Вы находитесь на странице: 1из 6

Helmintiasis (cacingan) menurut WHO adalah infestasi satu atau lebih

cacing parasit usus yang terdiri dari golongan nematoda usus (WHO, 2013).
Diantara nematoda usus ada sejumlah spesies yang penularannya melalui tanah
atau biasa disebut dengan cacing jenis soil transmitted helminths (STH) yaitu
Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Ancylostoma duodenale dan Trichuris
trichiura (Gandahusada, 2006).
Cacing yang dapat menginfeksi manusia:
1. Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides)
Cacing jantan mempunyai panjang 10-30 cm sedangkan cacing betina 22-
35 cm. Cacing betina dapat bertelur 100 000 - 200 000 butir sehari, terdiri atas
telur dibuahi dan telur tidak dibuahi. Di tanah yang sesuai, telur yang dibuahi
tumbuh menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih tiga minggu (Menkes
RI, 2017).

Bila telur infektif tertelan, telur akan menetas menjadi larva di usus halus.
Selanjutnya larva menembus dinding usus halus menuju pembuluh darah atau
saluran limfe, lalu terbawa aliran darah ke jantung dan paru. Di paru, larva
menembus dinding pembuluh darah, lalu dinding alveolus, masuk rongga
alveolus, kemudian naik ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus. Dari trakea
larva menuju ke faring dan menimbulkan rangsangan di faring sehingga penderita
batuk dan larva tertelan ke dalam esofagus, lalu ke usus halus. Di usus halus larva
berubah menjadi cacing dewasa. Sejak telur infektif tertelan sampai cacing
dewasa bertelur diperlukan waktu kurang lebih 2-3 bulan (Menkes RI, 2017).

2. Cacing Cambuk (Trichuris trichiura)


Cacing betina panjangnya ± 5 cm, sedangkan cacing jantan ± 4 cm. Bagian
anterior langsing seperti cambuk, panjangnya ± 3/5 dari panjang seluruh tubuh.
Bagian posterior bentuknya lebih gemuk; pada cacing betina bulat tumpul
sedangkan pada cacing jantan melingkar dan terdapat satu spikulum. Seekor
cacing betina diperkirakan menghasilkan telur setiap hari sebanyak 3.000 -10.000
butir. Telur yang dibuahi dikeluarkan dari hospes bersama tinja. Telur tersebut
menjadi matang dalam waktu 3 sampai 6 minggu dalam lingkungan yang sesuai,
yaitu di tanah yang lembab dan teduh. Telur matang ialah telur yang berisi larva
dan merupakan bentuk infektif. Bila telur matang tertelan, larva akan keluar
melalui dinding telur dan masuk ke dalam usus halus. Sesudah menjadi dewasa
cacing akan turun ke usus bagian distal dan masuk ke daerah kolon, terutama
sekum. Cacing dewasa hidup di kolon asendens dan sekum dengan bagian
anteriornya yang seperti cambuk masuk ke dalam mukosa usus. T. trichiura tidak
mempunyai siklus paru. Masa pertumbuhan mulai dari telur tertelan sampai
cacing dewasa betina bertelur ± 30 - 90 hari (Menkes RI, 2017).

3. Cacing Tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus)


Dua spesies utama cacing tambang yang menginfeksi manusia adalah A.
duodenale dan N. americanus. Cacing betina berukuran panjang ± 1 cm sedangkan
cacing jantan berukuran ± 0,8 cm. Cacing jantan mempunyai bursa kopulatriks.
Bentuk badan N. americanus biasanya menyerupai huruf S, sedangkan A.
duodenale menyerupai huruf C. N. americanus tiap hari bertelur 5.000-10.000
butir, sedangkan A. duodenale 10.000-25.000 butir. Rongga mulut N. americanus
mempunyai benda kitin, sedangkan A. duodenale mempunyai dua pasang gigi
yang berfungsi untuk melekatkan diri di mukosa usus. Telur dikeluarkan bersama
feses dan pada lingkungan yang sesuai telur menetas mengeluarkan larva
rabditiform dalam waktu 1 - 2 hari. Larva rabditiform tumbuh menjadi larva
filariform dalam waktu ± 3 hari. Larva filariform bertahan hidup 7 - 8 minggu di
tanah dan dapat menembus kulit. Infeksi terjadi bila larva filariform menembus
kulit. Infeksi A. duodenale juga dapat terjadi dengan menelan larva filariform.
Bila larva filariform menembus kulit, larva akan masuk ke kapiler darah dan
terbawa aliran darah ke jantung dan paru. Di paru larva menembus dinding
pembuluh darah, lalu dinding alveolus, kemudian masuk rongga alveolus, dan
naik ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus menuju ke faring. Di faring larva
akan menimbulkan rangsangan sehingga penderita batuk dan larva tertelan masuk
ke esofagus. Dari esofagus, larva menuju ke usus halus dan akan tumbuh menjadi
cacing dewasa (Menkes RI, 2017).

