Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Mikroorganisme adalah suatu kelompok jasad renik heterogen yang memiliki ukuran
yang mikroskopis antara 0,2-2 µm sehingga hanya dapat dilihat melalui mikroskop.Setiap sel
tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan untuk melangsungkan aktivitas kehidupan
antara lain dapat dapat mengalami pertumbuhan, menghasilkan energi dan bereproduksi
dengan sendirinya.
Pada dasarnya dari seluruh mikroorganisme yang ada di alam, hanya sebagian kecil saja
yang merupakan patogen. Patogen adalah organisme atau mikroorganisme yang
menyebabkan penyakit pada organisme lain. Kemampuan patogen untuk menyebabkan
penyakit disebut dengan patogenitas.
Sebagaimana kita ketahui sebelumnya bahwa mikroorganisme adalah organisme
hidup yang berukuran mikroskopis sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.
Mikroorganisme dapat ditemukan di semua tempat yang memungkinkan terjadinya
kehidupan. Mereka ada di dalam tanah, di lingkungan akuatik,atmosfer (udara), makanan,
dan karena beberapa hal mikroorganisme tersebut dapat masuk secara alami ke dalam tubuh
manusia, tinggal menetap dalam tubuh manusia atau hanya bertempat tinggal sementara.
Mikroorganisme ini dapat menguntungkan inangnya tetapi dalam kondisi tertentu dapat juga
menimbulkan penyakit.
Untuk itulah makalah ini disusun guna membahas mikroorganisme alami penghuni
tubuh manusia, sehingga kita dapat mengetahui hubungan antara manusia dan flora normal
tubuh manusia.
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang ,rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana penjelasan mengenai flora normal ?
2. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi kehadiran flora normal pada tubuh
manusia ?
3. Bagaimana kekhususan flora normal pada tubuh manusia ?
4. Apa sajakah macam-macam flora normal berdasarkan tempatnya pada tubuh
manusia?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada,tujuannya adalah :
1. Mengetahui penjelasan mengenai flora normal
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kehadiran flora normal pada tubuh
manusia
3. Mengetahui kekhususan flora normal pada tubuh manusia
4. Mengetahui macam-macam flora normal berdasarkan tempatnya pada tubuh manusia
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
mulut berkembang populasi mikrobe alamiah yang berbeda dengan yang ada di usus. Dalam
waktu singkat, bergantung kepada faktor-faktor seperti berapa seringnya dibersihkan,
nutrisinya, penerapan prinsip-prinsip kesehatan, serta kondisi hidup, maka anak tersebut akan
mempunyai mikrobiota normal yang macamnya sama seperti yang ada pada orang dewasa.
4
3. Kondisi hidup
4. Penerapan prinsip-prinsip kesehatan
5
Bacteroides merupakan flora tetap yang paling sering dijumpai di usus besar dan tidak
membahayakan pada tempat tersebut. Tetapi jika masuk ke rongga peritoneum atau jaringan
panggul bersama dengan bakteri lain akibat trauma, mereka menyebabkan supurasi( proses
pembentukan nanah akibat proses radang.) dan bakterimia (terdapatnya bakteri di dalam
aliran darah). Terdapat banyak contoh tetapi yang penting adalah flora normal tidak
berbahaya dan dapat bermanfaat bagi tubuh inang pada tempat yang seharusnya atau tidak
ada kelainan yang menyertainya. Mereka dapat menimbulkan penyakit jika berada pada
lokasi yang asing dalam jumlah banyak dan jika terdapat faktor-faktor predisposisi.
Pada kenyataannya, tidak banyak yang diketahui tentang hubungan antara manusia
dan flora normal mereka, tetapi mereka dianggap sebagai interaksi. Baik host dan bakteri
sama-sama bertujuan untuk memperoleh manfaat satu sama lain.Flora normal berasal dari
host yang kaya akan pasokan nutrisi, lingkungan yang stabil, dan lain-lain. Host memperoleh
manfaat tertentu dari flora normal seperti dalam proses pencernaan makanan, stimulasi dari
kegiatan pembangunan sel tubuh, sistem imun, dan perlindungan diri untuk melawan
kolonisasi dan infeksi oleh mikroba patogen.
