Вы находитесь на странице: 1из 76

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling mematikan di bidang


ginekologi. Setiap tahunnya 200.000 wanita didiagnosa dengan kanker ovarium di
seluruh dunia dan 125.000 meninggal karena penyakit ini. Kanker ovarium
merupakan penyebab utama kematian wanita karena kanker dan merupakan
penyebab kelima kematian karena kanker di Amerika Serikat (AS). Satu diantara
78 wanita di AS (1.3%) diperkirakan akan mengalami kanker ovarium selama
hidupnya. Delapan puluh persen dari 14.000 kasus kanker ovarium di Amerika
Serikat yang terdiagnosis pertahunnya berasal dari sel epitel (Gubbels, 2010).

Menurut Indonesian Society of Gynecologic Oncology 2012, kanker ovarium


menduduki urutan kedua terbanyak setelah kanker serviks. Pada tahun 2012,
kejadian kanker ovarium di Indonesia sekitar 354 kasus. Angka kematian akibat
kanker ovarium di Departemen Obstetri dan Ginekologi RS Dr. Cipto
Mangunkusumo (RSCM) pada tahun 1989-1992 sebesar 22,6% dari 327 kematian
kanker ginekologi. Penderita biasanya datang sudah dalam stadium II-IV (42,5%)
sehingga keberhasilan pengobatan sangat rendah. Parameter tingkat keberhasilan
pengobatan kanker adalah AKH (Angka Ketahanan Hidup) 5 tahun. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah data penderita kanker ovarium yang
dapat dianalisis sebanyak 218 orang dan diperoleh rata-rata AKH 5 tahun sebesar
41,25%. Dari hasil analisis juga diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi
Angka Kemungkinan Hidup (AKH) 5 tahun kanker ovarium di RSCM Jakarta
adalah stadium klinik dan jenis pengobatan (Sihombing, 2007).

Angka kejadian kanker ovarium di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) M.


Djamil Padang mengalami kenaikan dari tahun 2011 sebanyak 103 kasus
meningkat menjadi 156 kasus pada tahun 2012. Terjadi peningkatan kasus
sebanyak 50% dari tahun 2011 ke tahun 2012. Pada tahun 2011 terjadi kematian

1
akibat kanker ovarium sebanyak 7 kasus (14%) dan pada tahun 2012 sebanyak 11
kasus (14%).

Kanker ovarium biasanya mempunyai sedikit gejala tertentu, lebih dari 70%
pasien didiagnosis dengan stadium lanjut, di mana AKH 5 tahun kurang dari 30%.
Sebaliknya, 25% dari pasien yang didiagnosis dengan penyakit stadium I
memiliki AKH 5 tahun hingga 90%, dan pasien dengan penyakit stadium II
memiliki AKH 5 tahun hingga 70%. Oleh karena itu, deteksi dini kanker ovarium
memiliki janji besar untuk meningkatkan hasil klinis (Zoya Yurkovetsky, et al.,
2010).

Angka kematian kanker ovarium masih tinggi meski ditemukan obat


kemoterapi baru, yang telah secara signifikan meningkatkan AKH 5 tahun. Alasan
utamanya adalah keberhasilan yang rendah dalam mendiagnosis kanker ovarium
pada tahap awal, karena sebagian besar pasien meninggal dengan stadium lanjut,
sebaliknya jika kanker ovarium terdeteksi dini sekitar 90% dari mereka dengan
keganasan ovarium yang well-differentited dapat bertahan hidup lebih baik.
Kurangnya tumor marker yang dapat dipercaya untuk memprediksi gambaran
klinis dan respon terhadap pengobatan juga menjadi faktor utama (Daniel W.
Chan, et al, 2009).

Kanker ovarium umumnya baru menimbulkan keluhan apabila telah


menyebar ke rongga peritoneum, atau organ visera lainnya. Penyakit telah
mencapai stadium lanjut pada tingkat ini sehingga tindakan pembedahan dan
terapi adjuvan seringkali tidak menolong. Upaya pengenalan dini kanker ovarium
stadium awal berdasarkan pemeriksaan fisik saja tidak cukup sehingga perlu
dilengkapi dengan pemeriksaan penunjang seperti serum tumor marker,
Ultrasonografi (USG), atau computerised tomography scanning (CT-scan). Salah
satu tumor marker untuk memprediksi adanya keganasan pada ovarium adalah
pemeriksaan kadar serum Cancer Antigen 125 (CA125) (Rarung, 2008).

Selama hampir 3 dekade CA125 telah digunakan sebagai tumor marker


untuk memantau jalannya kanker ovarium. CA125 adalah suatu musin enzimatik

2
yang dihasilkan dari permukaan sel-sel kanker ovarium. Hanya beberapa jaringan
normal menghasilkan CA125 dengan kadar rendah seperti endometrium, epitel
tuba fallopi, parenkim paru, dan kornea. Kadar CA125 yang signifikan ditemukan
dalam deposit endometriosis dan dalam beberapa tumor ovarium jinak. Kondisi
yang mengiritasi peritoneum, perikardium, atau pleura juga dapat meningkatkan
kadar CA125, akibatnya tingkat CA125 dapat meningkat pada penyakit radang
panggul, sirosis dengan ascites, dan gagal jantung kongestif dengan efusi pleura.
Peningkatan positif palsu dari CA125 menjadi masalah khusus pada wanita
premenopause di antaranya dengan endometriosis yang lebih aktif dan CA125
juga dapat sedikit meningkat dengan menstruasi yang normal (Moore RG, et al,
2012).

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui lebih dalam tentang kanker ovarium dari


timbulnya gejala kanker hingga pengobatan serta diagnosa apa saja yang bisa
diambil dalam penegakkan kanker tersebut.

2. Tujuan khusus

1) Untuk memperdalam wawasan tentang kanker ovarium


2) Untuk menginformasikan pada pembaca bahwa kanker ovarium dapat
memicu terjadinya konflikasi penyakit dalam tubuh manusi
3) Sebagai bahan pertimbagan penelitian ketika turun lapangan nanti.

3
BAB II

KONSEP MEDIS

A. Pengertian
Kanker ovarium adalah proses keganasan primer yang terjadi pada
ovarium. Penyakit ini umumnya dijumpai pada wanita usia pasca menopause.
Mayoritas kanker ovarium ialah jenis sel epitelial. Kelompok lainnya ialah
non epitelial, termasuk di antaranya sel tumor germinal dan sel tumor sex
cord-stromal. ( Loho, & Wagey, 2016).
Kanker ovarium termasuk satu dari sepuluh kanker yang paling sering
diderita oleh wanita di Indonesia. Menurut data dari Center for Disease
Control and Prevention, kanker ovarium merupakan kanker ginekologi
dengan tingkat five year survival rate terendah dari kanker ginekologi di
dunia, yaitu sebesar 43%. Hal ini disebabkan oleh gejala kasus yang tidak
spesifik dan beragam, serta tidak tersedianya alat screening dengan
spesifisitas, sensitivitas, dan harga yang sesuai. Dua per tiga pasien saat ini
terdiagnosis saat telah mencapai stadium III atau IV. Padahal, apabila 75%
kasus kanker ovarium terdeteksi pada stadium I atau II angka mortalitasnya
diperkirakan akan turun sebanyak 50%. (Loho, & wagey, 2016)
Kanker ovarium mempunyai permasalahan yang paling besar dan
angka kematiannya hampir separuh dari angka kematian seluruh keganasan
ginekologik. Hal ini disebabkan kanker ovarium tidak mempunyai gejala
klinis yang khas sehingga penderita kanker ovarium datang berobat sudah
dalam stadium lanjut. Diperkirakan 70-80% kanker ovarium baru ditemukan
setelah menyebarluas atau telah bermetastasis jauh sehingga hasil pengobatan
tidak seperti yang diharapkan (Nugroho T dkk, 2014).
B. Etiologi
Ovarium terletak di kedalaman rongga pelvis. Bila timbul kanker,
biasanya tanpa gejala pada awalnya sehingga sulit ditemukan, membuat
diagnosis tertunda. Ketika lesi berkembang dan timbul gejala, sering 15 kali
sudah bukan stadium dini. Maka terdapat 60-70% pasien kanker ovarium saat

4
didiagnosis sudah terdapat metastasis di luar ovarium. Penyebab kanker
ovarium hingga kini belum jelas, tapi faktor lingkungan dan hormonal
berperan penting dalam patogenesisnya. Akan tetapi banyak teori yang
menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:
a) Hipotesis incessant ovulation. Teori menyatakan bahwa terjadi
kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk penyembuhan luka pada
saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu
dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor.
b) Hipotesis androgen. Androgen mempunyai peran penting dalam
terbentuknya kanker ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan
bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen. Dalam
percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel
ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium.
c) Umur. Kanker ovarium dapat terjadi pada semua usia, semakin tinggi
usia maka tingkat kejadian semakin tinggi. Umumnya lebih sering
terjadi pada wanita menopause dan pasca-menopause, umur 20 tahun
kurang morbiditas. Berbagai jenis kanker ovarium, distribusi usia
berbeda. Kanker ovarium epitel meningkat pesat setelah usia 40, usia
puncak berusia 50-60 tahun, 70 tahun dan kemudian secara bertahap
menurun, sedangkan tumor germ cell lebih sering terjadi pada wanita
muda sebelum usia 20, wanita lajang atau kejadian kanker ovarium
karena kesuburan (Anonim, 2014).
d) Paritas. Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup atau jumlah anak
yang dimiliki oleh seorang wanita. Dalam paritas terjadi pelepasan sel
ovum dari ovarium sehingga menyebabkan produksi estrogen untuk
poliferasi epitel ovarium. Walaupun ada beberapa hipotesis yang
menghubungkan antara paritas dengan kanker ovarium namun etiologi
paritas dengan kanker ovarium belum begitu jelas. Beberapa hipotesis
mengungkapkan bahwa tingginya paritas justru menjadi faktor
proktetif terhadap kanker ovarium, salah satunya adalah hipotesis

5
incessant ovulation yang menyebutkan bahwa pada saat terjadinya
ovulasi akan terjadi kerusakan 11 pada epitel ovarium.
e) Menarche. merupakan menstruasi pertama yang biasa terjadi dalam
rentang usia 10-16 tahun atau pada masa awal remaja di tengah masa
pubertas sebelum memasuki masa reproduksi. Menstruasi yang terjadi
pada saat pertama kali merupakan pertanda bahwa seorang remaja
sedang mengalami pubertas. Pada masa ini, kadar Luteizing Hormon
(LH) Follicle Stimulating Hormon (FSH) akan meningkat sehingga
merangsang pembetukan hormon seksual.
Usia menarche dini diduga merupakan risiko kanker ovarium, hal ini
berhubungan dengan produksi hormon oleh ovarium yaitu estrogen,
estrogen sendiri terdiri dari 3 jenis hormon yaitu estradiol, estriol dan
estrion. Estradiol dan estriol diduga bersifat karsinogenik, hal ini
berhubungan dengan poliferasi jaringan ovarium dimana kedua
hormon ini memegang peranan penting. Seperti dikatakan sebelumnya
bahwa menarkhe merupakan pertanda bahwa ovarium telah mulai
menghasilkan hormon estrogen. Dan faktanya bahwa usia menarche
dini (<12 tahun) menyebabkan usia menopause yang lebih lama,
sehingga keterpaparan estrogen seorang wanita yang memiliki
menarche dini lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang memiliki
menarche normal.
f) Riwayat keluarga. Kanker ovarium memiliki kecenderungan agregasi
familial, kerabat perempuan dengan riwayat kanker ovarium, kejadian
berisiko tinggi daripada populasi umum. Dengan demikian, riwayat
keluarga kanker merupakan faktor risiko untuk kanker ovarium
(Anonim, 2014).
Riwayat adanya keluarga yang menderita kanker ovarium
meningkatkan resiko terjadinya kanker serupa pada anggota keluarga
yang lain. Resiko kanker ovarium adalah 1,6 % pada keseluruhan
populasi. Resiko meningkat menjadi 4 sampai 5 % apabila anggota
keluarga derajat 1 (ibu atau saudara kandung) terkena kanker

