Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
STRUKTUR BETON II
Dosen Pembimbing :
BOBBY ASUKMAJAYA R, S.ST.,MT
Dikerjakan Oleh :
KELOMPOK 3
Azmi Yasyidi Aziz (1731310163)
Maulidya Annisa Paleky (1731310161)
Sheliza Syahadan Maulidiyah (1731310004)
Vimbha Ari Prasetyo (1731310128)
Kelompok :3
Nama Kelompok :
Azmi Yasyidi Aziz (1731310163)
Maulidya Annisa Paleky (1731310161)
Sheliza Syahadan Maulidiyah (1731310004)
Vimbha Ari Prasetyo (1731310128)
Kelas : 2 KBG 1
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Balok Beton
Bertulang Terhadap Torsi Struktur Beton II dengan baik dan lancar.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai kelengkapan
tugas besar yang telah diberikan serta untuk menunjang nilai dan mata kuliah,
terutama struktur beton II.
Tak lupa ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
dalam proses dan kelancaran dalam praktikum dan pembuatan laporan ini,
terutama kepada bapak Bobby Asukmajaya R, S.ST.,MT yang telah
mendampingi, dan membimbing kami hingga ini selesai.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik
dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Table of Contents
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 2
1.4 Manfaat .............................................................................................................. 3
BAB II DASAR TEORI.................................................................................................... 4
2.1 Pengertian Torsi ................................................................................................ 4
2.2 Momen Torsi pada Beton Tanpa Tulangan ................................................... 5
2.2 Torsi pada Balok Beton Bertulang .................................................................. 8
2.3 Kombinasi Geser dan Torsi ........................................................................... 11
2.4 Persyaratan Desain Torsi pada Balok Beton Bertulang .............................. 12
2.5 Prosedur Desain Balok Pemikul Geser dan Torsi ........................................ 17
BAB III CONTOH SOAL .............................................................................................. 20
BAB IV PENUTUP ......................................................................................................... 24
4.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 24
4.2 Saran ................................................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 25
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Pada awalnya pengaruh torsi ini hanya dipandang sebagai efek sekunder
dan tidak dipertimbangkan secara eksplisit dalam proses desain. Pengaruh torsi
dianggap sudah terserap seluruhnya dalam penggunaan angka keamanan dengan
mendesain struktur secara konservatif. Namun seiring dengan berkembangnya
metode analisis dan desain struktur menjadikan pengaruh torsi ikut
dipertimbangkan dalam mendesain suatu komponen struktur. Dengan demikian
dapat dihasilkan suatu elemen struktur yang lebih ramping namun cukup kuat
untuk memikul beban torsi yang bekerja. Di samping itu terdapat kecenderungan
jenis-jenis struktur yang muncul pada beberapa tahun terakhir ini, menempatkan
torsi menjadi bagian utama dalam desain. Contoh struktur yang harus didesain
dominan terhadap pengaruh torsi adalah girder jembatan yang berbentuk
lengkung, balok kotak berongga dengan beban eksentrik dan tangga memutar dari
beton bertulang. Prosedur desain struktur beton bertulang terhadap pengaruh torsi
dimasukkan dalam peraturan SNI 2847-2013 pasal 11.5.
Pengaruh torsi pada struktur beton betulang dapat dibedakan menjadi dua
macam :
a. Torsi primer, atau torsi kesetimbangan atau torsi statis tertentu. Jenis torsi
ini muncul apabila beban luar tidak memiliki alternatif penyaluran beban
kecuali melalui torsi. Dalam kasus ini torsi diperlukan untuk menjaga
1
keseimbangan. Torsi primer tidak dapat direduksi oleh redistribusi gaya
dalam atau rotasi batang. Sebagai contoh torsi primer atau torsi
kesetimbangan ini adalah struktur pelat kantilever . Beban yang dipikul
oleh pelat mengakibatkan momen puntir yang bekerja sepanjang balok
penopang. Momen ini diseimbangkan oleh reaksi momen torsi T yang
disediakan oleh kolom. Tanpa adanya momen torsi ini struktur akan
mengalami kegagalan.
b. Torsi sekunder, atau torsi kompabilitas atau torsi tak tentu. Torsi ini timbul
sebagai akibat adanya kompabilitas/kekontinuan deformasi dari bagian-
bagian struktur yang berdekatan. Dalam hal ini momen torsi tidak dapat
dihitung hanya berdasarkan kesetimbangan statik saja. Pada kasus ini
dimungkinkan terjadinya redistribusi gaya-gaya dalam sehingga akan
muncul kesetimbangan gaya. Contoh torsi sekunder dijumpai pada balok-
balok pemikul pelat lantai yang dicor monolit. Momen torsi yang timbul
dapat direduksi dengan redistribusi gaya-gaya dalam setelah timbulnya
retak.