Sebagian dari flora normal adalah parasit (hidup menumpang pada hostnya), dan
beberapa bersifat patogen (mampu menghasilkan penyakit). Penyakit yang dihasilkan oleh
flora normal pada hospes mereka dapat disebut penyakit endogen. Kebanyakan endogen
bakteri penyakit infeksi oportunistik. Contoh dari infeksi oportunistik adalah bronkitis kronis
pada perokok dimana bakteri flora normal dapat menyerang paru-paru yang melemah.
Sebagian besar anggota flora bakteri normal lebih memilih untuk menjajah jaringan
tertentu yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi dan kecocokan tempatnya .Kekhususan
jaringan biasanya disebabkan oleh sifat-sifat baik dari tuan rumah dan bakteri.Berikut ini
adalah mekanisme bakteri dalam menentukan kekhususan pada hostnya (Dwijoseputro,
1990):
1. Tropisme jaringan
Tissue tropism adalah bakteri preferensi atau kesukaan bakteri pada jaringan tertentu
untuk pertumbuhannya. Salah satu penjelasan untuk jaringan tropism ini adalah bahwa tuan
rumah (host) menyediakan nutrisi penting untuk faktor pertumbuhan bakteri, selain itu
kesesuaian akan oksigen, pH, dan suhu juga merupakan faktor penting yang untuk
pertumbuhan juga dapat dijadikan faktor kekhususan . Contoh : Lactobacillus acidophilus,
atau yang dikenal sebagai “Doderlein’s bacillus” adalah bakteri yang hidup berkoloni di
6
vagina karena dihasilkan glikogen yang menyediakan bakteri sumber gula yang dapat
mereka memfermentasi untuk asam laktat.
2. Spesifik kepatuhan
Kebanyakan bakteri dapat menjajah suatu jaringan tertentu karena mereka dapat
mematuhi cara tertentu yang melibatkan interaksi kimia yang saling melengkapi antara dua
permukaan. Pada biokimia, kepatuhan melibatkan interaksi antara komponen permukaan
bakteri (ligan atau adhesins) dan molekul reseptor sel inang. Komponen bakteri yang
menyediakan molekul adhesins adalah bagian dari kapsul, fimbriae, atau dinding sel mereka.
Reseptor pada sel manusia atau jaringan molekul glikoprotein biasanya terletak pada host
permukaan sel atau jaringan. Khusus kepatuhan melibatkan interaksi kimia yang saling
melengkapi antara sel inang dan permukaan
bakteri.
2. Pembentukan Biofilm
Biofilm adalah kumpulan sel mikroorganisme, khususnya bakteri, yang melekat di suatu
permukaan dan diselimuti oleh pelekat karbohidrat yang dikeluarkan oleh bakteri. Biofilm
terbentuk karena mikroorganisme cenderung menciptakan lingkungan mikro
dan relung (niche) mereka sendiri. Biofilm memerangkap nutrisi untuk pertumbuhan populasi
mikroorganisme dan membantu mencegah lepasnya sel-sel dari permukaan pada sistem yang
mengalir.Permukaan sendiri adalah habitat yang penting bagi mikroorganisme
karena nutrisi dapat terjerap pada permukaan sehingga kandungan nutrisinya dapat lebih
tinggi daripada di dalam larutan.Konsekuensinya, jumlah dan aktivitas mikroba pada
permukaan biasanya lebih tinggi daripada di air.
7
Pembentukan biofilm dimulai dengan menempelnya mikroorganisme yang mengambang
bebas ke suatu permukaan. Koloni pertama ini melekat secara lemah pada permukaan. Adhesi
reversibel melalui gaya van der Waals . Jika koloni ini tidak segera lepas dari permukaan,
mereka dapat membuat jangkar sendiri lebih permanen menggunakan sel adhesi, yaitu suatu
struktur seperti pili.
