Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Mekanisme Muntah
Muntah merupakan suatu refleks yang menyebabkan dorongan ekspirasi isi lambung/usus
atau keduanya ke mulut. Pusat muntah menerima masukan dari korteks serebral, organ
vestibular, daerah pemicu kemoreseptor (Chemoreceptor Trigger Zone, CTZ) dan serabut aferen
termasuk dari sistem gastrointestinal. Muntah terjadi akibat perangsangan pada pusat muntah
yang terletak di daerah postrema medula oblongata di dasar ventrikel ke empat.
Sumber :
1. Sherwood, Lauralee.2011. Fisiologi Manusia : dari sel ke system. Jakarta : EGC.
Hal. 856- 857
2. The American College of Obstetricians and Gynaecology. 2015. Morning sickness
: Nausea and Vomiting Pregnancy. Diunduh pada 8 September 2016 Pukul 08.40. Diakses
pada www.acog.org/~/media/For%20Patients/faq126.pdf
2. Siklus Menstruasi
- Pada setiap siklus haid FSH dikeluarkan oleh Lobus anterior hipofisis yang
menyebabkab beberapa folikel primer berkembang dalam ovarium.
- Folikel primer berkembang menjadi folikel de Graaf yang membuat esterogen,
- Esterogen menekan FSH, sehingga lobus anterior hipofisis mengeluarkan hormon
gonadotropin yang kedua yaitu LH ( luteinizing hormone)
- Produksi FSH dan LH dipengaruhi RH (relasing hormones) yang disalurkan dari
hipotalamus ke hipofisis
- Dibawah pengruh RH folikel de graff semakin lama semakin matang dan makin
banyak mengeluarkan likuor folikuli yang mengandung esterogen. Esterogen
mempunyai pengaruh terhadap endometrium menyebabkan endometrium tumbuh
(menebal) yang disebut masa proliferasi
- Dibawah pengaruh LH folikel de graff menjadi lebih matang, mendekati permukaan
ovarium, dan kemudian terjadi ovulasi.
- Setelah ovulasi terjadi, terbentuklah korpus rubrum(berwarna merah) yang akan
menjadi korpus luteum (berwarna kuning).
- Korpus luteum menghasilkan hormon progesteron. Hormon progesteron mempunyai
pengaruh terhadap endometrium yang telah berproliferasi menyebabkan kelenjar-
kelenjarnya berlekuk-lekuk dan bersekresi (masa sekresi)
- Bila tidak ada pembuahan, korpus luteum berdegenerasi yang menyebabkan kadar
esterogen dan progesteron menurun, sehingga terjadi degenerasi serta perdarahan dan
pelepasan endometrium yang nekrotik, yang disebut masa mestruasi.
- Bilamana ada pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum dipertahankan
dan berkembang menjadi korpus luteum graviditatis
Sumber :
Hormon reproduksi
1) FSH (Follicle Stimulating Hormone), hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis
berfungsi dalam proses spermatogenesis dan oogenesis. Di samping itu, FSH juga
merangsang produksi hormon testoseron pada pria dan estrogen pada wanita.
2) LH (Luteinizing Hormone). Hormon dihasilkan oleh kelenjar hipofisis. Hormon ini dapat
merangsang proses pembentukan badan kuning atau korpus luteum di dalam ovarium,
setelah terjadi poses ovulasi.
3) Testoseron, yaitu hormon yang dihasilkan testis dan berperan dalam spermatogenesis dan
penampakan ciri-ciri kelamin sekunder pada pria.
4) Estrogen. Hormon ini dihasilkan oleh folikel graaf di dalam ovarium. Berperan dalam
oogenesis dan penampakan ciri-ciri kelamin sekunder pada wanita. Di samping itu,
hormon ini juga berperan untuk merangsang produksi LH dan menghambat produksi FSH.
5) Progesteron. Hormon ini dihasilkan oleh badan kuning atau korpus luteum di dalam
ovarium. Berperan dalam proses pembentukan lapisan endometrium pada dinding rahim
untuk menerima ovum yang telah dibuahi. Pada saat terjadi kehamilan, progesteron
bersama-sama dengan hormon estrogen menjaga agar endometrium tetap mengalami
pertumbuhan, membentuk plasenta, menahan agar otot uterus tidak berkontraksi, dan
merangsang kelenjar susu memproduksi ASI.
6) Oksitosin. Hormon ini dihasilkan oleh hipofisis. Peranannya, yaitu pada proses kelahiran,
untuk
merangsang kontraksi awal dari otot uterus.
7) Relaksin. Hormon ini dihasilkan oleh plasenta, berperan untuk merangsang relaksasi
ligamen pelvis
pada proses kelahiran.
Keluhan utama
Sadar/tidak akan kemungkinan hamil, apakah semata-mata ingin periksa hamil, atau ada
keluhan / masalah lain yang dirasakan. Riwayat kehamilan sekarang / riwayat penyakit
sekarang Ada/tidaknya gejala dan tanda kehamilan. Jika ada amenorea, kapan hari pertama
haid terakhir, siklus haid biasanya berapa hari. Hal ini penting untuk memperkirakan usia
kehamilan menstrual dan memperkirakan saat persalinan menggunakan
Rumus Naegele (h+7 b-3 + x + 1mg) untuk siklus 28 + x hari.
