Вы находитесь на странице: 1из 10

PEMANFAATAN LABORATORIUM IPS-GEOGRAFI

UNTUK PEMBELAJARAN GEOGRAFI SMA


DI KABUPATEN BANTUL

JURNAL

Disusun Oleh:

Fitri Resya Munawarah


10405241029

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
JULI 2014
PEMANFAATAN LABORATORIUM IPS-GEOGRAFI UNTUK
PEMBELAJARAN GEOGRAFI SMA
DI KABUPATEN BANTUL
Oleh:
Fitri Resya Munawarah dan Suparmini, M.Si

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) ketersediaan sarana dan


prasarana penunjang laboratorium IPS-Geografi, (3) intensitas penggunaan
laboratorium IPS-Geografi untuk pembelajaran, (3) kendala dalam penggunaan
laboratorium IPS-Geografi, serta (4) hubungan antara intensitas penggunaan
laboratorium IPS-Geografi terhadap hasil belajar geografi di Kabupaten Bantul.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif dan kuantitatif. Responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas X
IPS Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Bantul, Guru mata pelajaran
Geografi yang mengampu kelas X IPS, kepala sekolah, dan wakil kepala sekolah
bidang sarana prasarana. Penelitian ini dilaksanakan di tiga SMA yang memiliki
laboratorium IPS-Geografi dan telah menerapkan kurikulum 2013 pada tahun
ajaran 2013/ 2014. Tiga SMA tersebut adalah SMA N 1 Kasihan, SMA N 1 Jetis,
dan SMA N 1 Sedayu. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode
analisis data campuran (mix method), yaitu analisis data kualitatif dan kuantitatif.
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh kesimpulan: (1) Kondisi sarana
dan prasarana laboratorium IPS-Geografi di Kabupaten Bantul, meliputi
ketersediaan perabot lengkap, ketersediaan peralatan dan media pendidikan
kurang lengkap, dan ketersediaaan perlengkapan lainnya lengkap. (2) Intensitas
penggunaan laboratorium IPS-Geografi di kabupaten Bantul berada dalam
kategori sedang, laboratorium IPS-Geografi terkadang digunakan untuk
pembelajaran. (3) Kendala penggunaan laboratorium IPS-Geografi, meliputi
kondisi laboratorium yang kurang tertata dan kurang representatif untuk
melaksanakan pembelajaran, letak ruang laboratorium yang jauh dari kelas dan
ruang guru, sulitnya mengatur siswa untuk melaksanakan pembelajaran di
laboratorium, waktu yang terpotong untuk membawa siswa ke laboratorium,
sarana dan prasarana penunjang laboratorium IPS-Geografi yang masih terbatas.
(4) Hubungan antara intensitas penggunaan laboratorum IPS-Geografi dianalisis
dengan teknik korelasi Product Moment Pearson, yang menunjukkan terdapat
hubungan positif antara intensitas penggunaan laboratorium IPS-Geografi
terhadap hasil belajar Geografi siswa SMA di kabupaten Bantul.

