Вы находитесь на странице: 1из 13

WIRAUSAHA, BISNIS DAN BUDAYA KERJA

Pengertian Wirausaha
Secara sederhana wirausaha (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani
mengambil risiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani
mengambil risiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa
takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti.
Menurut Peter F. Drucker kewirausahaan merupakan kemempuan dalam
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Maksudnya, bahwa seorang wirausahawan
adalah orang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, berbeda
dari yang lain atau mampu menciptakan sesuatu yang berbeda dengan yang sudah ada
sebelumnya.
Menurut Zimmerer kewirausahaan merupakan suatu proses penerapan kreativitas
dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki
kehidupan (usaha). Maksudnya, untuk menciptakan sesuatu diperlukan suatu kreativitas
dan jiwa innovator yang tinggi. Seseorang yang memiliki kreativitas dan jiwa innovator tentu
berpikir untuk mencari atau menciptakan peluan yang baru agar lebih baik dari sebelumnya.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan merupakan suatu
kemampuan dalam hal menciptakan kegiatan usaha. Kemampuan menciptakan
memerlukan adanya kreativitas dan inovasi yang terus-menerus untuk menemukan sesuatu
yang berbeda dari yang sudah ada sebelumnya yang akhirnya mampu memberikan
kontribusi bagi masyarakat banyak.

Untuk berwirausaha dapat dilakukan dengan cara:


1. Memiliki modal sekaligus menjadi pengelola
2. Menyetor modal dan pengelolaan ditangani oleh pihak mitra
3. Hanya menyerahkan tenaga namun dikonversikan ke dalam bentuk saham sebagai
bukti kepemilikan usaha.

Etika atau norma yang harus ada dalam benak dan jiwa setiap PENGUSAHA adalah sebagai
berikut :
1. Kejujuran. Jujur dalam berbicara maupun bertindak. Jujur perlu agar berbagai pihak
percaya terhadap apa yang akan dilakukan. Tanpa kejujuran usaha tidak akan maju dan
tidak dipercaya konsumen atau mitra kerjanya.
2. Bertanggung jawab. Bertanggung jawab terhadap segala kegiatan yang dilakukan dalam
usahnya. Kawajiban terhadap berbagai pihak harus segera diselesaikan. Tanggung jawab
tidak hanya terbatas pada kewajiban, tetapi juga kepada seluruh karyawannya,
masyarakat, dan pemerintah.
3. Menepati janji. Menepati janji dalam hal pembayaran, pengiriman barang atau
penggantian dan sebagainya. Sekali saja seorang pengusaha ingkar janji, hilanglah
kepercayaan pihak lain terhadapnya. Pengusaha juga harus konsisten terhadap apa yang
telah dibuat dan disepakati sebelumnya.
4. Disiplin. Disiplin dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan usahanya, misalnya
dalam hal waktu pembayaran atau pelaporan kegiatan usahanya.
5. Taat hukum. Patuh dan menaati hukum yang berlaku, baik yang berkaitan dengan
masyarakat ataupun pemerintah. Pelanggaran terhadap hukum dan peraturan yang
telah dibuatkan berakibat fatal dikemudian hari. Bahkan, hal itu akan menjadi beban
moral bagi penguasaha apabila tidak diselesaikan.
6. Suka membantu. Pengusaha secara moral harus sanggup membantu berbagai pihak
yang memerlukan bantuan. Sikap ringan tangan ini dapat ditunjukkan kepada
masyarakat dalam berbagai cara, misalnya menjalankan program CSR. Pengusaha yang
terkesan pelit akan dimusuhi banyak orang.
7. Komitmen dan menghormati. Komitmen dengan apa yang mereka jalankan dan
menghargai komitmen dengan pihak-pihak lain. Pengusaha yang menjunjung tinggi
komitmen terhadap apa yang telah diucapkan atau disepakati akan dihargai oleh
berbagai pihak.
8. Mengejar prestasi. Tujuannya agar usaha dapat terus bertahan dari waktu ke waktu.
Prestasi yang berhasil dicapai perlu terus ditingkatkan. Disamping itu, pengusaha juga
harus tahan mental dan tidak mudah putus asa terhadap berbagai kondisi dan situasi
yang dihadapinya.

Tujuan Etika Wirausaha


Tujuan etika harus sejalan dengan tujuan perusahaan, ada beberapa tujuan etika yang selalu
ingin dicapai oleh perusahaan, yaitu:
1. Untuk persahabatan dan pergaulan, dengan cara meningkatkan keakraban dengan
karyawan, pelanggan atau pihak-pihak lain yang berkepentingan. Suasana akrab akan
berubah menjadi persahabatan dan menambah luasnya pergaulan. Jika karyawan,
pelanggan, dan masyarakat menjadi akrab, segala urusan akan menjadi lebih mudah dan
lancar.
2. Menyenangkan orang lain. Sikap menyenangkan orang lain merupakan sikap yang mulia.
Jika kita ingin dihormati, maka hormatilah orang lain. Menyenangkan orang berarti
membuat orang menjadi suka dan puas terhadap pelayanan yang diberikan. Jika
pelanggan merasa senang dan puas atas pelayanan yang diberikan, diharapkan mereka
akan mengulangnya kembali suatu waktu.
3. Membujuk pelanggan. Setiap calon pelanggan memiliki karakter tersendiri. Kadang-
kadang calon pelanggan perlu dibujuk agar mau menjadi pelanggan. Berbagai cara dapat
dilakukan oleh perusahaan untuk membujuk calon pelanggan, salah satunya dengan
cara melalui etika yang ditunjukan seluruh karyawan perusahaan.
4. Mempertahankan pelanggan. Ada anggapan mempertahankan planggan jauh lebih sulit
daripada mencari pelanggan, dan ada juga yang beranggapan bahwa mempertahankan
pelanggan lebih mudah karena merka sudah merakan produk atau layanan yang
diberikan.
5. Membina dan menjaga hubungan. Hubungan yang sudah berjalan baik harus tetap dan
terus dibina. Hindari adanya perbedaan paham atau konflik. Dengan etika ciptakan
hubungan dalam suasana akrab dan lebih baik.