6
ovarium. Resiko meningkat menjadi 7%, bila ada 2 anggota keluarga
yang menderita kanker ovarium.
C. Manifestasi
Gejala kanker ovarium bisa berupa rasa tidak nyaman yang samar-
samar pada perut bagian bawah. Ovarium yang membesar pada wanita pasca
menopause bisa juga menjadi pertanda awal dari kanker ovarium. Hal ini di
sebabkan oleh terkumpulnya cairan dalam perut. Saat itu, penderita mungkin
akan merasakan nyeri pada panggul, anemia, dan berat badan yang menurun.
Terkadang, kanker ovarium melepaskan hormon yang menyebabkan
pertumbuhan berlebih pada lapisan rahim, pembesaran payudara, dan
peningkatan perumbuhan rambut (Pratyitno, 2014).
Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulkan gejala
dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak
spesifik. Pada stadium awal gejalanya dapat berupa :
a. Jika sudah menekan rektum atau kandung kemih mungkin terjadi
konstipasi atau sering berkemih.
b. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang
menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut.
c. Nyeri saat bersenggama.
d. Sering Berkemih
e. Melepaskan Hormon yang menyebabkan pertumbuhan berlebihan
pada lapisan rahim, pembesaran payudara atau peningkatan
pertumbuhan rambut.
Pada stadium lanjut gejalanya dapat berupa :
a. Asites (penimbunan cairan dalam rongga perut).
b. Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta organ-organ di dalam
rongga perut (usus dan hati).
c. Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan.
d. Gangguan buang air besar dan kecil.
e. Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada
f. Dyspepsi

7
D. Patofisiologi
Penyebab dari kanker ovarium ini belum diketahui dengan jelas.
Namun dari beberapa sumber dan penelitian yang dilakukan bahwa ada
beberapa faktor yang menjadi penyebab dari kanker ovarium, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal berati berasal dari dalam tubuh
dan faktor internal untuk kanker ovarium ini adalah faktor keturunan atau
genetik, riwayat kaknekr payudara, menarche dini, usia lebih dari 45 tahun
dan menjelang menopouse, dan yang terakhir adalah wanita yang belum
pernah hamil, melahirkan maupun menyusui. Untuk faktor eksternalnya
antara lain diet tinggi lemak, erokok, dan konsumsi alkohol yang berlebih.
Saat faktor-faktor pencetus tersebut masuk ke dalam tubuh, maka akan
terjadi perubahan pada sel-sel epitel yang ada di ovarium. Jika hal ini terus
berlangsung dalam waktu yang lama, maka sel-sel ovarium tadi akan
meradang dan engalami kerusakan. Sel-sel yang mengalami kerusakan
tersebut akhirnya akan terakumulasi dan menjadi kista, kista inilah yang
apabila tidak segera ditangani akan berkomplikasi menjad kanker ovarium.
Kanker ovarium terbagi menjadi 4 stadium. Dimana penyebaran
tumor pada stadium I hanya menyerang satu ovarium atau keduanya. Hal ini
akan menyebabkan terganggunya produksi sel telur dan akhirnya terjadi
kegagalan ovulasi. Efek yang terjadiketika sel telur gagal berovulasi
diantarnya adalah gangguan siklus menstruasi dan keputihan. Kemudian
masuk ke stadium dimana penyebaran tumor sudah meluas hingga ke area
panggul. Perluasan tumor tersebut mencapai uterus dan jaringan pelvis
lainnya.ketika tumor menyebar maka akan terjadi pembessaran masa yang
mengakibatkan tumor menekan sel syaraf, sehingga pada stadium II ini pasien
cenderung merasakan nyei pada bagian panggul dan perut bawahnya.

8
Apabila kanker ovarium tidak ditangani dengan segera maka
memasuki stadium III yang mana tumor telah menyebar sammpai ke bagan
peritoneum dan usus besar. Pembesaran diameter dari tumor ini akan
menyebabkan rektum tertekan, akibatnya akan terjadi penurunan motilitas
usus dan berkurangnya gerak peristaltik dan menyebabkan gangguan untuk
buang air besar atau konstipasi. Untuk fase terakhir yaitu stadium IV adalah
penyebaran ke jaringan organ tubuh yang lain diantaranya paru-paru, limfa,
payudara, bahkan sampai ke otak. Penyebaran sel-sel kanker tersebut bias
lewat aliran darah, system limfatik, atau bahkan menembus lapisan penutup
rongga organ tubuh yang lain. Jika tumor sudah mencapai organ tubuh bagian
lain maka yang bias dilakukan hanyalah prosedur pembedahan untuk
mengangkat sel-sel kanker tersebut, kemudian kemoterapi juga dibutuhkan
untu menghancurkan sisa-sisa dari sel kanker yang masih tertinggal.
E. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu :
1) Asites
Kanker ovarium dapat bermetatasis dengan infasi langsung ke
struktur-struktur yang berdektan pada abdomen dan panggul dan
melalui penyebaran benih tumor melalui cairan peritoneal ke rongga
abdomen dan rongga panggul.

2) Efusi pleura
Dari abdomen, cairan yang mengandung sel-sel ganas melalui
saluran limfe menuju pleura.
Komplikasi lain yang dapat di sebabkan pengobatan adalah :
1) Infertilisasi adalah akibat dari pembedahan pada pasien menopause
2) Mual, muntah dan supresi sumsum tulang akibat kemoterapi, dapat
juga muncul masalah potensial otoktoksik, nefroktoksik,
neurotoksis.
3) Penyakit berulang yang tidak tekontrol dikaitkan dengan obstruksi
usus, asites fistula dan edema ekstremitas bawah.

9
F. Pengobatan
Penderita kanker ovarium stadium dini dapat ditangani dengan
operasi yang kemudian dilanjutkan dengan terapi. Bila kanker ovarium telah
memasuki stadium lanjut, kometrapi atau radiasi dilakukan. Operasi
dilakukan apabila pasien memang tidak ingin punya anak lagi maka dokteer
akan mengangkat kedua ovarium, tuba falopii, rahim, kelenjar getah bening
disekitarnya dan omentum. Dokter juga akan mengambil contoh jaringan dan
cairan dari perut guna diperiksa apakah mengandung sel-sel kanker. Tujuan
bedah ini ialah mengangkat semaksimal mungkin sel-sel kanker yang ada.
Kemoterapi dilakukan apabila kanker masih terbatas di indung telur
saja, maka pembedahan dapat mengangkat seluruh sel-selnya. Namun, jika
kanker sudah pada stadium lanjut dan menyebar ke bagian lain dari tubuh,
bagaimanapun pembedahan tidak mampu mengangkat seluruh sel kanker.
Untuk kondisi yang demikian,dokter akan memberikan obat-obatan anti
kanker (kemoterapi) guna menumpas sel-sel kanker yang masih tertinggal.
Dibandingkan dengan kanker jenis lain maka kanker ovarium lebih cepat
lenyap oleh kemoterapi dan kecuali itu obat-obatan anti kanker mampu
memberikan ketahanan hidup sekitar 5 tahun kepda 20-30% pasien wanita
pengidap kanker ovarium stadium lanjut.Untuk mengobati kanker ovarium,
perlu menganalisa beberapa hal sehingga pengobatan yang diberikan bisa
lebih cepat dan tepat. Berbagai hal yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Jika kanker belum menyebar ke luar ovarium, maka dokter hanya


akan melakukan pengangkatan ovarium dan tuba fallopi yang
mungkin terkena kanker.
b. Apabila kanker telah menyebar ke luar ovarium dan rahim, maka
dokter akan melakukan pengangkatan pada kedua ovarium dan rahim
serta kelenjar getah bening dan struktur di sekitarnya.
c. Setelah pembedahan, dokter bisa melakukan terapi penyinaran dan
kemoterapi guna menghancurkan sisa-sisa sel kanker.

10
Ada juga beberpa pengobatan yang di lakukan :

a. Biopsi
Biopsi Dilakukan di beberapa tempat yaitu omentum, kelenjar getah
lambung, untuk mendukung pembedahan. 3.
b. Second look Laparotomi
Untuk memastikan pemasantan secara radioterapi atau kemoterapi
lazim dilakukan laparotomi kedua bahkan sampai ketiga
c. Penanganan lanjut
a). Sampai satu tahun setelah penanganan, setiap 2 bulan sekali
b). Sampai 3 bulan setelah penanganan, setiap 4 bulan
c).Sampai 5 tahun penanganan, setiap 6 bulan d. Seterusnya tiap 1
tahun sekali.

Penatalaksanaan kanker ovarium dapat berupa pembedahan,


kemoterapi, immunoterapi, terapi hormonal dan radioterapi. Pembedahan,
bertujuan untuk mengambil tumor primer beserta seluruh metastase disebut
dengan debulking atau operasi.

Operasi sitoreduktif atau debulking merupakan operasi


pengangkatan seluruh massa tumor dengan meninggalkan residu kurang
dari 1 cm (Aletti, Gallenberg, Cliby, Jatoi, & Hartmann, 2007; Schorge,
McCann, & Carmen, 2010).

Tujuan operasi sitoreduktif adalah untuk mengangkat massa tumor


sebanyak-banyaknya sehingga pengobatan lanjutan menjadi lebih efektif,
mengurangi resistensi obat, meningkatkan sensitivitas sel kanker terhadap
kemoterapi, dan menghilangkan massa tumor pada lokasi tertentu, misalnya
tumor menyebabkan obstruksi usus, sehingga operasi dapat meningkatkan
status gizi dan imunologi pasien.

Kemoterapi diberikan sebagai neoadjuvan maupun adjuvan pada


kanker ovarium stadium lanjut. Pemberian terapi adjuvan dengan kemoterapi
memberikan dampak baik secara fisik maupun psikologis bagi pasien.

11
Kemoterapi memberikan dampak secara fisik berupa mual dan muntah,
rambut rontok, nyeri, perubahan pada kulit dan kuku, keletihan, infeksi, diare
dan gejala lain akibat ikut rusaknya sel sehat disekitar lokasi kanker.

BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

Pengkajian Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Reproduksi Pada Ny. A


(51 Tahun)
Dengan Kanker Ovarium Stadium III C Di Ruang Ginekologi Kebidanan
RSUD Aloei Saboe Kota Gorontalo

PENGKAJIAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI (GSR)

Nama Mahasiswa : Faikoh A. Masaniku


Fitri Yanti Husain
Sella Meylani Patilima
Hartati Eksan
NIM : 841417006
841417009
841417058
841417082
Tanggal pengkajian : 01 Februari 2019
Ruangan/RS : Ginekologi/Aloei Saboe
Tanggal Masuk Rumah Sakit : 30 Januari 2019
No. Reg :-
Diagnosa Medis : Kanker Ovarium Stadium III C

I. Data umum klien


1. Inisial klien : Ny. A Inisial suami : Tn. B

12
2. Usia : 51 Tahun Usia :55 Tahun
3. Status perkawinan : Kawin Suku : Gorontalo
4. Pekerjaan : IRT Pekerjaan : PNS
5. Pendidikan terakhir : SMA Pendidikan terakhir : S2
6. Suku : Gorontalo Agama : Islam
7. Agama : Islam
8. Alamat : Jl. Pangeran Hidayat II, Kel. Pulubala, Kec. Kota
Tengah

II. Masalah utama


Keluhan utama :
Pasien mengatakan nyeri pada bagian panggul & rasa tidak nyaman
pada perut bagian bawah kanan
Mulai timbulnya :
Pasien mengatakan nyeri dirasakan sejak 1 tahun yang lalu
Sifat keluhan :
- Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk atau
seperti terbakar
- Nyeri timbul tiba-tiba dan tak tentu
- Nyeri timbul secara terus menerus
Lokasi keluhan :
Pasien mengatakan nyeri timbul dari bagian bagian panggul
kemudian menjalar ke bagian perut bawah dan semakin lama lokasi
nyerinya bertambah besar
Faktor pencetus :
Pasien mengatakak kurang mengetahui dengan jelas penyebab
terjadinya nyeri tersebut, hanya saja pasien mengatakan nyeri tersebut
mulai timbul ketika pasien terjatuh di kamar mandi.
Keluhan lain :
Selain nyeri pada bagian panggul & perut bawah, pasien juga
mengatakan jika ia sering berkemih dan mengalami konstipasi, area perut

13
juga sering mengalami kram, ketika makan terasa cepat kenyang dan tidak
nafsu makan serta terkadang sesak napas.

Pengaruh keluhan terhadap aktivitas/fungsi tubuh :


Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan menyebabkan ia kesulitan
dalam beraktivitas sehari-hari serta tak dpat melakuka aktivitas fisik berat
karena mudah sesak napas
Usaha klien untuk mengatasinya :
Pasien mengatakan 7 bulan yang lalu ia pergi ke dokter dan
diberikan obat kemudian nyeri yang ia rasakan berkurang dan hilang
setelah meminum obat. Maka dari itu, ketika pasien merasakan nyeri maka
ia akan membeli obat yang sama seperti yang di resepkan dokter di apotik
atau warung.

