Вы находитесь на странице: 1из 14

MAKALAH KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK MULAI NEONATUS SD REMAJA,

PENGUKURAN DAN PERMASALAHANNYA

Untuk memenuhi tugas mata pelajaran keperawatan anak

Disusun Oleh:

1. Endah Yuli Purnama Sari

2. Lailatun Nur

3. Nabela Bintan Nafi’a

4. Nafi’un Ni’am

5. Vicky Rian Pranata


BAB I

PEMBAHASAN

A. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

1. Definisi
a. Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah bertambah jumlah dan besarnya sel diseluruh bagian tubuh yang
secara kuantitatif dapat diukur (Whalley dan Wong, 2000).
Pertumbuhan adalah adanya perubahan dalam jumlah akibat pertambahan sel dan
pembentukan protein baru sehingga meningkatkan jumlah dan ukuran sel diseluruh
bagian tubuh (Sutjiningsih, 1998).
Pertumbuhan adalah bertambah banyak dan besarnya sel seluruh bagian tubuh yang
bersifat kuantitatif dan dapat diukur; sedangkan perkembangan adalah bertambah
sempurnanya fungsi dari alat tubuh (Depkes RI).
b. Perkembangan
Perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai
melalui tumbuh kematangan dan belajar (Whalley dan Wong, 2000).
Perkembangan adalah pertumbuhan dan perluasan secara peningkatan sederhana
menjadi komplek dan meluasnya kemampuan individu untuk berfungsi dengan baik
(Sutjiningsih, 1998).
Perkembangan adalah perubahan strukitur maupun fungsi berupa perkembangan fisik
maupun psikis (Bjorklund dan Bjorkund, 1992 dalam Abin Syamsudin Makmun,
1996).
2. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
a. Faktor herediter
Merupakan faktor pertumbuhan yang dapat diturunkan yaitu suku, ras, dan jenis
kelamin (Marlow, 1988 dalam Supartini, 2004). Jenis kelamin ditentukan sejak
dalam kandungan. Anak laki-laki setelah lahir cenderung lebih besar dan tinggi dari
pada anak perempuan, hal ini akan nampak saat anak sudah mengalami masa pra-
pubertas. Ras dan suku bangsa juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan.
Misalnya suku bangsa Asia memiliki tubuh yang lebih pendek dari pada orang Eropa
atau suku Asmat dari Irian berkulit hitam.
b. Faktor lingkungan
1) Lingkungan pra natal
Kondisi lingkungan yang mempengaruhi fetus dalam uterus yang dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin antara lain gangguan nutrisi
karena ibu kurang mendapat asupan gizi yang baik, gangguan endokrin pada ibu
(diabetes mellitus), ibu yang mendapatkan terapi sitostatika atau mengalami
infeksi rubela, toxoplasmosis, sifilis dan herpes. Faktor lingkungan yang lain
adalah radiasi yang dapat menyebabkan kerusakan pada organ otak janin.
2) Lingkungan post natal
Lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan setelah
bayi lahir adalah :
a) Nutrisi
Nutrisi adalah salah satu komponen yang penting dalam menunjang
keberlangsungan proses pertumbuhan dan perkembangan. Terdapat
kebutuhan zat gizi yang diperlukan seperti protein, karbohidrat, lemak,
mineral, vitamin dan air. Apabila kebutuhan tersebut tidak atau kurang
terpenuhi maka dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak.
Asupan nutrisi yang berlebihan juga berdampak buruk bagi kesehatan anak,