Koloni pertama memfasilitasi kedatangan sel lain dengan menyediakan lebih beragam
tempat untuk adhesi dan memulai untuk membangun matrik yang dapat berpegangan
bersama-sama di dalam biofilm. Beberapa spesies tidak dapat melekat permukaan sendiri
tetapi seringkali mampu mengkait diri dengan suatu matrik atau langsung ke koloni
sebelumnya. Selama kolonisasi ini, sel mampu berkomunikasi melalui quorum
sensing(mekanisme untuk memastikan jumlah sel mencukupi sebelum suatu spesies
melakukan respon biologi khusus). Setelah kolonialisai dimulai, biofilm tumbuh melalui
kombinasi dari pembelahan sel dan pengambilan. Tahap akhir pada pembentukan biofilm
dikenal sebagai perkembangan dan merupakan tahap di mana biofilm dibangun untuk dapat
berubah dalam bentuk dan ukurannya. Perkembangan biofilm memungkinkan untuk
pembentukan koloni agregat sel (koloni) yang akan semakin tahan terhadap antibiotik.
1. Penempelan awal
2. Perlekatan irreversibel
3. Pematangan I
4. pematangan II
8
5. Penyebaran
Penyebaran sel dari koloni suatu biofilm merupakan tahap penting dari siklus hidup
biofilm. Penyebaran memungkinkan biofilm untuk tersebar dan mengkoloni permukaan yang
baru. Enzim yang dapat mendegradasi matriks ekstraselular biofilm, seperti B dispersin dan
deoxyribonuclease mungkin memainkan peran dalam penyebaran biofilm
9
1. Kulit
Kulit secara konstan berhubungan dengan bakteri dari udara atau dari benda-
benda, tetapi kebanyakan bakteri ini tidak tumbuh pada kulit karena kulit tidak sesuai
untuk pertumbuhannya (Michael J. Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar
Mikrobiologi,2008). Kulit manusia terlihat lebih mudah pecah atau rusak bila
dibandingkan dengan kulit hewan, seperti badak, gajah, dan kura -kura. Namun kulit
manusia memiliki sifat sebagai pertahanan (barier) yang sangat efektif terhadap infeksi.
Dalam kenyataanya, tidak ada bakteri yang dapat menembus kulit utuh yang telanjang
tanpa pelindung.
Kulit bersifat sedikit asam dengan pH 5 % dan memiliki temperatur kurang dari
37°C. Lapisan sel-sel yang mati akan membuat permukaan kulit secara konstan
berganti sehingga bakteri yang berada dibawah permukaan kulit tersebut akan juga
dengan konstan terbuang dengan sel mati. Lubang -lubang alami yang terdapat di kulit,
seperti pori-pori, folikel rambut, atau kelenjar keringat memberikan suatu lingkungan
yang mendukung pertumbuhan bakteri. Namun lubang -lubang tersebut secara alami
dilindungi oleh lisozim (enzim yang dapat merusak peptidoglikan bakteri yang
merupakan unsur utama pembentuk dinding sel bakteri gram positif) dan lipida toksik.
Pelindung lain terhadap kolonialisasi kulit oleh bakteri patogen adalah
mikroflora normal kulit. Mikroflora tersebut merupakan suatu kumpulan dari bakteri
nonpatogen yang normal berkolonisasi pada setiap area kulit yang mampu mendukung
pertumbuhan bakteri. Bakteri patogen yang akan menginfeksi kulit harus mampu
bersaing dengan mikroflora normal yang ada untuk mendapatkan tempat kolonisasi
10
serta nutrien untuk tumbuh dan berkembang. Mikroflora normal kulit terutama
terdiri dari bakteri gram positif. Tetapi bakteri gram negatif seperti Escherichia coli
yang habitatnya ada di dalam usus manusia, juga bisa terdapat pada kulit manusia
karena adanya kontaminasi kotoran manusia.
