Вы находитесь на странице: 1из 14

ETIKA PROFESI PUBLIC RELATION

Disusun guna untuk memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Public Relation

Dosen Pengampu : Hj. Farida Ulyani, M. Pd

Disusun Oleh:

M. Fajar Nurul Falah 1640210045

David Kurniawan 16402100

Siti Fatimah 1640210062

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

INSTITUSI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

TAHUN 2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Public Relation/humas merupakan suatu profesi, dimana fungsi dan
kegunaannya diterapkan pada organisasi pemerintahan meupun swasta,
lembaga profit maupun non profit. Humas/hubungan masyarakat adalah
seni menciptakan pengertian publik yang lebih baik sehingga dapat
memperdalam kepercayaan publik terhadap suatu individu atau organisasi.
Sebagai profesi, humas atau PR mempunyai etika yang harus diterapkan
dan dijalankan.
Etika merupakan cabang dari filsafat dimana mempelajari pandangan-
pandangan dan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan masalah
keusilaan yang kadang-kadang orang memakai dengan istilah filsafat
etika, filsafat moral, filsafat susila. Etika ilmu yang mempelajari apa yang
benar dan apa yang salah, fungsi praktis dari etika adalah memberikan
pertimbangan dalam berperilaku. Tujuan mempelajari etika, untuk
mendapatkan konsep yang sama mengenai penilaian baik dan buruk bagi
semua manusia dalam ruang dan waktu tertentu. Pengertian baik, sesuatu
hal dikatakan baik bila ia mendatangkan rahmat, dan memberikan
perasaan senang, atau bahagia (sesuatu dikatakan baik bila ia dihargai
secara positif). Pengertian buruk adalah segala sesuatu yang tercela yang
bertentangan dengan norma-norma masyarakat yang berlaku.
Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua praktisi humas
profesional menerapkan etika dalam menjalankan profesi kehumasannya.
Maka dari itu, makalah ini dibuat dengan harapan dapat mengetahui
pentingnya etika profesi dalam dunia kehumasan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Prinsip Etika Profesi?
2. Apa Pengertian Etika?
3. Apa Saja Fungsi kode Etik Kehumasan?
4. Bagaimana Etika Sebagai Standar Pelaku Sosial?
5. Bagaimana Etika Dalam Kegiatan Public Relation?
6. Bagaimana Dampak Tidak dijalankannya Kode Etik Humas?
7. Bagaimana Profesi dan Profesional Public Relation?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Prinsip Etika Profesi


Tuntutan profesional sangat erat dengan suatu kode etik setiap profesi.
Kode etik itu berkaitan dengan prinsip etika tertentu berlaku untuk suatu
profesi. Lebih jauh Kerap (1998) mengatakn pertama, prinsip tanggung
jawab adalah salah satu prinsip bagi kaum profesional. Bahkan sedemikian
pokoknya sehingga seakan tidak harus dikatakan. Karena, sebagaimana
diuraikan bahwa orang yang profesional sudah dengan sendirinya berarti
orang yang bertanggun jawab (bertanggung jawab atas profesinya itu
terhadap kehidupan dan kepentingan orang lain, khususnya kepentingan
orang-orang yang dilayaninya).
Prinsip kedua adalah prinsip keadilan. Prinsip ini terutama menuntut
orang yang profesional agar dalam menjalankan profesinya ia tidak
merugikan hak dan kepentingan tertentum, khususnya orang yang
dilayaninya dalam rangka profesinya.1
Prinsip ketiga adalah prinsip otonomi. Itu lebih merupakan prinsip
yang dituntut oleh kalangan profesional terhadap dunia luar agar mereka
diberi kebebeasan sepenuhnya menjalankan profesinya. Sebenarnya ini
merupakan konsekuensi dari hakikat profesi itu sendiri. Hanya saja prinsip
otonomi ini punya batasan-batasannya juga. Prinsip otonomi dibatasi oleh
tanggung jawab dan komitmen profesional (damoaknya pada) kepentingan
masyarakat. Otonomi juga dibatasi dalam pengertian bahawa kendati
pemerintah ditempat pertama menghargai otonomi kaum profesional,
pemerintah tetap menjaga, dan pada waktunya malah ikut campur tangan,
agar pelaksanaan profesi tertentu tidak sampai merugikan umum.
Keempat, prinsip integritas moral. Berdasarkan hakikat ciri-ciri
profesi diatas, terlihat jelas bahwa orang yang profesioanl juga orang yang