Kata kunci: Laboratorium IPS-Geografi, Pemanfaatan Laboratorium,


Pembelajaran Geografi, Hasil Belajar Geografi
PENDAHULUAN
Undang-undang no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
mengamanatkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Suatu sistem pendidikan dikatakan berkualitas jika proses
pembelajarannya berlangsung secara menarik dan menantang sehingga peserta
didik dapat belajar sebanyak mungkin melalui proses belajar yang berkelanjutan.
Proses pendidikan yang berkualitas akan membuahkan hasil pendidikan yang
berkualitas pula dan dengan demikian akan makin meningkatkan kualitas
kehidupan bangsa (Radno Harsanto, 2011: 9).
Menurut Sumarmi (2012: 3), ada tiga faktor yang sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan pendidikan, yaitu: 1) perangkat keras (hardware), yang
meliputi ruang belajar, peralatan praktik, laboratorium, dan perpustakaan; 2)
perangkat lunak (software), yang meliputi kurikulum, program pembelajaran,
manajemen sekolah, sistem pembelajaran; 3) perangkat pikir (brainware), yaitu
guru, kepala sekolah, peserta didik, dan orang-orang yang terkait dalam proses
tersebut. Guru mempunyai peran yang besar untuk memanfaatkan hardware dan
software secara efektif sebagai penunjang keberhasilan pembelajaran.
Langkah pembelajaran geografi yang tepat berdasarkan kurikulum 2013
adalah dengan pendekatan belajar proses saintifik yang terdiri atas lima langkah,
yaitu: mengamati, menanya, mengeksperimen, mengasosiasi, serta
mengomunikasikan. Proses pembelajaran tersebut tidak hanya menuntut
pengembangan kemampuan kognitif siswa saja, namun juga pengembangan
kemampuan afektif serta psikomotorik siswa.
Kenyataannya proses pembelajaran yang diterapkan oleh kebanyakan guru
adalah proses pembelajaran konvensional yang mana siswa hanya mendengarkan
guru berceramah. Proses pembelajaran saintifik yang diamanatkan dalam
kurikulum 2013 belum sepenuhnya dilaksanakan. Guru hanya terfokus untuk
meningkatkan kemampuan kognitif siswa tanpa diimbangi dengan peningkatan
terhadap kemampuan psikomotorik dan afektif siswa.
Nursid Sumaatmaja (2001: 78-79) menyatakan metode mengajar yang
dapat diterapkan pada proses belajar mengajar Geografi dapat dikelompokan
dalam dua kelompok besar, yaitu metode di dalam ruangan (indoor study) dan
metode di luar ruangan (outdoor study). Pembelajaran geografi di dalam ruangan
(indoor study) tidak terbatas hanya menggunakan ruang kelas sebagai sarana
pembelajaran, namun bisa juga menggunakan ruang laboratorium IPS-Geografi
sebagai sarana pembelajarannya.
Berdasarkan hasil analisis KD-3 dan KD-4, materi pelajaran geografi
banyak yang membutuhkan laboratorium IPS-Geografi sebagai penunjang
pembelajaran. Sarana pembelajaran laboratorium untuk mata pelajaran geografi
sangatlah penting mengingat banyak materi dalam mata pelajaran geografi yang
membutuhkan praktikum dan pengamatan langsung. Laboratorium akan
memberikan sarana bagi siswa untuk membuktikan sendiri kebenaran dari teori-
teori yang mereka pelajari dari buku. Siswa mampu melihat kenyataan fisik dari
materi yang mereka pelajari. Melalui pembelajaran di laboratorium siswa
mendapat kesempatan untuk menemukan sendiri masalah dan fenomena yang
berkaitan dengan mata pelajaran geografi serta menemukan solusinya, sehingga
siswa dapat mengembangkan sikap ingin tahu, kreativitas, kerjasama,
keterampilan, kemampuan intelektual dan psikomotoriknya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 tahun 2007
tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
(SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTS), dan
Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) tidak disebutkan secara
khusus laboratorium IPS maupun laboratorium Geografi sebagai syarat minimal
sarana yang harus dimiliki oleh sekolah. Hal tersebut merupakan salah satu alasan
yang menyebabkan hanya sedikit sekolah yang mengembangkan laboratorium IPS
maupun laboratorium Geografi sebagai sarana penunjang pembelajaran di
sekolah. Bahkan dari 34 SMA yang ada di Kabupaten Bantul hanya delapan SMA
yang telah memiliki laboratorium IPS-Geografi. Hal tersebut menunjukkan bahwa
masih banyak sekolah yang belum memiliki laboratorium IPS-Geografi sebagai
sarana penunjang pembelajarannya.
Sekolah Menengah Atas di kabupaten Bantul yang telah mengembangkan
laboratorium IPS-Geografi, yaitu SMA N 2 Banguntapan, SMA N 1 Imogiri,
SMA N 1 Jetis, SMA N 1 Kasihan, SMA N 1 Kretek, SMA N 1 Piyungan, SMA
N 1 Sedayu, serta SMA N 1 Sewon. Namun, pemanfaatan laboratorium IPS-
Geografi untuk kegiatan pembelajaran geografi masih rendah. Sarana dan
prasarana penunjang pembelajaran yang ada di laboratorium IPS-Geografi juga
masih terbatas dan belum lengkap, sehingga peran laboratorium sebagai
penunjang pembelajaran geografi menjadi kurang optimal.
Menurut Ngalim Purwanto (2003: 106-107), hasil belajar siswa (output)
merupakan keluaran dari suatu proses belajar mengajar (teaching learning
process). Proses belajar mengajar turut dipengaruhi oleh faktor lingkungan
(environtmental input), masukan mentah (raw input) yang berupa karakteristik
siswa, serta faktor yang sengaja dirancang dan dimanipulasi (instrumental input).
Instrumental input, meliputi kurikulum atau bahan pelajaran, guru yang
memberikan pengajaran, serta sarana dan fasilitas pembelajaran. Pemanfaatan
laboratorium IPS-Geografi sebagai sarana dan fasilitas pembelajaran
dimungkinkan turut mempengaruhi hasil belajar geografi siswa SMA.
Pemanfaatan laboratorium IPS-Geografi yang memberikan pengaruh yang positif
terhadap hasil belajar siswa akan menunjukkan nilai manfaat keberadaan
laboratorium IPS-Geografi di SMA.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pemanfaatan Laboratorium
IPS-Geografi untuk Pembelajaran Geografi SMA di Kabupaten Bantul”.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Hasil penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan tentang kondisi sarana dan prasarana
laboratorium IPS-Geografi, intensitas penggunaan laboratorium IPS-Geografi
untuk pembelajaran, kendala yang dihadapi dalam penggunaan laboratorium
IPS-Geografi, serta hubungan antara intensitas penggunaan laboratorium IPS-
Geografi dengan hasil belajar siswa.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian campuran (mix-
method), yaitu dalam melakukan penelitian peneliti menggunakan kombinasi
metode kuantitatif dan metode kualitatif. Metode penelitian campuran
digunakan karena dalam penelitian ini menghasilkan dua jenis data, yaitu data
kuantitatif dan data kualitatif.
Metode campuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
campuran konkuren, yang merupakan prosedur-prosedur yang mana di
dalamnya peneliti mempertemukan atau menyatukan data kualitatif dan data
kuantitatif untuk memperoleh analisis komprehensif atas masalah penelitian
(Creswell, 2013: 5). Peneliti mengukur intensitas penggunaan laboratorium
IPS-Geografi serta hubungannya dengan hasil belajar geografi siswa SMA
serta. Pada waktu bersamaan peneliti juga akan mengeksplorasi ketersediaan
sarana dan prasarana penunjang di laboratorium IPS-Geografi serta kendala
penggunaan laboratorium IPS-Geografi untuk melengkapi dan memperkaya
data kuantitatif yang telah diperoleh.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