Ditanyakan apakah sudah pernah periksa kehamilan ini sebelumnya atau belum (jika sudah,
berarti ini bukan kunjungan antenatal pertama, namun tetap penting untuk data dasar inisial
pemeriksaan kita). Apakah ada keluhan / masalah dari sistem organ lain, baik yang
berhubungan dengan perubahan fisiologis kehamilan maupun tidak.
Abdomen
Inspeksi : membesar/tidak (pada kehamilan muda pembesaran abdomen mungkin belum
nyata).
Palpasi : tentukan tinggi fundus uteri (pada kehamilan muda dilakukan dengan palpasi
bimanual dalam, dapat diperkirakan ukuran uterus - pada kehamilan lebih besar, tinggi
fundus dapat diukur dengan pita ukuran sentimeter, jarak antara fundus uteri dengan tepi atas
simfisis os pubis).
Pemeriksaan palpasi Leopold
Leopold I
Tujuannya untuk menentukan usia kehamilan dan juga untuk mengetahui bagian janin apa yang
terdapat di fundus uteri (bagian atas perut ibu).
Teknik:
Memposisikan ibu dengan lutut fleksi (kaki ditekuk 450 atau lutut bagian dalam diganjal
bantal) dan pemeriksa menghadap ke arah ibu
Menengahkan uterus dengan menggunakan kedua tangan dari arah samping umbilical
Kedua tangan meraba fundus kemudian menentukan TFU
Meraba bagian Fundus dengan menggunakan ujung kedua tangan, tentukan bagian janin.
Hasil:
Apabila kepala janin teraba di bagian fundus, yang akan teraba adalah keras,bundar dan
melenting (seperti mudah digerakkan)
Apabila bokong janin teraba di bagian fundus, yang akan terasa adalah lunak, kurang bundar,
dan kurang melenting
Apabila posisi janin melintang pada rahim, maka pada Fundus teraba kosong.
Leopold II
Tujuannya untuk menentukan bagian janin yang berada pada kedua sisi uterus, pada letak lintang
tentukan di mana kepala janin.
Teknik:
Posisi ibu masih dengan lutut fleksi (kaki ditekuk) dan pemeriksa menghadap ibu
Meletakkan telapak tangan kiri pada dinding perut lateral kanan dan telapak tangan kanan
pada dinding perut lateral kiri ibu secara sejajar dan pada ketinggian yang sama
Mulai dari bagian atas tekan secara bergantian atau bersamaan (simultan) telapak tangan
tangan kiri dan kanan kemudian geser ke arah bawah dan rasakan adanya bagian yang rata
dan memanjang (punggung) atau bagian-bagian kecil (ekstremitas).
Hasil:
Bagian punggung: akan teraba jelas, rata, cembung, kaku/tidak dapat digerakkan
Bagian-bagian kecil (tangan dan kaki): akan teraba kecil, bentuk/posisi tidak jelas dan
menonjol, kemungkinan teraba gerakan kaki janin secara aktif maupun pasif.
Leopold III
Tujuannya untuk menentukan bagian janin apa (kepala atau bokong) yang terdapat di bagian
bawah perut ibu, serta apakah bagian janin tersebut sudah memasuki pintu atas panggul.
Teknik:
Posisi ibu masih dengan lutut fleksi (kaki ditekuk) dan pemeriksa menghadap ibu
Meletakkan ujung telapak tangan kiri pada dinding lateral kiri bawah, telapak tangan kanan
bawah perut ibu
Menekan secara lembut dan bersamaan untuk mentukan bagian terbawah bayi
Gunakan tangan kanan dengan ibu jari dan keempat jari lainnya kemudian goyang bagian
terbawah janin.
Hasil:
Bagian keras,bulat dan hampir homogen adalah kepala sedangkan tonjolan yang lunak dan
kurang simetris adalah bokong
Apabila bagian terbawah janin sudah memasuki PAP, maka saat bagian bawah digoyang,
sudah tidak bias (seperti ada tahanan).
Leopold IV
Tujuannya untuk mengkonfirmasi ulang bagian janin apa yang terdapat di bagian bawah perut
ibu, serta untuk mengetahui seberapa jauh bagian bawah janin telah memasuki pintu atas
panggul.
Teknik:
Pemeriksa menghadap ke arah kaki ibu, dengan posisi kaki ibu lurus
Meletakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada lateral kiri dan kanan uterus bawah,
ujung-ujung jari tangan kiri dan kanan berada pada tepi atas simfisis
Menemukan kedua ibu jari kiri dan kanan kemudian rapatkan semua jari-jari tangan yang
meraba dinding bawah uterus.
Perhatikan sudut yang terbentuk oleh jari-jari: bertemu (konvergen) atau tidak bertemu
(divergen)
Setelah itu memindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri pada bagian terbawah bayi (bila
presentasi kepala upayakan memegang bagian kepala di dekat leher dan bila presentasi
bokong upayakan untuk memegang pinggang bayi)
Memfiksasi bagian tersebut ke arah pintu atas panggul kemudian meletakkan jari-jari tangan
kanan diantara tangan kiri dan simfisis untuk menilai seberapa jauh bagian terbawah telah
memasuki pintu atas panggul.