yaitu terjadi penumpukan kadar lemak yang berlebihan dalam sel/jaringan
bahkan pada pembuluh darah. Penyebab status nutrisi kurang pada anak :
- Asupan nutrisi yang tidak adekuat, baik secara kuantitatif maupun
kualitatif
- Hiperaktivitas fisik / istirahat yang kurang
- Adanya penyakit yang menyebabkan peningkatan kebutuhan nutrisi
- Stres emosi yang dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau
absorbsi makanan tidak adekuat
b) Budaya lingkungan
Budaya keluarga atau masyarakat akan mempengaruhi bagaimana mereka
dalam mempersepsikan dan memahami kesehatan dan perilaku hidup sehat.
Pola perilaku ibu hamil dipengaruhi oleh budaya yang dianutnya, misalnya
larangan untuk makan makanan tertentu padahal zat gizi tersebut dibutuhkan
untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Keyakinan untuk melahirkan d
dukun beranak dari pada di tenaga kesehatan. Setelah anak lahir dibesarkan di
lingkungan atau berdasarkan lingkungan budaya masyarakat setempat.
c) Status sosial dan ekonomi keluarga
Anak yang dibesarkan di keluarga yang berekonomi tinggi untuk pemenuhan
kebutuhan gizi akan tercukupi dengan baik dibandingkan dengan anak yang
dibesarkan di keluarga yang berekonomi sedang atau kurang. Demikian juga
dengan status pendidikan orang tua, keluarga dengan pendidikan tinggi akan
lebih mudah menerima arahan terutama tentang peningkatan pertumbuhan
dan perkembangan anak, penggunaan fasilitas kesehatan, dll dibandingkan
dengan keluarga dengan latar belakang pendidikan rendah.
d) Iklim/cuaca
Iklim tertentu akan mempengaruhi status kesehatan anak misalnya musim
penghujan akan dapat menimbulkan banjir sehingga menyebabkan sulitnya
transportasi untuk mendapatkan bahan makanan, timbul penyakit menular,
dan penyakit kulit yang dapat menyerang bayi dan anak-anak. Anak yang
tinggal di daerah endemik misalnya endemik demam berdarah, jika terjadi
perubahan cuaca wabah demam berdarah akan meningkat.
e) Olahraga/latihan fisik
Manfaat olah raga atau latihan fisikyang teratur akan meningkatkan sirkulasi
darah sehingga meningkatkan suplai oksigen ke seluruh tubuh, meningkatkan
aktivitas fisik dan menstimulasi perkembangan otot dan jaringan sel
f) Posisi anak dalam keluarga
Posisi anak sebagai anak tunggal, anak sulung, anak tengah atau anak bungsu
akan mempengaruhi poa perkembangan anak tersebut diasuh dan dididik
dalam keluarga.
g) Status kesehatan
Status kesehatan anak dapat berpengaruh pada pencapaian pertumbuhan dan
perkembangan. Hal ini dapat terlihat apabila anak dalm kondisi sehat dan
sejahtera maka percepatan pertumbuhan dan perkembangan akan lebih
mudah dibandingkan dengan anak dalam kondisi sakit.
3. Faktor hormonal
Faktor hormonal yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak
adalah somatotropon yang berperan dalam mempengaruhi pertumbuhan
tinggi badan, hormon tiroid dengan mestimulasi metabolisme tubuh,
glukokortiroid yang berfungsi menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dari
testis untuk memproduksi testosteron dan ovarium untuk memproduksi
estrogen selanjutnya hormon tersebut akan menstimulasi perkembangan seks
baik pada anak laki-laki maupun perempuan sesuai dengan peran hormonnya.