III. Pengkajian Fisik


Seksualitas
Subyektif :
Usia menarche : 14 tahun
Siklus haid : ± 18 hari
Durasi haid : ± 8 hari
Dismenorea Polimenorea Oligomenorea

Menometroragie Amenorea

Rabas pervagina :
Warna : Merah segar (disertai gumpalan)
Jumlah : 100 cc/hari
Berapa lama : 4 hari
Metode kontrasepsi terakhir : Tidak menggunakan kontrasepsi

14
Status obstetri : P : 1 A : 1
Riwayat persalinan :
Aterm : 38 minggu
Prematur : Tidak
Multiple : Ya
Riwayat persalinan terakhir :
Tahun : 2003
Tempat : Puskesmas
Lama gestasi : 266 hari (9 Bulan)
Lama persalinan : 1,5 jam (Kala II)
Jenis persalinan : Normal
Berat badan bayi : 3100 gr
Komplikasi maternal/bayi : Tidak ada
Obyektif :
PAP smear terakhir (tgl dan hasil) : 20 September 2001 dan hasilnya
negatif
Tes serologi (tgl dan hasil) : 18 Juli 2013 dan hasilnya negatif dari infeksi

Makanan dan cairan


Subyektif :
Masukan oral 4 jam terakhir : air putih dan bubur
Mual/muntah hilang nafsu makan masalah mengunyah
Pola makan : Nasi, lauk, sayur dan buah
Frekuensi : 2x/hari
Konsumsi cairan : 1500ml /hari
Obyektif :
BB : 45kg
TB : 165cm
Turgor kulit : Elastis
Membran mukosa mulut : Kering
Kebutuhan cairan : Normal (1000-1500ml/hari)

15
Pemeriksaan Hb. Ht (tgl dan hasil) :
31 Januari 2019. Hb =11,3 g/dL, Ht = 34,8%
Eliminasi
Subyektif :
Frekuensi dafekasi :
a) Sebelum sakit
Pasien mengatakan BAB 1x sehari pada pagi hari setiap harinya.
b) Setelah sakit
Pasien mengatakan susah BAB, terkadang hanya 1x dalam 4 hari.
Penggunaan laksatif : Suppositoria dulcolax (diberikan karena
kesulitan BAB)
Waktu defekasi terakhir : 31 Januari 2019
Frekuensi berkemih : 8x dalam sehari
Karakter urine : Urin berwarna kuning jernih, bau khas urin
(amoniak) dan tidak ada darah dalam urin.
Nyeri/rasa terbakar/kesulitan berkemih : Tidak ada
Riwayat penyakit ginjal : Tidak ada
Penyakit kandung kemih : Tidak ada
Penggunaan diuretik : Tidak ada

Obyektif :
Pemasangan kateter : -
Bising usus : Terdengar
Karakter urine : Urin berwarna kuning jernih, bau khas urin (amoniak) dan
tidak ada darah dalam urin
Konsistensi feces : Konsistensi feses lembek
Warna feces : Kuning kecoklatan
Hemorrhoid : -
Palpasi kandung kemih (teraba/tidak teraba) : Kosong
Hygiene
Subyektif :

16
Kebersihan rambut (frekuensi) : Pasien mengatakan membersihan rambut
menggunakan shampoo 2 hari sekali
Kebersihan badan :
Pasien mengatakan mandi menggunakan sabun 2 sehari

Kebersihan gigi/mulut :
Pasien mengatakan menyikat gigi 3x sehari, caries dentis (+) bau mulut (-)
Kebersihan kuku tangan dan kaki:
Kuku pendek, pasien mengatakan memotong kuku seminggu 1x
Obyektif :
Cara berpakaian : Rapi dan bersih
Kondisi kulit kepala : Kulit kepala keras dan bersih
Sirkulasi
Subyektif :
Riwayat penyakit jantung : Tidak ada
Riwayat demam reumatik : Tidak ada
Obyektif :
Tekanan darah : 90/70
Nadi : 72x/menit
Distensi vena jugularis (ada/tidak ada) : Tidak ada
Bunyi jantung : Normal, S1 dan S2 terdengar, tidak ada suara tambahan
Frekuensi : 72 kali/menit
Irama (teratur/tidak teratur) : Teratur
Kualitas (kuat/lemah/Rub/Murmur) : Kuat
Ekstremitas : kekuatan otot 4444 5555
5555 5555
Suhu (hangat/akral dingin) : 37,80C (Hangat)
CRT : kurang dari 2 detik
Varises (ada/tidak ada) : Tidak ada

Nyeri/ketidaknyamanan

17
Subyektif :
Lokasi : Daerah panggul dan perut bagian bawah
Intensitas (skala 0 -10) : 7
Frekuensi : Terasa tiap 10 menit
Durasi : < 5 menit
Faktor pencetus : Jatuh dan terbetur di kamar mandi
Cara mengatasi :
Meminum obat pereda nyeri dan menggunakan minyak gosok
Faktor yang berhubungan : -
Obyektif :
Wajah meringis
Melindungi area yang sakit
Fokus menyempit
Pernapasan
Subyektif :
Dispnea Batuk/sputum Riwayat Bronkitis
Asma Tuberkulosis Emfisema
Pneumonia berulang Perokok, lamanya : ............. tahun
Penggunaan alat bantu pernapasan (02) : ..............L/mnt
Obyektif :
Frekuensi : 21x/mnt
Irama : Eupnoe Tachipnoe Bradipnoe
Apnoe Hiperventilasi Cheynestokes
Kusmaul Biots
Karakteristik Sputum : -
Hasil Roentgen : -

Interaksi sosial
Subyektif :
Status pernikahan : Pasien mengatakan menikah sebanyak 1 kali
Lama pernikahan : 21 tahun

18
Tinggal serumah dengan : Suami dan 1 orang anak perempuannya
Obyektif :
Komunikasi verbal/nonverbal dengan orang terdekat :
- Komunikasi verbal pasien baik. Pasien sangat menyimak dan berespon
baik saat diajak bicara
- Komunikasi nonverbal juga baik. Pasien dan keluarga mampu
memahami komunikasi nonverbal mereka satu sama lain.

Integritas Ego
Subyektif :
Perencanaan kehamilan :
Pasien mengatakan tidak memiliki rencana kehamilan lagi
Perasaan klien/keluarga tentang penyakit :
Pasien mengatakan merasa cemas dengan penyakitnya. Tetapi pasien
selalu taat dalam mengikuti semua anjuran dari tim kesehatan. Serta pasien
mengatakan sudah pasrah dengan keadaan yang dialaminya sekarang.
Status hubungan :
Pasien mengatakan bahwa statusnya adalah seorang istri bagi suaminya
dan juga seorang ibu bagi anaknya. Namun pasien mengatakan tidak dapat
menjalankan kewajibannya tersebut karena sakit yang ia alami, serta
pasien takut apabila tidak dapat menjalankan perannya dikemudian hari
apabila ia tidak dapat disembuhkan.
Cara mengatasi stress :
Pasien mengatakan hal yang mengurangi stress dan kecemasannya adalah
dukungan serta perhatian yang diberikan oleh keluarganya. Pasien juga
mengatakan bahwa dia selalu berdoa kepada Allah Subhnallahu wa Ta’ala
untuk kesembuhan penyakitnya dan tak lupa untuk menunaikan sholat
wajib 5 waktu.
Obyektif :
Status emosional (cemas, apatis, dll) : Cemas
Respon fisiologis yang teramati :

19
Pasien nampak cemas dan produksi keringatnya meningkat ketika dokter
mengatakan pasien harus menjalani operasi/pembedahan dan kemotrapi.
Agama :
Pasien taat menjalankan sholat 5 waktu bersama keluarganya, serta selalu
berdoa kepada Allah Subhanallahu wa Ta’ala untuk mengharap
kesembuhannya
Muncul perasaaan (tidak berdaya, putus asa, tidak mampu) :
Terkadang pasien menunjukkan perasaan pasrah dengan keadaan dan
putus asa.

Neurosensori
Subyektif :
Pusing (ada/tidak ada) : Pasien mengatakan sering tiba-tiba pusing.
Kesemutan/kebas/kelembaban (lokasi) :
Pasien mengatakan kesemutan/kra pada bagian perut bawahnya.

Keamanan :
Subyektif :
Alergi/sensitivitas : -Tidak ada
Penyakit masa kanak-kanak : Radang amandel, flu, demam & batuk
Riwayat imunisasi :
Pasien mengatakan pernah mendapatkan imunisasi lengkap
Infeksi virus terakhir : Inflenza
Binatang peliharaan dirumah : Kucing
Masalah obstetrik sebelumnya :
Pasien mengatakan pernah mengalami abortus
Jarak waktu kehamilan terakhir :
Pasien mengatakan jarak kehamilan terkhir 3 tahun
Riwayat kecelakaan :
Pasien mengatakan pernah terjatuh saat turun di tangga dan menyebabkan
keguguran

20
Fraktur dislokasi :
Pasien mengatakan pernah mengalami fraktur dislokasi di tulang
panggulnya 20 tahun yang lalu dan telah sembuh setelah perawatan oleh
dokter
Pembesaran kelenjar : Pasien mengatakan bahwa perutnya mulai
membesar dan kembung seperti terisi cairan.
Obyektif :
Integritas kulit : Integritas kulit pasien baik dan lembab
Cara berjalan : Normal tanpa alat bantu tambahan

Penyuluhan/pembelajaran
Subyektif :
Bahasa dominan : Bahasa Gorontalo
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan suami : PNS
Faktor penyakit dari keluarga : Pasien mengatakan bibinya meninggal
karena kanker payudara.
Sumber pendidikan tentang penyakit :
Pasien mengatakan dirinya dan keluarga mencari informasi mengenai
penyakitnya lewat internet dan petugas kesehehatan.

Pertimbangan rencana pulang


Tanggal informasi diambil : 01 Februari 2018
Pertimbangan rencana pulang :
Pasien akan dipulangkan sesuai dengan arahan dari dokter
penanggung jawab yaitu apabila kondisi pasien dianggap telah memenuhi
syarat untuk melakukan rawat jalan seusai pembedahan. Namun untuk

21
pasien kanker terapi (kemoterapi) dan konsul rutin harus tetap dilakukan
untuk memastikan kesembuhan yang optimal dari pasien.
Tanggal perkiraan pulang : 25 Februari 2019
Ketersediaan sumber kesehatan terdekat : Puskesmas
Pemeriksaan diagnostik :
1. Pemeriksaan darah lengkap
2. Ct scan
3. MRI
4. CA 125 tes darah

Terapi dan pengobatan :


1. Pembedahan
2. Kemoterapi

22
23
NO DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL
1 Disfungsi seksual (00059) NOC 1. Konseling seksual
Domain 8: 1. Pengetahuan: fungsi
Seksualitas seksual Observasi
Kelas 2: a. Monitor timbulnya a. Karena dapat megurangi
Fungsi seksual Kriteria hasil stres, kecemasan dan pemberian kepuasan sekseual
Definisi: setelah dilakukan tindakan depresi sebagai pada masing-masing pasangan
Suatu kondisi ketika individu keperawatan selama 3x24 kemungkianan
mengalami suatu perubahan jam masalah Pengetahuan: peyebab dari disfungsi
fungsi seksual selama fase fungsi seksual teratasi seksual
respons seksual berupa hasrat, dengan indikator yang b. Agar pasien tidak
terangsang, dan/atauorgasme, dipertahankan pada skal 3 Mandiri melampiaskan hasrat seksual
yang dipandang tidak dan ditingkatkan ke skal 4 b. Berikan jaminan dan dijalan yang tidak sesuai
memuaskan, tidak bermakna, izin untuk melakukan
atau tid akadekuat. Indikator: eksperimen dengan
1. reproduksi bentuk-bentuk
Batasan karakteristik: 2. perunahan fisik terkait alternatif untuk
4) Gangguan aktivitas seksual dengan usia mengekspresikan
5) Gangguan eksitasi seksual (perilaku) seksual,

24
6) Gangguan kepuasan seksual Keterangan: sesuai kebutuhan
7) Mencari konfirmasi tentang 1. tidak ada pengetahuan c. Berikan informasi c. Agar dapat memahami fungsi
kemampuan mencapai hasrat 2. pengetahuan terbatas mengenai fungsi seksual secara benar
seksual 3. pengetahuan sedang seksual, sesuai
8) Merasakan keterbatasan 4. pengetahuan banyak kebutuhan
seksual 5. pengetahuan sangan
9) Penurunan hasrat seksual banyak Kolaborasi
10) Perubahan fungsi seksual d. Diskusikan efek d. Agar tidak terjerumus pada arah
yang tidak diinginkan kesehatan dan seksualitas yang salah
11) Perubahan minat terhadap penyakit terhadap
diri sendiri seksualitas
12) Perubahan minat terhadap
orang lain HE
13) Perubahan peran seksual e. Intruksikan pasien e. Agar kepuasaan serta keamanan
untuk menggunakan dalam melakukan seksualitas
Faktor yang berhubungan: medikasi dan alat tetap aman
 Adanya penganiayaan (mis., untuk meningkatkan
fisik, psikologis, seksual) kemampuan untuk
 Gangguan fungsi tubuh melakukan aktivitas