Hasil:
Apabila kedua jari-jari tangan pemeriksa bertemu (konvergen) berarti bagian terendah janin
belum memasuki pintu atas panggul, sedangkan apabila kedua tangan pemeriksa membentuk
jarak atau tidak bertemu (divergen) mka bagian terendah janin sudah memasuki Pintu Atas
Panggul (PAP)
Penurunan kepala dinilai dengan: 5/5 (seluruh bagian jari masih meraba kepala, kepala belum
masuk PAP), 1/5 (teraba kepala 1 jari dari lima jari, bagian kepala yang sudah masuk 4
bagian), dan seterusnya sampai 0/5 (seluruh kepala sudah masuk PAP)
Auskultasi : dengan stetoskop kayu Laennec atau alat Doppler yang ditempelkan di daerah
punggung janin, dihitung
Frekuensi pada 5 detik pertama, ketiga dan kelima, kemudian dijumlah dan dikalikan 4 untuk
memperoleh frekuensi satu menit. Sebenarnya pemeriksaan auskultasi yang ideal adalah
denyut jantung janin dihitung seluruhnya selama satu menit.
Batas frekuensi denyut jantung janin normal adalah 120-160 denyut per menit. Takikardi
menunjukkan adanya reaksi kompensasi terhadap beban / stress pada janin (fetal stress),
sementara bradikardi menunjukkan kegagalan kompensasi beban / stress pada janin (fetal
distress/gawat janin).
Genitalia eksterna
Inspeksi luar : keadaan vulva / uretra, ada tidaknya tanda radang, luka / perdarahan,
discharge, kelainan lainnya. Labia dipisahkan dengan dua jari pemeriksa
untuk inspeksi lebih jelas.
Inspeksi dalam : menggunakan spekulum (in speculo). Labia dipisahkan dengan dua jari
pemeriksa, alat spekulum Cusco (cocorbebek) dimasukkan ke vagina dengan
bilah vertikal kemudian di dalam liang vagina diputar 90o sehingga
horisontal, lalu dibuka. Deskripsi keadaan porsio serviks (permukaan, warna),
keadaan ostium, ada/tidaknya darah/cairan/ discharge di forniks, dilihat
keadaan dinding dalam vagina, ada/tidak tumor, tanda radang atau kelainan
lainnya. Spekulum ditutup horisontal, diputar vertikal dan dikeluarkan dari
vagina.
Genitalia interna
Palpasi: colok vaginal (vaginal touché) dengan dua jari sebelah tangan dan bimanual dengan
tangan lain menekan fundus dari luar abdomen. Ditentukan konsistensi, tebal, arah dan
ada/tidaknya pembukaan serviks.
Diperiksa ada/tidak kelainan uterus dan adneksa yang dapat ditemukan. Ditentukan bagian
terbawah (presentasi) janin. Jangan lupa selalu lakukan palpasi bimanual saat pemeriksaan
vagina.
Pada pemeriksaan di atas 34-36 minggu dilakukan perhitungan pelvimetri klinik untuk
memperkirakan ada/tidaknya disproporsi fetopelvik/sefalopelvik.
Kontraindikasi relatif colok vaginal adalah :
Perdarahan pervaginam pada kehamilan trimester ketiga, karena kemungkinan adanya
plasenta previa, dapat menjadi pencetus perdarahan yang lebih berat (hanya boleh dilakukan
di meja operasi, dilakukan dengan cara perabaan fornices dengan sangat hati-hati)
Ketuban pecah dini - dapat menjadi predisposisi penjalaran infeksi (korioamnionitis).
Pemeriksaan dalam (vaginal touché) seringkali tidak dilakukan pada kunjungan antenatal
pertama, kecuali ada indikasi.
PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
keluhan umum pasien ginekologi
1. Perdarahan per vaginam
2. Gangguan haid
3. Keputihan / discharge
4. Massa / benjolan
5. Nyeri
6. Sulit mendapat anak (infertilitas)
Perlu dipikirkan semua kemungkinan yang mungkin dapat menyebabkan/ mempengaruhi.
Anamnesis
Ada tidaknya gejala / tanda / kecurigaan kehamilan, haid terakhir.
Riwayat hubungan seksual yang dicurigai sebagai penyebab (coitus suspectus) pada
penyakit infeksi.
Riwayat obstetri / ginekologi, riwayat kontrasepsi, riwayat penyakit dahulu
Pemeriksaan Fisik
Status generalis / pemeriksaan umum Pemeriksaan biasa secara regional / per organ sistem :
keadaan umum, tanda vital, dan seterusnya. Seharusnya ada saksi / orang lain yang mendampingi
pemeriksaan, sebaiknya wanita (misalnya perawat atau bidan).
Pemeriksaan payudara
Inspeksi : dalam keadaan statis (diam) dan dinamis (bergerak / kontraksi otot pektoralis)
Palpasi : ada/tidaknya massa / benjolan abnormal, tanda-tanda radang, dan sebagainya.
Dilakukan juga palpasi kelenjar getah bening aksilla. (Pada beberapa kepustakaan, payudara
termasuk juga dalam sistem reproduksi wanita yang juga dipelajari secara khusus dalam ilmu
ginekologi, termasuk juga penyakit / kelainan2 pada payudara.)
1. Pemeriksaan
a. Dengan lengan ke samping; pengamatan ukuran payudara , simetri, dan setiap perubahan
kulit atau kelainan lainnya.
b. Pemeriksaan dengan tangan diangkat di atas kepala ; ini memungkinkan seseorang untuk
melihat penarikan dari kulit atau fiksasi tumor apapun untuk otot yang mendasari atau
fasia.
c. Dengan lengan ditekan ke pinggul; posisi ini bentuk kalimat otot-otot di daerah dari
ketiak.