B. PERTUMBUHAN ANAK PADA TIAP TAHAP USIA


1) Perkembangan motorik halus
a) Masa neonatus (0 – 28 hari)
Perkembangan motorik halus pada masa ini dimulai dengan adanya
kemampuan untuk mengikuti garis tengah bila kita memberikan respons
terhadap gerakan jari atau tangan.
b) Masa bayi (28 hari – 1 tahun)
- Usia 1 – 4 bulan
Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah dapat melakukan hal-
hal seperti memegang suatu objek, mengikuti objek dari sisi ke sisi,
menvoba memegang dan memasukan benda kedalam mulut, memegang
benda tapi terlepas, memerhatikan tangan dan kaki, memegang benda
dengan kedua tangan, serta menahan benda di tangan walaupun hanya
sebentar.
- Usia 4 – 8 bulan
Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah sudah mulai mengamati
benda, menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk memegang,
mengekplorasi benda yang sedang dipegang, mengambil objek dengan
tangan tertangkup, mampu menahan kedua benda di kedua tangan secara
simultan, menggunakan bahu dan tangan sebagai satu kesatuan, serta
memindahkan objek dari satu tangan ketangan yang lain.
- Usia 8 – 12 bulan
Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah mencari atau merainh
benda kecil; bila diberi kubus mampu memindahkan, mengambil,
memegang dengan telunjuk dan ibu jari, membenturkannya, serta
meletakkan benda atau kubus ke tempatnya.
c) Masa anak (1 – 2 tahun)
Perkembangan motorik halus pada usia ini dapat ditunjukan dengan adanya
kemampuan dalam mencoba, menyusun, atau membuat menara pada kubus.
d) Masa pra sekolah
Perkembangan motorik halus dapat dilihat pada anak, yaitu mulai memiliki
kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua atau tiga bagian,
memilih garis yang lebih panjang dan menggambar orang, melepas objek
dengan jari lurus, mampu menjepit benda, melambaikan tangan,
menggunakan tanggannya untuk bermain, menempatkan objek ke dalam
wadah, makan sendiri, minum dari cangkir dengan bantuan, menggunakan
sendok dengan bantuan, makan dengan jari, serta membuat coretan diatas
kertas (Wong, 2000).
2) Perkembangan motorik kasar
a) Masa neonatus
Perkembangan motorik kasar yang dapat dicapai pada usia ini diawali dengan
tanda gerakan seimbang pada tubuh dan mulai mengangkat kepala.
b) Masa bayi
- Usia 1 – 4 bulan
Perkembangan motorik kasar pada usia ini dimulai dengan kemampuan
mengangkat kepala saat tegkurap, mencoba duduk sebentar dengan
ditopang, mampu duduk dengan kepala tegak, jatuh terduduk dipangkuan
ketika disokong pada posisi berdiri, kontrol kepala sempurna,
mengangkat kepala sambil berbaring terlentang, berguling dari terlentang
ke miring, kesisi lengan dan tungkai kurang fleksi, dan berusaha untuk
merangkak.
- Usia 4 – 8 bulan
Usia perkembangan motorik kasar awal bulan ini dapat dilihat pada
pertumbuhan dalam aktivitas, seperti posisi telungkup pada alas dan
sudah mulai mengangkat kepala dengan melakukan gerakan menekan
kedua tangannya. Pada bulan ke empat sudah mampu memalingkan
kepala ke kanan dan kiri, duduk dengan kepala tegak, membalikan badan,
bangkit dengan kepala tegak, menumpu beban pada kaki dengan lengan
berayun kedepan dan kebelakang, berguling dari terlentang dan
tengkurap, serta duduk dengan bantuan dalam waktu yang singkat.
- Usia 8 – 12 bulan
Perkembangan motorik kasar dapat diawali dengan duduk tanpa
pegangan, berdiri dengan pegangan, bangkit lalu berdiri, berdiri 2 detik
dan berdiri sendiri.
c) Masa anak (1 – 2 tahun)
Dalam perkembangan masa anak terjadi perkembangan motorik kasar secara
signifikan. Pada masa ini anak sudah mampu melangkah dan berjalan dengan
tegak. Sekitar usia 18 bulan anak mampu menaiki tangga dengan cara 1
tangan dipegang. Pada akhir tahun kedua sudah mampu berlari-lari kecil,
menendang bola, dan mulai mencoba melompat.
d) Masa pra sekolah
Perkembangan motorik kasar masa prasekolah ini dapat diawali dengan
kemampuan untuk berdiri dengan satu kaki selama satu sampai lima detik,