Sikap dan Perilaku wirausaha


Sikap dan tingkah laku menunjukan kepribadian karyawan suatu perusahaan, dan diberikan
kepada seluruh pelanggan tanpa pandang bulu. Ada beberapa sikap dan perilaku yang harus
dijalankan oleh pengusaha dan seluruh karyawan, yaitu:
1. Jujur dalam bertindak dan bersikap. Jujur merupakan modal utama seorang karyawan
dalam melayani pelanggan. Kejujuran dalam berkata, berbicara, bersikap, maupun
bertindak. Kejujuran inilah yang akan menumbuhkan kepercayaan pelanggan atas
layanan yang diberikan.
2. Rajin, tepat waktu, dan tidak pemalas. Seorang karyawan dituntuk untuk rajin dan tepat
waktu dalam bekerja terutama dalam melayani pelanggan dan tidak boleh malas dalam
bekerja.
3. Selalu murah senyum. Dalam menghadapi tamu/pelanggan, seorang karyawan harus
selalu murah senyum, jangan sekali-kali bersikap murung atau cemberut. Dengan
senyum kita mampu meruntuhkan hati pelanggan untuk menyukai produk atau
perusahaan kita.
4. Lemah-lembut dan ramah-tamah. Dalam bersikap dan berbicara pada saat melayani
pelanggan atau tamu hendaknya dengan suara lemah lembut dan sikap yang tamah
tamah. Ini dapat menarik minat tamu dan membuat pelanggan betah berhubungan
dengan perusahaan.
5. Sopan santu dan hormat. Dalam memberikan pelayanan keapda pelanggan hendanya
selalu bersikap sopan dan hormat. Dengan demikian pelanggan juga akan menghormati
pelayanan yang diberikan karyawan tersebut.
6. Selalu ceria dan padai bergaul. Sikap selalu ceria yang ditunjukan karyawan dapat
memecahkan kekakuan yang ada, sedangkan sikap pandai bergaul juga akan
menyebabkan pelanggan merasa cepat akrab dan merasa seperti teman lama sehingga
segala sesuatu berjalan lancer.
7. Fleksibel dan suka menolong pelanggan. Dalam menghadapi pelanggan, karyawan harus
dapat memberikan pengertian dan mau mengalah kepada pelanggan. Segala sesuatu
dapat diselesaikan dan selalu ada jala keluarnya dengan cara yang fleksibel. Karyawan
diharapkan suka menolong pelanggan yang mengalami kesulitan sampai menemui jalan
keluarnya.
8. Serius dan memiliki rasa tanggung jawab. Dalam melayani pelanggan karyawan harus
serius dan sungguh-sungguh, tabah dalam menghadapi pelanggan yang sulit
berkomunikasi atau yang suka ngeyel. Dan juga harus mampu bertanggung jawab
terhadap pekerjaannya samapi pelanggan merasa puas terhadap pelayanan yang
diberikan.
9. Rasa memiliki persahaan yang tinggi. Rasa kepemilikan ini akan memotivasi karyawan
untuk melayani pelanggan, disamping itu karyawan juga harus memiliki jiwa
pengabdian, loyal, dan setia terhadap perusahaan.

Etika Bisnis
Pengertian Etika Bisnis
Beberapa ahli pernah menjelaskan mengenai arti etika bisnis, diantaranya adalah:
- Menurut Yosephus, pengertian etika bisnis adalah wilayah penerapan prinsip-prinsip
moral umum pada wilayah tindak manusia di bidang ekonomi, khususnya bisnis. Jadi,
secara hakiki sasarannya adalah perilaku moral pebisnis yang berkegiatan ekonomi.
- Menurut Hill dan Jones, pengertian etika bisnis adalah suatu ajaran untuk membedakan
antara salah dan benar. Hal ini dapat memberikan pembekalan kepada setiap pemimpin
perusahaan ketika mempertimbangkan untuk mengambil keputusan strategis yang
terkait dengan masalah moral yang kompleks.
- Menurut Velasques, etika bisnis adalah studi yang dikhususkan mengenai moral yang
benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan
dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis.
- Steade Et Al. Etika bisnis adalah standar etika yang berhubungan dengan tujuan dan cara
mengambil suatu keputusan bisnis.
Secara umum, pengertian etika bisnis adalah cara-cara yang dilakukan oleh suatu bisnis
dalam menjalankan kegiatan bisnisnya yang mencakup berbagai aspek, baik itu individu,
perusahaan, maupun masyarakat.
Etika bisnis dapat juga diartikan sebagai suatu pengetahuan mengenai tata cara ideal dalam
mengelola bisnis dengan memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara
universal, ekonomi, dan sosial.

