Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
JUDUL PROGRAM
SINTESIS NANOMAGNETIT ( Fe3O4 ) DARI BAHAN DASAR PASIR
BESI ALAM DENGAN METODE KOPRESIPITASI KIMIA
BIDANG KEGIATAN :
PKM PENELITIAN
(PKMP)
Diusulkan oleh :
Nila Rosana NIM.073224002/ Angkatan 2007
Maya Indah Wahyuni NIM.073224023/ Angkatan 2007
Andrias Sanggra W NIM.073184031/ Angkatan 2007
B. LATAR BELAKANG
Bahan baku pembuatan besi belakangan ini semakin sedikit, sementara
kebutuhan atas bahan baku tersebut cukup tinggi. Keadaan yang dialami oleh
pabrik besi sekarang ini kebanyakan hanya bisa mendaur ulang besi tua yang
tersedia di masyarakat. Setiap bulan bahan baku yang dibutuhkan pabrik besi yang
ada di Indonesia sekitar 250 ribu ton besi tua. Akan tetapi bahan baku yang
tersedia di negeri ini hanya separuh dari kebutuhan yaitu sekitar 125 ribu ton, sisa
kekuranganya diperoleh dengan cara mengimpor dari beberapa negara (Australia,
India, Rusia, Jerman dan negara eropa lainya)
Sekarang ini banyak pabrik dan investor yang tengah mencari bahan baku
alternatif dalam pembuatan besi. Salah satunya adalah pasir besi yang banyak
terkadung di wilayah Jawa timur. Secara umum pasir besi terdiri dari mineral
opak yang bercampur dengan butiran-butiran dari mineral non logam seperti,
kuarsa, kalsit, feldspar, ampibol, piroksen, biotit, dan tourmalin. mineral tersebut
terdiri dari magnetit, titaniferous magnetit, ilmenit, limonit, dan hematit,
Titaniferous magnetit adalah bagian yang cukup penting merupakan ubahan dari
magnetit dan ilmenit.
Mineral bijih pasir besi terutama berasal dari batuan basaltik dan andesitik
volkanik. Dalam pasir besi terkandung beberapa anggota besi oksida, misalnya
magnetit (Fe3O4), maghemit dan hematit ( Fe2O3 ) (Yulianto, 2002). Bijih besi
biasanya kaya akan besi oksida dan beragam dalam hal warna, dari kelabu tua,
kuning muda, ungu tua, hingga merah karat. Kedua bahan yang disebut terakhir
memiliki komposisi kimia yang sama (Fe2O3) tetapi memiliki struktur kristal yang
berbeda (Dunlop, 1997).
Keberadaan pasir besi yang luas dan melimpah menjadi daya tarik karena
mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi. Dengan mempertimbangkan jumlah
pasir besi yang melimpah dan belum dimanfaatkan secara optimal, sementara
peluang bahan tersebut diolah menjadi bahan industri terbuka lebar. Akan tetapi,
potensi pasir besi sebagai salah satu tambang yang ada di jatim hingga kini belum
tersentuh dengan benar dan maksimal.
Sekarang besi sudah seperti emas hitam karena harganya mulai tinggi di pasar
dunia. Sebenarnya pemerintah kurang responsif terhadap salah satu bahan baku
besi yang kini mulai diburu pengusaha besi di dunia. Sebenarnya pemerintah
setempat bisa mendapat keuntungan dari pasir besi. Masih engganya investor
untuk menggali potensi alam ini karena belum adanya dukungan infrastruktur dan
sarana penunjang lainya.
Oksida logam transisi, termasuk magnetit (Fe3O4), telah menjadi perhatian
ilmu dan teknologi selama beberapa dekade terakhir. Sifat magnet, optis, dan
katalitiknya yang menarik menjadikan magnetit merupakan oksida besi yang
paling banyak dimanfaatkan untuk berbagai aplikasi. Salah satunya adalah
aplikasi pada bidang industri yaitu;keramik, katalis, energy storage, magnetic
data storage, ferofluida, maupun dalam diagnosis medis. Di samping itu,
nanopartikel magnetik juga digunakan dalam bidang lingkungan untuk pemisahan
logam dari air limbah secara magnetik, juga sebagai adsorben dalam adsorpsi
anion.