melompat dengan satu kaki, berjalan dengan tumit ke jari kaki, menjelajah,
membuat posisi merangkak, dan berjalan dengan bantuan (Wong, 2000).
3) Perkembangan bahasa
a) Masa neonatus (0 – 28 hari)
Perkembangan bahasa masa neonatus ini dapat ditunjukan dengan adanya
kemampuan bersuara (menangis) dan bereaksi terhadap suara atau bel.
b) Masa bayi (28 hari – 1 tahun)
- Usia 1 – 4 bulan
Perkembangan bahasa pada usia ini ditandai dengan adanya kemampuan
bersuara dan tersenyum, mengucapkan huruf hidup, berceloteh,
mengucapkan kata “oh/ah”, tertawa dan berteriak, mengoceh spontan,
serta bereaksi dengan mengoceh.
- Usia 4 – 8 bulan
Perkembangan bahasa pada usia ini adalah dapat menirukan bunyi atau
kata-kata, menoleh ke arah suara atau sumber bunyi, tertawa, menjerit,
menggunakan vokalisasi semakin banyak, serta menggunakan kata yang
terdiri atas dua suku kata dan dapat membuat dua bunyi vokal yang
bersamaan seperi “ba-ba”.
- Usia 8 – 12 bulan
Perkembangan bahasa pada usia ini adalah mampu mengucapkan kata
“papa” dan “mama” yang belom spesifik, mengoceh hingga
mengatakannya secara spesifik, serta dapat mengucapkan satu samapai
dua kata.
c) Masa anak (1 – 2 tahun)
Perkembangan bahasa masa anak ini adalah dicapainya kemampuan bahasa
pada anak yang mulai ditandai dengan anak mampu memiliki sepuluh
perbendaharaan kata; tingginyakemampuan meniru, mengenal, dan responsip
terhadap orang lain; mampu menujukan dua gambar; mampu
mengkombinasikan kata-kata; seta mulai mampu menunjukan lambaian
anggota badan.
d) Masa pra sekolah
Perkembangan bahasa diawali dengan adanya kemampuan menyebutkan
hingga empat gambar; menyebutkan satu hingga dua warna; menyebutkan
kegunaan benda; mengitung; mengartikan dua kata; mengerti empat kata
depan; mengerti beberapa kata sifat dan jenis kata lainnya; menggunakan
bunyi untuk mengidentifikasi objek, orang, dan aktivitas; menirukan
berbagaibunyi kata; memahami arti larangan; serta merespons panggilan
orang dan anggota keluarga dekat.
4) Perkembangan perilaku atau adaptasi sosial
a) Masa neonatus (0 – 28 hari)
b) Masa bayi (28 hari – 1 tahun)
- Usia 1 – 4 bulan
Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini dapat diawali dengan
kemampuan mengamati tangannya: tersenyum spontan dan membalas
senyum bila di ajak tersenyum; mengenali ibunya dengan penglihatan,
penciuman, pendengaran, dan kontak; tersenyum pda wajah manusia;
waktu tidur dalam sehari lebih sedikit dari pada waktu terjaga;
membentuk siklus tidur bangun; menangis bila terjadi sesuatu yang aneh;
membedakan wajah-wajah yang dikenal dan tidak dikenal; senang
menatap wajah-wajah yang dikenalnya; serta terdiam bila ada orang yang
tak dikenal (asing).
- Usia 4 – 8 bulan
Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini antara lain anak merasa takut
dan terganggu dengan keberadaan orang asing, mulai bermain dengan
mainan, mudah frustasi, serta memukul-mukul lengan dan kaki jika
sedang kesal.
- Usia 8 – 12 bulan
Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini dimulai dengan kemampuan
bertepuk tangan, menyatakan keinginan, sudah mulai minum dengan
cangkir, menirukan kegiatan orang, bermain bola atau lainnya dengan
orang lain.
c) Masa anak (1 – 2tahun)
Perkembangan adaptasi sosial masa anak dapat ditunjukan dengan adanya
kemampuan membantu kegiatan dirumah, menyuapi boneka, mulai
menggosok gigi serta mencoba mengenakan baju sendiri.
d) Masa pra sekolah
Perkembangan adaptasi sosial pada masa prasekolah adalah adanya
kemampuan bermain dengan permainan sederhana, menangis jika dimarahi,
membuat permintaan sederhana dengan gaya tubuh, menunjukan peningkatan
kecemasan terhadap perpisahan, serta mengenali anggota keluarga (Wong,
2000).
C. PERKEMBANGAN PSIKOSEXUAL MENURUT SIGMUND FREUDD
a. Tahap oral (0 – 1 tahun)
Pada masa ini kepuasan dan kesenangan, kenikmatan dapat melalui dengan cara
menghisap, menggigit, mengunyah atau bersuara, ketergantungan sangat tinggi dan