Adapun beberapa prinsip etika bisnis adalah sebagai berikut:


- Jujur dalam berkomunikasi dan bersikap
- Memiliki komitmen dan memenuhi janji
- Memiliki integritas
- Memiliki loyalitas

Tujuan Etika Bisnis


Setelah memahami pengertian etika dalam berbisnis, tentunya kita juga perlu tahu apa
tujuannya. Setiap pebisnis sudah seharusnya memiliki pengetahuan tentang etika dalam
berbisnis dan mengaplikasikannya dalam menjalankan usahanya.
Bagi para pengusaha, tujuan etika bisnis adalah untuk meningkatkan kesadaran moral
serta membuat batasan-batasan bagi para pelaku bisnis serta menjalankan good business.
Para pengusaha harus memiliki pemahaman bahwa monkey business atau praktek bisnis
kotor hanya akan merugikan banyak pihak, termasuk dirinya sendiri pada akhirnya.
Pemahaman dan pelaksanaan etika dalam berbisnis dengan baik akan membawa suatu
perusahaan ke arah manajemen bisnis yang baik sehingga memiliki citra yang baik di mata
semua orang.
Intinya, bisnis yang menerapkan etika berbisnis yang baik umumnya tidak akan merugikan
pihak lain, tidak melanggar hukum yang berlaku, dan menjaga kondisi bisnis tetap kondusif.

Prinsip Etika Bisnis


Di dalam teori ekonomi, praktik bisnis harus memiliki etika. Lalu, prinsip etika seperti apa
yang berlaku dalam kegiatan bisnis? Berikut ini adalah beberapa prinsip etika bisnis yang
dimaksud:
1. Prinsip Otonomi. Prinsip otonomi ini saya berkaitan dengan sikap dan kemampuan
individu dalam mengambil sebuah keputasan dan tindakan yang tepat. Dengan kata lain,
seorang pelaku bisnis harus bisa mengambil keputusan yang baik dan tepat, dan
mempertanggungjawabkan keputusan tersebut. Pelaku usaha bisa dikatakan punya
prinsip otonomi dalam berbisnis jika ia memiliki kesadaran penuh akan kewajibannya
dalam menjalankan usaha. Artinya, seorang pengusaha memahami bidang usaha yang
dikerjakan, situasi yang dihadapi, serta tuntutan dan aturan yang berlaku di bidang
tersebut. Pelaku usaha juga dikatakan memiliki prinsip otonomi bila ia sadar bahwa
keputusan dan tindakan yang diambil sesuai atau bertentangan dengan nilai atau norma
moral tertentu, serta memiliki risiko yang dapat terjadi bagi dirinya dan perusahaan.
Prinsip otonom bukanlah sekedar mengikuti nilai dan norma yang berlaku, tapi juga
kesadaran dalam diri bahwa yang dilakukan adalah hal yang baik.
2. Prinsip Kejujuran. Prinsip kejujuran seharusnya menjadi dasar penting dalam
menjalankan usaha apapun. Sebagian besar pengusaha sukses, baik pengusaha modern
maupun pengusaha konvensional, mengaku bahwa kejujuran adalah salah satu kunci
keberhasilan dalam bisnis apapun. Prinsip kejujuran ini sangat penting untuk dilakukan
oleh para pengusaha. Pada umumnya bisnis yang berjalan tanpa mengedapankan prinsip
kejujuran tidak akan bertahan lama. Bagi pengusaha, kejujuran ini dikaitkan dengan
kualitas dan harga barang yang ditawarkan pada konsumen. Dengan kata lain, menjual
produk bermutu tinggi dengan harga pantas dan wajar merupakan bentuk kejujuran dari
seorang pengusaha kepada konsumen. Kejujuran sangat besar dampaknya dalam proses
menjalankan usaha. Sekali saja seorang pelaku usaha tidak jujur/ menipu konsumen,
maka ini adalah awal kemunduran bahkan kehancuran sebuah bisnis. Apalagi di bisnis
modern seperti sekarang ini yang tingkat persaingannya sangat tinggi.
3. Prinsip Keadilan. Adil dalam hal ini berarti semua pihak yang terlibat dalam bisnis
memiliki hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama sesuai aturan yang berlaku.
Dengan begitu, maka semua pihak yang terkait dalam bisnis harus memberikan
kontribusi terhadap keberhasilan bisnis yang dijalankan, baik secara langsung maupun
tak langsung. Dengan menerapkan prinsip keadilan ini dengan baik, maka semua pihak
yang terlibat di dalam bisnis, baik relasi internal maupun relasi eksternal, akan
mendapat perlakuan yang sama sesuai dengan haknya masing-masing.
4. Prinsip Saling Menguntungkan. Prinsip saling menguntungkan ini artinya aktivitas bisnis
yang dijalankan memberikan keuntungan bagi semua pihak. Berbeda dengan prinsip
keadilan yang menuntut agar semua pihak tidak merasa rugi, prinsip saling
menguntungkan ini menuntut hak yang dalam hal keuntungan kegiatan bisnis. Prinsip
saling menguntungkan ini utamanya mengakomodasi hakikat dan tujuan bisnis itu
sendiri. Pada praktiknya, prinsip ini terjadi dalam proses bisnis yang baik dimana
pengusaha ingin mendapat keuntungan dan konsumen ingin mendapat barang atau jasa
yang memuaskan.
5. Prinsip Loyalitas. Prinsip loyalitas berhubungan dengan proses menjalankan bisnis yang
dilakukan oleh para pekerja, baik manajemen, atasan, maupun bawahan. Loyalitas dapat
dilihat dari cara kerja dan keseriusan dalam menjalankan usaha sesuai dengan visi dan
misi (baca: pengertian visi dan misi) perusahaan. Dengan kata lain, penerapan prinsip
loyalitas ini berarti pengusaha dan unsur-unsur di dalamnya tidak boleh mencampur-
adukkan masalah pribadi dengan urusan pekerjaan.
6. Prinsip Integritas Moral. Dalam menjalankan bisnis, pelaku usaha harus memiliki prinsip
integritas moral yang baik. Tujuannya adalah untuk menjaga nama baik perusahaan dan
tetap menjadi perusahaan yang dipercaya konsumen. Pada praktiknya, penerapan
prinsip ini harus dilakukan oleh semua pihak, baik itu pemilik usaha, karyawan, hingga
manajemen perusahaan.