2. Palpasi payudara
a. Dapat dilakukan dengan pasien dalam duduk, berbaring atau berdiri posisi
b. Memeriksa konsistensi payudara
c. Mencari setiap massa dan mobilitas mereka
d. Memeriksa jika ada sekresi patologis dari puting
3. Axillar palpasi
Pemeriksaan kelenjar getah bening aksila; setelah itu, palpasi node supraklavikula; deteksi
pembesaran kelenjar getah bening, dan jika ada, laporkan jumlah, konsistensi, dan
mobilitasnya
a. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu meregang
secara luas karena tonjolan serviks ke bagian atas vagina. Panjang dinding anterior
vagina hanya sekitar 9 cm, sedangkan panjang dinding posterior 11 cm. Vagina terletak di
depan rectum dan di belakang kandung kemih. Vagina merupakan saluran
muskulomembraneus yang menghubungkan rahim dengan vulva. Jaringan muskulusnya
merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani dan muskulus levator ani oleh karena itu
dapat dikendalikan. Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang disebut rugae
dan terutama di bagian bawah. Pada puncak (ujung) vagina menonjol serviks pada bagian
uterus. Bagian servik yang menonjol ke dalam vagina di sebut portio. Portio uteri
membagi puncak vagina menjadi empat yaitu: fornik anterior, fornik posterior, fornik
dekstra, fornik sinistra. Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang
menghasilkan asam susu dengan PH 4,5. Keasaman vagina memberikan proteksi
terhadap infeksi. Fungsi utama vagina yaitu sebagai saluran untuk mengeluarkan lendir
uterus dan darah menstruasi, alat hubungan seks dan jalan lahir pada waktu persalinan.
b. Uterus
Merupakan jaringan otot yang kuat, berdinding tebal, muskular, pipih, cekung dan
tampak seperti bola lampu / buah peer terbalik yang terletak di pelvis minor di antara
kandung kemih dan rectum. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan,
licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga bagian yaitu: fundus uteri yaitu bagian
corpus uteri yang terletak di atas kedua pangkal tuba fallopi, corpus uteri merupakan
bagian utama yang mengelilingi kavum uteri dan berbentuk segitiga, dan seviks uteri
yang berbentuk silinder. Dinding belakang, dinding depan dan bagian atas tertutup
peritoneum sedangkan bagian bawahnya berhubungan dengan kandung kemih. Untuk
mempertahankan posisinya uterus disangga beberapa ligamentum, jaringan ikat dan
peritoneum. Ukuran uterus tergantung dari usia wanita, pada anak-anak ukuran uterus
sekitar 2-3 cm, nullipara 6-8 cm, dan multipara 8-9 cm. Dinding uterus terdiri dari tiga
lapisan yaitu peritoneum, miometrium / lapisan otot, dan endometrium.
1) Peritoneum
a) Meliputi dinding rahim bagian luar
b) Menutupi bagian luar uterus
c) Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan
d) pembuluh darah limfe dan urat saraf
e) Meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen
2) Lapisan otot
a) Lapisan luar: seperti “Kap”melengkung dari fundus uteri menuju ligamentum
b) Lapisan dalam: berasal dari osteum tuba uteri sampai osteum uteri internum
c) Lapisan tengah: terletak di antara kedua lapisan tersebut membentuk lapisan tebal
anyaman serabut otot rahim. Lapisan tengah ditembus oleh pembuluh darah arteri
dan vena. Lengkungan serabut otot ini membentuk angka dan sehingga saat terjadi
kontraksi pembuluh darah terjepit rapat dengan demikian perdarahan dapat terhenti.
3) Semakin ke arah serviks otot rahim makin berkurang dan jaringan ikatnya bertambah.
Bagian rahim yang terletak antara osteum uteri internum anatomikum yang merupakan
batas dan kavum uteri dan kanalis servikalis dengan osteum uteri histologikum
(dimana terjadi perubahan selaput lendir kavum uteri menjadi selaput lendir serviks)
disebut istmus. Istmus uteri ini akan menjadi segmen bawah rahim dan meregang saat
persalinan.
4) Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus otot rahim sendiri,
tonus ligamentum yang menyangga, tonus otot-otot dasar panggul, ligamentum yang
menyangga uterus adalah ligamentum latum, ligamentum rotundum (teres uteri)
ligamentum infindibulo pelvikum (suspensorium ovarii) ligamentum kardinale
machenrod, ligamentum sacro uterinum dan ligamentum uterinum.