25
(karena anomali, penyakit, seksual, sesuai
medikasi, kehamilan, radiasi, kebutuhan
bedah, trauma, dll)
 Gangguan struktur tubuh
(karena anomali, penyakit, 2. Perawatan
kehamilan, radiasi, bedah, pospatrum
trauma, dll)
 Kerentanan Observasi
 Konflik nilai a. Pantau perineum atau a. Agar tidak terjadi infeksi pada

 Kurang pengetahuan tentang luka operasi dan luka

fungsi seksual jaringan sekitarnya

 Model peran tidak adekuat (yaitu

 Penganiayaan psikososial memantauadanya

(mis., pengawasan, kemerahan, edema,

manipulasi, penganiayaan ekimosis,

verbal) cairan/nanah, dan


perkiraan tepi luka)
 Salah informasi tentang
fungsi selsua

26
 Tidak ada orang terdekat Mandiri b. sehingga tumbuh kembang bayi
 Tidak ada privasi b. Bantu orang tua untuk dapat dipantau dengan baik
membuat penjadwalan
pemeriksaan bayi baru
lahir dan pemeriksaan
pospartal

Kolaborasi
c. Diskusikan mengenai c. Agar keamanan dan seksualitas
seksualitas dan dapat dilakukan dengan benar
pemilihan alat
kontrasepsi
HE
d. Ajarkan pasien d. Untuk mengindari infeksi
perawatan perineum berbahaya yang tidak
untuk mencegah diinginkan
infeksi dan
mengurangi
ketidaknyamaanan

27
2 Nyeri akut (00132) NOC 1. Manajemen nyeri
Domain 12: 1. Pemuluhan
Kenyamanan pembedahan: Observasi
Kelas 1: penyembuhan a. Monitor kepuasan a. Agar pasien merasa nyaman
Kenyamanan fisik 2. Pemulihan pasien terhadap
Definisi: Pengalaman sensori pembedahan: segera manajemen nyeri
dan emosional tidak setelah operasi dalam interval yang
menyenangkan yang muncul spesifik
akibat kerusakan jaringan aktual Kriteria hasil
atau potensi atau yang setelah dilakukan tindakan Mandiri
digambarkan sebagai kerusakan keperawatan selama 3x24 b. lakukan pengkajian b. sehingga dapat diketahui
(International Association for the jam masalah pemulihan nyeri komprehensif penyebab timbulnya nyeri dan
Study of Pain); awitan yang tiba- pembedahan: yang meliputi lokasi, dapat diatasi dengan segera`
tiba lambat dari intensitas ringan penyembuhanl teratasi karaktristik,
hingga berat dengan akhir yang dengan indikator yang onset/durasi,
dapat diantisipasi atau diprediksi. dipertahankan pada skala 3 frekuensi, kualitas
dan ditingkatkan ke skala intensitas, atau
Batasan karakteristik: 4 beratnya nyeri dan
 Bukti nyeri dengan faktpr pencetus

28
menggunakan standar daftar
periksa nyeri untuk pasien Indikator Kolaborasi
yang tidak dapat 1. Penyesuaian terhadap c. Kolaborasi dengan c. sehingga ketida nyeri tibul bisa
mengungkapkannya (mis., perubahan tubuh pasien, orang terdekat langsung dilakukan
neonatal infant pain scale, karena pembedahan dan tim kesehatan pengurangan nyeri dengan
pain assessment checklist for 2. Pelaksanaan perawatan lainnya untuk memilih tindakaan yang benar
senior with limited ability to diri dan
communicate) mengimplementaasika
 Diaforesis Keterangan n tindakan penurunan
 Dilatasi pupil 1. Deviasi berat dari nyeri nonfarmakologi,
 Ekspresi wajah nyeri ( mis., kisaran normal sesuai kebutuhan.
mata kurang bercahaya, 2. Deviasi yang cukup
tampak kacau, gerakan mata berat dari kisaran 2. Pemberian analgesik
bepancar atau tetap pada satu normal
fokus, meringis) 3. Deviasi sedang dari Observasi
 Fokus menyempit (mis., kisaran normal a. Monitor tanda vital a. sehingga dapat diketahui

persepro waktu, proses 4. Deviasi ringan dari sebelum dan setelah apakah keadaanyaa pasien

berpikir, interaksi dengan kisaran normal pemberian analgesik semakin baik atau tidak setelah
5. Tidak ada deviasi dari narkotika pada dilakkan pemberian analgesik

29
orang dan linkungan) kisaran normal pemberian dosis
 Fokus pada diri sendiri pertama kali atau jika
 Keluhan tentang intensitas Kriteria hasil ditemukan tanda-tanda
menggunakan standar skala setelah dilakukan tindakan yang tidak biasanya
nyeri (mis., skala Wong- keperawatan selama 3x24
Baker FACES, skala analog jam masalah pemulihan Mandiri
visual, skala penilaian pembedahan: segera b. Lakukan tindakan – b. agar efek samping dari
numerik) setelah operasi teratasi tindakan untuk pemberian analgesik tidak
 Keluhan tentang karakteristik dengan indikator yang menurunkan efek terlalu dirasakan pasien
nyeri dengan menggunakan dipertahankan pada skal 3 samping analgesik
standar instrumen nyeri (mis., dan ditingkatkan ke skal 4 (misalnya konstipasi
McGill Pain Questionnaire, dan irirtasi lambung)
Brief, Pain Inventory) Indikator
 Laporan tentang perilaku 1. Cairan merembes dari Kolaborasi

nyeri/perubahan aktivitas drain luka c. Kolaborasikan dengan c. agar tidak terjadi kesalahan

(mis., anggota keluarga, 2. Suhu tubuh dokter apakah obat, pada pemberia obat pada pasien

pemberi asuhan) dosis, rute pemberian,

 Mengekspresikan perilaku Keterangan atau perubahan


1. Deviasi berat dari interval dibutukan,

30
(mis., gelisah, merengek, kisaran normal buat rekomendasi
menangis, waspada) 2. Deviasi yang cukup khusus berdasarkan
 Perilaku distraksi besar dari kisaran prinsip analgesik
 Perubahan pada parameter normal
fisiologis (mis., tekanan 3. Deviasi sedang dari HE
darah, frekuensi jantung, kisaran normaal d. Informasikan pasien d. agar tidak menimbulkan
frekuensi pernapasan, saturasi 4. Deviasi ringan dari yang mendapatkan kecemasan pada pasien ketika
oksigen, dan end-tidal kisaran normal narkotika bahwa rasa dia akan sering merasakan
karbon dioksida [CO2] 5. Tidak ada deviasi dari mengantuk kadang mengantuk selama 2-3 hsri itu
 Perubahan posisi untuk ksaran normal terjadi selama 2-3 hari
menghindari nyeri pertama pemberian

 Perubahan selera makan dan selanjutnya akan

 Putus asa menghilang

 Sikap melindungi area nyeri


 Sikap tubuh melindungi
 Agens cedera biologis (mis.,
infeksi, iskemia, neoplasma)
 Agens cedera fisik (mis.,

31
abses, amputasi, luka bakar,
terpotong, mengangkat berat,
prosedur bedah, trauma,
olahraga berlebihan)
 Agens cedera kimiawi (mis.,
luka bakar, kapsaisin, metilen
klorida, agens muastard)
3 Ketidakefektifan pola napas NOC 1. Monitor pernafasan
(00032) 1. Status pernapasan: Observasi
Domain 4: ventilasi a. Monitor keluhan sesak
Aktivitas/istirahat nafas pasien, termasuk
Kelas 4: Kriteria hasil kegiatan yang
Respons setelah dilakukan tindakan meningkatkan atau
kardiovaskular/pulmonal keperawatan selama 3x24 memperburuk sesak
Definisi: Inspirasi dan/atau jam masalah Status nafas tersebut
ekspirasi yang tidak memberi pernapasan: ventilasi Mandiri
ventilasi adekuat teratasi dengan indikator b. Catat pergerakan dada,
yang dipertahankan pada catat
Batasan karakteristik skal 3 dan ditingkatkan ke ketidaksimetrisan,

32
 Dispnea skal 4 penggunaan otot-otot
 Fase ekspirasi bantu nafas, dan
memanjang Indikator retraksi pada otot
 Penggunaan otot bantu 1. Suara napas supraclaviculas dan
pernapasan tambahan interkosta

 Penurunan kapasitas vital 2. Gangguan Kolaborasi

 Penurunan tekanan ekspirasi c. –

ekspirasi dan inspirasi Keterangan HE

 Pola napas abnormal  Sangat berat d. –

(mis., irama, frekuensi,  Berat

kedalaman)  Cukup 2. Manajemen jalan

Faktor tang berhubungan  Ringan nafas

 Ansietas  Tidak ada Observasi


a. Monitor status
 Gangguan
pernafasan dan
muskuloskeletal
oksigenasi,
 Gangguan neurologis
sebagaimana mestinya
(mis.,
Mandiri
elektroensefalogram
b. Kelola pemberian

33
[EEG] positif, trauma bronkodilator,
kepala, gangguqn kejam) sebagaimana mestinya
 Hiperventilasi Kolaborasi
 Keletihan c. –
 Keletihan otot pernapasan HE
 Nyeri Ajarkan pasien

 Sindrom hipoventilasi bagaimana menggunakan


inhaler sesuai resep,
sebagaimana mestinya.

4 Gangguan citra tubuh (00118) NOC 1. Peningkatan harga


Domain 6: 1. Citra tubuh diri
Persepsi diri
Kelas 3: Kriteria hasil Observasi
Citra tubuh setelah dilakukan tindakan a. Moitor pernyataan a. agar bisa mengetahui pemikiran
Definisi : Konfusi dalam keperawatan selama 3x24 pasien mengenai harga pasien tentang harga dirinya
gambaran mental tentang diri- jam masalah citra tubuh diri
fisik individu teratasi dengan indikator
yang dipertahankan pada b. Monitor tingkat harga b. agar pasien dapat diketahui

34
Batasan karakteristik: skal 3 dan ditingkatkan ke diri dari waktu ke bahwa pasien tidak merasa
 Berfokus pada kekuatan masa skala 4 waktu rendah diri
lalu
 Berfokus pada penampilan Indikator Mandiri
masa lalu 1. Penyesuaian terhadap c. Bantu untuk mengatur c. agar pasien tidak merasa harga
 Gangguan fungsi tubuh perubahan status tujuan yang realistik dirinya terlihar rendah

 Gangguan pandangan tentang kesehatan dalam rangka

tubuh seseprang (mis., 2. Penyesuaian terhadap mencapai harga diri

penampilan, struktur, fungsi) perubahan tubuh akibat yang lebih tinggi

 Gangguan struktur tubuh pembedahan

 Menolak menerima Kolaborasi

perubahan Keterangan -
1. Tidak pernah positif
 Perasaan negatif tentang
2. Jarang positif HE
tubuh
3. Kadang kadang positif d. instruksikan orang tua d. agar anak dapat merasa
 Perilaku memantau tubuh
4. Sering ositif untuk menetapkan dipercaya dapat meraih harapan
 Perilaku mengenali tubuh
5. Konsisten positif harapan yang jelas dan yang diinginkan sesuai dengan
 Perubahan gaya hidup
untuk mendefinisikan kubutuhan yang dimiliki
 Perubahan lingkungan sosial
batasan yang ada pada

35
 Preokupasi pada kehilangan anak
 Preokupasi pada perubahan 2. Pengajaran:
 Respons nonverbal pada Seksualitas
perubahan tubuh (mis., Observasi
penampilan, struktur, fungsi) -

 Takut reaksi orang lain Mandiri

 Trauma terhadap bagian a. Bantu remaja dalam a. sehingga tidak terjadi kesalahan

tubuh yang tidak berfungsi memilih kontrasepsi peengunaan kontrasepsi


yang tepat, yang

Faktor yang berhubungan sesuai

 Gangguan fungsi psikososial


 Penyakit Kolaborasi
b. Diskusikan perilaku b. agar tidak kesalahan dalam
 Ketidaksesuaian spiritual
sesuai dan cara-cara memenuhi kebutuhan yang
 Perubahan fungsi tubuh
yang tepat untuk diinginkan
(karena anomali, penyakit,
mengugkapkan
medikasi, kehamilan, radiasi,
perasaan dan
pembedahan, teauma, dll)
kebutuhaan seseorang
 Perubahan persepsi diri
c. Diskusikan tanda- c. agar pasien/klien dapat

36
 Program pengobatan tanda kesuburan mengetahui apakah dia subur
 Prosedur bedah (terkait dengan silkus atau tidak
 Trauma ovulsi dan menstruasi)
HE
d. Ajarkan anak-anak d. agar mereka tidak melakukan
dan remaja mengenai seks bebas
penyakit menular
seksual AIDS
e. Informasikan anak dan e. agar dapat mengetahui
remaja mengenai kontrasepsi ynag efektif yang
kontrasepsi- akan digunakan
kontrasepsi yang
efektif

