Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
O L E H:
ERIN PEBRIANSYAH
018.02.0813
B. Etiologi
Gagal ginjal kronik dapat timbul dari hampir semua
penyakit. Dibawah ini terdapat beberapa penyebab gagal
ginjal kronik.
1. Tekanan Darah Tinggi
Hipertensi yang berlangsung lama dapat
mengakibatkan perubahan-perubahan stuktur pada arteriol
diseluruh tubuh, ditandai dengan fibrosis dan
hialinisasi (sklerosis) di dinding pembuluh darah. Organ
sasaran utama organ ini adalah jantung, otak, ginjal dan
mata. Pada ginjal adalah akibat aterosklerosis ginjal
akibat hipertensi lama menyebabkan nefrosklerosis
begina. Gangguan ini merupakan akibat langsung dari
iskemia renal. Ginjal mengecil, biasanya simetris dan
permukaan berlubang – lubang dan berglanula. Secara
histology lesi yang esensial adalah sklerosis arteri
arteri kecil serta arteriol yang paling nyata pada
arteriol eferen. Penyumbatan arteri dan arteriol akan
menyebabkan kerusakan glomerulus dan atrofi tubulus,
sehingga seluruh nefron rusak (Price, 2007).
2. Glomerulonefritis
Glomerulonefritis terjadi karena adanya peradangan
pada glomerulus yang diakibatkan karena adanya
pengendapan kompleks antigen antibody. Reaksi peradangan
diglomerulus menyebabkan pengaktifan komplemen, sehingga
terjadi peningkatan aliran darah dan peningkatan
permeabilitas kapiler glomerulus dan filtrasi
glomerulus. Protein-protein plasma dan sel darah merah
bocor melalui glomerulus. Glomerulonefritis dibagi
menjadi dua yaitu:
a. Gomerulonefritis Akut
Glomerulonefritis akut adalah peradangan glomerulus
secara mendadak.
b. Glomerulonefritis Kronik
Glomerulonefritis kronik adalah pradangan yang lama
dari sel-sel glomerulus. (Price, 2007)
c. Lupus Eritematosus Sistemik (SLE)
Nefritis lupus disebabkan oleh kompleks imun dalam
sirkulasi yang terperangkap dalam membrane basalis
glomerulus dan menimbulkan kerusakan. Perubahan yang
paling dini sering kali hanya mengenai sebagian rumbai
glomerulus atau hanya mengenai beberapa glomerulus
yang tersebar. (Price, 2007)
d. Penyakit Ginjal Polikistik
Penyakit ginjal polikistik (PKD) ditandai dengan
kista-kista multiple, bilateral, dan berekspansi yang
lambat laun mengganggu dan menghancurkan parenkim
ginjal normal akibat penekanan. Semakin lama ginjal
tidak mampu mempertahankan fungsi ginjal, sehingga
ginjal akan menjadi rusak (GGK) (Price, 2007)
e. Diabetes Melitus
Diabetes mellitus adalah penyebab tunggal ESRD
yang tersering, berjumlah 30% hingga 40% dari semua
kasus. Diabetes mellitus menyerang struktur dan
fungsi ginjal dalam bentuk. Nefropati diabetic adalah
istilah yang mencakup semua lesi yang terjadi
diginjal pada diabetes mellitus (Price, 2007).
Riwayat perjalanan nefropati diabetikum dari awitan
hingga ESRD dapat dibagi menjadi lima fase atau
stadium:
1) Stadium 1 (fase perubahan fungsional dini)
Ditandai dengan hifertropi dan hiperfentilasi
ginjal, pada stadium ini sering terjadi
peningkatan GFR yang disebabkan oleh banyak factor
yaitu, kadar gula dalam darah yang tinggi,
glucagon yang abnormal hormone pertumbuhan, efek
rennin, angiotensin II danprostaglandin.
2) Stadium 2 (fase perubahan struktur dini)
Ditandai dengan penebalan membrane basalis
kapiler glomerulus dan penumpukan sedikit demi
sedikit penumpukan matriks mesangial.
3) Stadium 3 (Nefropati insipient)
4) Stadium 4 (nefropati klinis atau menetap)
5) Stadium 5 (Insufisiensi atau gagal ginjal
progresif)
Chronik kidney disease penyebab utama disebabkan
karena penyakit diabetes melitus dan hipertensi.
Adapun faktor predisposisi diantaranya:
1) Usia lebih dari 60 tahun
2) Penyakit ginjal congenital
3) Riwayat keluarga dengan penyakit ginjal
4) Obstruksi renal
Toksisitas BUNEnchepalop
↑ Penurunan filtrasi glomerulus
Penurunan
Serum
ureum di otak ati kesadaran creatinine ↑
Kerusakan nefron
Gg. asam - basa Mual Gangguan
Muntah nutrisi
H. Pemeriksaan Penunjang
Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan
penunjang baik pemeriksaan laboratorium maupun radiologi.
1. Pemeriksaan laboratorium
Menurut Doenges (2008) pemeriksaan penunjang pada pasien
GGK adalah:
a. Ureum dan kreatinin:
1) Volume urine : Biasanya kurang dari 400 ml/ 24 jam
(fase oliguria) terjadi dalam (24 jam – 48) jam
setelah ginjal rusak.