selalu minta dilindungi untuk mendapatkan rasa aman. Masalah yang diperoleh pada
tahap ini adalah menyapih dan makanan.
b. Tahap anal (1 – 3tahun)
Kepuasan pada fase ini adalah pada pengeluaran tinja.Anak akan menunjukkan
keakuannya dan sikapnya sangat narsistik yaitu cinta terhadap dirinya sendiri dan
sangat egosentrik, mulai mempelajari struktur tubuhnya. Masalah pada saat ini
adalah obesitas, introvet, kurang pengendalian diri dan tidak rapi.
c. Tahap oedipal/phalik (3 – 5tahun)
Kepuasan pada anak terletak pada rangsangan autoerotik yaitu meraba-raba,
merasakan kenikmatan dari beberapa daerah erogennya, suka pada lain jenis. Anak
laki-laki cenderung suka pada ibunya dan anak perempuan cenderung suka pada
ayahnya.
d. Tahap laten (5 – 12 tahun)
Kepuasan anak mulai terintegrasi, anak masuk dalam fase pubertas dan berhadapan
langsng pada tuntutan sosial seperti suka hubungan dengan kelompoknya atau
sebaya, dorongan libido mulai mereda.
e. Tahap Genital (> 12 tahun)
Kepuasan anak pada fase ini kembali bangkit dan mengarah pada perasaan cinta
matang terhadap lawan jenis.
D. PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL MENURUT ERIC ERICSON
a) Tahap percaya tidak percaya (0 – 1 tahun)
Bayi sudah terbentuk rasa percaya kepada seseorang baik orang tua maupun orang
yang mengasuhnya ataupun tenaga kesehatan yang merawatnya. Kegagalan pada
tahap ini apabila terjadi kesalahan dalam mengasuh atau merawat maka akan timbul
rasa tidak percaya.
b) Tahap kemandirian, rasa malu dan ragu (1 – 3tahun)
Anak sudah mulai mencoba dan mandiri dalam tugas tumbuh kembang seperti
kemampuan motorik dan bahasa. Pada tahap ini jika anak tidak diberikan kebebasan
anak akanmerasa malu.
c) Tahap inisiatif, rasa bersalah (4 – 6tahun)
Anak akan mulai inisiatif dalam belajar mencari pengalaman baru secara aktif dalam
aktivitasnya. Apabila pada tahap ini anak dilarang akan timbul rasa bersalah.
d) Tahap rajin dan rendah diri (6 – 12 tahun)
Anak selalu berusaha untuk mencapai sesuatu yang diinginkan atau prestasinya
sehingga anak pada usia ini adalah rajin dalam melakukan sesuatu. Apabila pada
tahap ini gagal anak akan rendah diri.
e) Tahap identitas dan kebingungan peran pada masa adolesence
Anak mengalami perubahan diri, perubahan hormonal.
f) Tahap keintiman dan pemisahan terjadi pada masa dewasa yaitu anak
mencoba melakukan hubungan dengan teman sebaya ata kelompok
masyarakat dalam kehidupan sosial.
g) Tahap generasi dan penghentian terjadi pada dewasa pertengahan yaitu
seseorang ingin mencoba memperhatikan generasi berikutnya dalam kegiatan
aktivitasnya.
h) Tahap integritas dan keutusasaan terjadi pada dewasa lanjut yaitu seseorang
memikirkan tugas-tugas dalam mengakhiri kehidupan.
E. PERKEMBANGAN KOGNITIF JEAN PEAGET & PERKEMBANGAN MORAL
MENURUT KOLBERG
a) Tahap sensori motor (0 – 2tahun)
Anak mempunyai kemampuan dalam mengasimilasi dan mengakomodasi informasi
dengan cara melihat, mendengar, menyentuh dan kativitas motorik. Semua gerakan
akan diarahkan ke mulut dengan merasakan keingintahuan sesuatu dari apa yang
dilihat, didengar, disentuh dll.
b) Tahap praoperasional (2 – 7 tahun)
Anak belum mampu mengoperasionalkan apa yang dipikirkan melalui tindakan
dalam pikiran anak, perkembangan anak masih bersifat egosentris. Pada masa
ini pikiran bersifat transduktif menganggap semuanya sama. Seperti semua pria
dikeluarga adalah ayah maka semua pria adalah ayah. Selain itu ada pikiran
animisme, yaitu selalu memperhatikan adanya benda mati. Seperti anak jatuh dan
terbentur batu, dia akan menyalahkan batu tersebut dan memukulnya.
c) Tahap kongret (7 – 11 tahun)
Anak sudah memandang realistis dari dunianya dan mempunyai anggapan yang sama
dengan orang lain, sifat egosentrik sudah hilang, karena anak sudah mengerti tentang
keterbatasan diri sendiri. Anak sudah mengenal konsep tentang waktu dan mengingat
kejadian yang lalu. Pemahaman belum mendalam dan akan berkembang di akhir usia