5 Konstipasi (00011) NOC 1. Manajemen


Domain 3: 1. Eliminasi usus konstipasi/impaksi
Eliminasi dan pertukaran
Kelas 2: Kriteria hasil Observasi

37
Fungsi gastrointestinal Setelah dilakukan tindakan a. Monitor (hasil a. agar dapat diketahui kelainan
Definisi: Penurunan frekuensi keperawatan selama 3x24 produksi) pergerakan yang timbul pada usus (feses)
normal defekasi yang disertai jam masalah Eliminasi usus (feses), meliputi
kesulitan atau pengeluaran feses ususl teratasi dengan frekuensi, konsistensi,
tidak tuntas dan/atau feses yang indikator yang bentuk, volume, dan
keras, kering, dan banyak dipertahankan pada skal 3 warna, dengan cara
dan ditingkatkan ke skal 4 yang tepat
Batasankarakteristik:
 Bising usus hiperaktif Indikator
 Feses cair 1. Pola eliminasi Mandiri
 Fesea keras dan berbentuk 2. Kontrol gerakan usus b. Lakukan enema atau b. agar dapat mengeluarkan feses

 Keletihan umum irigasi, dengan tepat yang tidak dapat keluar

 Mengenjan pada saat defekasi Keterangan

 Mual 1. Sangat terganggu Kolaborasi


2. Banyak terganggu c. Konsultasikan dengan c. agar dapat mencegah kelainan
 Muntah
3. Cukup terganggu dokter mengenai pada bising usus
 Nyeri pada saat defekasi
4. Sedikit terganggu penurunan/peningkata
 Penampilan tidak khas lada
5. Tidak terganggu n frekuensi bising usus
lansia (mis., perubahan pada
HE

38
status mental, inkontinensia d. Instruksikan pasien d. agar pemenuhan asupan gizi
urinarius, jatuh yang tidak atau keluarga dalam tubuh tetap terpenihi
jelas penyebabnya, mengenai hubungan
peningkatan suhu tubuh) antara diet, latihan dan
 Tidak dapat makan penurunan asupan cairan terhadap
frekuensi kejadian
 Distensi abdomen konstipasi/impaksi
e. Informasikan pada e. agar pasien bisa merasa tenang
Faktor yang berhubungan: pasien mengenai ketika mengalaami susah dalam
Fungsional prosedur untuk mengeluarkan feses
 Kebiasaan defekasi tidak mengeluarkan feses
normal secara manual, jika

 Rata-rata aktivitas fisik harian diperlukan

kurang dari yang dianjurkan


menurut usia dan jenis 2. Pemberian obat:
kelamin Rektum

 Ketidakadekuatan toileting
Observasi
a. Monitor adanya efek a. agar dapat dilakukan tindakan

39
Mekanis dari pengobatan yang benar ketika efek itu
 Abses rektal timbul
 Tumor Mandiri
 Ulkus rektal b. Bantu pasien dengn b. agar mempermudah tim
posisi sim iring kesehatan
Farmakologis dengan tungkai bagian

 Agens farmaseutikal atas fleksi


c. Masukkan obat c. karena merupakan prosedur

Fisiologis suppositoria melalui yang telah ditetapkan

 Asupan cairan tidak cukup anus, sprinter ani

 Asupan serat tidak cukup internal, dan dorong


dinding rektum
 Dehidrasi
 Penurunan kebiasaan makan
Kolaborasi
(mis., makanan, waktu
d. Ajarkan dan monitor d. agar pasien bisa melakukan apa
makan)
teknik pemberiaan yang telah dijelaskan secara
mandiri sesuai mandiri
Psikologis
kebutuhan
 Depresi

40
 Konfusi mental
 Stres emosi
6 Resiko infeksi (00004) NOC 1. Perawatan
Domain 11: 1. Pemulihan pospartum
Keamanan/perlindungan pembedahan:
Kelas 1: penyembuhan Observasi
Infeksi a. Monitor gejala depresi
Definisi: Rentan mengalami Kriteria hasil pospartum atau psikologis
8nvasi dan multiplikasi setelah dilakukan tindakan
organisme patogenik yang dapat keperawatan selama 3x24 Mandiri
menggangu kesehatan jam masalah Pemulihan b. Bantu orang tua untuk
pembedahan: membuat penjadwalan
Faktor resiko: penyembuhan teratasi pemeriksaan bayi batu
 Malnutrisi dengan indikator yang lahir dan pemeriksaan
 Penyakit kronis (mis., dipertahankan pada skal 3 pospartal
Diabetes melitus) dan ditingkatkan ke skal 4
 Prosedur invasif Kolaborasi
Indikator c. Diskusikan mengenai
1. Penyesuaian seksualitas dan pilihan

41
Pertahanan tubuh primer terhadap perubahan kontrasepsi
 Gangguan integritas kulit tubuh karena
 Pecah ketuban dini pembedahan HE
 Statis cairan tubuh 2. Pelaksanaan d. Ajarkan pasien
Pertahanan tubuh sekunder tidak aktivitas perawatan mengenai kebutuhan gizi
adekuat diri bayi

 Imunosupresi Keterangan

 Supresi respons inflamasi 1. Deviasi berat dari 2. Manajemen


kisaran normal pongobatan
2. Deviasi yang cukup Observasi
besar dari kisaran a. Monitor efektifitas
normal cara pemberian obat
3. Deviasi sedang dari yang sesuai
kisaran normal
4. Deviasi ringan dari Mandiri
kisaran normal b. Berikan pasien dan
5. Tidak ada deviasi dari anggota keluarga
kisaran normal mengenai informasi
tertulis dan visual

42
untuk meningkatkan
peahaman diri
mengenai pemberian
obat yang tepat.

Kolaborasi
c. Fasilitasi perubahan
pengobatan dengan
dokter

HE
d. Ajarkan pasien
dan/atau anggota
keluarga mengenai
metode pemberian obat
yang sesuai

43
7. Intoleran aktivitas (00092) NOC 1. Manajemen Energi
Domain 4: 1. Toleransi terhadap Observasi
Aktivitas/istirahat aktivitas a. Kaji status fisiologis
Kelas 4: pasien yang
Respons Kriteria hasil menyebabkan
kardiovaskular/pulmonal setelah dilakukan tindakan kelelahan sesuai
Definis: Ketidakcukupan energi keperawatan selama 3x24 dengan konteks usia
psikolagis atau fisiologis untuk jam masalah Toleransi dan perkembangan
mempertahankan atau terhadap aktivitas teratasi
menyelesaikan aktivitas dengan indikator yang Mandiri
kehidupan sehari-hari yang harus dipertahankan pada skal 3 b. Bantu pasien untuk
atau yang ingin dilakukan dan ditingkatkan ke skal 4 mengidentifikasi
tugas/kegiatan rumah
Batasan karakteristik: Indikator yang bisa dilakukan
 Dispnea setelah  Temuan/hasil EKG oleh keluarga dan
beraktivitas (elektrokardiogram) teman di rumah untuk
 Keletihan  Jarak berjalan mencegah/mengatasi
 Ketidaknyamanan setelah Keterangan kelelahan.
beraktivitas 1. Sangat terganggu

44
 Perubahan 2. Banyak terganggu Kolaborasi
elektrokardiogram 3. Cukup terganggu c. Konsultasikan dengan
(EKG). (Mis., aritmia, 4. Sedikit terganggu ahli gizi mengenai cara
abnormalitas konduksi, 5. Tidak terganggu meningkatkan asupan
iskemia) energi dari makanan
 Respon frekuensi jantung HE
abnormal terhadap d. Ajarkan pasien
aktivitas mengenai pengelolaan
kegiatan dan teknik
Faktor yang berhubungan manajemen waktu
 Gaya hidup kurang gerak untuk mencegah

 Imobilitas kelelahan

 Ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan 2. Peningkatan

oksigen keterlibatan keluarga

 Tirah baring Observasi


a. Identifikasi
kemampuan anggota
keluarga untuk

45
terlibat dalam
perawatan pasien
Mandiri
b. Fasilitasi pemahaman
pasien mengenai
aspek medis dari
kondisi pasien pada
anggota keluarga
Kolaborasi
c. –
HE
d. –

46
47
48
BAB IV

TELAAH JURNAL

1) JURNAL INTERNATIONAL

TELAAH JURNAL INTERNASIONAL I


A. Pendahuluan
1. Metode Pencarian Literature:
a) Database yang digunakan: “Scient Direct”
b) Kata kunci pencarian literature: “Ovarian Cancer”
c) Jumlah literature yang didapatkan: 7,026
2. Deskripsi Artikel
a) Deskripsi umum:
1) Judul.
“Diagnosis of Ovarian Cancer?” (Diagnosis kanker ovarium )

2) Penulis.
Suncha Sundar (Dosen senior bidang onkologi ginekologi)
Richrad D Nmol (Professor kedokteran perawatan primer)
Sean Keho (Pembimbing kanker ginekologi)
3) Publikasi (Nama Jurnal, Tahun, Volume, Halaman).
Journal of Biological Chemistry, 2015, Vol. 256, hal 53-65
4) Penelaah
Kelompok10
5) Tanggal telaah.
01 Februari 2019
b) Deskripsi konten:
1) Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah merangkum tes diagnostic, factor
risiko, dan kelompok yang berisiko tinggi terkena kanker ovarium dan
bditujukkan untuk praktisi perawatan primer dan dokter rumah sakit
spesialisasi lainnya.

49
2) Hasil Penelitian
Kanker ovarium mengacu pada beragam jenis kanker histologis.
Sebagian besar kanker ovarium berasal dari epitel, dengan karsinoma
serosa tingkat tinggi mencapai 70-50% dari kasus dan jenis yang lebih
jarang, termasuk sel jernih (3%), endometrioid (<%), dan kanker lendir
(<3%), Non-tipe histologi epitel termasuk tumor sel kuman yang lebih
jarang dan tumor stroma. Berdasarkan pola klinis atau molekuler dan
histologis, kanker ovarium dapat dibagi menjadi dua tipe. Tipe 1 yang
terdiri dari sel bening, mucinous, endometrioid, dan histologi kanker
serosa kelas rendah dan tipe 2 yang terdiri dari serous kelas tinggi
kanker. Kanker tipe 1 cenderung tumbuh lambat dan lebih mungkin
terdeteksi lebih awal dengan ultrasonografi, sedangkan kanker tipe 2
biasanya tumbuh cepat dan menyebar lebih awal.

Kehadiran epidemiologis menunjukkan bahwa jumlah siklus


ovulasi yang dimiliki seorang wanita seumur hidupnya sebanding
dengan peningkatan kanker ovarium, dengan berkurangnya jumlah
siklus ovulasi seperti sejak kehamilan atau penggunaan pil kontrasepsi
yang dikaitkan dengan perlindungan. efek. Sebaliknya, nulliparitas,
riwayat kanker payudara, dan riwayat keluarga kanker payudara dan
ovarium diakui sebagai faktor risiko. Laporan terbaru menunjukkan
adanya peningkatan risiko kecil dengan terapi penggantian hormon.
Kanker ovarium juga jauh lebih umum pada kelompok usia
pascamenopause.