Ada banyak hal yang bisa dipelajari dari dunia bisnis, salah satunya adalah kenyataan bahwa
etika ternyata menentukan kesuksesan usaha. Dalam ketatnya persaingan industri modern,
karisma tanpa nurani dan kepintaran tanpa karakter adalah resep kehancuran bisnis paling
ampuh. Kompetisi, ambisi, dan inovasi memang memiliki posisi vital dalam menentukan
kesuksesan, namun ketiga hal ini tetap harus dibalut dengan etika dan profesionalisme.
Prinsip etika dalam hal ini diartikan sebagai standar universal dari apa yang dianggap salah
dan benar dalam menjalankan sebuah usaha. Prinsip-prinsip inilah yang nantinya
mempengaruhi langkah pembuatan keputusan dan menentukan arah masa depan
perusahaan.
Dalam berbisnis, ethical principal ini juga memegang peranan cukup penting dalam
membangun kredibilitas di mata konsumen. Jika klien menganggap reputasi perusahaan
cukup baik, maka pebisnis dapat dengan mudah mendapatkan kepercayaan mereka.
Dalam perkembangannya, terdapat beberapa prinsip etika dalam berbisnis agar usaha Anda
tetap lancar dan stabil menghadapi persaingan, antara lain:
1. Kejujuran – Jujur Ketika Berkomunikasi atau Bersikap. Kejujuran merupakan salah satu
poin penting untuk menyukseskan usaha sekaligus membangun kepercayaan klien. Anda
wajib bersikap jujur dalam segala hal, mulai dari sekadar memberikan informasi hingga
ketika menganalisa kekurang perusahaan yang dipimpin.
2. Integritas. Seorang pimpinan perusahaan mendapatkan kepercayaan orang lain karena
ia memiliki integritas. Integritas sendiri diartikan sebagai konsistensi dan sinkronisasi
antara pemikiran, perkataan, dan perbuatan. Meski demikian, membangun integritas
tidaklah semudah bayangan karena seringkali Anda harus berhadapan dengan berbagai
kepentingan lain yang mungkin berseberangan dengan kepercayaan. Dalam hal ini,
seseorang dikatakan sebagai pemimpin yang baik jika ia mampu bertahan dan tidak
mengorbankan prinsip yang dipercaya hanya karena mendapat tekanan dari pihak lain.
3. Memenuhi Janji Serta Komitmen yang Dibuat. Seorang pebisnis diapat dipercaya karena
ia mau dan mempu berusaha memenuhi segala janji dan komitmen yang perna dibuat.
Anda tidak boleh sembarangan membuat janji, namun ketika diucapkan langsung
berkomitmen untuk memenuhinya dengan baik.
4. Loyalitas. Loyalitas adalah hal yang sangat diperlukan aga bisnis dapat berjalan dengan
baik tanpa menimbulkan konflik. Keloyalan dapat ditunjukkan dengan bekerja sesuai
dengan visi dan misi perusahaan serta tidak mencampurkan urusan kantor dengan
masalah pribadi. Anda juga dapat menunjukkan loyalitas dengan memberikan seluruh
kemampuan demi perkembangan perusahaan kea rah yang lebih baik.
5. Keadilan. Keadilan menjadi salah satu hal fundamental yang harus dimiliki setiap
pebisnis sukses. Mereka tidak menggunakan kedudukan atau kekuatan yang dimiliki
untuk bersikap otoriter maupun seenaknya sendiri. Mereka mampu bersikap adil pada
setiap karyawan, menoleransi perbedaan, berpikiran terbuka, mengakui jika melakukan
kesalahan, bahkan tak segan mengubah prinsip atau keputusan jika diperlukan.
6. Kepedulian. Seorang pebisnis harus menjadi pribadi yang menunjukkan kepedulian,
simpatik, dan baik hati. Anda harus memahami konsep bahwa keputusan dalam
berbisnis tidak hanya berpengaruh bagi perusahaan, namun juga seluruh karyawan dan
staf yang terlibat didalanya. Seorang pemimpin harus mampu memberikan keputusan
yang memiliki sedikit dampak negated dan memiliki paling banyak dampak positif.
7. Penghargaan. Anda harus menjadi pribadi yang menghargai orang lain jika ingin menjadi
pebisnis sukses. Anda juga harus bersikap profesional dengan tidak membedakan
perlakuan kepada orang lain berdasarkan jenis kelamin, ras, agama, maupun
kewarganegaraan. Hal ini penting dilakukan bukan hanya untuk kebaikan perusahaan,
namun juga agar lingkungan kantor tetap kondusif.
8. Mematuhi Aturan. Dunia bisnis tentu memiliki berbagai aturan yang telah ditetapkan
secara tertulis maupun tidak tertulis. Patuhilah seluruh aturan tersebut agar dapat
menjadi pebisnis yang disegani banyak pihak.
9. Jiwa Kepemimpinan. Seorang pebisnis harus memiliki jiwa kepemimpinan yang baik
dengan menyadari tanggung jawab yang dipikul. Anda juga harus bisa memotivasi
seluruh bawahan agar dapat bekerja dan menampilkan performa terbaik.
10. Menjaga Reputasi. Seorang pebisnis harus memiliki kemampuan membangun dan
melindungi nama baik perusahaan beserta seluruh hal yang berada di dalamnya. Hal
inilah yang menjadi kunci datangnya konsumen karena percaya bahwa perusahaan Anda
dapat memenuhi segala kebutuhannya.