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang akan dicapai sebagai berikut :
2
1.3.1 Dapat mengetahui torsi pada beton tanpa tulangan
1.3.2 Dapat mengetahui torsi pada balok beton bertulang
1.3.3 Dapat mengetahui kombinasi geser dan torsi
1.3.4 Dapat mengetahui persyaratan desain torsi pada balok beton bertulang
1.3.5 Dapat mengetahui prosedur desain balok pemikul geser dan torsi
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari disusunnya makalah ini sebagai berikut :
3
BAB II
DASAR TEORI
Pengaruh torsi pada struktur beton betulang dapat dibedakan menjadi dua
macam :
c. Torsi primer, atau torsi kesetimbangan atau torsi statis tertentu. Jenis torsi ini
muncul apabila beban luar tidak memiliki alternatif penyaluran beban kecuali
melalui torsi. Dalam kasus ini torsi diperlukan untuk menjaga keseimbangan.
Torsi primer tidak dapat direduksi oleh redistribusi gaya dalam atau rotasi
batang. Sebagai contoh torsi primer atau torsi kesetimbangan ini adalah
struktur pelat kantilever . Beban yang dipikul oleh pelat mengakibatkan
momen puntir yang bekerja sepanjang balok penopang. Momen ini
diseimbangkan oleh reaksi momen torsi T yang disediakan oleh kolom. Tanpa
adanya momen torsi ini struktur akan mengalami kegagalan. Contohnya
terdapat pada gambar (a),(b),(c), dan (d).
d. Torsi sekunder, atau torsi kompabilitas atau torsi tak tentu. Torsi ini timbul
sebagai akibat adanya kompabilitas/kekontinuan deformasi dari bagian-bagian
struktur yang berdekatan. Dalam hal ini momen torsi tidak dapat dihitung
hanya berdasarkan kesetimbangan statik saja. Pada kasus ini dimungkinkan
terjadinya redistribusi gaya-gaya dalam sehingga akan muncul kesetimbangan
gaya. Contoh torsi sekunder dijumpai pada balok-balok pemikul pelat lantai
yang dicor monolit. Momen torsi yang timbul dapat direduksi dengan
redistribusi gaya-gaya dalam setelah timbulnya retak.
4
2.2 Momen Torsi pada Beton Tanpa Tulangan
Gambar 6.2.a menunjukkan potongan dari sebuah balok prismatis dengan
beban beban torsi yang sama namun berlawanan arah di kedua ujungnya. Apabila
balok yerbuat dari material yang elastis, teori torsi St. Venant menyatakan bahwa
tegangan geser torsi akan terdistribusi pada penampang melintang balok seperti
ditunjukkan dalam Gambar 6.2.b. Tegangan geser terbesar terjadi pada tengah
permukaan penampang. Apabila material berdeformasi inelastis, distribusi
tegangan geser akan berbentuk seperti garis putus pada gambar tersebut.
5
Tegangan geser yang bekerja pada permukaan penampang, akan
menghasilkan tegangan – tegangan utama yang mempunyai orientasi 45⁰ terhadap
arah geser. Tegangan tarik dan tekan yang terjadi ini serupa pada kasus geser pada
balok, akan menghasilkan tegangan tarik diagonal. Apabila tegangan tarik
diagonal ini melampaui kuat tarik dari beton, maka akan timbul retak – retak pada
bagian yang lemah dan kemudian menyebar pada sepanjang balok. Besarnya nilai
torsi yang dapat mengakibatkan retak dalam arah diagonal ini disebut dengan torsi
retak. Tcr.