Walaupun ada pertahanan tersebut di atas, beberapa bakteri patogen dapat
berkolonisasi sementara pada kulit dan dapat mengambil manfaat dari luka yang ada
pada permukaan kulit untuk memperoleh jalan masuk ke jaringan yang ada di bawah
kulit. Di bawah kulit, mereka akan menghadapi sejumlah sel yang telah terspesifikasi
yang disebut dengan skin -associated lymphoid tissue (SALT). Fungsi SALT adalah
mencegah bakteri patogen tidak sampai ke area yang lebih jauh di bawah kulit dan
mencegah mereka tidak sampai ke aliran darah. Relatif sedikit yang diketahui tentang sel
-sel yang menyusun SALT. Salah satu tipe selnya adalah sel yang memaparkan antigen
yang terspesialisasi yang membantu tipe sel yang lain, specialized skin- seeking
lymphocyte, untuk memproduksi antibodi. Sel -sel limfosit tersebut juga memproduksi
sitokin, protein yang merangsang sel -sel dari sistem imun dan memiliki sejumlah efek
lain. Komponen SALT yang lain adalah keratinosit yang banyak terdapat pada lapisan
epidemis dan bertanggung jawab untuk memelihara lingkungan mikrokulit yang
bersifat asam. Keratinosit memproduksi sitokin dan juga mampu untuk ingesti dan
membunuh bakteri.
Pentingnya pertahanan kulit ini diilustrasikan paling baik dengan pengaruh
luka bakar yang parah, yang akan mengeliminasi semua bentuk pertahanan kulit
termasuk SALT. Seseorang yang mengalami luka bakar tingkat dua dan tiga yang
ekstensif dan orang yang bertahan hidup dari trauma inisial yang berhubungan dengan
luka bakar masih belum terbebas dari bahaya. Banyak korban luka bakar mati karena
infeksi bakterial yang terjadi sebelum kulit terbakar mengalami penyembuhan.
Hilangnya pertahanan kulit dan tereksposnya lapisan jaringan di bawah kulit yang basah
dan kaya nutrien merupakan hal yang ideal untuk kolonisasi bakteri pada area yang
terbakar. Penyebab yang paling umum pada infeksi kulit yang terbakar
adalah Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus, dua spesies bakteri yang
terdapat di mana-mana pada lingkungan rumah sakit. Kedua spesies juga dikenal
resisten terhadap antibiotik. Antibiotik paling efektif bila aksi antibakterial mereka
didukung dengan aktivitas pembunuhan oleh sistem imun. Efek kombinasi dari
kerusakan SALT dan resistensi alami bakteri telah membuat infeksi luka bakar sulit
untuk ditangani dengan efektif. Infeksi tersebut merupakan suatu penyebab utama
11
kematian di antara penderita luka bakar. Bahkan, bila tidak bersifat fatal, infeksi
bakterial pada jaringan yang terbakar meningkatkan jumlah kerusakan jaringan dan
mencegah penyembuhan area kulit yang terbakar.
Pada umumnya beberapa bakteri yang ada pada kulit tidak mampu bertahan
hidup lama karena kulit mengeluarkan substansi bakterisida. Sebagai contoh, kelenjar
keringat mengekskresikan lisozim, suatu enzim yang dapat menghancurkan dinding sel
bakteri. Kelenjar lemak mengekskresikan lipid yang kompleks, yang mungkin
diuraikan sebagian oleh beberapa bakteri; asam-asam lemak yang dihasilkannya sangat
beracun bagi bakteri-bakteri lain.