Pendekatan Etika Bisnis


Dalam menjalankan prinsip etika bisnis yang telah disebutkan di atas, dibutukan
pendekatan. Beberapa pendekatan etika bisnis tersebut adalah:
1. Utilitarian Approach. Pada pendekatan ini, semua tindakan yang dilakukan harus
berdasarkan pemahaman akan konsekuensinya. Artinya, seorang pengusaha harus bisa
memberikan manfaat baru kepada masyarakat dengan biaya serendah mungkin tanpa
membahayakan orang lain.
2. Individual Rights Approach. Pada pendekatan ini berpengaruh pada kemampuan
seseorang dalam menghargai setiap tindakan orang lain. Namun, ketika sebuah tindakan
dianggap menimbulkan perpecahan atau berlawanan dengan hak pihak lain, maka
tindakan tersebut harus dihentikan/ dihindari.
3. Justice Approach. Pada tindakan ini, semua orang yang berhak membuat keputusan
berada dalam posisi yang sama, dan bertindak adil dalam melayani pelanggan, baik
perorangan maupun kelompok. Pendekatan etika bisnis ini akan menguntungkan, baik
jangka pendek maupun jangka panjang.

Contoh Etika Bisnis


Dalam praktiknya ada beberapa contoh sederhana etika dalam berbisnis. Berikut ini adalah
beberapa contoh etika dalam bisnis yang dilakukan sehari-hari :
1. Menyebutkan Nama. Umumnya para pengusaha menyebutkan nama seseorang secara
lengkap saat bertemu dengan orang baru, misalnya calon partner bisnis. Ini merupakan
cara sederhana yang biasa dilakukan oleh pengusaha yang memiliki etika baik. Namun,
terkadang cukup menyebutkan nama singkat saja bila memang nama orang tersebut
terlalu panjang atau sulit diucapkan.
2. Berdiri Saat Berkenalan. Pada umumnya, para pengusaha yang beretika baik melakukan
hal ini. Dengan berdiri saat berkenalan maka seseorang akan merasa diperlakukan
dengan baik. Namun, bila situasi tidak memungkinkan maka dengan cara membungkuk
dapat dilakukan untuk menunjukkan bahwa seseorang punya sikap positif terhadap
orang lain.
3. Mengucapkan Terima kasih. Ucapan “terima kasih” merupakan kata sederhana namun
memiliki dampak yang besar bagi banyak orang. Dengan mengucapkan terimakasih,
maka ini menunjukkan bahwa seseorang menghargai orang lain. Namun, jangan
mengucapkannya secara berlebihan karena dapat menimbulkan kesan tidak tulus atau
seperti dibuat-buat.
4. Tuan Rumah Bayar Tagihan. Tidak jarang pertemuan dengan rekan bisnis dilakukan di
luar, misalnya mengundang rekan bisnis untuk makan siang bersama di restoran. Pihak
yang mengundang atau tuan rumah sebaiknya yang membayar tagihan tersebut. Bila
rekan bisnis tersebut menolak dengan alasan tertentu, tuan rumah tetap harus
membayar tagihan tersebut dengan alasan bahwa perusahaan akan mengganti biaya
tersebut.

Pengertian Budaya Kerja


- Kata budaya itu sendiri adalah sebagai suatu perkembangan dari bahasa sansekerta
‘budhayah’ yaitu bentuk jamak dari buddhi atau akal, dan kata majemuk budi-daya, yang
berarti daya dari budi, dengan kata lain ”budaya adalah daya dari budi yang berupa
cipta, karsa dan rasa. Sedangkan kebudayaan merupakan pengembangan dari budaya
yaitu hasil dari cipta, karsa dan rasa tersebut”.[1]
- Budaya kerja, merupakan sekumpulan pola perilaku yang melekat secara keseluruhan
pada diri setiap individu dalam sebuah organisasi. Membangun budaya berarti juga
meningkatkan dan mempertahankan sisi-sisi positif, serta berupaya membiasakan
(habituating process) pola perilaku tertentu agar tercipta suatu bentuk baru yang lebih
baik.
- Adapun pengertian budaya kerja menurut Hadari Nawawi dalam bukunya Manajemen
Sumber Daya Manusia menjelaskan bahwa:
- Budaya Kerja adalah kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang oleh pegawai dalam suatu
organisasi, pelanggaraan terhadap kebiasaan ini memang tidak ada sangsi tegas, namun
dari pelaku organisasi secara moral telah menyepakati bahwa kebiasaan tersebut
merupakan kebiasaan yang harus ditaati dalam rangka pelaksanaan pekerjaan untuk
mencapai tujuan.
- Dari uraian di atas bahwa, budaya kerja merupakan perilaku yang dilakukan berulang-
ulang oleh setiap individu dalam suatu organisasi dan telah menjadi kebiasaan dalam
pelaksanaan pekerjaan.
- Adapun Menurut Triguno dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia
menerangkan bahwa: Budaya Kerja adalah suatu falsafah yang didasari oleh pandangan
hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan, dan kekuatan pendorong,
membudaya dalam kehidupan suatu kelompok masyarakat atau organisasi yang
tercermin dari sikap menjadi perilaku, kepercayaan, cita-cita, pendapat dan tindakan
yang terwujud sebagai kerja atau bekerja.
- Sedangkan Menurut Osborn dan Plastrik dalam bukunya Manajemen Sumber Daya
Manusia menerangkan bahwa: “Budaya kerja adalah seperangkat perilaku perasaan dan
kerangka psikologis yang terinternalisasi sangat mendalam dan dimiliki bersama oleh
anggota organisasi”.
- Dari uraian-uraian di atas bahwa, budaya kerja merupakan falsafah sebagai nilai-nilai
yang menjadi sifat, kebiasaan, dan kekuatan pendorong yang dimiliki bersama oleh
setiap individu dalam lingkungan kerja suatu organisasi. Budaya kerja dalam organisasi
menunjukkan bagaimana nilai-nilai organisasi dipelajari yaitu ditanam dan dinyatakan
dengan menggunakan sarana tertentu berkali-kali, sehingga agar masyarakat dapat
mengamati dan merasakannya.