1. Analisis Kebutuhan Materi
Hasil analisis kebutuhan materi mata pelajaran Geografi yang dilakukan
oleh guru mata pelajaran dapat diidentifikasi materi yang membutuhkan
pembelajaran di laboratorium IPS-Geografi serta peralatan dan media apa
yang dibutuhkan untuk menunjang pembelajaran untuk materi tersebut.Hasil
analisis kebutuhan materi mata pelajaran Geografi dari tiga guru di masing-
masing SMA di Kabupaten Bantul menunjukkan bahwa pada dasarnya
pembelajaran semua materi mata pelajaran Geografi dapat dilakukan di
laboratorium IPS-Geografi. Tetapi tidak semua materi pembelajaran Geografi
benar-benar membutuhkan laboratorium IPS-Geografi.
Materi pembelajaran Geografi yang sangat membutuhkan laboratorium
IPS-Geografi, meliputi materi pokok pengetahuan dasar geografi, mengenal
bumi, hubungan manusia dan lingkungan akibat dinamika litosfer, hubungan
manusia dan lingkungan akibat dinamika atmosfer, sebaran tambang di
Indonesia, penginderaan jauh untuk tata guna lahan dan transportasi,
pemetaan dan sistem informasi geografis untuk pembengunan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa laboratorium IPS-Geografi dibutuhkan untuk penunjang
proses pembelajaran bagi siswa SMA.
2. Sarana dan Prasarana Penunjang Laboratorium IPS-Geografi untuk
Pembelajaran
Berdasarkan data hasil observasi diperoleh data mengenai sarana dan
prasarana penunjang laboratorium IPS-Geografi sebagai berikut.
Tabel 1. Kondisi Sarana dan Prasarana Laboratorium di Kabupaten Bantul
No. Indikator Skor Rata-Rata Kategori
1. Ketersediaan Perabot 5 Baik
2. Ketersediaan Peralatan dan Media 9,67 Kurang
Pendidikan
3. Ketersediaan Perlengkapan Lainnya 4,33 Baik
Sumber: Analisis 2014