Semua aplikasi teknologi dan medis diatas membutuhkan nanopartikel yang
paramagnetik, berukuran tertentu, dan dengan distribusi ukuran sempit
(monodisperse) serta tak teraggreasi. Akan tetapi, mensintesis nanopartikel
magnetik dengan ukuran yang diinginkan dan distribusi ukuran yang dapat
diterima serta tak teragregasi selalu menjadi problem utama dalam pengembangan
metode sintesis.
Bahkan kajian mutakhir yang sungguh berada di luar dugaan dan sampai saat
ini masih terus dikembangkan adalah pemanfaatan Fe3O4 pada sistem pengiriman
obat-obatan (Drug Delivery System). Perkembangan kajian nano material yang
menuntut bahan Fe3O4 berada dalam orde nano meter (nm).
Terkait dengan hal ini, para peneliti terus mengembangkan beberapa metode.
Metode yang sudah dikembangkan misalnya, dalam pembuatan serbuk Fe3O4
berukuran nano dilakukan dengan; Spray pyrolysis, forced hydrolysis, reaksi
oksidasi reduksi besi hidroksida, irradiasi microwave besi hidroksida, pembakaran
besi (III) nitrat, teknik mikro emulsi, serta teknik preparasi hidrotermal (Wang
dkk, 2000).
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan yanng dikaji
dalam program kreativitas mahasiswa ini adalah sebagai berikut :
Bagaimana sintesis partikel nanomagnetit (Fe3O4) dari bahan dasar pasir besi
alam dengan metode kopresipitasi kimia?
D. TUJUAN PENELITIAN
Dalam kegiatan ini tujuan yang ingin dicapai, antara lain :
Dapat mensintesis partikel nanomagnetit (Fe3O4) dari bahan dasar pasir besi
alam dengan metode kopresipitasi kimia.
F. KEGUNAAN PROGRAM
Penelitian ini berguna untuk memberikan informasi kepada masyarakat
tentang nilai ekonomis dan pemanfaatan pasir besi alam yang telah disintesis
menjadi bahan nanomagnetit ( Fe3O4 ).
G. TINJAUAN PUSTAKA
Pasir besi adalah bahan yang berasal dari alam yang banyak terdapat di
daeah pesisir pantai maupun pegunungan. Besi yang diperoleh dari bijih besi
tidak mengandung unsur murni Fe tetapi dalam bentuk besi oksida. Dalam pasir
besi, oksida logam ini terdapat dalam dua fase, Fe 2O3 dan Fe3O4. Keduanya
adalah bahan magnetik yang menunjukkan sifat kemagnetan ketika berada dalam
medan magnet. Sifat kemagnetan dari pasir besi ini dapat tertarik dengan medan
magnet dari luar seperti dengan menggunakan medan magnet permanen. Mutu
pasir besi berbeda beda untuk setiap daerah tergantung senyawa material yang
menyusun pasir besi pada daerah tersebut. Kandungan magnetit (Fe3O4) yang
terdapat dalam pasir besi masih rendah sehingga perlu dilakukan proses
pemurnian ( ekstrasi ) sehingga dapat memisahkan fe3O4 dari pengotornya.
Magnetit ( Fe3O4 ) merupakan salah satu dari klasifikasi dari meaterial
pintar. Material pintar (smart material) didefinisikan sebagai material yang
mempunyai sifat bisa berubah atau diatur dengan menggunakan pengaruh dari
luar. Artinya, material pintar tersebut mampu menyesuaikan diri terhadap
kondisi luar yang mempengaruhinya. Menakjubkan, secara material adalah
benda mati, tetapi si material pintar ini mampu berubah mengikuti kondisi
sekitarnya. Diantara contoh material pintar adalah: ferroelectricity,
pyroelectricity, piezoelectricity, a shape memory effect, electrostriction,
magnetostriction, electrochromism, photomagnetism dan photochromism.