2) Warna Urine : Kotor, sedimen kecoklatan menunjukan
adanya darah.
3) Berat jenis urine : Kurang dari l, 020 menunjukan
penyakit ginjal contoh : glomerulonefritis,
pielonefritis dengan kehilangan kemampuan memekatkan:
menetap pada l, 0l0 menunjukkan kerusakan ginjal
berat.
4) pH: Lebih besar dari 7 ditemukan pada ISK, nekrosis
tubular ginjal dan rasio urine/ serum saring (1 : 1).
5) Kliren kreatinin: Peningkatan kreatinin serum
menunjukan kerusakan ginjal.
6) Natrium : Biasanya menurun tetapi dapat lebih dari 40
mEq/ ltr bila ginjal tidak mampu mengabsorpsi
natrium.
7) Bikarbonat: Meningkat bila ada asidosis metabolik.
8) Protein: Proteinuria derajat tinggi (+3 – +4 ) sangat
menunjukkan kerusakan glomerulus bila Sel darah
merahdan warna Sel darah merahtambahan juga ada.
Protein derajat rendah (+1 – +2 ) dan dapat
menunjukan infeksi atau nefritis intertisial.
9) Warna tambahan: Biasanya tanda penyakit ginjal atau
infeksi tambahan warna merah diduga nefritis
glomerulus.
b. Darah:
1) Hemoglobin: Menurun pada anemia.
2) Sel darah merah: Sering menurun mengikuti peningkatan
kerapuhan / penurunan hidup.
3) pH : Asidosis metabolik (<>
4) Kreatinin: Biasanya meningkat pada proporsi rasio
(l0:1).
5) Osmolalitas: Lebih besar dari 28,5 m Osm/ kg, sering
sama dengan urine .
6) Kalium: Meningkat sehubungan dengan retensi urine
dengan perpindahan seluler (asidosis) atau pengeluaran
jaringan (hemolisis sel darah merah).
7) Natrium: Biasanya meningkat, tetapi dapat bervariasi.
8) pH, Kalium & bikarbonat : Menurun.
9) Klorida fosfat & Magnesium : Meningkat.
10) Protein: Penurunan pada kadar serum dapat menunjukan
kehilangan protein melalui urine, perpindahan cairan
penurunan pemasukan dan penurunan sintesis karena
kekurangan asam amino esensial.
c. Pemeriksaan EKG
Untuk melihat kemungkinan hipertrofi ventrikel kiri,
tanda-tanda perikarditis (misalnya voltase rendah),
aritmia dan gangguan elektrolit (hiperkalemia,
hipokalsemia).
d. Ultrasonografi (USG)
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks
ginjal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi sistem,
pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta
prostat. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari adanya
factor yang reversibel seperti obstruksi oleh karena
batu atau masa tumor, juga untuk menilai apakah proses
sudah lanjut (ginjal yang lisut). USG ini sering dipakai
oleh karena non-infasif, tak memerlukan persiapan
apapun.
J. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas:
b. Umur: Klien dewasa dan bayi cenderung mengalami
dibandingkan remaja/dewasa muda
c. Riwayat Masuk: Klien biasanya dibawa ke rumah sakit
setelah sesak nafas, cyanosis atau batuk-batuk disertai
dengan demam tinggi/tidak. Kesadaran kadang sudah menurun
dan dapat terjadi dengan tiba-tiba pada trauma. Berbagai
etiologi yang mendasar dengan masing-masik tanda klinik
mungkin menyertai klien
d. Riwayat Penyakit Dahulu: Predileksi penyakit sistemik
atau berdampak sistemik seperti sepsis, pancreatitis,
Penyakit paru, jantung serta kelainan organ vital bawaan
serta penyakit ginjal mungkin ditemui pada klien
e. Pemeriksaan fisik
f. Sistem Integumen
g. Sistem Pulmonal
- Subyektif: Sesak nafas, dada tertekan
- Obyektif: Pernafasan cuping hidung, hiperventilasi,
batuk (produktif/nonproduktif), sputum banyak,
penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan diafragma
dan perut meningkat, Laju pernafasan meningkat,
terdengar stridor, ronchii pada lapang paru,
h. Sistem Cardiovaskuler
- Subyektif: Sakit dada
- Obyektif: Denyut nadi meningkat, pembuluh darah
vasokontriksi, kualitas darah menurun, Denyut jantung
tidak teratur, suara jantung tambahan
i. Sistem Neurosensori
- Subyektif: gelisah, penurunan kesadaran, kejang
- Obyektif: GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi
j. Sistem Musculoskeletal
- Subyektif: lemah, cepat lelah
- Obyektif: tonus otot menurun, nyeri otot/normal,
retraksi paru dan penggunaan otot aksesoris pernafasan
k. Sistem genitourinaria
- Subyektif:-
- Obyektif: produksi urine menurun/normal,
l. Sistem digestif
- Subyektif: mual, kadang muntah
- Obyektif: konsistensi feses normal/diare
m. Studi Laboratorik
- Hb: menurun/normal
- Analisa Gas Darah: acidosis respiratorik, penurunan
kadar oksigen darah, kadar karbon darah
meningkat/normal
- Elektrolit: Natrium/kalsium menurun/normal