Ketersediaan perabot penunjang laboratorium IPS-Geografi SMA di


Kabupaten Bantul berada dalam kategori baik. Hal tersebut menunjukkan
bahwa ketersediaan perabot yang seharusnya ada di laboratorium IPS-
Geografi telah terpenuhi, seperti adanya meja kerja, meja demonstrasi, kursi,
lemari alat, lemari bahan, papan tulis, dan LCD.
Keberadaan peralatan dan media pendidikan yang seharusnya ada di
laboratorium IPS-Geografi masih terbatas. Berdasarkan hasil skoring dapat
dilihat bahwa ketersediaan peralatan dan media pendidikan laboratorium IPS-
Geografi SMA di Kabupaten Bantul masih berada pada kategori kurang.
Kategori tersebut menunjukan bahwa ketersediaan peralatan dan media
pendidikan yang ada di masing-masing SMA di Kabupaten Bantul belum
mampu memenuhi kebutuhan pembelajaran geografi di laboratorium.
Ketersediaan perlengkapan penunjang lainnya bagi laboratorium IPS-
Geografi di SMA Kabupaten Bantul, meliputi soket listrik, PPPK, tempat
sampah, jam dinding, papan tata tertib, dan papan struktur laboratorium IPS-
Geografi berada pada kategori baik yang menunjukkan bahwa hampir semua
perlengkapan tersebut tersedia di laboratorium IPS-Geografi. Jumlah
perlengkapan penunjang tersebut secara umum juga telah mampu memenuhi
kebutuhan siswa.
3. Intensitas Penggunaan Laboratorium IPS-Geografi untuk Pembelajaran
Berdasarkan hasil angket siswa diperoleh analisis data sebagai berikut.
Tabel 2. Hasil Analisis Intensitas Penggunaan Laboratorium IPS-Geografi
No. Nama Sekolah Skor Rata-Rata Kategori
1 SMA N 1 Kasihan 37,07 Tinggi
2 SMA N 1 Jetis 32,89 Sedang
3 SMA N 1 Sedayu 30,87 Sedang
Sumber: Analisis 2014

Secara keseluruhan intensitas penggunaan laboratorium IPS-Geografi


SMA di Kabupaten Bantul termasuk dalam kategori sedang. Intensitas
penggunaan laboratorium IPS-Geografi SMA di Kabupaten Bantul harus
terus ditingkatkan. Pemanfaatan laboratorium IPS-Geografi juga harus terus
dibarengi dengan peningkatan kualitas sarana dan prasarana penunjang
laboratorium. Perbaikan kondisi ruang laboratorium, perbaikan dan
penambahan perabot yang dibutuhkan, pengadaan peralatan dan media
pendidikan yang dibutuhkan untuk pembelajaran dan praktikum, serta
melengkapi perlengkapan pendukung lainnya.
4. Kendala dalam Penggunaan Laboratorium IPS-Geografi
Berdasarkan angket siswa diperoleh hasil data mengenai kendala yang
mungkin dihadapi dalam penggunaan laboratorium IPS-Geografi, sebagai
berikut.
Tabel 3. Kendala yang Dihadapi dalam Pemanfaatan Laboratorium IPS-
Geografi di Kabupaten Bantul
No. Aspek Skor Rata-Rata Kategori
1. Ketersediaan dan kondisi ruang 3,78 Baik
laboratorium IPS-Geografi
2. Kendala waktu 2,56 Sedang
3. Tingkat keterampilan guru 8,68 Baik
Sumber: Analisis 2014