Dimana kesemua material pintar tersebut diatas umumnya berupa material fase
padat (solid). Tetapi disana, terdapat juga klasifikasi material pintar yang berupa
fluida (fluid) cair.
Material pintar berupa cairan yang dikenal dengan istilah “field response
fluids”, fluida yang merespon kondisi luarnya. Jenis fluida rekayasa yang
termasuk fluida pintar adalah: magnetorheological fluid (fluida magnet-reologi),
ferrofluid atau disebut juga magnetic fluid (fluida bermagnet),
electrorheological fluid (fluida elektro-reologi), dan beberapa tipe tertentu dari
polymeric gels (jel polimer). Fluida pintar ini agak berbeda dengan material
pintar yang biasa kita kenal, dalam arti fluida pintar ini tergolong soft material
(material lembek, umumnya berupa jel atau suspensi cairan), bukan padat.
Sebagaimana sudah kami sampaikan diatas, ketiga fluida pintar yang tergolong
field responsive fluids adalah fluida magnet-reologi, fluida bermagnet dan fluida
elektro-reologi. Secara umum ketiga fluida ini adalah merupakan
campuran/dispersi dari partikel magnet yang sangat kecil dalam sebuah cairan
fluida pembawa (carrier liquid). Dan sifat-sifat reologi-nya dapat diatur dan
dimonitor dengan mengaplikasikan medan listrik ataupun medan magnet dari
luar. Kemampuan mengatur sifat-sifat reologi inilah yang mempopulerkan
pesona fluida pintar ini.
Magnetite (Fe3O4) dapat ditulis dengan FeO.Fe2O3 dan membentuk spinel
invers berstruktur kubik. Berdasarkan no ICSD 30860 diketahui Fe3O4 memiliki
space group F d -3 m Z (227) dengan panjang kisi a = b = c sebesar 8,396 Å.
Pada sistem ini, semua bagian tetrahedral diisi oleh ion-ion Fe3+, sedangkan
separuh bagian oktahedral ditempati oleh ion-ion Fe2+ dan separuhnya lagi
ditempati oleh ion-ion Fe3+
Dalam proses sintesis magnetit (Fe3O4) ini dibuat dalam ukuran nanometer.
Dalam terminologi ilmiah, nano berarti 10 (0,000000001). Satu nanometer adalah
-9
seper seribu mikrometer, atau seper satu juta milimeter, atau seper satu miliar meter.
Jika panjang pulau Jawa dianggap satu meter maka diameter sebuah kelereng kira-
kira sama dengan sepuluh nanometer. Yang dapat dikelompokkan dalam skala
nanometer adalah ukuran yang lebih kecil dari 100 nm. Orang menyebut
nanopartikel jika diameter partikel tersebut kurang dari 100 nanometer. Namun riset
nanosains tidak hanya terbatas pada nanopartikel, tetapi lebih luas ke material
nanostruktur. Material nanostruktur adalah material yang tersusun atas bagian-
bagian kecil, di mana tiap-tiap bagian berukuran kurang dari 100 nanometer,
walupun ukuran material secara keseluruhan cukup besar. Tetapi dalam ukuran
besar tersebut sifat bagian-bagian kecil harus tetap dipertahankan.
