Вы находитесь на странице: 1из 6

BAB 1

PENDAHULUAN

Penyakit stroke sudah diketahui oleh sebagian besar masyarakat, hal ini

diakibatkan oleh cukup tingginya jumlah kasus stroke yang terjadi di masyarakat.

Stroke dapat menyebabkan penurunan fungsi organ tubuh sehingga penderita akan

mengalami kelumpuhan sebagian atau total. Penyakit stroke bisa di alami oleh

siapa saja namun yang berpotensi lebih besar yaitu pada golongan lanjut usia, hal

ini karena gangguan kesehatan pada otak dan riwayat pola hidup tidak sehat

(WHO, 2010)

Pada umumnya tanda dan gejala itu sendiri masih banyak, salah satunya

yaitu hipertensi, resiko hipertensi di Indonesia termasuk tinggi, dan ini termasuk

masalah kesehatan utama dimasyarakat. Dengan merubah pola hidup yang kurang

sehat mungkin bisa membantu mengurangi resikonya contoh dengan mengatur

pola diet dan kebiasaan berolahraga. Karena tidak menghindari dan tidak

mengetahui faktor risiko hipertensi, sehingga mereka cenderung untuk menjadi

hipertensi berat, sehinggaberakibat stroke bahkan kematian (Herwati, Sartika,

2014).

Menurut American Heart Assosiation (AHA, 2015) angka kejadian stroke

pada laki-laki usia 20-39 tahun sebanyak 0,2% dan perempuan sebanyak 0,7%.

Usia 40-59 tahun angka terjadinya stroke pada perempuan sebanyak 2,2% dan

laki-laki 1,9%.Prevalensi stroke pada usia lanjut semakin meningkat dan

bertambah setiap tahunnya dapat dilihat dari usia seseorang 80 tahun keatas

dengan angka kejadian stroke pada laki-laki sebanyak 15,8% dan pada perempuan
sebanyak 14%. Di Indonesia berdasarkan diagnosis pada penduduk umur >15

tahun menurut provinsi tahun 2013-2018 adalah 10.9 % meningkat sebanyak 7%

dari tahun 2013(Kementerian, Data Riset Kesehatan Dasar, 2018). Prevalensi

stroke di Jawa Timur berdasarkan diagnosis Nakes maupun diagnosis/gejala

memiliki estimasi urutan ke 15 sebanyak 190.449 orang (6,6‰) dan 302.987

orang (10,5‰) (Riskesdas, 2013). Berdasarkan survey pendahuluan yang

dilakukan diruang Interna 1 RSUD Dr.R.Soedarsono Pasuruan pada bulan

Oktober 2018 didapatkan hasil data pasien stroke dari bulan Januari 2018 sampai

bulan Oktober 2018 yaitu 314 kasus.

Stroke adalah manifestasiklinis dari gangguan fungsi otak, baik fokal

maupun global (menyeluruh),yang berlangsung cepat, berlangsung lebih dari 24

jam atau sampaimenyebabkan kematian, tanpa penyebab lain selain gangguan

vaskuler Menurut WHO (2010). Pada pasien stroke dimungkinkan mengalami

gangguan transfer oksigen atau cerebro blood flow menurun sehingga

mengakibatkan penurunan perfusi jaringan, sehingga dapat mengakibatkan

iskemik (Tobing, 2007 dalam Hermawati, 2017)). Berdasarkan studi empiris oleh

Setyarini, et al (2017) membuktikan aliran darah yang tidak lancar pada pasien

stroke mengakibatkan gangguan hemodinamik termasuk saturasi oksigen. Oleh

karena itu perlu diperlukan pemantauan yang tepat karena kondisi hemodinamik

sangat mempengaruhi penghantaran oksigen ke seluruh tubuh akhirnya akan

mempengaruhi fungsi jantung (Hermawati, 2017).

Oksigen merupakan kebutuhan vital bagi setiap makhluk hidup, agar dapat

mengukur berapa banyak oksigen yang terkandung dalam darah, atau di dalam air
yang di minum ataupun oksigen di udara yang di hirup disebut sebagai saturasi

oksigen (Hermawati, 2017).

Saturasi oksigen adalah presentase oksigen yang telah bergabung dengan

molekul hemoglobin (Hb) dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan

tubuh, pada saat yang sama oksigen dilepas untuk memenuhi kebutuhan jaringan

(Shouldersodom dikutip oleh Hermawati, 2017).

Stroke juga menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial hal ini terjadi

karena kenaikan cairan serebrospinal yang melindungi otak dan sumsum tulang

belakang. Tekanan intrakranial tersebut bisa menimbulkan rasa nyeri kepala,

mual, muntah, tekanan darah tinggi sehingga pasien stroke merasa stres dan

kurang nyaman dengan keadaannya.

