Вы находитесь на странице: 1из 9

LAPORAN PROJECT BASE

AUTOMATIC WATER PUMP USING ADRUINO as MICROCONTROLER

Oleh:
Nama : Melia Feni Fisanti
NIM : 131810201070
Kelompok : 12
Asisten : Nur Irvansyah M

LABORATORIUM INSTRUMENTASI DAN ELEKTRONIKA


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2016
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tangki penampungan air atau sering disebut tandon sangat umum dipakai di
perumahan. Umumnya tandon air dikontrol secara otomatis (automatic control) oleh
suatu mekanisme pengaturan yang akan mengisi air bila volume air dalam tendon
sedikit dan menghentikannya bila penuh. Cukup merepotkan bila kontrol pengisian air
dilakukan manual oleh penghuni rumah. Karena selain harus menunggu sekian lama
sampai air mulai naik hingga keluar di keran air, juga air yang sudah penuh berpotensi
terbuang disebabkan penghuni rumah lupa untuk mematikan pompa air.
Sistem automatic control pada pompa air sangat penting disamping untuk
penghematan biaya listrik juga agar pompa air tidak starting-stop dalam interval
singkat. Secara konvensional, ada dua model level control yang banyak digunakan
yakni ball-floater dan level switch. Namun, pada sistem ball-floater terdapat kelemahan
yakni mudah bocor pada bagian kran tersebut, karena dia juga harus bisa menahan
tekanan air dalam pipa yang keluar dari mesin pompa air. Kemudian pada sistem level
switch harus benar benar diperhatikan jarak antara kedua pemberat. Jika sangat pendek
(sehingga jarak level low dan high berdekatan) maka akibatnya interval pengisian air
akan lebih singkat sehingga mesin pompa air akan semakin sering start-stop.
Berdasarkan hal tersebut, kami mencoba untuk membuat suatu sytem level control
secara mekanik yang terdiri atas ball-floater yang digantungkan pada tuas dan disusun
secara seri dengan pegas. Titik tumpu tuas berupa potensiometer yang berfungsi
sebagai tranducer. Saat terjadi pergerakan pelampung, resistansi pada potensiometer
akan berubah (gambar 2.1). (Gambar 2.2) Switch on-off pada system ini dikendalikan
oleh mikrokontroler berupa Adruino UNO yang sudah ditanam program didalamnya.
Jika resistansi yang terbaca mikrokontroler oleh pergerakan potensiometer kurang dari
nilai rentang minimum yang telah ditentukan maka saklar akan on, bila lebih dari
rentnag maksimum yang telah ditentukan maka saklar akan off.
Kelebihan dari sistem ini adalah pegas tidak harus elastis sesuai dengan level
air, karena ada tuas. Kemudian switch tidak mudah starting-stop karena ketika switch
diberikan tambahan beban tingkat sensitifitas dari switch ini akan berkurang. Switch
pada tandon air biasa memiliki sensitifitas yang tinggi jadi sedikit saja gerakan maka
motor akan hidup dan mati lebih cepat. Namun, pada sistem ini juga terdapat kelemahan
Kelemahan sistem ini adalah potensiometer akan cepat aus akibat gesekan, apalagi pada
sistem ini digunakan pegas yang terus meregang dan mengecil untuk starting motor DC.
Perbedaan sistem level control ini dengan penelitian yang sudah ada adalah cara
pergerakan mekanik pelampungnya beserta transfer besaran level menjadi resistansi.
Berdasarkan hal tersebut, maka diharapkan sistem ini dapat memberikan solusi yaitu
berupa sistem instrumentasi pengaturan air secara otomatis yang sederhana yaitu
menggunakan sistem mekanik pelampung dengan tuas dan sistem pegas beserta
tranducer yang berfungsi mengubah besaran level menjadi resistansi.

2. DESAIN PERCOBAAN

Gambar 2.1 kontrol level air menggunakan system mekanik


3. METODE ANALISIS
3.1 Flowchart Algoritma

3.2 Desain
3.1 Sketch Program Mikrokontroler
int sensorPin = A0;
int twelvePin = 13;
int sensorValue = 0;

void setup() {
Serial.begin(9600);
pinMode(sensorPin, INPUT);
pinMode(twelvePin, OUTPUT);
}

void loop() {
sensorValue = analogRead(sensorPin);
if(sensorValue < 350)
{
digitalWrite(twelvePin, HIGH);
}
if (sensorValue > 750);
{
digitalWrite(twelvePin, LOW);
}
Serial.println(sensorValue);
delay(1000);
}
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.
Tabel 4.1 Tabel hasil pengamatan saat kondisi saluran pengisian terbuka-
pengosongan tertutup.
h2
No h1(cm) (cm) ∆h(cm) R (Ω) Ket.
1 10 10 0 2,6 ON
2 10 12 2 2,71 ON
3 10 14 4 2,89 ON
4 10 16 6 3,05 ON
5 10 18 8 3,12 ON
6 10 20 10 3,14 ON
7 10 22 12 3,16 ON
8 10 24 14 3,18 ON
9 10 26 16 3,2 ON
10 10 28 18 3,25 OFF