a) Ligamentum latum
(1) Merupakan lipatan peritoneum kanan dan kiri uterus meluas sampai ke dinding
panggul
(2) Ruang antara kedua lipatan berisi jaringan ikat longgar dan mengandung
pembuluh darah limfe dan ureter
(3) Ligamentum latum seolah-olah tergantung pada tuba fallopi
(4) Ligamentum rotundum (teres uteri)
(5) Mulai sedikit kaudal dari insersi tuba menuju kanalis inguinalis dan mencapai
labia mayus
(6) Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat
(7) Fungsinya menahan uterus dalam posisi antefleksi
b) Ligamentum infundibulo pelvikum
(1) Terbentang dari infundibulum dan ovarium menuju dinding panggul
(2) Menggantung uterus ke dinding panggul
(3) Antara tuba fallopi dan ovarium terdapat ligamentum ovarii Proprium
c) Ligamentum kardinale machenrod
(1) Dari serviks setinggi osteum uteri internum menuju panggul
(2) Menghalangi pergerakan uterus ke kanan dan ke kiri
(3) Tempat masuknya pembuluh darah menuju uterus
d) Ligamentum sacro uterinum: Merupakan penebalan dari ligamentum kardinale
machenrod menuju os sacrum
e) Ligamentum vesika uterinum
(1) Dari uterus menuju ke kandung kemih
(2) Merupakan jaringan ikat yang agak longgar sehingga dapat mengikuti
perkembangan uterus saat hamil dan persalinan
5) Pembuluh darah uterus
a) Arteri uterina asenden yang menuju corpus uteri sepanjang dinding lateral dan
memberikan cabangnya menuju uterus dan di dasar endometrium membentuk arteri
spinalis uteri
b) Di bagian atas ada arteri ovarika untuk memberikan darah pada tuba fallopi dan
ovarium melalui ramus tubarius dan ramus ovarika.
d. Ovarium
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum, ovulasi, sintesis,
dan sekresi hormon – hormon steroid. Letak: Ovarium ke arah uterus bergantung pada
ligamentum infundibulo pelvikum dan melekat pada ligamentum latum melalui mesovarium.
Jenis: Ada 2 bagian dari ovarium yaitu:
1) Korteks ovarii
a) Mengandung folikel primordial
b) Berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel de graff
c) Terdapat corpus luteum dan albikantes
2) Medula ovarii
a) Terdapat pembuluh darah dan limfe
b) Terdapat serat saraf
e. Parametrium
Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat di antara ke dua lembar ligamentum
latum.
Batasan parametrium
1) Bagian atas terdapat tuba fallopi dengan mesosalping
2) Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri
3) Bagian kaudal berhubungan dengan mesometrium.
4) Bagian belakang terdapat ligamentum ovarii
SUMBER:
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-nurhendif-5401-2-babii.pdf
Sedangkan permukaan anterior, medial, lateral, dan kedua kutubnya konvex, licin, dan tertutup
lapisan visceralis tunica vaginalis propria skrotum yang memisahkan testis dari lapis parietalnya.
Lapisan visceralis tunica vaginalis propria akan berefleksi menjadi lapis parietal tunica vaginalis
propria pada permukaan posterior, yang menjadi tempat masuknya pembuluh – pembuluh darah
dan saraf dari funiculus spermaticus. Epididimis berdampingan dengan tepi lateral testis.
Pendarahan testis diperoleh dari arteri testicularis yang merupakan percabangan aorta
abdominalis setinggi L2. Sedangkan pembuluh baliknya melalui vena testicularis yang
membentuk plexus pampiniformis. V. testicularis kanan akan langsung bermuara ke vena cava
inferior, sedangkan yang kiri melalui vena renalis terlebih dahulu sebelum masuk ke vena cava
inferior. Untuk aliran getah beningnya menuju Nnll. aortici lateralis dan preaortik. Sedangkan
persarafannya diperoleh dari Nn. Thoracales 10 dan 11 melalui pleksus aorticorenalis.
2. Epididymis
Merupakan saluran berkelok – kelok yang
menjadi rute eferen pertama dari testis dan
melekat pada permukaan posterolateral
testis. panjangnya mencapai 20 kami ( 4
sampai 6m ) yang terletak disepanjang sisi
posterior testis. Bagian ini menerima sperma
dari duktus eferen. Epididimis menyimpan
sperma dan mampu mempertahankannya
sampai enam minggu. Selama enam minggu tersebut sperma akan menjadi motil matur sempurna
dan mampu melakukan fertilisasi. Selama eksitansi seksual lapisan otot polos dalam dingding
epididimis berkontraksi untuk mendorong sperma ke dalam duktus deferen.
Duktus deferens memperoleh perdarahan dari A. deferentialis yang merupakan cabang arteri
vesicalis superior atau arteri vesicalis inferior. Kemudian arteri deferentialis beranastomosis
dengan arteri testicularis sehingga mendarahi bagian epididymis dan testis.
Merupakan sepasang saluran berkelok – kelok yang bermuara ke dalam duktus ejakulator.
berkantung tidak beraturan, berbentuk huruf V, dan terletak di antara vesica urinaria dan rektum.
Memiliki panjang 5 cm, berdiameter 3 – 4 cm, berbentuk piramid, dan basisnya menghadap ke
arah atas dan posterolateral. Sekretnya adalah cairan kental dan basayang kaya akan fruktosa
berfungsi memberi nutrisi dan melindungi sperma. Setengah lebih sekresi vesikel seminalis
adalah semen ( cairan sperma yang meninggalkan tubuh )
5. Ductus ejaculatorius
Duktus ejakulator pada kedua sisi terbentuk dari pertemuan pembesaran ( ampula ) di bagian
ujung duktus deferen dan duktus dari vesikel seminalis. Setiap duktus ejakulator panjangnya
sekitar 2 cm dan menembus kelenjar prostat untuk bergabung dengan yretra yang berasal dari
kandung kemih.