Kondisi tersebut pasien stroke bisa mengalami gangguan kualitas tidur,

kualitas tidur yang buruk mengakibatkan proses perbaikan kondisi klien akan

semakin lama. Menurut data empiris dari Bassetti (2011) melaporkan bahwa

prevalensi gangguan tidur-bangun sebesar 20-40% pada pasien yang terkena

stroke. Kualitas tidur yang buruk dapat mempengaruhi derajat disabilitas pada

pasien stroke. Untuk itu perlu observasi kualitas tidur pasien stroke untuk

menghindari gejala keparahan stroke. Salah satu diagnosa keperawatan yang

muncul pada kasus stroke adalah risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak

terhadap status hemodinamik tidak stabil. Tindakanyang dilakukan untuk

mengatasi diagnosa keperawatan diatas misalnyapengaturan posisi kepala

(Udjianti,2010).

Posisi kepala yang paling umum yaitu kepala dan tubuh ditinggikan 300

derajad agar dapat mengontrol TIK, yaitu menaikkan kepala dari tempat tidur
sekitar 300 derajat. Tujuan untuk menurunkan TIK, jika elevasi lebih tinggi dari

300 derajat maka tekanan perfusi otak akan menurun sehingga tingkat

kenyamanan pasien meningkat dan kualitas tidur pasien akan meningkat. Elevasi

kepala juga untuk memaksimalkan oksigenasi jaringan otak, posisi kepala yang

lebih tinggi dapat memfasilitasi peningkatan aliran darah ke serebral dan

memaksimalkan oksigenasi jaringan serebral (Summers, dkk., 2009 dalam

Herwati, 2017).

Menurut hasil penelitian terdahulu (Setyariniet al, 2017) ditarik

kesimpulan bahwa dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh posisi elevasi

kepala 300 terhadap saturasi oksigen pada pasien stroke hemoragik maupun non

hemoragik karena dapat memfasilitasi peningkatan aliran darah ke serebral dan

memaksimalkan oksigenasi ke jaringan serebral. Menurut penelitian oleh (Yaggi

et al., 2011) mendapatkan bahwa resiko terkena stroke oleh sebab apapun lebih

besar terjadi pada pasien dengan gangguan tidur terutama sleep apnea .

Melihat dari banyaknya kejadian stroke dan gejala yang timbul dari stroke,

salah satunya yaitu gangguan oksigenasi dan gangguan kualitas tidur. Dengan

elevasi kepala 300 tujuannya untuk memaksimalkan oksigenasi jaringan ke otak

dan menurunkan tekanan intrakranial yang dapat meningkatkan kualitas tidur

pada pasien stroke.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, dapat dibuat rumusan

masalah sebagai berikut :

“Apakah ada pengaruh elevasi kepala 300 terhadap saturasi oksigen dan

kualitas tidur pada pasien stroke di RSUD Dr. R. Soedarsono Pasuruan? “


1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

elevasi kepala 300 terhadap saturasi oksigen dan kualitas tidur pada pasien stroke

di RSUD Dr. R. Soedarsono Pasuruan.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah :

a. Mengidentifikasi saturasi oksigen dan kualitas tidur sebelum dilakukan

intervensi pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol pada pasien

stroke di RSUD Dr. R. Soedarsono Pasuruan.

b. Mengidentifikasi saturasi oksigen dan kualitas tidur sesudah dilakukan

intervensi pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol pada pasien

strokedi RSUD Dr. R. Soedarsono Pasuruan.

c. Menganalisis perbedaan saturasi oksigen dan kualitas tidur sebelum dan

sesudah diberikanintervensi pada kelompok perlakuan dan kelompok

kontrol pada pasien strokedi RSUD Dr. R. Soedarsono Pasuruan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Secara teoritis

1.4.1.1 Bagi penulis

Diharapkan penulis dapat memperoleh pengalaman dalam melaksanakan

aplikasi riset keperawatan di tatanan pelayanan keperawatan, khususnya

penelitian tentang tindakan keperawatan nonfarmakologi yaitu elevasi

kepala 300 pada pasien stroke dalam rangka peningkatan pengetahuan dan

teknologi keperawatan.
1.4.1.2 Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi di perpustakaan yang menjadi

acuan bagi peneliti- peneliti selanjutnya dalam meneliti tentang pengaruh

elevasi kepala 300 terhadap saturasi oksigen dan kualitas tidur pada pasien

stroke, atau terhadap gejala stroke yang lain yang bisa memperparah

penyakit stroke. Bisa juga dengan terapi nonfarmakologi lain yang

mempengaruhi saturasi oksigen atau kualitas tidur pada pasien stroke.

1.4.2. Secara praktis

1.4.2.1 Bagi pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan

1) Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam

mengetahui pengaruh elevasi kepala 300 terhadap saturasi oksigen dan

kualitas tidur pada pasien stroke

2) Diharapkan dapat bermanfaat dalam mengaplikasikan tindakan

elevasi kepala 300 di rumah sakit pada pasien stroke

3) Diharapkan dapat bermanfaat untuk informasi atau penjelasan

tentang pentingnya petugas kesehatan memonitor saturasi oksigen dan

kualitas tidur pasien stroke untuk menekan angka mordibitas dan

mortalitas pada pasien stroke.

4) masyarakat juga dapat menerapkan hasil penelitian ini secara

mandiri sehingga dapat mengurangi biaya perawatan dan pengobatan.

Вам также может понравиться