1
Prof, Dr. Soleh Soemirat, M.S, Drs. Elvinaro Ardianto, M.Si, Dasar-Dasar Public Relation,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 168.
punya integritas pribadi atau moral yang tinggi. Karena itu punya
komitmen pribadi untuk menjaga keluruhan profesinya, nama baiknya, dan
juga kepentingan orang lain atau masyarakat.
B. Pengertian Kode Etik
Dari segi etimologi (asal kata), istilah etika berasal dari kata latin
ethicus yang berarti kebiasaan. Sesuatu dianggap etis atau baik, apabila
sesuai dengan kebiasaan masyarakat.Courtland L. Bovee dan John V. Thill
mendefinisikan etika adalah prinsip perilaku yang mengatur seseorang
atau sekelompok orang. Orang yang tidak memiliki etika, melakukan
apapun yang diperlakukan untuk mencapai tujuannya. Orang-orang yang
memiliki etika umumnya dapat dipercaya, adil, dan tidak memihak,
menghargai orang lain, dan menunjukkan kepedulian terhadap dampak
atas tindakan di masyarakat.2
Secara umum, kode etik merupakan suatu sistem norma, nilai dan
aturan profesional tertulis secara tegas menyatakan apa yang benar dan apa
yang salah, apa yang baik dan apa yang tidak baik. Kode etik juga
menyatakan perbuatan apa saja yang harus dilakukan dan perbuatan apa
saja yang harus dihindari. Singkatnya, kode etik adalah suatu pola aturan,
tata cara, pedoman, dan batasan-batasan ketika melakukan suatu kegiatan
atau pekerjaan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas anggota
perusahaan. Kode etik biasanya berupa aturan tertulis yang sistematis dan
dengan sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan
ketika dibutuhkan dapat difungsikan sebagaimana mestinya.
C. Fungsi Kode Etik dalam Kegiatan Humas
Menurut Gison dan Michel (1945:449), fungsi dari kode etik
adalah sebagai pedoman atau perlindungan dalam pelaksanaan tugas
profesional dan pedoman bagi masyarakat sebagai seorang profesional.
Sedangkan menurut Biggs dan blocher (1986:10), mengemukakan tiga
fungsi dari koe etik, yaitu:
a. Melindungi suatu profesi dari campur tangan pemerintah.

2
Suranto Aw, Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), hlm. 125.
Dengan adanya kode etik yang mengtur hubungan antara
praktisi humas dengan pihak pemerintah akan semakin
memperjelas tentang apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak
boleh dilakukan. Hal ini menjadi sangat penting, karena dengan
terjalinnya hubungan baik dengan pihak pemerinth sebagai
pemangku kebijakan suatu daerah tentunya sangat berpengaruh
terhadap jalannya perusahaan, sehingga adanya kode etik ini dapat
meminimalisir tindak semena-mena pemerintah terhadap
perusahaan.
b. Mencegah terjadinya pertentangan internal dalam suatu profesi.

Dengan adanya kode etik humas akan memberikan penjelasan


tentang bagaimana cara menjalin hubungan yang baik dengan
rekan kerja, yang tentunya akan sagat berpengaruh terhadap
performa dan motivasi kerja dari masing-masing anggota humas.

c. Melindungi para praktisi dari kesalahan praktik suatu profesi.


Dengan adanya kode etik humas tentunya sangat berkaitan dengan
hasil kerja para praktisi dalam profesi humas. Praktisi humas yang
bijaksana tidak akan memberika kemudahan terhadap
penyelewengan kerja, yang mana tindakan tersebut akan
berdampak negtaif baik terhadap dirinya sendiri atau perusahaan.
Praktisi humas yang baik, yang taat terhadap kode etik adalah
mereka yang meminimalisir sekecil apapun kesalahan dalam
bekerja serta menjaga nama baik profesinya.3
D. Etika Sebagai Standar Perilaku Sosial
Etika terkait dengan apa yang secara moral dianggap benar atau salah
dalam perilaku sosial, biasanya ditentukan oleh standar profesi, organisasi,
dan individu. Perilaku beretika merupakan pertimbangan utama yang
membedakan antara warga yang beradab dengan yang tidak dalam