Kebanyakan bakteri kulit di jumpai pada epitelium yang seakan-akan bersisik
(lapisan luar epidermis), membentuk koloni pada permukaan sel -sel mati. Kebanyakan
bakteri ini adalah spesies Staphylococcus dan sianobakteri aerobik, atau difteroid. Jauh
di dalam kelenjar lemak dijumpai bakteri-bakteri anaerobik lipofilik, seperti
Propionibacterium acnes, penyebab jerawat. Jumlahnya tidak dipengaruhi oleh
pencucian. Staphylococcus epidermidis yang bersifat nonpatogen pada kulit namun
dapat menimbulkan penyakit saat mencapai tempat -tempat tertentu seperti katup
jantung buatan dan sendi prostetik (sendi buatan). Bakteri ini lebih sering ditemui pada
kulit dibandingkan dengan kerabatnya yang bersifat patogen yaitu
Staphylococcus aureus. Secara keseluruhan ada sekitar 103-104
mikroorganisme/cm2 yang kebanyakan terletak pada stratum (lapisan) korneum.
Faktor-faktor yang berperan menghilangkan flora sementara pada kulit adalah
pH rendah, asam lemak pada sekresi sebasea dan adanya lisozim. Berkeringat yang
berlebihan atau pencucian dan mandi tidak menghilangkan atau mengubah secara
signifikan flora tetap. Jumlah mikroorganisme permukaan mungkin berkurang dengan
menggosok secara kuat setiap hari dengan sabun yang mengandung heksakloforen atau
desinfektan lain, namun flora secara cepat muncul kembali dari kelenjar sebasea dan
keringat, meskipun tidak ada hubungan secara total terhadap kulit bagian lain maupun
lingkungan. Penggunaan tutup rapat pada kulit cenderung menyebabkan populasi
mikrobiota secara keseluruhan sangat menin gkat dan dapat menimbulkan perubahan
kualitatif flora kulit.
12
2. Hidung dan Nasofaring (nasopharynx)
3. Mulut
13
Kelembapan yang paling tinggi, adanya makanan terlarut secara konstan dan
juga partikel-partikel kecil makanan membuat mulut merupakan lingkungan ideal bagi
pertumbuhan bakteri. Mikrobiota mulut atau rongga mulut sangat beragam; banyak
bergantung pada kesehatan pribadi masing -masing individu. (Michael J. Pelczar, Jr.
dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar Mirobiologi, 2008: 549).
Diperolehnya mikrobiota mulut. Pada waktu lahir, rongga mulut pada
hakikatnya merupakan suatu inkubator yang steril, hangat, dan lembap yang
mengandung sebagai substansi nutrisi. Air liur terdiri dari air, asam amino, protein,
lipid, karbohidrat, dan senyawa-senyawa anorganik. Jadi, air liur merupakan medium
yang kaya serta kompleks yang dapat dipergunakan sebagai sumber nutrien bagi
mikrobe pada berbagai situs di dalam mulut. (Michael J. Pelczar, Jr. dan
E.C.S Chan, Dasar-Dasar Mirobiologi, 2008: 549-550).
Beberapa jam sesudah lahir, terdapat peningkatan jumlah mikroorganisme
sedemikian sehingga di dalam waktu beberapa hari spesies bakteri yang khas
bagi rongga mulut menjadi mantap. Jasad-jasad renik ini tergolong ke dalam genus
Streptococcus, Neisseria, Veillonella, Actinomyces,dan Lactobacillus. (Michael
J.Pelczar, Jr. dan E.C.S Chan,Dasar-Dasar Mirobiologi, 2008: 551).
Jumlah dan macam spesies ada hubungannya dengan nutrisi bayi serta hubungan
antara bayi tersebut dengan bayinya, pengasuhnya, dan benda-benda seperti handuk
serta botol-botol susunya. Spesies satu-satunya yang selalu diperoleh dari rongga
mulut, bahkan sedini hari kedua setelah air, ialah Streptococcus.
