Вы находитесь на странице: 1из 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Limbah Lumpur PDAM

Lumpur adalah campuran cair atau semi cair antara air dan tanah. Lumpur

terjadi saat tanah basah. Secara geologis, lumpur ialah campuran air dan partikel

endapan lumpur dan tanah liat. Jumlah lumpur dapat diketahui berdasarkan

jumlah pemakaian bahan kimia untuk proses flokulasi (flocculation), kekeruhan

(turbidity), dan jumlah air baku. Produksi lumpur meningkat pada musim hujan

akibat peningkatan kekeruhan yang disebabkan oleh erosi, hal tersebut merupakan

salah satu ciri air permukaan. Jumlah pemakaian bahan kimia untuk penanganan

kekeruhan tergantung pada tingkat kekeruhan, dengan demikian pemakaian bahan

kimia yang meningkat mengindikasikan adanya peningkatan produksi lumpur.

Pada umumnya lumpur masih memiliki kadar air yang cukup tinggi. Lumpur yang

banyak mengandung padatan diperoleh dari hasil proses pemisahan padat-cair dari

limbah yang sering disebut dengan sludge atau lumpur encer. Didalam sludge

tersebut,sebagian besar mengandung air dan hanya beberapa persen berupa zat

padat. Umumnya persentase kandungan air tersebut dapat mencapai 95-99%

(Muhammad, 2010).

Pada dasarnya, lumpur merupakan bagian dari tanah yang terbawa hanyut

oleh aliran air sungai. Tanah tersusun dari empat bahan utama, yaitu : bahan

mineral, bahan organik, air, dan udara. Bahan-bahan penyusun tersebut jumlahnya

masing-masing berbeda untuk setiap jenis tanah ataupun setiap lapisan tanah.

4
Pada tanah lapisan atas yang baik untuk pertumbuhan tanaman lahan kering

(bukan sawah) umumnya mengandung 45% (volume) bahan mineral, 5% bahan

organik, 20-30% udara, 30-30% air. Bahan organik dalam tanah pada umumnya

ditemukan di permukaan tanah. Jumlahnya tidak besar, hanya sekitar 3-5% tetapi

pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali (Achmad, 2004).

2.2 Karakteristik Lumpur

Seperti halnya di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), walaupun

berbeda sifat atau karakteristiknya, PDAM pun menimbulkan lumpur (sludge)

yang volume hariannya relatif besar, tergantung pada debit air yang diolah dan

konsentrasi kekeruhan air bakunya. Makin besar debitnya dan makin tinggi

konsentrasi padatannya, baik padatan kasar (coarse solid), padatan tersuspensi

(suspended solid) maupun koloid, makin besar juga volume lumpurnya (Mary dan

Azikin, 2003).

Lumpur yang dihasilkan dari proses pengolahan air di PDAM Sungai

buaya berasal dari unit filtrasi. Lumpur yang dihasilkan umumnya berwarna

cokelat pekat dan lumpur tersebut sifatnya diskrit maupun flok. Diskrit yaitu

lumpur yang butir-butirannya terpisah tanpa koagulan, mayoritas lumpur ini

mengandung pasir, grit, dan pecahan kerikil berukuran kecil. Sebaliknya, lumpur

yang berupa flok, yaitu kimflok (chemiflocc) sangat besar volumenya terutama di

PDAM besar air bakunya sangat keruh, didominasi oleh koloid. Lumpur dari

filtrasi ini memanfaatkan Sludge Drying Bed kemudian dibuang ke tanah-tanah

yang cekung sebagai bahan urugan (Muhammad, 2010).

5
Karakteristik lumpur sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain

sumber lumpur, jenis industri penghasil air limbah, proses di IPAL, sifat fisik,

komposisi kimia serta tingkat pengolahan yang telah ditentukan (Muhammad,

2010).

2.3 Pemanfaatan Limbah (PDAM)

Beberapa metode pengelolaan dan pengolahan limbah lumpur pengolahan

air, seperti; sewage pipelines system, mud containing system, land aplication, dan

landfilling telah umum digunakan, namun semua teknik tersebut tidak merubah

komposisi kimia dalam lumpur dan tetap menjadi ancaman bagi lingkungan

(Monteiro, et.al., 2007). Dengan komposisi mineralogi yang sangat mirip dengan

tanah liat dan melalui proses sintering (pemanasan), pemanfaatan limbah lumpur

pengolahan air menjadi bahan konstruksi, terutama batu bata, dianggap sebagai

pilihan yang paling ekonomis dan ramah lingkungan karena suhu tinggi

pembakaran pada proses pembuatan batu bata tidak hanya mengkonsolidasi

partikel lumpur dan tanah liat, tetapi juga dapat memecah senyawa organik

terutama dalam fase silikat (Monteiro, et.al., 2007; Ramadan, et.al., 2008;

Chiang, et.al., 2009; Hegazy, et.al., 2011). Selain itu, pemanfaatan limbah lumpur

pengolahan air menjadi bahan konstruksi telah merubah limbah menjadi bahan

yang lebih bermanfaat sekaligus meminimalisir dampak dari penimbunan limbah

tersebut (Lin and Weng, 2001).

6
2.4 Pengertian Batu bata

Batu bata merupakan salah satu bahan material sebagai bahan pembuat

dinding. Batu bata terbuat dari tanah liat yang dibakar sampai berwarna kemerah-

merahan. Seiring perkembangan teknologi, penggunaan batu bata semakin

menurun. Munculnya material-material baru seperti gipsum, bambu yang telah

diolah, cenderung lebih dipilih karena memiliki harga lebih murah dan

secara arsitektur lebih indah.