3
Scott M, Cultip. Allen H, Center. Glen M, Broom, Effective Public Relation, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Grup, 2009), 163.
masyarakat. Allen Center mengusulkan lima faktor yang mengatur
perilaku sosial, yaitu:
1. Tradisi, adalah bagaimana sebuah situasi dipandang dan
diberlakukan pada masa lalu.
2. Opini public, adalah perilaku uyang dapat diterima oleh
mayoritas orang pada saat ini.
3. Hukum, adalah perilaku yang diperbolehkan dan yang dilarang
oleh undang-undang.
4. Moralitas, adalah umumnya terkait dengan apa yang
dibolehkan dan dilarang oleh ajaran agama.
5. Etika, adalah standar yang disusun oleh profesi, orgnisasi, atau
diri sendiri, berdasarkan suara hati apa yang benar dan adil
untuk orang lain dan untuk diri sendiri.4
E. Etika Dalam Kegiatan Public Relation
Salah satu alasan mengapa indutri Pubic Relation memunculkan kritik
adalah kapan pula pada saat politisi, perusahaa, ataupun selebritas
bermasalah maka tindakan pertama yang dilakukan PR adalah selalu
menjadi penasehat mereka. Namun demikian, kebanyakan penunjukan
praktisi PR untuk suatu kasus akan membawa dampak baik, karena akan
memberikan kejelasan dan memberika manfaat bagi setiap orang yang
terkait, termasuk media massa.
Baker & Martison (2002) mengatakan ada empat prinsip yang harus
dipatuhi individu dalam melakukan pekerjaan, yaitu: kebenaran
(truthfulness), otentitas (authentithy), rasa hormat (respect), dan tanggung
jawab sosial (social responsibility). Untuk prinsip kebenarannya, para
praktisi PR ada dalam pengawasan ketat, khususnya oleh para juenalis
yang menganggap bahwa praktisi PR adalah “musuh”.5

4
Lattimore. Otis Baskin. Suzette T, Heiman. Elizabeth L, Toth, Public Relation Profesi dan Praktik,
(jakarta: Salemba Humanika, 2010), hlm. 87.
5
Keith Butterick, Pengantar Public relation Teori dan Praktik, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada),
hlm. 89.
Sebagai contoh humas dituntut memiliki kemampuan seperti
berkomunikasi, mengorganisir, bergaul, berelasi, dan berkepribadian yang
kuat. Selain itu juga harus memiliki keterampilan yang tinggi dalam
bidang penguasaan teknologi inforamsi untuk menunjang tuntuyan
pekerjaannya. Dari kemampuan dan keterampilan tersebut, dapat
dikatakan bahwa seorang praktisi humas adalah seorang yang profesional
jika mampu menjalankannya sesuai kode etik yang telah ditetapkan.
Dalam hubungannya dengan kegiatan manajemen prusahaan sikap
etislah yang harus ditunjukkan seorang humas dalam profesinya sehari-
hari. Seorang humas harus menguasai etika-etika yang umum dan tidak
umum antara lain:
1) Good communicator for internal and exsternal public.
2) Tidak terlepas dari faktor kejujuran sebagai landasan utamanya.
3) Memberikan kepada bawahan/karyawan membuat mereka mersa
diakui dan dibutuhkan.
4) Etika sehari-hari dalam berkomunikasi dan berinteraksi harus tetap
dijaga.
5) Menyampaikan informasi-informasi penting kepada anggota dan
kelompok yang berkepentingan.
6) Menghormati prinsip-prinsip rasa hormat terhadap nilai-nilai
manusia.
7) Menguasai teknik dan cara penaggulangan kasus-kasus, sehingga
dapat memberikan keputusan, dan pertimbangan secara bijaksana.
8) Mengenal batas-batas yang berdasarkan pada moralitas dalam
profesinya.
9) Penuh dedikasi dalam profesinya.
10) Menaati kode etik humas.
F. Dampak Tidak Dijalankannya Kode Etik Humas
Dampak dari tidak dijalankannya kode etik humas berpengaruh
terhadap humas itu sendiri maupun perusahaan. Menirut Dimock dan
Koenig (1987), pada umunya tugas-tugas dri pihal humas instansi atau
lembaga pemerintah haruslah dijalankan sesuai dengan etika yang ada,
yaitu sebagai berikut:
1) Upaya memberikan penerangan atau informasi kepada
masyarakat tentang pelayanan masyarakat, kebijakan serta
tujuan yang akan dicapai oleh pemerintah dalam melaksanakan
program kerja tersebut.
2) Mampu untuk menanamkan keyakinan dan kepercayaan serta
mengajak masyarakat dalam partisipasinya atau ikut serta
pelaksanaan program pembangunan di berbagai bidang sosial,
budaya, ekonomi, politik serta menjaga stabilitas dan
keamanan nasional.
3) Kejujuran dalam pelayanan dan pengabdian dari aparatur
pemerintah yang bersangkutan perlu dipeihara atau
dipertahankan dalam melaksanakan tugas serta kewajibannya
msing-masing.6
4) Bagi praktisi humas yang bekerja tidak sesuai kode etik akan
mendapatkan penilaian negatif dari rekannya, yang terparah
adalah penurunan pangkat atau bahkan dikeluarkan dari tempat
kerjanya.
5) Bagi perusahaan yang tidak menjalankan kode etiknya, maka
akan mendapatkan citra negatif di masyarakat, dana apabila
citra ini berkembang maka akan sangat mempengaruhi kinerja
perusahaan.7
G. Profesi dan Profesional Public Relation
Menurut Ruslan (2001), kiat menjadi profesional, yaitu harus memiliki
ciri-ciri khusus tertentu yang melekat pada profesi yang ditekuni oleh yang
bersangkutan. Khususnya profesional public relations. Secara umum
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