Memasuki tahun 2000, riset material skala nanometer memasuki babak yang
paling progresif. Penemuan baru dalam bidang ini muncul hampir dalam tiap
minggu dan aplikasi-aplikasi baru mulai tampak dalam berbagai bidang, seperti
bidang elektronik (pengembangan piranti (device) ukuran nanometer), energi
(pembuatan sel surya yang lebih efisien), kimia (pengembangan katalis yang lebih
efisien, baterei yang kualitasnya lebih baik), kedokteran (pengembangan peralatan
baru pendeksi sel-selkanker berdasarkan pada interaksi antar sel kanker dengan
partikel berukuran nanometer), kesehatan (pengembangan obat-obat dengan ukuran
bulir (grain) beberapa nanometer sehingga dapat melarut dalam cepat dalam tubuh
dan bereaksi lebih cepat, serta pengembangan obat pintar (smart) yang bisa mencari
sel-sel tumor dalam tubuh dan langsung mematikan sel tersebut tanpa mengganggu
sel-sel normal), lingkungan (penggunaan partikel skala nanometer untuk
menghancurkan polutan organik di air dan udara), dan sebagainya.
Sifat-sifat material yang meliputi sifat fisis, kimiawi, maupun biologi berubah
begitu dramatis ketika dimensi material masuk ke dalam skala nanometer. Yang
lebih menarik lagi adalah sifat-sifat tersebut ternyata bergantung ukuran, bentuk,
kemurnian permukaan, maupun topologi material. Para ilmuwan percaya bahwa
setiap sifat memiliki “skala panjang kritis”. Ketika dimensi material lebih kecil dari
panjang kritis tersebut maka sifat-sifat fisis fundamental mulai berubah. Sebagai
gambaran, partikel tembaga yang memiliki diameter 6 nm memperlihatkan
kekerasan lima kali lebih besar daripada tembaga ukuran besar.
Untuk mencari karakter kemagnetan Fe3O4 maka dilakukuan dengan
mensintesis dan menkarakterisasi partikel nano Fe3O4 dalam bentuk serbuk.
Produksi dengan teknologi metalurgi serbuk, meski sifat kemagnetan yang
diperoleh bukan yang tertinggi,tetapi dalam pengerjaannya lebih mudah dan
lebih efisien. Dalam prakteknya, pembuatan magnet dengan cara kedua ini
memerlukan bahan dasar berupa serbuk yang berukuran sangat kecil, yaitu
dalam orde micrometer (10-6m). Ukuran serbuk sekecil ini diperlukan agar
komponen-komponen pembentuk bahan magnet dapat saling berdeposisi
(bereaksi) ketika bahan mengalami pemanasan (kalsinasi). Di antara kelebihan
dalam bentuk serbuk adalah dapat menangani bahan yang tidak dapat atau sukar
diproses dengan jalan mencairkannya. Selain itu metode ini merupakan metode
pemrosesan yang lebih murah dengan kualitas baik.
Diekstrak
dengan Magnet
Pengendapan
dengan NH4OH Larutan diaduk dengan
stirrer pada suhu 70 – 90
o
C
Diambil
endapan
Dicuci dengan aquades
sebanyak 5 kali
Sampel siap
dikarakterisasi
menggunakan
Bulan
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6
1 Penyusunan proposal XX
2 Penyusunan
XXXX X
instrumen
3 Pengumpulan data XXX XX
4 Analisis data XX XX
5 Penyusunan laporan XX
6 Seminar laporan XX
7 Finalisasi laporan XX
8 Penyerahan X
Lampiran I
Riwayat Hidup Ketua Pelaksana
Nila Rosana
NIM. 073224002
Lampiran 2
Riwayat Hidup Anggota Pelaksana
1. Nama lengkap :
Andrias Sanggra W
2. NIM :
073184031
3. Jenis kelamin : Laki-
laki
4. Pekerjaan :
Mahasiswa Unesa
5. Jurusan / prodi :
Pendidikan Fisika
6. Pendidikan :
a. SD Negeri I Gending : 1995 – 2001
e. SMP Negeri 2 Gending : 2001
– 2004
f. SMA Negeri I Gending : 2004
– 2007
g. Universitas Negeri Surabaya : 2007 –
sekarang
Andreas Sanggra W
NIM. 073184031