Вы находитесь на странице: 1из 9

Berikut kita bahas tarian tradisional daerah Sulawesi Selatan satu persatu.

1. Tari Pakkuru Sumange

Tarian Pakkuru Sumange ialah tarian khas Soppeng yang berasal dari Sulawesi Selatan.
Sumange mempunyai arti sukma. Dan jika diartikan Pakkuru Sumange artinya ‘memanggil
sukma’. Bersimbol tentang kehidupan, tarian ini berharap agar damai kehidupannya, tenang
banyak rezekinya, diberkahi Tuhan.

Pada umumnya, tarian ini dipentaskan sebagai tarian adat untuk menyambut tamu yang
menggambarkan salam sejahtera bagi tamu yang datang dan tuan rumah serta mohon doa
restu, lambang persahabatan dan keakraban.

2. Tari Kipas Pakarena


Tari Kipas Pakarena berasal dari daerah Provinsi Sulawesi Selatan, tepatnya daerah Goa.
Dengan memainkan kipas, tarian ini dibawakan oleh para penari wanita dengan berbusana
adat dan menari dengan gerakannya.

Berlaku umum, tari Kipas Pakarena ini sering ditampilkan di berbagai acara yang bersifat
adat maupun hiburan. Sebuah terobosan yang patut diapresiasi bahwa Tari Kipas Pakarena ini
juga menjadi salah satu daya tarik wisata di Sulawesi Selatan, khususnya di daerah Gowa.

Pada pertunjukannya, Tari Kipas Pakarena biasanya ditampilkan oleh 5 sampai 7 orang
penari wanita. Para penari berbusana berbusana adat dan diiringi musik pengiring yang
dimainkan dari alat musik tradisional Indonesia yang sering disebut dengan Gondrong Rinci.

3. Tari Pattennung

Tari Patenung adalah tarian yang berasal dari Sulawesi Selatan yang menggambarkan wanita-
wanita tampak sedang menenun. Pesan yang disampaikan lain yaitu sikap sabar dan tekun
serta gigih para perempuan Toraja Sulawesi Selatan dalam menenun benang menjadi kain.

Penari memakain pakaian adat khas Sulawesi Selatan yaitu berupa baju Bodo Panjang, Lipaq
Sabbe (sarung), Curak Lakba, serta hiasan Bangkara, Rante Ma’bule, Ponto yang digunakan.
Terkait dengan properti, mereka memakai sarung lempar.

Saat pertunjukkan, Tarian Pattennung ini diiringi oleh instrumen alat musik tradisional Suling
dan Gendang.
4. Tari Ma’Gellu

Tarian Ma’gellu termasuk menjadai tarian yang berasal dari Sulawesi Selatan. Pada awalnya
dikembangkan di Distrik Pangalla’, sekitar 45 km ke arah Timur dari kota Rantepao,
Kabupaten Toraja Utara.

Pada umumnya, tarian ini dipentaskan dalam acara upacara adat khusus yang disebut
Ma’Bua’, yang berkaitan dengan upacara pentasbihan rumah adat Toraja/Tongkonan, atau
keluarga penghuni tersebut telah melaksanakan upacara Rambu Solo’ yang sangat besar
(Rapasaan Sapu Randanan).

Waktu berjalan, kini tarian Ma’gellu’ juga dipertunjukkan di upacara kegembiraan seperti
pesta perkawinan, syukuran panen, dan acara penerimaan tamu terhormat dari luar daerah.

5. Tari Pa’Pangngan

Tari Pa’Pangngan via Blogger

Tarian Pa’pangngan adalah tarian tradisional Sulawesi Selatan yang dilakukan oleh gadis-
gadis cantik memakai baju hitam atau gelap dan menggunakan ornamen khas Toraja seperti
kandaure.
Arti dari Pangngan Ma adalah menari saat menerima tamu-tamu terhormat yang menyambut
dengan kata-kata Tanda mo Pangngan mali’ki.

Kata Panggan sendiri berarti sirih. Yakni kata-kata dan penawaran sirih menunjukkan nilai
ditempatkan pada kunjungan dan menegaskan bahwa para tamu telah diterima dan sekarang
dianggap sebagai bagian dari masyarakat Toraja.

Masing-masing penari memegang sirih (pangngan) sebagai penawaran secara simbolis. Sirih
ditempatkan dalam kantong di depan mereka. Dan kantong tersebut dikenakan oleh wanita
lanjut usia (lansia) kebanyakan di desa-desa dan mengandung bahan untuk sirih mengunyah
sirih pinang campuran.

6. Tari Gandrang Bulo

Tari Gandrang Bulo via


Youtube

Tari Gandrang Bulo merupakan tarian dari daerah Sulawesi Selatan. Tarian ini dinyatakan
sebagai salah satu simbol penting bagi masyarakat Makassar. Ketika ada pesta rakyat,
biasanya ditampilkanlah tarian ini.

Kata Gandrang Bulo berasal dari dua kata, yaitu “Gandrang” mempunyai arti Tabuhan atau
pukulan dan “Bulo” yang meiliki arti Bambu. Yang membedakan dengan tarian lain,
diselipkan berbagai humor yang membuat para penontonnya tertawa ketika dipentaskan.
Catatan penting bagi penari yang akan membawakannya, yaitu harus terlihat bahagia.