6
Rosady Ruslan, SH, MM, Manajemen Pubic Relation&Media Komunikasi Konsepsi dan Aplikasi,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2016), hlm. 342.
7
Drs. Aceng Abdullah, Kiat Berhubungan Dengan Media Massa, (Bandung; PT. Remaja
Rosdakarya, 2004), hlm. 106.
1. Memiliki skill atau kemampuan, pengetahuan tinggi oleh orang
umum lainnya, apakah itu diperoleh dari hasil pendidikan atau
pelatihan yang diperolehnya, dan ditambah dengan pengalaman
selama bertahun-tahun yang telah ditempuhnya sebagai
profeional.
2. Mempunyai kode etuik dan merupakan standar moral bagi
setiap profesi yang dituangkan secara formal, terrtulis dan
normatif dalam suatu bentuk aturan main, dan perilaku ke
dalam “kode perilaku (code of conduct) dalam pelaksanaan
tugas dan kewajiban selaku by proffesion dan by function yang
memebrikan bimbingan, arahan, serta memebrikan jaminan dan
pedoman bagi profesi yang bersangkutan untuk tetap taat dan
mematuhi kode etik tersebut.
3. Memiliki tanggung jawab profesi dan integritas pribadi yang
tinggi baik terhadap dirinya sebagai penyandang profesi
humas/PR, maupun terhadap publik, iklim, pimpinan,
organisasi perusahaan, penggunaan media massa hingga
menjaga martabat serta nama baik bangsa dan negaranya.
4. Memiliki jiwa pengabdian kepada public atau masyarakat, dan
dengan penuh dedikasi profesi luhur yang disandngnya, yaitu
dalam pengambil keputusan adalah meletakkan kepentingan
masyarakat, bangsa dan negaranya. Memiliki jiwa pengabdian
dan semangat dedikasi tinggi dan tanpa pamrih dalam
memberikan pelayanan jasa keahlian dan bantuan kepada pihak
lain yang memang membutuhkannya.
5. Otonomisasi organisasi profesional, yaitu memiliki
kemampuan untuk mengelola organisasi PR/Humas, yang
mempunyai kemampuan dalam perencanaan program kerja
jelas, strategik, mandiri dan tidak bergantung pihak lain serta
yang sekaligus dapat bekerja samsa dengan pihak-pihak terkait,
dapat dipercaya dalam menjalankan operasional, peran dan
fungsinya. Disamping itu, memiliki standar dan etos kerja
profesional yang tinggi.
6. Menjadi anggota salah satu organisasi profesi sebagai wadah
untuk menjaga eksistensinya, mempertahankan kehormatan dan
menertibkan perilaku standar profesi sebagai tolak ukur agar
tidak dilanggar. Selain organisasi profesi sebagai tempat
berkumpul, fungsi lainnya adalah merupakan wacana
komunikasi untuk saling menukar informasi, pengetahuan, da
membangun rasa solidaritas sesama rekan anggota.