Terbentuknya Budaya Kerja


Budaya kerja berbeda antara organisasi satu dengan yang lainnya, hal itu
dikarenakan landasan dan sikap perilaku yang dicerminkan oleh setiap orang dalam
organisasi berbeda. Budaya kerja yang terbentuk secara positif akan bermanfaat karena
setiap anggota dalam suatu organisasi membutuhkan sumbang saran, pendapat bahkan
kritik yang bersifat membangun dari ruang lingkup pekerjaaannya demi kemajuan di
lembaga pendidikan tersebut, namun budaya kerja akan berakibat buruk jika pegawai dalam
suatu organisasi mengeluarkan pendapat yang berbeda hal itu dikarenakan adanya
perbedaan setiap individu dalam mengeluarkan pendapat, tenaga dan pikirannya, karena
setiap individu mempunyai kemampuan dan keahliannya sesuai bidangnya masing-masing.
Untuk memperbaiki budaya kerja yang baik membutuhkan waktu bertahun-tahun
untuk merubahnya, maka itu perlu adanya pembenahan-pembenahan yang dimulai dari
sikap dan tingkah laku pemimpinnya kemudian diikuti para bawahannya, terbentuknya
budaya kerja diawali tingkat kesadaran pemimpin atau pejabat yang ditunjuk dimana
besarnya hubungan antara pemimpin dengan bawahannya sehingga akan menentukan
suatu cara tersendiri apa yang dijalankan dalam perangkat satuan kerja atau organisasi.
Maka dalam hal ini budaya kerja terbentuk dalam satuan kerja atau organisasi itu
berdiri, artinya pembentukan budaya kerja terjadi ketika lingkungan kerja atau organisasi
belajar dalam menghadapi permasalahan, baik yang menyangkut masalah organisasi.

Cakupan makna setiap nilai budaya kerja tersebut, antara lain:


1. Disiplin; Perilaku yang senantiasa berpijak pada peraturan dan norma yang berlaku di
dalam maupun di luar perusahaan. Disiplin meliputi ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan, prosedur, berlalu lintas, waktu kerja, berinteraksi dengan mitra,
dan sebagainya.
2. Keterbukaan; Kesiapan untuk memberi dan menerima informasi yang benar dari dan
kepada sesama mitra kerja untuk kepentingan perusahaan.
3. Saling menghargai; Perilaku yang menunjukkan penghargaan terhadap individu, tugas
dan tanggung jawab orang lain sesama mitra kerja.
4. Kerjasama; Kesediaan untuk memberi dan menerima kontribusi dari dan atau kepada
mitra kerja dalam mencapai sasaran dan target perusahaan.

Kesuksesan organisasi bermula dari adanya disiplin menerapkan nilai-nilai inti


perusahaan. Konsistensi dalam menerapkan kedisiplinan dalam setiap tindakan, penegakan
aturan dan kebijakan akan mendorong munculnya kondisi keterbukaan, yaitu keadaan yang
selalu jauh dari prasangka negatif karena segala sesuatu disampaikan melalui fakta dan data
yang akurat (informasi yang benar). Selanjutnya, situasi yang penuh dengan keterbukaan
akan meningkatkan komunikasi horizontal dan vertikal, membina hubungan personal baik
formal maupun informal diantara jajaran manajemen, sehingga tumbuh sikap saling
menghargai.
Pada gilirannya setelah interaksi lintas sektoral dan antar karyawan semakin baik
akan menyuburkan semangat kerjasama dalam wujud saling koordinasi manajemen atau
karyawan lintas sektoral, menjaga kekompakkan manajemen, mendukung dan
mengamankan setiap keputusan manajemen, serta saling mengisi dan melengkapi. Hal
inilah yang menjadi tujuan bersama dalam rangka membentuk budaya kerja.
Pada prinsipnya fungsi budaya kerja bertujuan untuk membangun keyakinan
sumberdaya manusia atau menanamkan nilai-nilai tertentu yang melandasi atau
mempengaruhi sikap dan perilaku yang konsisten serta komitmen membiasakan suatu cara
kerja di lingkungan masing-masing. Dengan adanya suatu keyakinan dan komitmen kuat
merefleksikan nilai-nilai tertentu, misalnya membiasakan kerja berkualitas, sesuai standar,
atau sesuai ekpektasi pelanggan (organisasi), efektif atau produktif dan efisien.
Tujuan fundamental budaya kerja adalah untuk membangun sumber daya manusia
seutuhnya agar setiap orang sadar bahwa mereka berada dalam suatu hubungan sifat peran
pelanggan, pemasok dalam komunikasi dengan orang lain secara efektif dan efisien serta
menggembirakan. Budaya kerja berupaya mengubah komunikasi tradisional menjadi
perilaku manajemen modern, sehingga tertanam kepercayaan dan semangat kerjasama
yang tinggi serta disiplin.
Dengan membiasakan kerja berkualitas, seperti berupaya melakukan cara kerja
tertentu, sehingga hasilnya sesuai dengan standar atau kualifikasi yang ditentukan organiasi.
Jika hal ini dapat terlaksana dengan baik atau membudaya dalam diri pegawai, sehingga
pegawai tersebut menjadi tenaga yang bernilai ekonomis, atau memberikan nilai tambah
bagi orang lain dan organisasi. Selain itu, jika pekerjaan yang dilakukan pegawai dapat
dilakukan dengan benar sesuai prosedur atau ketentuan yang berlaku, berarti pegawai
dapat bekerja efektif dan efisien.
Melaksanakan budaya kerja mempunyai arti yang sangat mendalam, karena akan
merubah sikap dan perilaku sumber daya manusia untuk mencapai produktivitas kerja yang
lebih tinggi dalam menghadapi tantangan masa depan. Disamping itu masih banyak lagi
manfaat yang muncul seperti kepuasan kerja meningkat, pergaulan yang lebih akrab, disiplin
meningkat, pengawasan fungsional berkurang, pemborosan berkurang, tingkat absensi
menurun, terus ingin belajar, ingin memberikan terbaik bagi organisasi, dan lain-lain.
Berdasarkan pandangan mengenai manfaat budaya kerja, dapat ditarik suatu
deskripsi sebenarnya bahwa manfaat budaya kerja adalah untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia, kualitas hasil kerja, kuantitas hasil kerja sehingga sesuai yang
diharapkan.