6. Skrotum
Merupakan kantong kulit fibromuskular yang berisikan testis dan bagian bawah funiculus
spermaticus. Skrotum bergantung di kaudal symphisis pubis, dengan sisi kiri yang lebih rendah
karena funiculus spermaticus kiri lebih panjang dibandingkan yang kanan. kantong longgar yang
tersusun dari kulit, fasia, dan otot polos yang membungkus danmenompangtestis di luar tubuh
pada suhu optimum untuk produksi spermatozoa
1. Kulit skrotum.
2. M. dartos.
3. Fascia spermatica externa, yang melekat erat pada lapis parietal tunica vaginalis propria.
4. M. cremaster, yang merupakan otot rangka yang meluas ke spermatic cord dan membungkus
ductus deferens, pembuluh darah testikular, dan saraf. Otot ini merupakan lanjutan dari M.
internal abdominal oblique. Kontraksi dari otot ini menyebabkan testis semakin mendekati tubuh
sehingga mengurangi hilangnya panas dari testis.
5. Fascia spermatica interna.
6. Tunika vaginalis pars parietalis.
7. Tunika vaginalis pars visceral.
Terdapat sebuah ikat fibromuskular yang membentang dari lapisan dartos menuju kutub bawah
testis yang berfungsi sebagai termoregulator. Skrotum memperoleh perdarahan dari Aa. pudenda
externa cabang arteri femoralis, cabang skrotalis arteri pudenda interna, dan cabang cremaster
arteri epigastrica inferior. Untuk aliran getah beningnya menuju nnll. inguinales. Sedangkan
persarafannya berasal dari N. scrotalis anterior, N. pudenda externa, N. scrotalis posterior, dan R.
perinealis N. cutaneus femoris posterior.
Bulbus penis berada di antara kedua crus penis dan melekat pada inferior membrana perinealis
dan diliputi oleh musculus bulbospongiosus. Kontraksi musculus bulbospongiosus berfungsi
untuk mempertahankan ereksi dan berperan dalam ejakulasi. Kontraksi M. bulbospongiosus ini
akan memompa cairan mani sehingga terjadilah ejakulasi . Bulbus ditembus oleh uretra pars
cavernosa dan akan mengalami pelebaran pada glans yang disebut sebagai fossa naviculare dan
bermuara melalui orificium urethrae externum.
Corpus penis memiliki permukaan yang penamaannya berdasarkan kondisi saat ereksi, yaitu
dorsum penis untuk permukaan sebelah postero – superior. Sedangkan sisi yang berlawanan
dinamakan permukaan uretral. Corpus penis memiliki jaringan masa erektil, yaitu corpora
cavernosa kanan dan kiri serta corpus spongiosum penis yang letaknya di garis tengah
permukaan urethral corpora cavernosa penis. Jaringan masa erektil ini ditutupi oleh tunica
albuginea lapis dangkal.
Pada permukaan dorsal penis terdapat vena dorsalis penis profunda, arteri dorsalis penis, dan
nervus dorsalis penis. Uretra berada dalam corpus spongiosum, sedangkan pada kedua corpus
cavernosum terdapat arteri profunda penis. Corpus spongiosum membesar di ujung penis,
membentuk glans penis. Basis glans penis memiliki proyeksi melebar yang disebut corona
glandis dan penyempitan di belakangnya yang disebut collum penis. Pada corona glandis dan
collum penis dijumpai kelenjar – kelenjar sebasea yang menghasilkan smegma.
Kulit penutup penis yang membungkus glans dan dapat dilipat disebut praeputium penis. Bagian
dalam praeputium dilekatkan ke glans penis dan tepi mukosa orificium urethrae externum
melalui frenulum preputii. Corpus penis disangga oleh ligamentum fundiforme penis dan
ligamentum suspensorium. Penis diperdarahi oleh arteri profunda penis dan arteri dorsalis
penis untuk corpus cavernosa, sedangkan untuk corpus spongiosa diperdarahi oleh arteri
bulbi urethrae dan arteri urethralis. Aliran darah baliknya melalui vena dorsalis penis
profunda dan berakhir pada pleksus prostaticus.
Untuk persarafannya diperoleh dari nervus pudendus dan pleksus pelvicus. Sedangkan aliran
getah beningnya menuju Nnll. inguinales superficiales (untuk kulit penis) dan menuju Nnll. iliaci
interni (untuk jaringan erektil dan urethra pars cavernosa).
8. Glandula prostata
Merupakan struktur yang mengelilingi uretra pars prostatica dan merupakan kelenjar asesoris
terbesar dalam sistem reproduksi pria. Letak prostat adalah di bagian bawah pelvis minor (ingat
bagian PAP dan PBP di atas), di antara tepi inferior symphysis + arcus pubis dengan ampulla
recti. Apex prostat menghadap bawah sedangkan basisnya menghadap ke atas. Uretra akan
meninggalkan prostat pada cranio – ventral bagian apex. Selain ditembus uretra, dia juga
ditembus dua ductus ejaculatorius pada daerah lekukan kelenjar yang ada di tepi superior
permukaan posterior kelenjar.
Kedua duktus ini membagi prostat jadi bagian superior dan inferior. Bagian superior adalah
bagian eksternal lobus medius sedangkan bagian inferiornya ada alur median dangkal pemisah
lobus lateral kanan dan kiri. Lobus lateral membentuk masa utama Gl. prostata dan ke arah
ventral berkesinambungan dengan lobus medius di dorsal uretra. Di ventral uretra, ada jaringan
ikat yang ngehubungin semua lobus ini dan membentuk struktur non kelenjar yang disebut lobus
anterior. Sedangkan lobus post1erior ada di aspek dorsal, membentang di latero caudal
membentuk apex kelenjar.