sekolah (masa remaja).
d) Tahap formal operasional ( > 11 tahun)
Anak remaja dapat berpikir dengan pola yang abstrak menggunakan tanda atau
simbol dan menggambarkan kesimpulan yang logis. Mereka dapat membuat dugaan
dan mengujinya dengan pemikirannya yang abstrak, teoritis dan filosofis. Pola
berfikir logis membuat mereka mampu berpikir tentang apa yang orang lain juga
memikirkannya dan berpikir untuk memecahkan masalah.
F. STIMULASI DETEKSI INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK
a) DDST (Denver Development Screnning Test)
DDST adalah salah satu dari metode skrining terhadap kelainan
perkembangan anak, tes ini bukanlah tes diagnostik atau tes IQ. DDST
memenuhi semua persyaratan yang diperlukan untuk metode skrining yang
baik. Tes ini mudah dan cepat (15-20 menit), dapat diandalkan dan
menunjukkkan validitas yang tinggi. Dari beberapa penelitian yang pernah
dilakukan ternyata DDST secara efektif dapat mengidentifikasikan antara 85-
100% bayi dan anak-anak prasekolah yang mengalami keterlambatan
perkembangan, dan pada “follow up” selanjutnya ternyta 89% dari kelompok
DDST abnormal mengalami kegagalan di sekolah 5-6 tahun kemudian.
Tetapi dari penelitian Borowitz (1986) menunjukkan bahwa DDST tidak
dapat mengidentifikasikan lebih separoh anak dengan kelainan
bicara. Frankerburg melakukan revisi dan restandarisasi kembali DDST dan
juga tugas perkembangan pada sektor bahassa ditambah, yang kemudian hasil
revisi dari DDST tersebut dinamakan Denver II.
b) KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan)
KPSP merupakan suatu daftar pertanyaan singkat yang ditujukan pada
orang tua dan dipergunakan sebagai alat untuk melakukan skrining
pendahuluan untuk perkembangan anak usia 3 bulan sampai 6 tahun. Daftar
pertanyaan tersebut berjumlah 10 nomor yang harus dijawab oleh orang
tuaatau pengasuh yang mengetahui keadaan perkembangan anak.
Pertanyaan dalam KPSP dikelompokan sesuai usia anak saat dilakukan
pemeriksaan, mulai kelompok usia 3 bulan, 3 – 6bulan,dst sampai kelompok
5-6 tahun. Untuk usia ditetapkan menurut tahun dan bulan dengan kelebihan
16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan.
Pertanyaan dalam KPSP harus dijawab dengan ’ya’ atau ’tidak’ oleh orang
tua.Setelah semua pertanyaan dijawab, selanjutnya hasil KPSP dinilai :
- Apabila jawaban ’ya’ berjumlah 9 – 10, berarti anak tersebut normal
(perkembangan baik)
- Apabila jawaban ’ya’ kurang dari 9,maka perlu diteliti lebih lanjut
mengenai;Apakah cara menghitung usia dan kelompok pertanyaannya
sudah sesuai.
- Kesesuaian jawaban orang tua dengan maksud pertanyaan. Apabila ada
kesalahan, maka pemeriksaan harus diulang :
- Apabila setelah diteliti jawaban ’ya’ berjumlah 7 – 8, berarti hasilnya
meragukan dan perlu diperiksa ulang1 minggu kemudian
- Apabila jawaban ’ya’ berjumlah 6 atau kurang, berarti hasilnya kurang
atau positif untuk perlu dirujuk guna pemeriksaan lebih lanjut.
c.) Instrumen pengukuran Vineland social maturity scale (VSMS)
instrumen untuk mengetahui tingkat perkembangan (kematangan) sosial
dikembangkan oleh edgar Arnold doll(1950) digunakan pada usia 0-25 tahun.
Diperlukan orang yang terlatih untuk menggunakannya,terdiri dari pertanyaan
yang masing-masing terdiri dari sejumlah indicator yang menggambarkan tentang
perkembangan sosial individu. Interview terstruktur diberikan kepada pengasuh
utama atau observasi langsung kepada anak.

G. DAFTAR PUSTAKA
Moersintowarti.2004.Deteksi Dini Pertumbuhan dan Perkembangan
Balita.Surabaya: Lab. IKA-FK UNAIR
http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/view/79/85
Aziz Alimul Hidayat. Musrifatul Uliyah.2005. Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta:
penerbit buku kedokteran
Edhi Dharma, Endang Sumirih. T.th. pertumbuhan dan Perkembangan Bayi
Sehat. Jogjakarta:Yayasan sarana cipta
Departemen kesehatan.1989.pedoman pemeriksaan perkembangan anak.jakarta:
depkes dan UNICEF

Вам также может понравиться