a. Bekerja pada Otot


1. Piperazin
Piperazin sitrat merupakan obat cacing yang pertama zat basa
yang sangat efektif terhadap Oxyrus, Ascaris lumbricoides dan E. vermicularis
berdasarkan perintangan penembusan impuls neuromuskuler dengan bekerja
memblokade respon otot cacing terhadap asetilkolin sehinggga terjadi
paralisis dan cacing dilumpuhkan untuk kemudian mudah dikeluarkan dari tubuh
oleh gerakan peristaltik usus (Tjay, 2007).
2. Pirantel Pamoat
Pirantel pamoat adalah obat cacing yang banyak digunakan di kalangan
masyarakat saat ini. Mungkin karena cara penggunaannya yang praktis, yaitu
dosis tunggal, sehingga disukai banyak orang. Selain itu khasiatnya pun
cukup baik. Pirantel pamoat dapat membasmi berbagai jenis cacing di usus.
Beberapa diantaranya adalah cacing tambang (Necator americanus dan
Ancylostoma duodenale), cacing gelang (Ascaris lumbrocoides), dan cacing
kremi (Enterobius vermicularis). Mekanisme kerja Pirantel Pamoat
melumpuhkan cacing dengan cara mendepolarisasi senyawa penghambat
neuromuskuler dan mengeluarkannya dari dalam tubuh biasanya tanpa
memerlukan pencahar (Tjay, 2007).

b. Bekerja pada Produksi Energi


1. Niridazol
Senyawa ini bekerja menghambat enzim fosforilase sehingga membuat
cadangan glikogen berkurang. Efektif untuk Schistosoma haematobium dan
Schistosoma mansoni. Kontraindikasi pada hati, ginjal dan darah (Tjay, 2007).
2. Senyawa antimoni organik
Senyawa ini bekerja pada enzim fosfofruktokinase.
3. Levamizol
Levamizol merupakan derivat imidazol yang sangat efektif terhadap
ascaris dan cacing tambang dengan jalan melumpuhkannya. Levamizol juga
merupakan inhibitor fumarat reduktanse yang mekanisme kerja lainnya yaitu
berikatan pada reseptor nikotinik yang mengakibatkan kontraksi
berkepanjangan sehingga menimbulkan paralisis spastik (Tjay, 2007)..

c. Bekerja pada Tahap-Tahap Proses Produksi Energi


1. Niklosamid
Niklosamid merupakan senyawa nitrosalisilanilida yang efektif
sebagai vermisid terhadap cacing pita manusia/hewan, tetapi terhadap
telurnya tidak aktif. Niklosamid menghambat fosforilasi oksidatif yang
mengakibatkan cacing lemas karena kekurangan energi (Tjay, 2007).
2. Kelompok Benzimidazol
Kelompok ini merupakan inhibitor uptake glukosa yang menghambat
sintesa mukrotubule sehingga mengakibatkan cacing tidak bergerak karena
kekurangan energi dan akan dikeluarkan oleh tubuh secara perlahan, yang
termasuk kedalam kelompok ini:
i. Tiabendazol

Efektif terhadap Stongyloidiasis, Askariasis, Oksiuriasis dan larva migrans kulit.

ii. Mebendazol
Merupakan antelmintikum berspektrum luas yang efektif terhadap
cacing kremi, gelang, pita, cambuk, dan tambang (Tjay,2007).
Merupakan ester-metil dari benzimidazol yang merupakan antelmintik
berspektrum luas dan banyak digunakan sebagai monoterapi untuk
penanganan masal penyakit cacing, juga pada infeksi campuran dengan dua atau
lebih jenis cacing (Tjay,2007). Mebendazol bekerja sebagai vermisid,
larvisid, dan juga ovisid. Mekanisme kerjanya melalui perintangan
pemasukan glukosa dan mempercepat penggunaannya (glikogen) pada
cacing. Contoh mebendazol adalah Vermox (Tjay,2007).
iii. Flubendazol
3. Pirvinium
Pirvinium merupakan zat warna sianin yang dapat memblok asupan
oksigen dan memblok transport glukosa (Tjay, 2007).
Gandahusada S, dkk. (2006). Parasitologi Kedokteran, Cetakan ke-VI. FK UI:
Jakarta

Menkes RI. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15


Tahun 2017 Tentang Penanggulangan Cacingan.

Tjay dan K .Rahardja. (2007). Obat-Obat Penting . PT Elex Media Komputindo:


Jakarta.

1/4 x 10 mL = 2.5 mL pirantel pamoat; 7.5 mL NaCl fisiologis

1/2 x 10 mL = 5 mL pirantel pamoat; 5 mL NaCl fisiologis

1/8 x 10 mL = 1.25 mL pirantel pamoat; 8.75 mL NaCl fisiologis

Nama Efek
Cacing Jantan Cacing Betina
Sediaan
Waktu (menit) Waktu (menit)
Uji 15 30 45 60 75 90 105 120 15 30 45 60 75 90 105 120
Pirantel N Ps Ps Ps Ps Ps Ps Ps
Pamoat
1,25 mL
Pirantel N Ps Ps Ps Ps Ps M M
Pamoat
N Ps Ps Ps Ps Ps M M
2,5 mL
Pirantel N N Ps Ps M M M M N N N Ps M M M M
Pamoat 5
mL
NaCl N N N N N N N N
Fisiologis
Keterangan:

N: Normal

Ps: Paralisis Spastik

Pf: Paralisis Flasid


M: Mati

Вам также может понравиться