6
Kedua suku di sebelaj kanan Persamaan 6.1 merepresentasikan tahanan torsi yang
diberikan oleh dinding horizontal dan dinding vertikal. Selanjutnya Persamaan 6.1
T = 2qxₒyₒ (6.2)
Hasil kali xₒyₒ merupakan luas daerah yang dikelilingi oleh aliran geser, yaitu Aₒ ,
sehingga
T = 2qxₒyₒ
T
Atau q = (6.3)
2Aₒ
𝑞 T
T= = 2Aₒt (6.4)
𝑡
modulus hancur beton, fr = 0,62 akar√𝑓′𝑐 ). Subtitusikan nilai τ = τcr = 0,33 √𝑓′𝑐
7
, ke dalam persamaan 6.4 dan nyatakan dalam T, maka diperoleh besarnya torsi
retak , Tcr :
Variabel Ao dalam Persamaan 6.5 merupakan luasan yang dibatasi oleh jalur
aliran geser besaran A₀ dapat dinyatakan sebaai fraksi dari luasan yang
dibatasikeliling luas penampang beton, Acp, Nilai t secara umum dapat didekati
sebagai fraksi dari rasio Acp/Pcp. Besaran Pcp adalah keliling luas penampang
beton. Untuk penampang persegi dan pejal/padat, nilai Acp ≈ 3/2Ao dan t =
3
Acp/Pcp. Dengan menggunakan nilai ini ke dalam persamaan 6.5 , akan di peroleh
4
Acp²
Tcr= 0,333 √𝑓′𝑐 (6.6)
Pcp
8
ultimitnya, selimut beton akan mengelupas. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
setelah terjadi retak, daerah yang dibatasi oleh jalur aliran geser dinyatakan
sebagai xₒ dan yₒ yang diukur hingga ke pusat tulangan sengkang terluar. Luas
daerah ini dinotasikan sebagai Aoh = xₒyₒ , dan kelilingnya adalah Ph = 2(xₒ + yₒ).
Untuk menganalisis tahanan terhadap torsi dari suatu elemen balok, maka
pendekatan dilakukan dengan menggunakan analogi rangka ruang. Balok
dianggap terdiri dari:
1. Batang tekan beton yang berbentuk spiral dan dapat memikul beban sejajar
retak yang ditimbulkan torsi
2. Batang tarik transversal yang dibentuk oleh tulangan sengkang
3. Batang tarik memanjang yang dibentuk dari tulangan memanjang balok
𝑉₄×𝑥₀
T4 = (6.7)
2
9
Gambar 6.6 memperlihatkan kesetimbangan gaya pada dinding vertikal
balok. Dengan mengasumsikan bahwa sengkang vertikal yang memotong retak
torsi sudah luluh, maka besar gaya geser V₄ adalah:
V₄ = At . fyt . n (6.8)
Dengan:
At = luas satu kaki dari tulangan sengkang tertutup
Hal yang sama dapat dituliskan juga untuk sisi dinding yang lainnya, sehingga
dengan menjumlahkan momen torsi dari keempat dinding balok akan didapatkan:
2𝐴𝑡 𝐹𝑦𝑡 𝑥ₒ 𝑦ₒ
Tn = ∑4𝑖=1 Ti = = cot θ (6.11)
𝑠
Dengan mengingat bahwa xₒyₒ = Aoh , maka Persamaan 6.11 dapat dituliskan
menjadi:
10
2𝐴𝑜ℎ 𝐴𝑡 𝑓𝑦𝑡
Tn = cot θ (6.12)
𝑠
Gaya tekan yang terjadi sejajar retak torsi diperlukan untuk menjaga
kesetimbangan pada penampang. Seperti ditunjukkan dalam Gambar 6.6.b dan c ,
komponen gaya tekan dalam arah horizontal (V₄ cot θ ) harus diseimbangkan oleh
gaya aksial tarik ∆N₄ , sehingga:
𝐴𝑡 𝑓𝑦𝑡 𝑦ₒ
∆N₄ = V₄ cot θ = cot2 θ (6.13)
𝑠
Setelah itu, jumlahkan gaya aksial tarik tersebut untuk keempat sisi dinding
penampang:
𝐴𝑡 𝑓𝑦𝑡
∆N = ∑4𝑖=1 ∆Ni = 2 (xₒ + yₒ) cot² θ (6.14)
𝑠
𝐴𝑡 𝑓𝑦𝑡 𝑃ℎ
∆N = cot² θ (6.15)
𝑠
Atau (6.16)
𝐴𝑡 𝐹𝑦𝑡
Al = Ph cot² θ
𝑠 𝐹𝑦
Dengan:
Al = luas tulangan memanjang yang digunakan untuk memikul torsi
fy = kuat luluh tulangan memanjang
Setelah terjadinya retak torsi, luas efektif yang dibatasi oleh aliran geser
akan lebih kecil daripada Aoh , sehingga nilai Aoh direkomendasikan untuk
direduksi menjadi Aₒ = 0,85 Aoh.