Unsur– Unsur Budaya Kerja


Budaya kerja adalah berpijak dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa atau
masyarakat Indonesia yang diolah sedemikian rupa menjadi nilai-nilai baru yang akan
menjadi sikap dan perilaku manajemen yang diharapkan dalam upaya menghadapi
tantangan baru. Budaya kerja tidak akan muncul begitu saja, akan tetapi harus diupayakan
dengan sungguh-sungguh melalui proses yang terkendali dengan melibatkan semua sumber
daya manusia dalam seperangkat sistem, alat-alat dan teknik-teknik pendukung.
Budaya kerja akan menjadi kenyataan melalui proses panjang, karena perubahan
nilai-nilai lama menjadi nilai-nilai baru akan memakan waktu untuk menjadi kebiasaan dan
tak henti-hentinya terus melakukan penyempurnaan dan perbaikan.

Menurut Taliziduhu Ndraha, budaya kerja dapat dibagi menjadi dua unsur, yaitu:
1. Sikap terhadap pekerjaan, yakni kesukaan akan kerja dibandingkan dengan kegiatan lain,
seperti bersantai, atau semata-mata memperoleh kepuasan dari kesibukan
pekerjaannya sendiri, atau merasa terpaksa melakukan sesuatu hanya untuk
kelangsungan hidupnya.
2. Perilaku pada waktu bekerja, seperti rajin, berdedikasi, bertanggung jawab, berhati-hati,
teliti, cermat, kemauan yang kuat untuk mempelajari tugas dan kewajibannya, suka
membantu sesma pegawai, atau sebaliknya.

Budaya kerja merupakan suatu organisasi komitmen yang luas dalam upaya untuk
membangun sumber daya mnusia, proses kerja dan hasil kerja yang lebih baik. Untuk
mencapai tingkat kualitas yang makin baik tersebut diharapkan bersumber dari perilaku
setiap individu yang terkait dalam organisasi kerja itu sendiri. Setiap fungsi atau proses kerja
mempunyayi perbedaan cara kerja, yang mengakibatkan berbeda nilai-nilai yang cocok
untuk diambil dalam kerangka kerja organisasi. Setiap nilai-nilai apa yang sepatutnya dimiliki
oleh pemimpin puncak dan pemimpin lainnya, bagaimana perilaku setiap orang akan
mempengaruhi kerja mereka.

Menurut Triguno unsur-unsur dalam budaya organisasi, antara lain:


1. Falsafah, berupa nilai-nilai luhur Pancasila, UUD 1945, agama, tradisi, dan teknologi.
2. Kualitas, yakni dimensi yang meliputi performance, features, conformance, durability,
serviceability, aesthetics, perseived quality, value, responveness, humanity, security, dan
competency.
3. Nilai-nilai instrumen, yakni standar mutu, hubungan pemasok-pelanggan, orientasi
pencegahan, mutu dan setiap sumber, dan penyempurnaan terus-menerus.

Adapun indikator-indikator budaya kerja menurut Taliziduhu Ndraha dapat dikategorikan


tiga Yaitu :
1. Kebiasaan. Kebiasaan-kebiasaan biasanya dapat dilihat dari cara pembentukan perilaku
berorganisasi pegawai, yaitu perilaku berdasarkan kesadaran akan hak dan kewajiban,
kebebasan atau kewenangan dan tanggungjawab baik pribadi maupun kelompok di
dalam ruang lingkup lingkungan pekerjaan. Adapun istilah lain yang dapat dianggap lebih
kuat ketimbang sikap, yaitu pendirian (position), jika sikap bisa berubah pendiriannya
diharapkan tidak berdasarkan keteguhan atau kekuatannya. Maka dapat diartikan
bahwa sikap merupakan cermin pola tingkah laku atau sikap yang sering dilakukan baik
dalam keadaan sadar ataupun dalam keadaan tidak disadar, kebiasaan biasanya sulit
diperbaiki secara cepat dikarenakan sifat yang dibawa dari lahiriyah, namun dapat
diatasi dengan adanya aturan-aturan yang tegas baik dari organisasi ataupun
perusahaan.
2. Peraturan. Untuk memberikan ketertiban dan kenyamanan dalam melaksanakan tugas
pekerjaan pegawai, maka dibutuhkan adanya peraturan karena peraturan merupakan
bentuk ketegasan dan bagian terpenting untuk mewujudkan pegawai disiplin dalam
mematuhi segala bentuk peraturan-peraturan yang berlaku di lembaga pendidikan.
Sehingga diharapkan pegawai memiliki tingkat kesadaran yang tinggi sesuai dengan
konsekwensi terhadap peraturan yang berlaku baik dalam organisasi perusahaan
maupun di lembaga pendidikan.
3. Nilai-nilai. Nilai merupakan penghayatan seseorang mengenai apa yang lebih penting
atau kurang penting, apa yang lebih baik atau kurang baik, dan apa yang lebih benar
atau kurang benar. Untuk dapat berperan nilai harus menampakkan diri melalui media
atau encoder tertentu. Nilai bersifat abstrak, hanya dapat diamati atau dirasakan jika
terekam atau termuat pada suatu wahana atau budaya kerja. Jadi nilai dan budaya kerja
tidak dapat dipisahkan dan keduanya harus ada keselarasan dengan budaya kerja
searah, keserasian dan keseimbangan. Maka penilaian dirasakan sangat penting untuk
memberikan evaluasi terhadap kinerja pegawai agar dapat memberikan nilai baik secara
kualitas maupun kuantitas.