Sampai munculnya gigi, kebanyakan mikroorganisme di dalam mulut adalah
aerob atau anaerob fakultatif. Ketika gigi pertama muncul, anaerob obligat seperti
Bacteroides dan bakteri fusiform (Fusiobacterium sp.), menjadi lebih jelas
karena jaringan di sekitar gigi menyediakan lingkungan anae robik. (Michael J. Pelczar,
Jr. dan E.C.S Chan, Dasar-Dasar Mirobiologi, 2008: 552)
Gigi itu sendiri merupakan tempat bagi menempelnya mikrobe. Ada dua spesies
bakteri yang dijumpai berasosiasi dengan permukaan gigi: Streptococcus sanguis dan
S. mutans (penyebab) utama kerusakan gigi, atau pembusuk gigi. Tertahannya kedua
spesies ini pada permukaan gigi merupakan akibat sifat adhesif baik dari glikoprotein
liur maupun polisakaride bakteri. Sifat menempel ini sangat penting bagi
kolonialisasi bakteri di dalam mulut. Glikoprotein liur mampu menyatukan bakteri
-bakteri tertentu dan mengikat mereka pada permukaan gigi.
14
Plak adalah sebuah film/lapisan sel bakteri, yang berlabuh di sebuah
matriks polisakarida disekresi oleh mikroorganisme. Apabila gigi tidak dibersihkan
secara teratur, plak dapat terbentuk dengan cepat dan aktivitas bakteri tertentu,
terutama Streptococcus mutans, dapat menyebabkan kerusakan gigi (rongga).
Karies merupakan suatu kerusakan gigi yang dimulai dari permukaan dan
berkembang ke arah dalam. Terjadinya karies juga tergantung pada faktor-faktor
genetik, hormonal, gizi, dan faktor lainnya. Pengendali karies gigi meliputi
pembuangan plak, pembatasan ma kanan yang mengandung sukrosa, gizi yang baik
mengandung cukup protein dan pengurangan pembentukan asam dalam mulut dengan
cara membatasi keberadaan karbohidrat dan pembersihan mulut yang sering.
Pemakaian flourida pada gigi atau peningkatan jumlah fluor pada air mengakibatkan
peningkatan resistensi email terhadap asam. Pengendalian penyakit periodontal
memerlukan pembuangan karang gigi dan kebersihan mulut.
4. Orofaring (oropharinx)
15
mikroorganisme. Hal ini disebabkan karena saluran pernapasan berlapiskan silia, yaitu
embel-embel seperti rambut, yang menyapu mikroorganisme dan bahan -bahan lain dari
bagian sebelah dalam saluran ke bagian sebelah atas untuk dibuang. Rambut bersama
dengan lendir di dalam lubang hidung itulah yang pertama-tama membantu melindungi
saluran pernapasan dengan cara menyaring bakteri dari udara yang dihirup.
5. Perut
6. Usus Kecil
16
dan ileum atau usus halus gelung) kadang kala dijumpai spesies-spesies enterokokus,
laktobasilus, dan difteroid. Khamir Candida albicans dapat juga dijumpai pada bagian
usus kecil ini. Pada bagian usus kecil yang jatuh (ileum), mikrobiota mulai menyerupai
yang dijumpai pada usus besar. Bakteri anaerobik dan enterobakteri mulai nampak
dalam jumlah besar.
7. Usus Besar
8. Uretra
17
2.4.8 Gambar Flora Normal Uretra (Mycobacterium sp)
Pada orang sehat, ginjal, ureter (saluran dari ginjal ke kandung kemih), dan
kandung kemih bebas dari mikroorganisme, namun bakteri pada umunya dijumpai
pada uretra (saluran dari kandung kemih ke luar) bagian bawah baik pada pria
maupun wanita. Tetapi jumlahnya berkurang di dekat kandung kemih, agaknya
disebabkan efek antibakterial yang dilancarkan oleh selaput lendir uretra dan seringnya
epitelium terbilas oleh air seni. Ciri populasi ini berubah menurut variasi daur
haid. Penghuni utama vagina dewasa adalah laktobasilus yang toleran terhadap
asam. Bakteri ini mengubah glikogen yang dihasilkan epi telium vagina, da n di
dalam proses tesebut menghasilkan asam. Penumpukan glikogen pada dinding
vagina disebakan oleh kegiatan indung telur; hal ini tidak dijumpai sebelum masa akil
balig ataupun setelah menopause (mati haid). Sebagai akibat perombakan glikogen,
maka pH di dalam vagina terpelihara pada sekitar 4.4 sampai 4,6.