Secara keseluruhan berdasarkan hasil analisis angket siswa ketersediaan


dan kondisi ruang laboratorium IPS-Geografi SMA di Kabupaten Bantul
berada pada kategori baik, dengan skor rata-rata 3,78. Hal tersebut
menunjukan bahwa dalam penggunaan laboratorium IPS-Geografi
ketersediaan dan kondisi laboratorium IPS-Geografi tidak menjadi kendala.
Kendala waktu yang dihadapi dalam penggunaan laboratorium IPS-
Geografi di Kabupaten Bantul berada pada kategori sedang, dengan skor rata-
rata 2,56. Hal tersebut menunjukan bahwa secara umum ketersediaan waktu
cukup menjadi kendala dalam penggunaan laboratorium IPS-Geografi untuk
pembelajaran.
Keterampilan guru berada pada kategori baik, dengan skor rata-rata
8,68. Hal itu menunjukan bahwa secara umum keterampilan guru tidak
menjadi kendala dalam penggunaan laboratorium IPS-Geografi SMA di
Kabupaten Bantul.
Pada kenyataannya berdasarkan hasil wawancara dengan guru Geografi,
wakil kepala sekolah, dan kepala sekolah, kendala yang dihadapi guru mata
pelajaran Geografi dalam menggunaan laboratoriumm IPS-Geografi untuk
pembelajaran cukup beraneka ragam, meliputi kondisi sarana dan prasarana
laboratorium IPS-Geografi yang kurang memadai dan kurang representatif
untuk pembelajaran, waktu pembelajaran yang tersita karena jarak antara
ruang kelas dengan laboratorium IPS-Geografi yang cukup jauh, atau siswa
yang sulit diatur saat diminta untuk melaksanakan pembelajaran di
laboratorium IPS-Geografi.
5. Hubungan antara Intensitas Penggunaan Laboratorium IPS-Geografi dengan
Hasil Belajar Geografi
Hubungan antara intensitas penggunaan laboratorium IPS-Geografi
dengan hasil belajar geografi siswa SMA di Kabupaten Bantul diuji dengan
analisis Product Moment Pearson, dengan taraf kepercayaan 95%, tingkat
kesalahan 5%.
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh koefisien korelasi sebesar
0,455 yang menunjukan bahwa terdapat hubungan positif antara intensitas
penggunaan laboratorium IPS-Geografi terhadap hasil belajar siswa SMA di
Kabupaten Bantul, dan tingkat hubungan yang diperoleh adalah sedang. Hal
tersebut menunjukkan bahwa keberadaan laboratorium IPS-Geografi sebagai
penunjang pembelajaran geografi bagi siswa SMA dapat memberikan
peningkatan terhadap proses dan hasil belajar siswa.
KESIMPULAN
1. Sarana dan prasarana penunjang laboratorium IPS-Geografi SMA di
Kabupaten Bantul, meliputi ketersediaan perabot penunjang laboratorium
lengkap, ketersediaan peralatan dan media pendidikan penunjang kurang
lengkap, ketersediaan perlengkapan lainnya lengkap.
2. Intensitas penggunaan laboratorium IPS-Geografi untuk pembelajaran di
Kabupaten Bantul berada pada kategori sedang, laboratorium IPS-Geografi
terkadang digunakan untuk pembelajaran Geografi.
3. Menurut siswa, ketersediaan dan kondisi ruang laboratorium IPS-Geografi,
waktu, serta tingkat keterampilan guru tidak menjadi kendala dalam
penggunaan laboratorium IPS-Geografi untuk pembelajaran.
4. Menurut guru, kendala yang dihadapi dalam penggunaan laboratorium IPS-
Geografi adalah kondisi laboratorium yang kurang tertata dan kurang
representatif untuk melaksanakan pembelajaran, letak ruang laboratorium
yang jauh dari kelas dan ruang guru, sulitnya mengatur siswa untuk
melaksanakan pembelajaran di laboratorium, waktu yang terpotong untuk
membawa siswa ke laboratorium, sarana dan prasarana penunjang
laboratorium IPS-Geografi yang masih terbatas.
5. Terdapat hubungan yang positif antara intensitas penggunaan laboratorium
IPS-Geografi dengan hasil belajar geografi siswa SMA di Kabupaten Bantul.

DAFTAR PUSTAKA
Ngalim Purwanto. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Nursid Sumaatmadja. 2001. Metodologi Pengajaran Geografi. Jakarta: Bumi
Aksara
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007
Radno Harsanto. 2011. Pengelolaan Kelas yang Dinamis. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius
Sumarmi. 2012. Model-Model Pembelajaran Geografi. Malang: Aditya Media
Publishing
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003

Вам также может понравиться