Macam-macam Model Budaya kerja


Berdasarkan situs Organizational Culture Assessment Instrument (OCAI), ada empat tipe
budaya kerja yang dilihat dari kacamata daya saing.

Budaya klan
Budaya klan menumbuhkan lingkungan kerja yang ramah. Orang-orang yang bekerja
di perusahaan dengan budaya klan memiliki banyak kesamaan. Mereka hampir serupa
dengan sebuah keluarga besar. Pemimpin atau eksekutif dianggap sebagai mentor atau
bahkan sosok ayah. Organisasi ini dipersatukan oleh kesetiaan dan tradisi. Semua staf
terlibat secara aktif dalam berbagai proyek dan pengambilan keputusan. Organisasi
menekankan pengembangan Sumber Daya Manusia jangka panjang dan mengikat sesama
dengan nilai moral. Organisasi mengangkat nilai kerjasama, partisipasi dan permufakatan.
Sementara itu, sukses didefinisikan dalam lingkup memenuhi kebutuhan klien dan peduli
terhadap sesama.
Tipe pemimpin : Fasilitator, mentor, dan pembentuk tim.
Nilai yang dikedepankan : Komitmen, Komunikasi, dan Perkembangan.
Teori efektifitas : Pengembangan SDM dan Partisipasi efektif.
Strategi peningkatan kualitas : Pemberdayaan, pembangunan tim, pengembangan
karyawan, dan komunikasi terbuka.

Budaya adhocracy
Budaya adhocracy mengembangkan lingkungan kerja yang dinamis dan kreatif.
Pemimpin tampil sebagai sosok inovator dan pengambil risiko. Sementara pegawai juga
berani menghadapi tantangan. Percobaan dan inovasi menjadi pemersatu dalam organisasi
ini. Keunggulan ditekankan. Dengan tujuan jangka panjang untuk menumbuhkan dan
menciptakan sesuatu yang baru. Kehadiran produk barang atau jasa baru dilihat sebagai
sebuah kesuksesan. Organisasi mengedepankan inisiatif dan kebebasan individu.
Tipe pemimpin : Inovator, pengusaha, dan visioner.
Nilai yang dikedepankan : hasil yang inovatif, perubahan, dan kegesitan.
Teori efektifitas : Inovasi, visi dan cara-cara baru berlaku efektif.
Strategi peningkatan kualitas: membuat kejutan yang menyenangkan, menciptakan standar
baru, mengantisipasi kebutuhan, pengembangan berkelanjutan, dan menemukan solusi
kreatif.

Budaya Pasar
Organisasi jenis ini berlandaskan pada persaingan. perusahaan dengan budaya pasar
menerapkan lingkungan kerja berbasis hasil akhir, dan menekankan penyelesaian pekerjaan
dengan tuntas. Pegawai sangat kompetitif dan fokus pada tujuan akhir. Adapun para
pemimpin dianggap sebagai poros penggerak yang tegas, produser, dan juga rival diantara
mereka sendiri. Mereka memiliki ekspektasi yang tinggi. Penekanan akan pentingnya sebuah
kemenanganlah yang memperkuat organisasi. Reputasi dan kesuksesan adalah adalah yang
terpenting. Fokus jangka panjangnya adalah pada aktifitas rival dan pencapaian tujuan.
Penetrasi pasar dan stok dilihat sebagai sebuah kesuksesan. Harga yang kompetitif dan
kepemimpinan pasar memiliki arti penting.
Tipe pemimpin : penggerak yang tegas, kompetitor, dan produser.
Nilai yang dikedepankan : pasar, pencapaian tujuan, dan keuntungan.
Teori efektifitas : bersaing dengan agresif dan fokus terhadap pelanggan
berlaku efektif.
Strategi peningkatan kualitas: Mempertimbangkan preferensi klien, meningkatkan
produktifitas, menciptakan kerjasama dengan pihak luar, meningkatkan atmosfir
persaingan, melibatkan pelanggan dan penyuplai.

Budaya Hirarki
Perusahaan dengan budaya hirarki memiliki lingkungan kerja yang formal dan
terstruktur. Keputusan dibuat berdasarkan prosedur. Pemimpin yang bangga akan
koordinasi dan organisasi yang efisien. Menjaga organisasi agar berfungsi sebagaimana
mestinya sangat penting. Aturan dan kebijakan formal yang membuat organisasi kokoh.
Tujuan jangka panjangnya adalah stabilitas dan hasil, yang didapat melalui efisiensi dan
penyelesaian tugas-tugas dengan lancar. Pengiriman terpercaya, perencanaan yang rapi dan
biaya yang rendah menentukan kesuksesan. Pihak manajemen personil harus menjamin
pekerjaan dan prediksi yang mungkin terjadi.
Tipe pemimpin : koordinator, memonitor, mengorganisasi.
Nilai yang dikedepankan : efisiensi, alur waktu, konsistensi, dan keseragaman.
Teori efiktifitas: kontrol dan efisiensi melalui proses yang benar berlaku efektif.
Strategi peningkatan kualitas: mendeteksi kesalahan, melakukan pengukuran, proses
kontrol, pemecahan masalah yang sistematis, mengatur kualitas.

Вам также может понравиться