Studi kohort besar menunjukkan bahwa pada sekitar 20% dari


wanita kanker ovarium. Pada usia 70 tahun, risiko kanker ovarium
seumur hidup, mutasi genetik yang diwariskan memberikan risiko lebih
tinggi untuk terkena kanker payudara pada wanita dengan mutasi
masing-masing sebanyak 63% dan 85%. Oleh karena itu wanita dengan
riwayat keluarga yang kuat kanker payudara dan ovarium atau riwayat

50
mutasi BRCA yang diketahui harus dianggap berisiko lebih tinggi
terkena kanker ovarium.
Pada usia 65 tahun, 4% wanita akan dirawat di rumah sakit dengan
kista ovarium, menjadikan ini alasan ginekologis keempat yang paling
umum untuk masuk rumah sakit di Inggris. Di Inggris setiap tahun
sekitar 1000 wanita berusia lebih dari 50 tahun akan menerima
diagnosis kanker ovarium. Di antara wanita premenopause, lebih dari
90% atau kasus yang ditangani dengan pembedahan tidak berbahaya,
dibandingkan dengan hanya 60% pada populasi postmenopause yang
mati. Rekomendasi saat ini untuk rujukan oleh dokter umum didasarkan
pada gejala dan hasil tes CA125, meskipun jalur diagnostik yang
optimal untuk wanita premenopause dengan massa ovarium kompleks
dan peningkatan kadar CA125 tidak didefinisikan. Kadar CA125
meningkat sangat tinggi (200 unit / mL) atau kadar yang meningkat
dengan cepat harus dianggap lebih mencurigakan pada kelompok ini.
Wanita dapat diyakinkan untuk mengetahui bahwa tes CAI25 dapat
abnormal sebagai akibat dari menstruasi, dan bahwa kanker ovarium
dapat bersifat fisiologis.
Pengujian CA125 adalah penanda non-spesifik, yang tingkatnya
dapat ditingkatkan dalam beberapa kondisi, banyak yang terkait dengan
jinak. Misalnya, endometriosis dan menstruasi. Ini perlu diingat ketika
sebagaimana seharusnya fakta bahwa perkembangan kista ovarium
adalah prasyarat fisiologis untuk ovulasi. Faktor rumit selanjutnya
adalah bahwa tingkat CA125 hanya meningkat pada 50% kanker
stadium 1.
Andalan mengobati kanker ovarium adalah kombinasi dari operasi
dan kemoterapi - yang terakhir biasanya berbasis platinum. Hasil
terbaik adalah pada wanita dengan penyakit tahap awal, dan pada
mereka dengan penyakit lanjut, di mana seluruh tumor diangkat dengan
operasi dan penyakit ini sensitif terhadap kemoterapi berbasis platinum.
Bahkan pada kelompok yang paling menguntungkan diobati untuk

51
penyakit lanjut, sekitar 70% akan kambuh dalam 18 bulan. Pada
beberapa wanita dengan penyakit lanjut, kemoterapi awal daripada
pembedahan mungkin dianggap pendekatan yang lebih baik, dengan
pembedahan ditunda sampai setelah tiga siklus kemoterapi Tergantung
pada waktu kekambuhan penyakit, beberapa wanita akan mencapai
remisi yang panjang, tetapi kenyataannya adalah bahwa manajemen
saat kambuh lebih bersifat paliatif daripada kuratif.
3) Kesimpulan Penelitian
Sebagian besar kanker ovarium berasal dari epitel, dengan
karsinoma serosa tingkat tinggi mencapai 70-50% dari kasus dan jenis
yang lebih jarang, termasuk sel jernih (3%), endometrioid (<%), dan
kanker lendir (<3%), Non - tipe histologi epitel termasuk tumor sel
kuman yang lebih jarang dan tumor stroma.
Faktor-faktor risiko kehadiran epidemiologis menunjukkan
bahwa jumlah siklus ovulasi yang dimiliki seorang wanita seumur
hidupnya sebanding dengan peningkatan kanker ovarium, dengan
berkurangnya jumlah siklus ovulasi seperti sejak kehamilan atau
penggunaan pil kontrasepsi yang dikaitkan dengan perlindungan. efek.
Sebaliknya, nulliparitas, riwayat kanker payudara, dan riwayat keluarga
kanker payudara dan ovarium diakui sebagai faktor risiko. Laporan
terbaru menunjukkan adanya peningkatan risiko kecil dengan terapi
penggantian hormon. Kanker ovarium juga jauh lebih umum pada
kelompok usia pascamenopause
Pemeriksaan CA125 disarankan untuk dilakukan untuk
mendeteksi adanya pertumbuha sel-sel abnormal pada endometrium.
Pengobatan dari kanker ovarium adalah kombinasi dari operasi dan
kemoterapi yang terakhir biasanya berbasis platinum. Hasil terbaik
adalah pada wanita dengan penyakit tahap awal, dan pada mereka
dengan penyakit lanjut, di mana seluruh tumor diangkat dengan operasi
dan penyakit ini sensitif terhadap kemoterapi berbasis platinum. Bahkan
pada kelompok yang paling menguntungkan diobati untuk penyakit

52
lanjut, sekitar 70% akan kambuh dalam 18 bulan. Pada beberapa wanita
dengan penyakit lanjut, kemoterapi awal daripada pembedahan
mungkin dianggap pendekatan yang lebih baik, dengan pembedahan
ditunda sampai setelah tiga siklus kemoterapi

4) Telaah Artikel
a) Gaya dan Sistematika Penulisan
1) Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan
desain penelitian cross-sectional
2) Judul penelitian jelas, akurat, tidak ambigu, dan menggambarkan apa
yang diteliti.
3) Abstrak mampu menggambarkan secara jelas masalah penelitian,
tujuan penelitian, metodologi, dan hasil yang didapatkan. Abstrak
sudah memenuhi IMRAD (Introducation, Methods, Result, Analize,
and Discussion)
b) Literature/Tinjauan Pustaka
Penyusunan literature ini terorganisi dengan baik. Penulisannya
menggunakan analitis kritis berdasarkan literature yang ada dengan
membandngkan temuan pada penelitian sebelumnya dengan hasil yang
didapatkan oleh penulis.
c) Hipotesis
Penulis tidak mencantumkan hipotesis secara rinci, hanya
mencantumkan tujuan dan hasil penelitian.
d) Populasi dan sampel
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yang didapat dari data statitik penderita kanker ovarium untuk
mengetahui faktor risiko, prognosis, diagnose, pemeriksaan serta
pengobatan yang dapat dilakukan dengan tepat
e) Pertimbangan etik
Tidak tercantum dalam jurnal

53
f) Definisi operasional
Populasi pada penelitian ini adalah wanita dengan rentang usia 45-
70 tahun. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode consecutive
sampling, yaitu pengambilan sampel yang memenuhi kriteria dalam kurun
waktu tertentu sampai jumlah sampel terpenuhi.
g) Penyajian hasil pengelolaan data dalam bentuk tabel dan penjelasan.
Penelitian mengenai diagnosa kanker ovarium ini dilakukan selama
1 tahun dengan mengumpulkan data riwayat penderita kanker ovarium di
beberapa Negara seperti Inggris, UK dan USA. Penelitian dilakukan
menggunakan data sekunder berupa rekam medik pasien kanker ovarium
dengan jumlah sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
sebanyak 1000 orang. Data yang diperoleh kemudian akan dianalisis dan
dipisahkan berdasarkan tipe kanker ovarium dan pengobatannya
h) Simpulan dan saran
Isi simpulan menjelaskan lebih ringkas namun tetap jelas terhadap
hasil penelitian.

B. Penutup
Meskipun jurnal ini masih memiliki beberapa kekurangan, namun
dengan adanya jurnal ini telah berkontribusi positif dari berbagai sisi, serta
menambah wawasan pengetahuan tentang kanker ovarium banyak terjadi pada
dewasa akhir sampai lansia akhir . Jurnal ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk
penelitan-penelitan berikutnya

54
TELAAH JURNAL INTERNASIONAL II

A. Pendahuluan
1. Metode Pencarian Literature:
a) Database yang digunakan: “Scient Direct”
b) Kata kunci pencarian literature: “Ovarian Cancer Treatment”
c) Jumlah literature yang didapatkan: 11,172
B. Deskripsi Artikel
a) Deskripsi umum:
1) Judul.
“Social support and ovarian cancer incidence – A Swedish prospective
population-based study” (Dukungan sosial dan kejadian kanker
ovarium - Sebuah studi berbasis populasi prospektif Swedia).
2) Penulis.
Annika Idahl
Andrea Hermansson
Ann Lalos Publikasi
(Department of Clinical Sciences, Obstetrics and Gynecology, Umea
University, Sweden)
3) (Nama Jurnal, Tahun, Volume, Halaman).
Journal of Gynecologic Oncology, 2018, Vol. 149, hal 324-328
4) Penelaah
Kelompok10
5) Tanggal telaah.
01 Februari 2019
C. Deskripsi konten:
1) Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah adalah untuk mengeksplorasi
hubungan potensial antara dukungan sosial dan kejadian EOC
(Endometrium Ovarian Cancer).

55
2) Hasil Penelitian
Risiko EOC dalam kaitannya dengan aspek kuantitatif dan
kualitatif serupa antara 239 kasus dan 941 kontrol setelah penyesuaian
untuk tingkat pendidikan, merokok, BMI, indeks aktivitas fisik dan usia.
Penurunan risiko kanker ovarium serosa terlihat pada wanita dengan lebih
sedikit orang yang tersedia untuk bersosialisasi informal. Analisis yang
disesuaikan menunjukkan rasio peluang yang tidak signifikan di bawah 1,0
pada sebagian besar konsep keterkaitan dukungan social dan kanker
ovarium.
3) Kesimpulan Penelitian
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa dukungan social dapat
mempengaruhi setidaknya 21% dari terjadinya EOC (kanker ovarium). Hal
ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu dukungan social yang diberikan
sebelum terkena kanker dan setelah mengidap kanker. Untuk dukungan
social yang diberikan sebelum kanker adalah dengan memperhatikan
lingkungan dan gaya hidup dari calon penderita kanker ovarium yaitu
dengan dengan memberikan pendidikan mengenai kanker serta
mengontrol faktor resiko yang akan menyebabkan EOC. Untuk dukungan
social yang diberikan setelah pasien mengidap kanker dalah memberikan
perhatian lebih yang bias dingunakan sebagai koping sehingga dapat
meningkatkan produksi serotonin dan endorfin sehingga mengurangi
kecemasan pasien untuk menjalani pembedahan maupun kemoterapi.

D. Telaah Artikel
1) Gaya dan Sistematika Penulisan
a) Gaya penulisan dan sistematika penulisan tersusun dengan baik
namun ada beberapa yang kurang jelas
b) Judul penelitian jelas, akurat, tidak ambigu, dan menggambarkan
apa yang diteliti.
c) Abstrak mampu menggambarkan secara jelas masalah penelitian,
tujuan penelitian, metodologi hasil, kesimpulan yang didapatkan.

56
d) Abstrak sudah memenuhi IMRAD (Introducation, Methods, Result,
Analize, and Discussion)
2) Literature/Tinjauan Pustaka
Penyusunan literature ini terorganisi dengan baik. Penulisannya
menggunakan analitis kritis berdasarkan literature yang ada dengan
membandngkan temuan pada penelitian sebelumnya dengan hasil yang
didapatkan oleh penulis.
3) Hipotesis
Penulis tidak mencantumkan hipotesis secara rinci, hanya
mencantumkan tujuan dan hasil penelitian.
4) Populasi dan sampel
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yang didapat dari Program Intervensi Västerbotten yang terdiri
dari 58.000 wanita dan kemudian mengembangkan studi kasus EOC
(Endometrium Ovarian Cancer).

5) Pertimbangan etik
Tidak tercantum dalam jurnal
6) Definisi operasional
Populasi pada penelitian ini adalah wanita dengan rentang usia 25-55
tahun. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode pengisian kuesioner
untuk mengukur aspek kuantitatif dan kualitatif interaksi social wanita
dengan lingkungannya.

7) Penyajian hasil pengelolaan data dalam bentuk tabel dan penjelasan.


Penelitian mengenai keterkaitan dukungan social dengan terjadinya
kanker ovarium ini dilakukan selama 7 hari dengan program intervensi
yang terdiri dari 58.000 wanita yang tersebar di Swedia. Penelitian
dilakukan menggunakan data berupa pengisian kuesioner yang berisi
beberapa pertanyaan untuk menghubungkan angka kejadian kanker
ovarium dengan dukungan sosial. Data yang diperoleh kemudian akan

57
dianalisis dan dipisahkan berdasarkan tipe dukungan social yang
diberikan.
8) Simpulan dan saran
Isi simpulan menjelaskan lebih ringkas namun tetap jelas terhadap
hasil penelitian.

B. Penutup
Meskipun jurnal ini masih memiliki beberapa kekurangan, namun
dengan adanya jurnal ini telah berkontribusi positif dari berbagai sisi, serta
menambah wawasan pengetahuan tentang kanker ovarium banyak terjadi
pada dewasa akhir sampai lansia akhir . Jurnal ini dapat dijadikan sebagai
acuan untuk penelitan-penelitan berikutnya.