11
geser ini pada penampang berlubang maupun penampang pejal ditunjukan dalam
gambar 6.7.
𝑉 𝑇 𝑥 𝑃ℎ
Ʈ = Ʈv + Ʈt = 𝑏𝑤𝑑 + 1,7𝐴𝑜ℎ^2 (6.17)
𝑉 𝑇𝑥𝑃ℎ
Ʈ = √(𝑏𝑤.𝑑)2 + (1,7𝐴𝑜ℎ2)2 (6.18)
12
bersamaan. Tulangan sengkang harus memiliki jarak yang cukup rapat karena
tegangan torsi terjadi di seluruh sisi penampang.
ɸ Tn > Tu (6.19)
Perencanaan terhadap torsi yang diatur dalam SNI 2847:2013 pasal 11.5
diturunkan dengan menggunakan analogy rangka batang seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya. Setelah terbentuknya retak torsi, momen torsi ditahan oleh
tulangan sengkang dan tulangan memanjang. Bagian beton di luar tulangan
sengkang menjadi tidak efektif dan umumnya diabaikan dalam desain. Pada balok
penampang T atau L, dalam perhitungan Acp dan Pcp, bagian sayap dari balok
boleh ikut diperhitungkan namun dibatasi sebesar proyeksi balok yang berada
diatas atau dibawah pelat tersebut, yang mana yang lebih besar, namun tidak lebih
dari empat kali tebal pelat (SNI 2847:2013 pasal 13.2.4). gambar 6.8 menunjukan
persyaratan ini.
Sesuai dengan syarat dalam SNI 2847:2013 pasal 11.5.1, pengaruh momen
torsi Tu dapat diabaikan apabila Tu ≤ ɸ Tcr/4, atau dapat dituliskan :
𝐴𝑐𝑝^2
Tu ≤ ɸ0,083λ √𝑓′𝑐 ( ) (6.20)
𝑃𝑐𝑝
13
𝐴𝑐𝑝^2 𝑁𝑢
Atau Tu ≤ ɸ 0,083λ √𝑓′𝑐 ( )√1 + (6.21)
𝑃𝑐𝑝 0,33𝐴𝑔𝜆√𝑓′𝑐
jika efek gaya aksial diperhitungkan. Apabila nilai Tu melebihi nilai pada
persamaan 6.20 atau 6.21, maka semua Tu harus dipikul oleh tulangan sengkang
tertutup dan tulangan memanjang. Momen torsi Tu dihitung pada penampang
kritis yang terletak sejarak d dari muka tumpuan. Nilai ɸ diambil sebesar 0,75.