2.5 Sifat fisik batu bata

Sifat fisik batu bata adalah sifat fisik yang dilakukan tanpa merubah

bentuk atau tanpa pemberian beban kepada batu bata itu sendiri. Adapun syarat-

syarat batu bata dalam SNI 15-2094-2000 dan SNI 15-2094-1991 sebagai

berikut :

a) Sifat tampak.

Batu bata untuk pasangan dinding harus berbentuk prisma segi empat

panjang, warna mempunyai rusuk-rusuk yang siku, bidang- bidang

datar yang rata dan tidak menunjukkan retak.

b) Dimensi atau ukuran batu bata.

Batu bata mempunyai banyak variasinya. Ukuran batu bata yang telah

diizinkan dalam peraturan SNI 15-2094-2000 bisa dilihat pada Tabel 2.1

7
Modul Tebal (mm) Lebar (mm) Panjang (mm)

M-5a 65±2 90±3 190±4


M-5b 65±2 100±3 190±4
M-6a 52±3 110±4 230±4
M-6b 55±3 110±6 230±5
M-6c 70±3 110±6 230±5
M-6d 80±3 110±6 230±5

c) Garam yang dapat membahayakan

SNI 15-2094-1991 tentang cara pengujian kandungan garam, masing-

masing bejana dituangakan air suling ± 250 ml. Bejana-bejana beserta

benda-benda uji dibiarkan dalam ruang yang mempunyai penggantian

udara yang baik. Bila sudah beberapa hari air telah siap dan bata dibiarkan

lagi hingga kering. Kemudian bata- bata diperiksa tentang pengeluaran

bunga-bunga putih pada permukaanya. Hasil penglihatan dinyatakan

sebagai berikut.

 Tidak membahayakan.

Bila kurang dari 50% permukaan bata tertutupi oleh lapisan tipis

berwarna putih, karena pengkristalan garam-garam yang dapat larut.

 Ada kemungkinan membahayakan.

Bila 50% atau lebih dari permukaan bata tertutup oleh lapisan putih

yang agak tebal karena pengkristalan garam-garam yang dapat

larut, tetapi bagian-bagian dari permukaan bata tidak menjadi bubuk

atau terlepas.

8
 Membahayakan.

Bila lebih dari 50% permukaan bata tertutup oleh lapisan putih yang

tebal karena pengkristalan gram-garam yang dapat larut dan bagian-

bagian dari permukaan bata menjadi bubuk atau terlepas.

2.6 Sifat mekanis batu bata

Sifat mekanik batu bata adalah sifat yang ada pada batu bata

jika dibebani atau dipengaruhi dengan perlakuan tertentu

a. Kerapatan semu (Apparent density).

Minimum batu bata untuk pasangan dinding adalah 1,2 gram/cm3

Qsch = gram/cm3atau …………………..………………….(3.1)

Qsch = x dw gram/cm3…………………..……………… (3.2)

dengan:

Md : Berat kering oven (gram).

b : Berat di dalam air (gram).

C : Berat setelah direndam (gram).

dw : Kerapatan (density) air 1,0.

Vsch : Volume batu bata (m3).

b. Penyerapan air

Penyerapan air adalah kemampuan mak- simum batu bata untuk

menyimpan atau menyerap air atau lebih dikenal dengan batu bata yang

jenuh air. Standar penyerapan maksimum 20%.

9
Penyerapan = x 100% ……………………………..…..……(3.3)

Dengan

A : berat jenuh setelah di rendam (gr).

B : berat setelah dioven (gr).

c. Kadar air.

Kadar air adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam batu

bata dengan berat kering batu bata

W= x 100% ……………..……….……….……..………..(3.4)

dengan :

Ww : Berat normal (gr).

Ws : Berat kering (gr).

d. Berat Jenis.

Berat jenis di definisikan sebagai massa per satuan volume. Didefinisikan

sebagai berikut.

Berat jenis (ρ) = = (gr/cm3)…………………………..(3.5)

dengan :

M : Berat normal (gr).

V : Volume benda (cm3)

e. Initial Rate of Suction (IRS) dari Batu Bata.

IRS adalah kemampuan dari batu bata dalam menyerap air pertama kali

dalam satu menit pertama. Hal ini sangat berguna pada saat

penentuan kadar air untuk mortar (Nur, 2008). Standar IRS batu bata yang

disyaratkan oleh ASTM C 67-03 adalah minimum 30 gr/mnt/193,55 cm2.

10
Persamaan yang digunakan dalam menghitung IRS batu bata adalah IRS =

(m1 - m2) K

f. Kuat tekan.

Kuat tekan adalah kekuatan tekan maksimum yang dipikul dari

pasangan batu bata. Pengujian ini dilakukan untuk menunjukkan mutu

dan kelas kuat tekannya. Tabel 2.2 Kuat tekan yang disyaratkan SNI-15-

2094-2000 .

Kelas Kuat tekan rata- rata minimum Koefisien variasi dari kuat tekan
dari 30 bata yang diuji kg/cm2 rata-rata yang diuji %
(Mpa)
50 50 (5) 20
100 100 (10) 15
150 150 (15) 15

Dengan demikian kuat tekan dapat dihitung dengan rumus.

Kuat tekan (f) = ……………………………………......…..(3.6)

dengan :

Pmax : Maksimum besaran gaya tekan (kg).

A : luas penampang (cm2).

f : kuat tekan benda uji (kg/cm2)

11

Вам также может понравиться