Awalnya Ganrang Bulo cuma tarian yang diiringi oleh alat musik Gendang. Namun seiring
berjalannya waktu, tarian ini diiringi pula lagu-lagu Jenaka dan dialog-dialog humor serta
sarat kritik dan ditambah gerak tubuh yang mengundang tawa orang yang melihatnya.
7. Tari Bosara

Tari Bosara via kamerabudaya.com

Tari Bosara adalah tarian daerah yang berasal dari Sulawesi Selatan. Tarian ini ditampilkan
dalam rangka menyambut tamu kehormatan. Pada zaman dahulu, Tari Bosara ditampilkan
pada acara penting untuk menjamu raja-raja dengan suguhan kue-kue tradisional.

Selain untuk menyambut tamu raja, tarian Bosara juga ditampilkan pada berbagai pesta
seperti pesta perkawinan dan acara khitanan.

Memaknai kata bosara yakni menunjukan pada satu kesatuan utuh yang terbagi dalam piring,
yang di atasnya di beri alas kain rajutan dari wol, lalu ditempatkan piring di atasnya juga
sebagai tempat kue dan tutup bosara. Adapun kue-kue yang umumnya disajikan dengan
memakai bosara merupakan kue-kue tradisional, baik kue basah atau kue kering. Kue basah
semisal cucur, bolu peca’, brongko, biji nangka, kue lapis, kue sala’ dan lain-lain, yang
biasanya terbuat dari tepung beras.
8. Tari Tradisional Pajoge

Tari Pajoge via kamerabudaya.com

Tari Pajoge termasuk dalam kategori tarian daerah yang berasal dari Sulawesi Selatan. Pada
umumnya, tarian ini ditampilkan dalam istana atau kediaman kalangan ningrat oleh gadis
yang berasal dari kalangan rakyat biasa.

Dulu tarian tradisional ini hanya merupakan hiburan bagi kaum lelaki. Para penonton,
biasanya dari kalangan ningrat, duduk dalam lingkaran. Para penari menari melingkar. Setiap
penari menari seorang diri sambil menyanyi dan mencari pasangannya di antara penonton.
Lalu dia akan memberi daun sirih kepada lelaki yang sudah dipilihnya. Lelaki tersebut akan
menari dengan sang gadis.

Kemudian fungsi tari Pajoge menjadi tarian hiburan, juga merupakan alat komunikasi atau
media penghubung antara raja dan rakyat, untuk mendekatkan hubungan agar rakyat tetap
cinta kepada rajanya dan sebaliknya.
9. Tari Ma’randing

Tari Ma’randing adalah tarian tradisional dari daerah Sulawesi Selatan. Tari ini dipentaskan
pada pemakaman besar (biasanya orang dengan kasta tinggi). Kata Ma’randing sendiri
berasal dari kata randing yang berarti “mulia ketika melewatkan”.

Jika diamati lebih jauh, tari ini menunjukkan kemampuan dalam memakai senjata tradisional
Sulawesi Selatan dan menunjukkan keteguhan hati serta kekuatan seseorang yang meninggal
selama hidupnya. Para penari menggunakan pakaian dan alat perang tradisional. Tari ini
dikenal sebagai tari partriotik atau tari perang.

Pada pementasannya, tarian Ma’randing dibawakan oleh beberapa orang yang setiap
orangnya membawa perisai besar, pedang dan sejumlah ornamen. Setiap objek
menyimbolkan beberapa makna. Perisai yang dibuat dari kulit kerbau (bulalang)
menyimbolkan kekayaan, karena hanya orang kaya yang memiliki kerbau sendiri. Pedang
(doke, la’bo’ bulange, la’bo’ pinai, la’bo’ todolo) menunjukkan kesiapa untuk perang, yang
menyimbolkan keberanian.
10. Tari Manimbong

Tarian Manimbong ialah tari daerah Sulawesi Selatan yang cuma ditampilkan secara spesial
pada upacara adat Rambu Tuka’ oleh penari-penari pria. Tarian Manimbong ini
diselenggarakan untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Para penarinya memakai pakaian adat khusus yaitu Baju Pokko’ dan Seppa Tallu Buku yang
berselempang kain antik. Mereka juga dilengkapi dengan parang kuno (la’bo’ penai) dan
sejenis temeng bundar kecil yang bermotif ukiran Toraja.

11. Tari Ma’badong


Tari Ma’ Badong merupakan salah satu tarian adat Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Tarian ini
diadakan pada upacara kematian (Rambu Solo’) yang dilakukan secara berkelompok, para
peserta (pa’badong) membentuk lingkaran dan saling berpegangan dengan mengaitkan jari
kelingking.

Penari pa’ badong terdiri dari lelaki dan wanita setengah baya atau para orang tua dengan
pemimpin badong yang biasa disebut sebagai Indo’ Badong (perempuan) atau Ambe’ Badong
(Laki-laki). Pemimpin badong akan melantunkan syair (Kadong Badong) atau semacam
riwayat hidup dari orang yang meninggal mulai dari lahir sampai ia wafat dengan
memberikan kalimat-kalimat syair dan modus nada untuk dinyanyikan oleh semua kelompok
penari sambil berbalas-balasan. Gerakannya pun memiliki ritme tersendiri mengikuti syair
dari Badong yang dilantunkan.

Catatan untuk tarian Badong:

 Penari Badong paling sedikit berjumlah lima orang,


 Syair lagu Badong adalah syair yang sudah terstruktur sesuai dengan keempat fungsi
ditambahkan dengan riwayat hidup dari orang yang meninggal

Вам также может понравиться