𝑉𝑢 𝑇𝑢 𝑉𝑐
(𝑏𝑤.𝑑) + (1,7𝐴𝑜ℎ𝑡 ) ≥ ɸ ((𝑏𝑤.𝑑)+0,66√𝑓′𝑐) (6.24)
momen torsi ditahan oleh kombinasi tulangan sengkang tertutup dan tulangan
14
2𝐴𝑜.𝐴𝑡.𝑓𝑦𝑡.𝑐𝑜𝑡𝜃
Tn = (6.25)
𝑠
Dengan :
Tn = Tu/ɸ ɸ = 0,75
Ao = 0,85 Aoh
𝐴𝑡 𝑇𝑛
= (6.26)
𝑠 2𝐴𝑜.𝐴𝑡.𝑓𝑦𝑡.𝑐𝑜𝑡𝜃
Juga, apabila Ө = 45⁰ , maka cot Ө = 1, serta bila fyt = 400 Mpa, maka :
𝐴𝑡 𝑇𝑛
= (6.27)
𝑠 800𝐴𝑜
Apabila Ө = 45⁰ dan fyt = fy = 400 Mpa, maka persamaan 6.28 dapat
disederhanakan menjadi :
𝐴𝑡
Al = ( 𝑠 ) Ph (6.29)
15
bersama dengan momen torsi tersebut. Pembatasan lain untuk tulangan
memanjang pemikul torsi disebutkan dalam SNI 2847:2013 pasal 11.5.6.2
dan 11.5.6.3 yaitu :
1. Tulangan sengkang tertutup yang dibutuhkan untuk kombinasi geser dan torsi
diatur dalam SNI 2847:2013 pasal 11.5.5.2 :
0,35𝑏𝑤.𝑠
Avt = Av + 2At ≥ (untuk f’c ≤ 30 Mpa) (6.30)
𝑓𝑦𝑡
𝑏𝑤.𝑠
≥ 0,062 √𝑓′𝑐 ( 𝑓𝑦𝑡 ) (untuk f’c ≥ 30 Mpa) (6.31)
Dengan :
Jarak tulangan sengkang, s, tidak boleh melebihi Ph/8 atau 300 mm.
16
2. Tulangan memanjang minimal yang diperlukan untuk torsi diatur dalam SNI
2847:2013 pasal 11.5.5.3 :
0,41 √𝑓′𝑐 𝐴𝑐𝑝 𝐴𝑡 𝑓𝑦𝑡
Al min = ( ) - ( 𝑠 ) Ph ( 𝑓𝑦 ) (6.32)
𝑓𝑦
1. Hitung gaya geser ultimit, Vu , dan momen torsi ultimit Tu, akibat beban
terfaktor yang bekerja. Nilai Vu dan Tu diambil pada jarak d dari muka
tumpuan.
2. Periksa apakah tulangan geser dan tulangan torsi dibutuhkan :
a. Tulangan geser dibutuhkan apabila : Vu > ɸ Vc/2 dengan Vc = 0,17λ√𝑓′𝑐bw d
b. Tulangan torsi dibutuhkan apabila ;
𝐴𝑐𝑝^2
Tu ≥ ɸ 0,083 λ √𝑓′𝑐 ( )
𝑃𝑐𝑝
17
c. Tulangan geser yang dibutuhkan dihitung dengan persamaan :
𝑉𝑠^𝑠 𝐴𝑣 𝑉𝑠
Av = 𝑓𝑦𝑡^𝑑 atau =
𝑠 𝑓𝑦𝑡^𝑑
Dengan Av adalah luas dua kaki tulangan sengkang, dan s adalah jarak antar
sengkang.
Nilai Av min yang diperlukan pada kombinasi geser dan torsi diperiksa
kembali
pada langkah 5.
4. Desain terhadap torsi :
a. Periksa apakah momen torsi terfaktor, T u, merupakan torsi
kesetimbangan atau torsi kompatibilitas. Untuk torsi kesetimbangan,
gunakan Tu . untuk torsi kompatibilitas, momen torsi yang digunakan
untuk desain dapat ditentukan berdasarkan nilai terkecil antara Tu dari
beban terfaktor dan
𝐴𝑐𝑝^2
Tu2 = ɸ 0,33 λ √𝑓′𝑐 ( )
𝑃𝑐𝑝
18
5. Periksa luas total tulangan sengkang tertutup yang dibutuhkan untuk
kombinasi geser ( Vu ) dan torsi ( Tu ) dari persamaan 6.30 atau 6.31. Pilih
jarak s sedemikian hingga tidak melebihi 300 mm atau Ph/8.
6. Pemasangan tulangan sengkang harus diperpanjang hingga sejarak (bt + d) di
luar titik teoretis dimana sudah tidak dibutuhkan tulangan tersebut.