Daftar Pustaka :
Anne dan Keith L.M. 2012. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta: Hipokrates.
7.Gametogenesis
PROSES PEMBENTUKAN SPERMA YANG FUNGSIONAL: SPERMATOGENESIS
DAN SPERMIOGENESIS
Spermatogenesis adalah suatu proses kompleks dimana sel germinativum primordial yang
relatif belum terdiferensiasi, spermatogonia (masing-masing mengandung komplemen diploid 46
kromosom), berproliferasi dan diubah menjadi spermatozoa yang sangat khusus dan dapat
bergerak (masing-masing mengandung set haploid 23 kromosom) yang terdiferensiasi secara
acak.
PROLIFERASI MITOTIK
Spermatogonia yang terletak di lapisan terluar tubulus terus-menerus bermitosis, dengan
semua sel anak mengandung komplemen lengkap 46 kromosom identik dengan sel induk.
Proliferasi ini menghasilkan pasokan sel germinativum baru yang terus-menerus. Setelah
pembelahan mitotik sebuah spermatogonium, salah satu sel anak tetap di tepi luar tubulus
sebagai spermatogonium tak berdiferensiasi sehingga turunan sel germinativum tetap terpelihara.
Sel anak yang lain mulai bergerak ke arah lumen sembari menjalani berbagai tahap yang
dibutuhkan untuk membentuk sperma yang kemudian akan dibebaskan ke dalam lumen. Pada
manusia, sel anak penhasil sperma membelah secara mitosis dua kali lagi untuk menghasilkan
empat spermatosit primer identik. Setelah pembentukan mitotik terakhir, spermatosit primer
masuk ke fase istirahat saat kromosom-kromosom terduplikasi dan untai-untai rangkap tersebut
tetap menyatu sebagai persiapan untuk pembelahan meiotik pertama.
MEIOSIS
Selama meiosis, setiap spermatosit primer (dengan jumlah diploid 46 kromosom rangkap)
membentuk dua spermatosit sekunder (masing-masing dengan jumlah haploid 23 kromosom
rangkap) selama pembelahan meiosis pertama, akhirnya menghasilkan empat spermatid
(masing-masing dengan 23 kromosom tunggal) akibat pembelahan meiotik kedua.
Setelah tahap spermatogenesis ini, tidak terjadi pembelahan lebih lanjut. Setiap spermatid
mengalami remodelling menjadi spermatozoa. Karena setiap spermatogonium secara mitosis
menghasilkan empat spermatosit primer dan setiap spermatosit primer secara meiosis
menghasilkan empat spermatid, maka rangkaian spermatogenik pada manusia secara teoritis
menghasilkan 16 spermatozoa setiap kali spermatogonium memulai proses ini. Namun, biasanya
sebagian sel lenyap di berbagai tahap sehingga efisiensi produk jarang setinggi ini.
Spermiogenesis
Bahkan setelah meiosis, spermatid secara struktural masih mirip spermatogonium yang
belum terdiferensiasi, kecuali bahwa komplemen kromosomnya kini hanya separuh.
Pembentukan spermatozoa yang sangat khusus dan mampu bergerak memerlukan proses
remodelling atau pengemasan ekstensif elemen-elemen sel, suatu proses yang dikenal sebagai
spermiogenesis. Sperma pada hakikatnya adalah sel yang ditelanjangi dimana sebagian besar
sitosol dan semua organel yang tidak dibutuhkan untuk menyampaikan informasi genetik ke
ovum telah disingkirkan. Oleh karena itu, sperma dapat bergerak cepat, hanya membawa serta
sedikit beban untuk melakukan pembuahan.
Spermatozoa memiliki empat bagian, yaitu kepala, akrosom, bagian tengah, dan ekor.
Kepala terutama terdiri atas nukleus yang mengandung informasi genetik. Akrosom, vesikel
berisi enzim yang menutupi ujung kepala, digunakan untuk menembus ovum. Akrosom dibentuk
oleh agregasi vesikel-vesikel yang diproduksi oleh kompleks retikulum endoplasma atau Golgi
sebelum organel ini disingkirkan. Mobilitas spermatozoa dihasilkan oleh suatu ekor panjang
mirip cambuk yang gerakannya dijalankan oleh energi yang dihasilkan oleh energi yang
dihasilkan oleh mitokondria yang terkonsentrasi di bagian tengah sperma.
Sumber: Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia: dari sel ke sistem. Jakarta: EGC, 822-
824.
7. Proses pembentukan ovum (oogenesis)
Oogenesis
Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum) di dalam ovarium. Oogenesis
dimulai dengan pembentukan bakal sel-sel telur yang disebut oogonia (tunggal: oogonium).
Dalam oogonium, terkandung kromoson sebanyak 23 pasang .
Pembentukan sel telur pada manusia dimulai sejak di dalam kandungan, yaitu di dalam
ovari fetus perempuan. Pada akhir bulan ketiga usia fetus, semua oogonia yang bersifat diploid
telah selesai dibentuk dan siap memasuki tahap pembelahan .
Semula oogonia membelah secara mitosis menghasilkan oosit primer. Pada
perkembangan fetus selanjutnya, semua oosit primer membelah secara miosis, tetapi hanya
sampai fase profase. Pembelahan miosis tersebut berhenti hingga bayi perempuan dilahirkan,
ovariumnya mampu menghasilkan sekitar 2 juta oosit primer mengalami kematian setiap hari
sampai masa pubertas. Memasuki masa pubertas, oosit melanjutkan pembelahan miosis I.