Melalui pemahaman etika profesi tersebut, diharapkan para


profesional dan khususnya PR/Humas yang harus memiliki kemampuan
tertentu, yaitu:

1) Kemampuan untuk kesadaran etis, yang merupakan


landasan kesadaran yang utama, bagi seorang profesional
untuk lebih sensitif dalam memeprhatikan kepentingan
profesi bukan untuk subjektif, tetapi ditunjukkan untuk
kepentingan yang lebih luas (objektif).
2) Kemampuan untuk berfikir secara etis dan
mempertimbangkan tindakan profesi atau mengambil
keputusan harus berdasarkan pertimbangan rasional,
objektif dan penuh dengan integritas pribadi serta tanggung
jawab yang tinggi.
3) Kemampuan untuk berfikir secara etis, yaitu memiliki
perilaku, sikap, etika moral dan tata krama (etiket) yang
baik (good moral and good manner) dalam bergaul atau
berhubungan dengan pihak lain. Termasuk memperhatikan
hak-hak pihak lain dan dengan menghormati pendapat atau
menghargai martabat orang lain.
4) Kemampuan untuk kepemimpinan yang etis, yakni
kemampuan atau memiliki jiwa untuk memimpin secara
etis, diperlukan untuk mengayomi, membimbing dan
membina pihak lain yang dipimpinnya, termasuk
menghargai pendapat dan kritikan dari orang lain demi
tercapainya tujuan dan kepentingan bersama.8

8
Ibid, hlm. 177.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Etika dalam industri kehumasan sangatlah penting. Dengan adanya
etika dalam humas, akan menjadikan kontrol bagi pribadi humas maupun
bagi indutri kehumasan itu sendiri. Tanpa adanya etika, seorang humas
akan bertindak semaunya sendiri, bertingkah laku sesuai keinginannya
sendiri tanpa adanya aturan yang membatasinya. Tanpa adanya etika
profesi dalam industri kehumasan akan banyak kecurangan-kecurangan
yang dilakukan, akan banyak kebohongan-kebohongan yang diciptakan
untuk menutupi kesalahan perusahaan atau organisasi. Selain itu etika juga
dapat berperan untuk mengukur dan melihat profesionalisme yang dimiliki
sebuah profesi berkaitan pula dengan profesionalitas dari profesi itu
sendiri.
Oleh karena itu dalam industri kehumasan sikap atau etika yang
baik waji dimiliki oleh seorang humas. Maka bagi seseorang dalam
industri kehumasan sangatlah penting untuk memiliki pemahaman
mengenai etika karena menyangkut penampilan (profil) dalam rangka
menciptakan dan membina citra (image) organisasi yang diwakilinya.
Karena indutri humas meliputi pengertian dan menuju kepada kemauan
baik dan reputasi, yang tergantung kepada kepercayaan. Mka berlaku jujur
adalah jalan yang terbaik, karena hubungan masyarakat tidak akan berjalan
tanpa adanya kepercayaan. Selain itu pula etika dapat berperan dalam
pembuktian profesionalitas yang dimiliki oleh pribadi humas itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Prof, Dr. Soleh Soemirat, M.S, Drs. Elvinaro Ardianto, M.Si, Dasar-Dasar Public
Relation. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002.

Suranto Aw, Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2011.

Scott M, Cultip. Allen H, Center. Glen M, Broom, Effective Public Relation.


Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. 2009.

Lattimore. Otis Baskin. Suzette T, Heiman. Elizabeth L, Toth, Public Relation


Profesi dan Praktik. Jakarta: Salemba Humanika. 2010.

Keith Butterick, Pengantar Public relation Teori dan Praktik. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.

Rosady Ruslan, SH, MM, Manajemen Pubic Relation&Media Komunikasi


Konsepsi dan Aplikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2016.

Drs. Aceng Abdullah, Kiat Berhubungan Dengan Media Massa. Bandung; PT.
Remaja Rosdakarya. 2004.
.

Вам также может понравиться