Mikrooganisme yang mampu berkembang baik pada pH rendah ini dijumpai di
dalam vagina dan mencakup enterokokus, Candida albicans , dan sejumlah besar bakteri
anaerobik. Sistem urinari dan genital secara anatomis terletak berdekatan, suatu penyakit
yang menginfeksi satu sistem akan mempengaruhi siste m yang lain khususnya pada
laki-laki. Saluran urin bagian atas dan kantong urine steril dalam keadaan
normal. Saluran uretra mengandung mikroorganisme seperti Streptococcus,
Bacteriodes, Mycobacterium, Neisseria dan enterik. Sebagian besar mikroorganisme
yang ditemukan pada urin merupakan kontaminasi dari flora normal yang terdapat pada
kulit. Keberadaan bakteri dalam urine belum dapat disimpulkan sebagai penyakit
saluran urine kecuali jumlah mikroorganisme di dalam urine melebihi 105 sel/ml
(universitasmuhammadiyahyogyakarta.ac.id).
18
2.4.9 Gambar Flora Normal Mata (Corynebacterium xerosis)
Flora liang telinga luar biasanya merupakan gambaran flora kulit. Dapat
dijumpai Streptococcus pneumonia, batang gram negatif termasuk Pseudomonas
aeruginosa, Staphylococcus aureus dan kadang-kadang Mycobacterias aprofit. Telinga
bagian tengah dan dalam biasanya steril.
19
2.4.11 Gambar Flora Normal Darah
Pada keadaan normal darah dan jaringan adalah steril. Kadang-kadang karena
manipulasi sederhana seperti mengunyah, menyikat gigi, ekstraksi gigi, flora komensal
dari mulut dapat masuk ke jaringan atau darah. Dalam keadaan normal mikroorganisme
tersebut segera dimusnahkan oleh sistem kekebalan tubuh. Hal seperti itu dapat terjadi
pula dengan flora faring, saluran cerna dan saluran kemih. Pada keadaan abnormal
seperti adanya katup jantung abnormal, atau protesa lain, bakteremia di atas dapat
mengarah pada pembentukan koloni dan infeksi.
11. Vagina
20
difteroid. Vagina normal mengandung 108 per ml. Mikroorganisme tidak akan mampu
bertahan hidup pada keadaan tersebut kecuali penyebab penyakit STD (sexual transmitted
diseases).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Flora normal adalah kumpulan mikroorganisme yang secara alami terdapat pada
tubuh manusia normal dan sehat. Kebanyakan flora normal yang terdapat pada tubuh
21
manusia adalah dari jenis bakteri. Namun beberapa virus, jamur, dan protozoa juga
dapat ditemukan pada orang sehat.
2. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan kehadiran flora normal pada tubuh manusia
adalah sebagai berikut :
Nutrisi
Kebersihan seseorang
Kondisi hidup
Penerapan prinsip-prinsip kesehatan
3. Kekhususan Mikroorganisme yang secara tetap terdapat pada permukaan tubuh
bersifat komensal. Pertumbuhan pada bagian tubuh tertentu bergantung pada faktor-
faktor biologis seperti suhu,pH, kelembapan dan ada tidaknya nutrisi tertentu serta
zat-zat penghambat. Keberadaan flora tersebut tidak mutlak dibutuhkan untuk
kehidupan karena hewan yang dibebaskan (steril) dari flora tersebut, tetap bisa hidup.
Mekanisme bakteri dalam menentukan kekhususan pada hostnya yaitu :
Tropisme jaringan
Spesifik kepatuhan
Pembentukan Biofilm
22
Jawetz, Melnick, dan Adelbergs,2005. Mikrobiologi Kedokteran (Medical
Microbiology).Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
23
24