58
2) JURNAL NASIONAL

TELAAH JURNAL NASIONAL I

A. Pendahuluan
1. Metode Pencarian Literature:
a) Database yang digunakan: “Scholar Google”
b) Kata kunci pencarian literature: ‘’Derajat Histopatologi, Jumlah
Paritas, Usia, Usia Menarche’’
c) Jumlah literature yang didapatkan:
2. Deskripsi Artikel
a) Deskripsi umum:
1) Judul.
“Hubungan usia, jumlah paritas, dan usia menarche terhadap
derajat histopatologi kanker ovarium di rsud dr. H. Abdul moeloek
bandar lampung tahun 2015-2016
2) Penulis.
Rian Parsaoran Andreas Simamora,
Rizki Hanriko,
Ratna Dewi Puspita Sari
3) Publikasi(nama jurnal, tahun, volume, halaman)
Hubungan Usia , Jumlah Paritas , dan Usia Menarche Terhadap
Derajat Histopatologi Kanker Ovarium di RSUD Dr . H . Abdul
Moeloek The Relationship of Age , Parity , and Age at Menarche to
the Grading of Ovarian Cancer Histopathology at RSUD Dr . H .
Abdul M, Tahun 2017, Vol 7, Hal 7-13
4) Penelaah
KELOMPOK : 10
5) Tanggal telaah.
30 Januari 2019

59
b) Deskripsi konten:
1) Tujuan Penelitian
Penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan faktor risiko
antara usia, jumlah paritas, dan usia menarche terhadap derajat
histopatologi kanker ovarium.Hasil Penelitian
2) Hasil penelitian
Penelitian mengenai hubungan faktor risiko terhadap derajat
histopatologi kanker ovarium dilakukan di pada bulan Oktober sampai
bulan November 2017 di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar
Lampung. Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder berupa
rekam medik pasien kanker ovarium dengan jumlah sampel yang
sesuai dengan criteria inklusi dan eksklusi sebanyak 40 orang. Data
yang diperoleh kemudian dianalisis melalui analisis univariat dan
bivariat
3) Kesimpulan Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kanker ovarium lebih
banyak terjadi pada kelompok dewasa akhir sampai lansia akhir pada
usia 36-65 tahun. Penelitian yang dilakukan terhadap penderita kanker
ovarium pada tahun 2015-2016 di RSUD H. Abdul Moeloek
menunjukkan jumlah kasus yang terbanyak pada usia ≥36 tahun, yaitu
85%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di RSUP Haji
Adam Malik pada tahun 2008-2011 dengan tingkat insidensi yang
meningkat pada usia >35 tahun (Johari & Siregar, 2011). Begitu juga
penelitian yang dilakukan di RSUD DR. Moewardi pada tahun 2011-
2012 dengan angka kejadian pada usia >35 sebesar 91 orang (82,7%)
dari jumlah 110 orang. Terdapat 71 orang (86,6%) yang mengalami
derajat histopatologi buruk.
Alasan mengapa kanker ovarium lebih banyak terjadi pada
kelompok dewasa akhir karena Pertambahan usia pada wanita dapat
memberikan waktu untuk terjadinya perubahan genetik pada sel epitel
permukaan ovarium.10 Selain itu proses ovulasi yang berulang mulai

60
dari usia awal reproduksi dapat meningkatkan proses iritasi terhadap
sel-sel permukaan ovarium, sehingga dapat menyebabkan neoplasia
pada ovarium.
Penelitian ini juga menunjukan bahwa sebagian besar
responden sudah pernah melahirkan atau memiliki anak ≥1. Hal ini
tidak sesuai dengan teori dari berbagai penelitian yang menunjukan
bahwa wanita dengan paritas yang tinggi memiliki risiko terjadinya
kanker ovarium yang lebih rendah daripada wanita yang tidak
memiliki anak. Terdapat banyak faktor yang bisa menjadi
penyebabnya, hal ini bisa terjadi karena proses ovulasi yang
berulangulang pada wanita hamil yang mengakibatkan iritasi kronis
pada ovarium
3. Telaah Artikel
a) Gaya dan Sistematika Penulisan
1) Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan
desain penelitian cross-sectional
2) Judul penelitian jelas, akurat, tidak ambigu, dan menggambarkan
apa yang diteliti.
3) Abstrak mampu menggambarkan secara jelas masalah penelitian,
tujuan penelitian, metodologi, dan hasil yang didapatkan. Abstrak
sudah memenuhi IMRAD (Introducation, Methods, Result,
Analize, and Discussion)
b) Literature/Tinjauan Pustaka
Penyusunan literature ini terorganisi dengan baik. Penulisannya
menggunakan analitis kritis berdasarkan literature yang ada dengan
membandngkan temuan pada penelitian sebelumnya dengan hasil yang
didapatkan oleh penulis.
c) Hipotesis
Penulis tidak mencantumkan hipotesis secara rinci, hanya
mencantumkan tujuan dan hasil penelitian.

61
d) Populasi dan sampel
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yang didapat dari data rekam medis pasein untuk mengetahui
adakah hubungan antara usia, jumlah paritas, dan usia menarche terhadap
derajat histopatologi kanker ovarium yang sesuai dengan kriteria inklusi
dan eksklusi.
e) Pertimbangan etik
Tidak tercantum dalam jurnal
f) Definisi operasional
Populasi pada penelitian ini dilakukan terhadap 40 kasus kanker
ovarium yang didiagnosis dan telah teregistrasi di bagian Rekam Medis
RSUD Abdul Moeloek periode 2015-2016. Pengambilan sampel dilakukan
dengan metode consecutive sampling, yaitu pengambilan sampel yang
memenuhi kriteria dalam kurun waktu tertentu sampai jumlah sampel
terpenuhi. Data dan analisis data
g) Penyajian hasil pengelolaan data dalam bentuk tabel dan penjelasan.
Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder berupa rekam
medik pasien kanker ovarium dengan jumlah sampel yang sesuai dengan
criteria inklusi dan eksklusi sebanyak 40 orang. Data yang diperoleh
kemudian dianalisis melalui analisis univariat dan bivariat.
h) Simpulan dan saran
Isi simpulan menjelaskan lebih ringkas namun tetap jelas terhadap
hasil penelitian.

B. Penutup
Meskipun jurnal ini masih memiliki beberapa kekurangan, namun
dengan adanya jurnal ini telah berkontribusi positif dari berbagai sisi, serta
menambah wawasan pengetahuan tentang kanker ovarium banyak terjadi
pada dewasa akhir sampai lansia akhir . Jurnal ini dapat dijadikan sebagai
acuan untuk penelitan-penelitan berikutnya.

62
TELAAH JURNAL NASIONAL II

A. Pendahuluan
1. Metode Pencarian Literature:
a) Database yang digunakan: “medika respati”
b) Kata kunci pencarian literature: ‘’ Faktor, Kanker Ovarium, Wanita”
c) Jumlah literature yang didapatkan: -
2. Deskripsi Artikel
a) Deskripsi umum:
1) Judul.
“Penggunaan Pembalut Habis Pakai Dan Penggunaan Bedak Tabur
Pada Kemaluan Terhadap Kejadian Kanker Ovarium Di Rumah
Sakit Umum Dr Pirngadi Kota Medan Tahun 2017”
2) Penulis.
R Lili Nurmaliza
Sorimuda Sarumpaet
Sri Rahayu Sanusiosita Indriani
3) Publikasi(nama jurnal, tahun, volume, halaman)
Kanker ovarium di rumah sakit umum dr pirngadi kota medan
tahun 2017, Tahun 2018, Vol 13, Hal 34-39
4) Penelaah
KELOMPOK : 10
5) Tanggal telaah.
30 anuari 2019
b) Deskripsi konten:
1) Tujuan Penelitian
Untuk menganalisis Penggunaan pembalut habis pakai,
penggunan bedak pada kemaluaan memengaruhi kejadian kanker
ovarium pada wanita di rumah sakit umum Dr Pirngadi Kota Medan
Tahun 2017 Jenis penelitian adalah analitik observasional desain case
control sampel penelitian sebanyak 48 kasus dan 48 kontrol

63
2) Hasil penelitian
Berdasarkan UU perlindungan konsumen no 8 1999, pasal 4,
hak yang mendasar bagi konsumen adalah hak atas keamanan produk,
hak atas informasi, hak untuk memilih, hak didengar pendapat dan
keluhannya, pembinaan dan pemdidikan, sera hak ganti rugi, bisa
dikatakan bahwa pembalut yang mengandung klorin melanggar
undang-undang perlindungan konsumen, efek dari pembalut yang
mengandung klorin dapat menyebabkan keputihan, gatal-gatal dan juga
iritasi pada vagina.
3) Kesimpulan Penelitian
Hasil penelitian menunjukan bahwa pembalut yang
mengandung klorin di gunakan oleh wanita adalah akan menjadi salah
satu factor terjadinya kanker ovarium karena efek dari pembalut yang
mengandung klorin dapat menyebabkan keputihan, gatal-gatal dan juga
iritasi pada vagina. Pembalut dibuat dari bahan kertas, bahkan ada yang
digunakan kertas bekas daur ulang sehingga pembalut mengandung zat
dioksin dan klorin yang sangat berbahaya, dioksin adalah zat kimia
yang terdapat dalam pembalut dan merupakan sebuah hasil pemutihan
yang digunakan pada pabrik kerta suntuk pembuatan pembalut wanita,
pada dasarnya dari hasil pengujian serta analisa label bahwa pembalut
dan pantyliner yang berasal dari kertas memiliki kadar klorin lebih
tinggi dibandigkan yang berasal dari kapas, sehingga semakin sering
wanita pada saat menstruasi menggunakan pembalut yang
menggandung dioksin semakin berisi koterkena kanker ovarium, karena
pada saat menstruasi darah haid yang menetes di pembalut maka zat
dioksin akan menguap masuk kedalam vagina dan organ reproduksi lain
nya sehingga sampai ke ovarium.
Pada hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa pengaruh
penggunaan bedak tabur terhadap kejadian kanker ovarium, dimana
ketika wanita yang menggunakan bedak tabur pada kemaluan 7,2 kali
perkiraan kemungkinan terkena kanker ovarium dibandingkan dengan

64
wanita yang tidak pernah melakukan penggunaan bedak tabur pada
kemaluan .Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Fachlevy FA
(2016) di rumah sakit umum Wahidin Sudiruhusodo Makassar tentang
kanker ovarium. Wanita yang menggunkan bedak tabur pada kemaluan
dimana wanita yang mnggunakan bedak tabur pada kemaluan lebih
beresiko dari pada wanita yang tidak menggunakan. Efek dari bedak
tabur ini karena mengandung asbes yaitu bahan mineral yang juga
diketahui menyebabkan kanker. Penggunaan bedak tabur yang secara
langsung pada organ genetalia bersifat karsinogenik terhadap ovarium,
bedak tabur itu sendiri berbentuk butiran halus yang masuk ke alat
reproduksi wanita melalui vagina-mulut rahimsaluran tuba falolpi dan
sampai ke ovarium, semakin sering digunakan maka akan terjadi
penumpukan di ovarium sehingga ovarium yang sangat sensitif
terhadap bahan mineral akan mengganggu fungsi ovarium sehingga
ovarium menjadi abnormal atau menyebabkan kanker ovarian, dimana
sel kanker bisa menyebar keseluruh tubuh melalui aliran darah bisa ke
panggul, perut, hati, paru-paru dan juga bagian lainnya sehingga wanita
yang pernah menggunakan bedak tabur pada kemaluan minimal sebulan
sekali berisiko terkena kanker ovarium.

3. Telaah Artikel
a) Gaya dan Sistematika Penulisan
1) Penelitian ini menggunakan metode case control
2) Judul penelitian jelas, akurat sesuai dengan apa yang telah di teliti
selama di rumah sakit
3) Abstrak mampu menggambarkan secara jelas masalah penelitian,
tujuan penelitian, metodologi, dan hasil yang didapatkan. Abstrak
sudah memenuhi IMRAD (Introducation, Methods, Result, Analize,
and Discussion)

65
b) Literature/Tinjauan Pustaka
Penyusunan literature ini terorganisi dengan baik. Penulisannya
menggunakan analitis kritis berdasarkan literature yang ada dengan
membandngkan temuan pada penelitian sebelumnya dengan hasil yang
didapatkan oleh penulis.
c) Hipotesis
Penulis belum menjelaskan secara rinci
d) Populasi dan sampel
Pengumpulan data melalui kuesioner, analisis data dilakukan secara
univariat, bivariat menggunakan Chi-Sguare. Berdsarkan Hasil Penelitian
menunjuk kan bahwa analisis bivariat secara signifikan kejadian kanker
Ovarium di rumah sakit umum Dr Pirngadi Kota Medan tahun 2017
e) Pertimbangan etik
Tidak tercantum dalam jurnal
f) Definisi operasional
Populasi pada penelitian ini dilakukan terhadap 40 kasus kanker
ovarium yang didiagnosis dan telah teregistrasi di bagian Rekam Medis
RSUD Abdul Moeloek periode 2015-2016. Pengambilan sampel dilakukan
dengan metode consecutive sampling, yaitu pengambilan sampel yang
memenuhi kriteria dalam kurun waktu tertentu sampai jumlah sampel
terpenuhi.
g) Data dan analisis data
Berdasarkan Hasil analisis Univariat pada penelitian ini adalah umur
wanita yang menderita kanker ovarium dari 48 responden > 50 tahun
sebanyak 38 orang, dari pendidikan yang menderita kanker ovarium yaitu
SMA sebanyak 25 orang. Dan pekerjaan terdapat 40 orang wanita yang
menderita kanker ovarium dari 48 penderita.
h) Simpulan dan saran
Isi simpulan menjelaskan lebih ringkas namun tetap jelas terhadap
hasil penelitian.

66
B. Penutup
Meskipun jurnal ini masih memiliki beberapa kekurangan, namun
dengan adanya jurnal ini telah berkontribusi positif dari berbagai sisi, serta
menambah wawasan pengetahuan tentang pengaruh terjadinya kanker
ovarium . Jurnal ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitan-penelitan
berikutnya.

