tertutup.
7) Ruang pemrosesan linen
Di ruang ini dilakukan pemeriksaan linen, dilipat, dan dikemas untuk
persiapan sterilisasi.
8) Ruang sterilisasi
Di ruang ini dilakukan sterilisasi bahan atau alat.
9) Ruang penyimpanan barang steril
Ruang ini berdekatan dengan ruang sterilisasi. Ruangan ini mempunyai
penerangan yang memadai, suhu ruangan berkisar antara 18-22C dan
kelembaban 35- 75%, ventilasi menggunakan sistem tekanan positif. Dinding
dan lantai ruangan terbuat dari bahan yang halus, kuat sehingga mudah
dibersihkan. Barang – barang steril disimpan pada jarak 19-24 cm dari lantai
dan minimum 43cm dari langit – langit serta 5 cm dari dinding. Serta
diupayakan untuk menghindari terjadinya penumpukan debu pada kemasan,
serta alat–alat steril tidak disimpan dekat wastafel atau saluran pipa lainnya.
Paraf
Ka. PPI
Ka. Akreditasi
2. Pemeliharaan peralatan sterilisasi secara rutin dan berkala
Pengawasan secara periodik dan pembersihan secara rutin dapat menurunkan
kemungkinan tidak berfungsinya mesin sterilisasi. Kebersihan juga menurunkan
angka kontaminasi terhadap barang steril. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
berkaitan dengan pemeliharaan rutin terhadap peralatan sterilisasi:
a. Perbaikan rutin terhadap komponen umum dapat dilakukan oleh pihak rumah
sakit setelah mendapatkan pelatihan dari supplier.
b. Perbaikan terhadap komponen peralatan rutin hanya dilakukan oleh pihak
yang kompeten melakukannya.
c. Staf teknisi yang terlibat dalam pemeliharaan peralatan harus dilatih oleh
lembaga berwenang atau pihak pembuat mesin sterilisasi tersebut.
Tidak berfungsinya komponen–komponen kritis dapat menjadi penyebab
kegagalan proses sterilisasi atau kegagalan pembacaan parameter proses
sterilisasi. Beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai upaya melakukan
pemeliharaan dan pencegahan kerusakan:
a. Garansi selama masa tertentu akan kelayakan mesin
b. Suku cadang yang esensial harus tersedia
c. Sebaiknya dilakukan kontrak servis baik dengan supplier atau pihak lain
yang kompeten
d. Stabilisator voltage berikut saklar otomatis ke generator untuk keperluan
darurat.
e. Kondisi lingkunngan, suhu dan kelembaban yang memadai.
3. Kalibrasi alat
Kalibrasi secara periodik harus dilakukan sesuai dengan instruksi manual dari
produsen mesin. Kalibrasi terhadap mesin sterilisasi sagat penting untuk
menjamin bahwa mesin sterilisasi bekerja dengan baik dan efektif serta dapat
diandalkan. Kalibrasi alat sterilisasi dilakukan oleh departemen farmasi.
4. Pendokumentasian
Paraf
Ka. PPI
Ka. Akreditasi
Setiap mesin sterilisasi yang ada mempunyai dokumentasi riwayat pemeliharaan
atau perawatan mesin. Beberapa informasi yang harus tersedia meliputi:
a. Tanggal permohonan servis mesin
b. Model dan nomor mesin
c. Nama pemohon dan pemberi ijin servis
d. Alasan permohonan servis
e. Diskripsi servis yang dilakukan
f. Jenis dan kuantitas suku cadang yang diganti
g. Nama orang yang melakukan servis
h. Tanggal perbaikan dilakukan
Paraf
Ka. PPI
Ka. Akreditasi
BAB VI
KEGIATAN PELAYANAN STERILISASI
Paraf
Ka. PPI
Ka. Akreditasi
Untuk sterilisasi instrument menggunakan cidex opa dengan masa
kadaluarsa 14 hari ( endoscopy dan arthroscopy). Untuk alat karet yang tidak
tahan panas menggunakan sterald
2. Pengemasan
Pengemasan menggunakan kain steril rangkap 2. untuk instrument yang dari
ruangan, pengemasan dilakukan di ruangan masing-masing.
3. Metode sterilisasi
Saat ini Rumah Sakit dr. Suyoto menggunakan mesin sterilisasi:
a. Autoclave
b. Plasma
BAB VII
PELAPORAN
1. Jenis laporan
untuk mengetahui kegiatan pelayanan sterilisasi Rumah Sakit dr Suyoto perlu
dibuat catatan dan pelaporan. Adapun pelaporan dibuat untuk periode:
a. bulanan
b. triwulan
c. tahunan
2. Alur laporan
pelaporan sterilisasi ditandatangani oleh Ka Unit sterilisasi dan kadep ditujukan
ke Kainstal Jangwat tembusan disampaikan ke unit kerja yang lain.
Paraf
Ka. PPI
Ka. Akreditasi
BAB VIII
MONITORING DAN EVALUASI PROSES STERILISASI
Paraf
Ka. PPI
Ka. Akreditasi
BAB IX
PENUTUP
Pedoman kerja Unit Sterilisasi Rumah Sakit dr. Suyoto telah disusun dan
ditetapkan sebagai acuan dan pedoman bagi staff dan anggota Unit Sterilisasi dalam
melaksanakan pengelolaan Sterilisasi di Rumah Sakit dr. Suyoto.
Pedoman ini merupakan pokok-pokok pemikiran yang perlu
dijabarkan/dikembangkan, agar dapat dijadikan pegangan oleh semua petugas unit
kerja Rumah Sakit dr. Suyoto yang terkait.
Guna mewujudkan maksud tersebut pedoman dilengkapi dengan SOP Sterilisasi
Rumah Sakit dr. Suyoto, dengan harapan unit kerja dapat melaksanakan sesuai dengan
Visi, Misi, Falsafah dan Tujuan.
Pedoman dapat diperbaiki sesuai kebutuhan dan perkembangan di Rumah Sakit
dr. Suyoto. Untuk itu diharapkan partisipasi semua pihak bagi penyempurnaannya.
Harapan kami semoga pedoman ini dapat menjadi salah satu sarana bagi Rumah Sakit
dr. Suyoto dalam upaya meningkatkan kinerja layanan melalui kinerja Unit Sterilisasi.
Semoga Tuhan senantiasa memberkati dan menyertai pelayanan kita, Rumah
Sakit dr. Suyoto.
dr Sudarsono, Sp.RM
Kolonel CKM NRP. 33439
Paraf
Ka. PPI
Ka. Akreditasi
RS dr. SUYOTO PUSREHAB KEMHAN
UNIT PUSAT STERILISASI ( CSSD )
PEDOMAN PENGORGANISASIAN
PUSAT PELAYANAN STERILISASI (CSSD)
TAHUN 2019
Paraf
Ka. PPI
Ka. Akreditasi