Hasil pembelahan tersebut berupa dua sel haploid, satu sel yang besar disebut oosit sekunder
dan satu sel berukuran lebih kecil disebut badan kutub primer. Pada tahap selanjutnya, oosit
sekunder dan badan kutub primer akan mengalami pembelahan miosis II. Pada saat itu, oosit
sekunder akan membelah menjadi dua sel, yaitu satu sel berukuran normal disebut ootid dan
satu lagi berukuran lebih kecil disebut badan polar sekunder. Badan kutub tersebut bergabung
dengan dua badan kutub sekunder lainnya yang berasal dari
pembelahan badan kutub primer sehingga diperoleh tiga badan kutub sekunder. Ootid
mengalami perkembangan lebih lanjut menjadi ovum matang, sedangkan ketiga badan
kutub mengalami degenerasi (hancur). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada
oogenesis hanya menghasilkan satu ovum.
Perkembangan oogonia (terdapat sebelum lahir) menjadi ovum matang memerlukan waktu 11
tahu (permulaan ovulasi pada awal pubertas)
Proses oogensis ini diatur oleh hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone), yang dihasilkan
oleh kelenjar hipofisis di dasar otak. Fungsi hormon FSH adalah:
Sumber: Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia: dari sel ke sistem. Jakarta: EGC, 834-
836.
8.Fertilisasi
FERTILISASI
Fertilisasi adalah penyatuan ovum
(oosit sekunder) dan spermatozoa yang
biasanya berlangsung di ampula tuba.
Fertilisasi meliputi penetrasi
spermatozoa kedalam ovum, fusi
spermatozoa dan ovum diakhiri dengan
fusi materi genetik. Hanya satu
spermatozoa yang telah
mengalamiproses kapasitasi mampu
melakukan penetrasi membran sel
ovum.
Morula
Blastokista
NIDASI
Nidasi / Implantasi merupakan peristiwa masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam
endometrium. Blastula dilindungi oleh simpai yang disebut trofoblas, yang mampu
menghancurkan dan mencairkan jaringan.
Nidasi diatur oleh proses yang kompleks antara trofoblas dan endometrium
Dalam perkembangan diferensiasi trofoblas, sitotrofoblas yang belum berdiferensiasi dalam
berkembang dan berdiferensiasi menjadi 3 jenis, yaitu :
(1). Sinsiotrofoblas yang aktif menghasilkan hormon hCG (human chorionic gonadotropin)
(2). Trofoblas jangkar ekstravili yang akan menempel pada endometrium
(3). Trofoblas yang invasif
Setelah nidasi berhasil, selanjutnya hasil konsepsi akan bertumbuh dan berkembang di dalam
endometrium. Embrio ini selalu terpisahkan dari darah dan jaringan ibu oleh suatu lapisan
sitotrofoblas (mononuclear trophoblas) di sisi bagian dalam dan sinsiotrofoblas (multinuclear
trophoblas) di sisi bagian luar.
PLASENTASI
Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta. Setelah nidasi embrio ke
dalam endometrium, plasentasi dimulai. Pada manusia plasentasi berlangsung sampai 12 – 18
minggu setelah fertilisasi.
Setelah blastokista melekat ke epitel endometrium, sitotrofloblast berproliferasi dam menginvasi
desidua disekitarnya.
Seiring tumbuhnya blastokista dan trofoblas yang ditutupi desidua, salah satu dari massa ini
meluas ke rongga endometrium / desidua.
Kutub paling dalam mulai membentuk plasenta, yaitu sitotrofoblas yang membentuk jangkar dan
trofoblas vilus.
• Trofoblas antara lain menghasilkan hormon human chorionic gonadotropin (hCG).
Fungsinya mempengaruhi corpus luteum untuk tumbuh terus dan menghasilkan
progesteron sampai plasenta dapat menghasilkan progesteron sendiri.
• Hormon ini meningkat sampai hr ke-60 kehamilan untuk kemudian turun lagi. Bisa
ditemukan dalam air kencing wanita hamil.
• Inner-cell mass kemudian disebut diskus embrionik/ embyonal plate yang mulai
mengalami diferensiasi.
• Sel yg kecil-kecil dekat ruang
eksoselom membentuk entoderm dan
yolk sac, sedang sel yg lebih besar
menjadi ektoderm dan membentuk
ruang amnion. (minggu ke-2)
• Ruang amnion tumbuh dgn cepat
mendesak eksoselom→amnion
mendekati korion.
• Trofoblas selain menghancurkan
desidua jg arteri spiralis serta vena-
vena di dalamnya è terbentuklah
ruangan-ruangan yg terisi oleh darah.
• Lama-lama terbentuk ruang intervillair di mana seolah-olah villi korialis seolah-olah
terapung-apung di antara ruangan2 tersebut, sampai terbentuknya plasenta.
• Desidua yg tidak dihancurkan oleh trofoblas membentuk septa plasenta.
• Plasenta terdiri dari maternal kotiledon dan fetal kotiledon.
• Darah ibu dan bayi dipisahkan oleh dinding pembuluh darah bayi dan korion (plasenta
hemokorial)
SUMBER : Sherwood,
laurelee. Fisiologi Manusia :
dari Sistem ke Sel. Ed. 6.
Jakarta : EGC, 2011.