67
TELAAH JURNAL NASIONAL III

A. Pendahuluan
1. Metode Pencarian Literature:
a. Database yang digunakan: “DOAJ”
b. Kata kunci pencarian literature: “ tumor ovarium, prediksi keganasan,
prabedah”
c. Jumlah literature yang didapatkan: 12,521
2. Deskripsi Artikel
a. Deskripsi umum:
1) Judul.
“Tumor ovarium: prediksi keganasan prabedah”
2) Penulis.
Divisi Onkologi-Ginekologi
Departemen Obstetri dan Ginekologi
FK Unud/RSUP Sanglah Denpasar
3) Publikasi (judul jurnal, tahun, volume, halaman)
Ikhtisar Pustaka, Tahun 2012, Vol 46, Hal 31-36
4) Penelaah
KELOMPOK : 10
5) Tanggal telaah.
30 Januari 2019
b. Deskripsi konten:
1) Tujuan Penelitian
Untuk meningkatkan kelangsungan hidup penderita kanker
ovarium, dilakukan upaya untuk memprediksi keganasan tumor tersebut
sebelum dilakukan pembedahan, karena adanya perbedaan penanganan
pada tumor jinak dan kanker ovarium
2) Hasil penelitian
Kemampuan deteksi dini kanker ovarium menjadi hal yang
sangat penting sebagai upaya untuk menurunkan morbiditas dan

68
mortalitas yang diakibatkannya. Upaya yang dilakukan saat ini
ditujukan pada usaha menemukan penyakit sedini mungkin pada waktu
belum jelas adanya tumor ovarium. Bila sudah didapatkan tumor
ovarium, dilakukan pemeriksaan untuk memprediksi keganasan tumor
tersebut sebelum dilakukan pembedahan, karena adanya perbedaan
penanganan pada tumor jinak ovarium dan keganasan ovarium
3) Kesimpulan Penelitian
Terdapat berbagai modalitas untuk mendeteksi keganasan tumor
ovarium prabedah. Mulai dari pemeriksaan klinis melalui anamnesis
dan pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang seperti petanda
tumor dan ultrasonografi. Untuk meningkatkan akurasi dalam
mendeteksi keganasan tumor ovarium prabedah, dibuat berbagai sistem
skoring. Indeks keganasan Sudaryanto, memakai batasan total skor e” 3
menunjukkan risiko keganasan tinggi, sedangkan total skor < 3
menunjukkan risiko keganasan rendah. Melalui pemeriksaan USG,
dibuat sistem skoring morfologi berdasarkan struktur permukaan dalam
tumor, ketebalan dinding, septa, dan echogenitas tumor yang disebut
indeks morfologi Sassone-Timor Tritsch. Dengan menggunakan batas
skor 9, ditetapkan skor < 9 menunjukkan prediksi jinak dan skor e” 9
menunjukkan prediksi ganas. Batasan ini memiliki sensitifitas 94%,
spesifisitas 87%, nilai duga positif 60%, dan nilai duga negatif 93,6%.
Metode lainnya adalah Risk of Malignancy Index (RMI). RMI
mengintegrasikan status menopause penderita, temuan USG, dan kadar
CA 125 serum. Nilai cut-off 200 digunakan untuk membedakan tumor
ovarium yang jinak dan ganas serta mempunyai sensitifitas 87% dan
spesifisitas 97%. The Risk of Ovarian Malignancy Algorithm (ROMA)
merupakan upaya koreksi RMI dengan menambahkan biomarker
human protein epididymis 4 (HE4) dan menghilangkan USG. Untuk
memprediksi kanker ovarium tipe epitel, ROMA mempunyai
sensitifitas dan spesifisitas masingmasing sebesar 89% dan 83%. Jadi,
terdapat berbagai modalitas untuk memprediksi keganasan tumor

69
ovarium dengan akurasi berbeda-beda. Penerapannya disesuaikan
dengan sarana dan prasarana yang tersedia sesuai dengan kondisi
tempat pelayanan kesehatan

3. Telaah Artikel
a. Gaya dan Sistematika Penulisan
1. Judul penelitian jelas, akurat sesuai dengan apa yang telah di teliti
2. Abstrak mampu menggambarkan secara jelas masalah penelitian,
tujuan penelitian, metodologi, dan hasil yang didapatkan. Abstrak
sudah memenuhi IMRAD (Introducation, Methods, Result, Analize,
and Discussion)
b. Literature/Tinjauan Pustaka
Penyusunan literature ini terorganisi dengan baik. Penulisannya
menggunakan analitis kritis berdasarkan literature yang ada dengan
membandngkan temuan pada penelitian sebelumnya dengan hasil yang
didapatkan oleh penulis.
c. Hipotesis
Penulis belum menjelaskan secara rinci
d. Populasi dan sampel
Pengumpulan data Mulai dari pemeriksaan klinis melalui
anamnesis dan pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang seperti
petanda tumor dan ultrasonografi. Untuk meningkatkan akurasi dalam
mendeteksi keganasan tumor ovarium prabedah, dibuat berbagai sistem
skoring.
e. Pertimbangan etik
Tidak tercantum dalam jurnal
f. Definisi operasional
Pada tulisan ini akan diuraikan tentang berbagai modalitas untuk
memprediksi keganasan tumor ovarium termasuk sistem skoring
keganasan prabedah

70
g. Penyajian hasil pengelolaan data
Kemampuan deteksi dini kanker ovarium menjadi hal yang sangat
penting sebagai upaya untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas yang
diakibatkannya. Upaya yang dilakukan saat ini ditujukan pada usaha
menemukan penyakit sedini mungkin pada waktu belum jelas adanya
tumor ovarium. Bila sudah didapatkan tumor ovarium, dilakukan
pemeriksaan untuk memprediksi keganasan tumor tersebut sebelum
dilakukan pembedahan, karena adanya perbedaan penanganan pada tumor
jinak ovarium dan keganasan ovarium. Berbagai modalitas untuk
memprediksi keganasan tumor ovarium telah diteliti dan memberikan
akurasi tersendiri.
h. Simpulan dan saran
Isi simpulan menjelaskan lebih ringkas namun tetap jelas terhadap
hasil penelitian.

B. Penutup
Meskipun jurnal ini masih memiliki beberapa kekurangan, namun dengan
adanya jurnal ini telah berkontribusi positif dari berbagai sisi, serta menambah
wawasan pengetahuan tentang Tumor ovarium: prediksi keganasan prabedah.
Jurnal ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitan-penelitan berikutnya.

71
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kanker ovarium termasuk satu dari sepuluh kanker yang paling sering
diderita oleh wanita di Indonesia. Menurut data dari Center for Disease Control
and Prevention, kanker ovarium merupakan kanker ginekologi dengan tingkat
five year survival rate terendah dari kanker ginekologi di dunia, yaitu sebesar
43%. Hal ini disebabkan oleh gejala kasus yang tidak spesifik dan beragam,
serta tidak tersedianya alat screening dengan spesifisitas, sensitivitas, dan harga
yang sesuai. Dua per tiga pasien saat ini terdiagnosis saat telah mencapai
stadium III atau IV. Padahal, apabila 75% kasus kanker ovarium terdeteksi
pada stadium I atau II angka mortalitasnya diperkirakan akan turun sebanyak
50%. (Loho, & wagey, 2016).

B. Saran
Diharapakan agar para pembaca atau penulis dapat lebih memahami
bagaimana kanker Ovarium serta cara penanganan yang baik untuk pencegahan
Kanker Ovarim.

72
DAFTAR PUSTAKA

B. L., Parsaoran, R., Simamora, A., Hanriko, R., Dewi, R., & Sari, P. (2017).
Hubungan Usia , Jumlah Paritas , dan Usia Menarche Terhadap Derajat
Histopatologi Kanker Ovarium di RSUD Dr . H . Abdul Moeloek The
Relationship of Age , Parity , and Age at Menarche to the Grading of Ovarian
Cancer Histopathology at RSUD Dr . H . Abdul Moeloek Bandar Lampung Period
2015-2016, 7(14), 7–13.

Bulechek, Gloria M, Butcher, Howard k, M.Dochterman, Joanne, M. Wagner,


CheryI. Nursing Interventions Classification edisi keenam, 2016 ; CV.Mokomedia

DiSilvestro, P., & Alvarez Secord, A. (2018). Maintenance treatments of recurrent


ovarian cancer. Is it ready for prime time? Cancer Treatment Reviews,
69(June),53-65. https://doi.org/10.1016/j.ctrv.2018.06.001

Efektivitas HE4 sebagai Metode Skrining Terbaru untuk Diagnosis Dini Kanker
Ovarium(Sofian, Perkasa, Evsya, & Darundryo, n.d.)Sofian, A., Perkasa, H.,
Evsya, E. R., & Darundryo, R. M. (n.d.). Efektivitas HE4 sebagai Metode
Skrining Terbaru untuk Diagnosis Dini, (1).

Evaluasi Tindakan Operatif pada Kanker Serviks , Endometrium dan Ovarium di


RSUP Dr . Hasan Sadikin Bandung Tahun 2015 ̶ 2016 (Indriani, Ritonga, &
Suardi, 2016) Indriani, R., Ritonga, M. A., & Suardi, D. (2016). Evaluasi
Tindakan Operatif pada Kanker Serviks , Endometrium dan Ovarium di RSUP Dr
. Hasan Sadikin Bandung Tahun 2015 ̶ 2016, 47, 79–86.

Gambaran jenis kanker ovarium di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado periode
Januari 2013 - Desember 2015(Desember, Loho, & Wagey, 2016)Desember, J.,
Loho, M. F., & Wagey, F. W. (2016). Gambaran jenis kanker ovarium di RSUP
Prof . Dr . R . D . Kandou Manado, 4, 2–6.

Hubungan Usia , Jumlah Paritas , dan Usia Menarche Terhadap Derajat


Histopatologi Kanker Ovarium di RSUD Dr . H . Abdul Moeloek The
Relationship of Age , Parity , and Age at Menarche to the Grading of Ovarian

73
Cancer Histopathology at RSUD Dr . H . Abdul Moeloek Bandar Lampung Period
2015-2016 (Tahun et al., 2017)

Idahl, A.Hermanson, A. & Lalos, A. (2018). Social support and ovarian cancer
incidence-A Swedish prospective population-based study. Gynecologic Oncology,
149(2), 324-328. https://doi.org/10.1016/j.ygyno.2018.03.042

KANKER OVARIUM DI RUMAH SAKIT UMUM Dr PIRNGADI KOTA


MEDAN TAHUN 2017 (Nurmaliza, Sarumpaet, & Sanusi, 2018) Indriani, R.,
Ritonga, M. A., & Suardi, D. (2016). Evaluasi Tindakan Operatif pada Kanker
Serviks , Endometrium dan Ovarium di RSUP Dr . Hasan Sadikin Bandung Tahun
2015 ̶ 2016, 47, 79–86.

Keliat, Budi Anna.2015.Diagnosa keperawatan edisi 10. Jakarta:EGC

Lisnawaty.2014. GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PENDERITA


KANKER OVARIUM DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR TAHUN 2014.
Jurnal Repository usu.

MANAGEMENT HUMPHREYS PADA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN


KANKER OVARIUM POST OPERASI SITOREDUKTIF DENGAN
KEMOTERAPI(Astuti, n.d.)Astuti, I. W. (n.d.). MANAGEMENT
HUMPHREYS PADA ASUHAN KEPERAWATAN, 35–43.

Moorhead, sue, Johnson, marion, L, Mass, Meridean. Nursing outcome


Classification edisi kelima, 2016 ; CV.Mokomedia

Ns. Wagiyo, S.Kep., M.Kep., Sp.Mat dan Putono, S.Kep.,Ners., M.Kes. 2016.
Asuhan Keperawatan Antenatal, Intranatal, dan Bayi Baru Lahir Fisiologis dan
Patologis. Yogyakarta: CV. NDI OFFSET

Nurmaliza, L., Sarumpaet, S., & Sanusi, S. R. (2018). KANKER OVARIUM DI


RUMAH SAKIT UMUM Dr PIRNGADI KOTA MEDAN TAHUN 2017,
13(April), 34–39.

74
Slamet Andiyanto, S.Kep.2017.ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA
NY. N DENGAN MASALAH KEPERAWATAN MUAL PADA GANGGUAN
SISTEM REPRODUKSI KANKER OVARIUM POST KEMOTERAPI
DENGAN AROMA TERAPI LEMON DI RUANG TERATAI RUMAH SAKIT
PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO.HAL 8-9. SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYYAH GOMBONG

Yanita Astuti, S.Kep. 2014. ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. C


DENGAN PERAWATAN LUKA POST OPERASI KANKER ENDOMETRIUM
DI RSPAD GATOT SOEBROTO. HAL 15-17. UNIVERSITAS INDONESIA

75
76

Вам также может понравиться