19
BAB III
CONTOH SOAL
Penyelesaian :
1. Nilai gaya geser dan momen torsi yang dipakai untuk desain adalah Vu =
215 Kn dan torsi kesetimbangan Tu = 40 kN.m.
2. Periksa apakah dibutuhkan tulangan geser dan tulangan torsi :
a. Tulangan geser diperlukan apabila Vu > Vc/2 :
Vc = 0,17 λ √𝑓′𝑐 bw d
20
𝐴𝑐𝑝² 240.000²
0,083 λ √𝑓′𝑐 ( 𝑃𝑐𝑝 ) = (0,75)(0,083)(1,0)( √27,5 ) ( 2.000
)
Vc = 143.083 N Vc = 190.777,33 N
𝑉𝑢 𝑇𝑢𝑃ℎ 215.000 40 𝑋 106 𝑋 1.628 2
√(𝑏𝑤𝑑)2 + (1,7𝐴𝑜ℎ2 )2 = √(400 𝑋 535)2 + ( 1,7 𝑋 155.649²
) = 1,87 Mpa
𝑉𝑐 190.777,33
[( 𝑏𝑤𝑑
) + 0,66 √𝑓′𝑐] = [ 0,75 x ( 400 𝑥 353
) + 0,66 √27,5 ] = 3,26
At 53,33 X 10⁶
= 2 𝑋 132.301,65 𝑋 400 𝑋 cot 45° = 0,504 mm2/mm (satu kaki)
𝑠
21
d. Tentukan kebutuhan tulangan memanjang dari persamaan :
At 𝑓𝑦𝑡
At = ( 𝑠 ) Ph ( 𝑓𝑦 ) cot2 θ
0,42√27,5 (24.000)
=( ) – (0,504)(1.628)(1,0)
400
= 500,99 mm2
Sehingga Al diambil sebesar 820,5 mm2.
5. Menentukan luas total tulangan sengkang tertutup.Avt2
a. Untuk tulangan sengkang satu kaki, Avt/s = At/s + Av/2s
Avt
= 0,504 + 0,2243 = 0,7283 mm2/mm
𝑠
22
b. Pada bagian tengah dibutuhkan tulangan seluas 273,5 mm2. Dipasang
2D16 (=400 mm2).
c. Pada bagian bawah penampang sudah ada tulangan tarik 5D29 (As =
3300 mm2) ditambah dengan 1/3At, sehingga dibutuhkan luas total =
3300 + 273,5 = 3573,5 mm2. Dipasang 3D29 dan 2D32 (= 3588 mm2).
7. Detail penulangan ditunjukan dalam gambar C.6.2.b. jarak antar tulangan
memanjang sama dengan 235 mm, yang sudah lebih kecil dari syarat jarak
maksimum yaitu 300 mm. Diameter tulangan memanjang terkecil yang
digunakan adalah 16 mm, sudah melebihi syarat minimum yaitu 10 mm
atau s/24 (= 175/24 = 7,29 mm).
23
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah :
4.1.1 Pengaruh torsi pada struktur beton bertulang dapat dibedakan menjadi dua
macam :
1. Torsi primer, atau torsi kesetimbangan atau torsi statis tertentu. Jenis
torsi ini muncul apabila beban luar tidak memiliki alternatif penyaluran
beban kecuali melalui torsi. Dalam hal ini torsi diperlukan untuk
menjaga keseimbangan. Torsi primer tidak dapat direduksi oleh
redistribusi gaya dalam atau oleh rotasi batang.
2. Torsi sekunder, atau torsi statis tak tentu. Torsi ini timbul sebagai akibat
adanya kompatibilitas dari bagian-bagian struktur yang berdekatan.
Dalam hal ini momen torsi tidak dapat dihitung hanya berdasarkan
kesetimbangan statik saja. Pada kasus ini dimungkinkan terjadinya
redistribusi gaya gaya dalam sehingga akan muncul kesetimbangan
gaya.
4.1.2 Untuk menganalisis tahanan terhadap torsi dari suatu elemen balok, maka
pendekatan yang dilakukan menggunakan analogi rangka ruang. Balok
dianggap terdiri dari :
1. Batang tekan beton yang berbentuk spiral dan dapat memikul beban
sejajar retak yang ditimbulkan torsi.
2. Batang tarik transversal yang dibentuk oleh tulangan sengkang.
3. Batang tarik memanjang yang dibentuk dari tulangan memanjang balok.
4.2 Saran
Dalam merencanakan struktur beton bertulang harus memperhatikan
pengaruh momen torsi secara cermat untuk mendesain suatu komponen struktur
sehingga dapat dihasilkan suatu elemen struktur yang lebih ramping namun cukup
kuat untuk memikul torsi yang bekerja.
24
DAFTAR PUSTAKA
25
26