Tabel 4.2 Tabel hasil pengamatan saat kondisi saluran pengisian tertutup.-
pengosongan terbuka.
h1 h2
No (cm) (cm) ∆h(cm) R (Ω) Ket.
1 10 28 18 3,32 OFF
2 10 26 16 3,3 OFF
3 10 24 14 3,29 OFF
4 10 22 12 3,25 OFF
5 10 20 10 3,13 OFF
6 10 18 8 3,07 OFF
7 10 16 6 3,01 OFF
8 10 14 4 2,97 OFF
9 10 12 2 2,96 OFF
10 10 10 0 2,87 ON
perubahan resistansi terhadap
ketinggian saat pengisian
3,5
3
2,5
Axis Title

2
1,5 perubahan resistansi
1 terhadap ketinggian
saat pengisian
0,5
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
Axis Title

Gambar 4.1 Grafik h (cm) terhadap R (Ω) kondisi saluran pengisian terbuka -
pengosongan tertutup

perubahan resistansi terhadap


ketinggian saat pengosongan
3,4
3,3
3,2
3,1
perubahan resistansi
3
terhadap ketinggian
2,9 saat pengosongan
2,8
2,7
2,6
18 16 14 12 10 8 6 4 2 0

Gambar 4.1 Grafik h (cm) terhadap R (Ω) kondisi saluran pengisian tertutup-
pengosongan terbuka
Pembahasan
Pada percobaan programmable pengaturan bak penampungan air ini dilakukan
secara terprogram dengan mikrokontroler berupa arduino. Sistem pengaturan dilakukan
dengan mengganti rangkain control dan switch relay dengan sebuah mikroprosesor.
Pada sistem ini, didesain sebuah tranducer berupa potensiometer putar sebagai tumpu
pada sistem tuas yang mentransfer besaran level menjadi resistansi. Dimana
pengubahan tersebut dilakukan berdasarkan gerakan mekanik dari gaya apung pada
pelampung yang mempengaruhi sistem tuas serta sistem pegas. Desain pada praktikum
ini dilakukan berdasarkan sistem pengaturan on-off berdasarkan resistansi yang
menunjukkan level air. Saklar ON-OFF dilakukan secara elektronik menggunakan
rangkaian elektronik dan sebuah relay yang dihubungkan secara terprogram dengan
arduino UNO. Percobaan ini menggunakan dua keadaan yaitu saluran pengisian
terbuka, saluran pengosongan tertutup dan saluran pengisian tertutup, saluran
pengosongan terbuka. Pada percobaan ini menggunakan rangkaian pembangkit
tegangan dengan Vcc input sebesar 0-5V pada pin 5V dan 0 pada arduino yang
dihubungkan pada 2 kaki potensiometer, sedangkan pin analog 0 pada arduino
dihubungkan dengan kaki tengah potensiometer. Hal ini berfungsi sebagai pembangkit
tegangan, yaitu ketika potensiometer diputar ke arah 0 volt maka tidak ada tegangan
yang mengalir karena di Ground kan, sedangkan ketika menuju 5V maka tegangan akan
mengalir. Percobaan kali ini mengamati perubahan ketinggian (H) terhadap perubahan
resistansi.
Percobaan pertama yaitu kondisi saluran pengisian terbuka-saluran pengosongan
tertutup. Pada percobaan ini diperoleh data pada tabel 4.1. Berdasarkan tabel tersebut
nilai ketinggian dengan nilai resistansi adalah berbanding lurus. Ketika ketinggian
minimum diperoleh nilai resistansi yang kecil yaitu 2,6 Ω , sedangkan ketika ketinggian
maksimum diperoleh nilai resistansi yang besar yakni 3,25 Ω. Jika di lihat pada grafik
4.1 maka terlihat linear. Namun, jika dibandingkan dengan referensi tidak sesuai. Pada
referensi rumus pembagi tegangan disebutkan bahwa nilai tegangan ouput berbanding
lurus dengan nilai Resistansi, sehingga apabila nilai tegangan dan resistansi besar maka
arus akan mengecil. Namun, pada hasil pengamatan ketika ketinggian minimum menuju
maksimum nilai resistansi semakin kecil. Pada sketch ARDUINO UNO sendiri telah
diprogram sensor akan ON pada nilai tegangan output kurang dari 350 dan akan OFF
pada nilai lebih dari 750.
Pada percobaan kedua yaitu pada saluran pengisian tertutup-saluran pengeluaran
terbuka. Pada kondisi ini diperoleh data pada tabel 4.2, dimana ketika ketinggian
maksimum yaitu 28 cm dengan resistansi 2,87 Ω dalam keadaan OFF. Sedangkan pada
ketinggian minimum yaitu 10 cm dengan resistansi 3,32 Ω. Jika dilihat berdasarkan
referensi hal ini adalah sesuai, karena ketika tegangan besar maka nilai resistansi juga
akan besar sehingga relay akan ON.
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat diperoleh kesimpulan
bahwa prosentase keberhasilan percobaan ini adalah 50%. Dimana parameter
keberhasilan dari percobaan ini adalah hubungan tegangan output dengan resistansi
yang dihasilkan. Serta grafik yang dihasilkan dari kedua percobaan adalah berbentuk
linear.

DAFTAR PUSTAKA

Mike Tooley, BA.2002. Rangkaian Elektronika Prinsip dan Aplikasi. Jakarta:


Erlangga.
Budiharto Widodo dan Sigit F. 2005. Elektronika Digital dan Mikroprosesor.
Yogyakarta: Penerbit Andi
Agustian, Indra. 2013. Definisi Sistem Kendali, online:
http://te.unib.ac.id/lecturer/indraagustian/2013/06/definisi-sistem-kendali/.
Diakses pada tanggal 22 April 2016 jam 13.30 Wib.

Вам также может понравиться