Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Abstract: Bahalang Bridge is a Class B truss bridge crossing the Bahalang River in Ampah (Central Kalimantan). It was built to connect
roads for coal transportation. The bridge structure has a problem, namely an abutment failure in its east-side abutment. There has been
a 30-degree rotation that the back side of abutment has moved about 2 meters downward and slipped from its place about 1 meter to
the river. The purpose of this study is to study the behavior of the soil layers around the abutment and to find out the main cause of
failure. The analysis is based on approximate calculation using Plaxis and Xstabl computer packages. Two options of calculation are
considered. In the first option a water level of 29.5 m is used. Xstabl shows an SFmin of 0.764 and Plaxis shows a total displacement of
64.5 m. In the second one the water level of the river is assummed to be 27.4 m. Xstabl shows an SFmin of 0.807 and Plaxis shows a total
displacement of 4.15 m. The results suggest that the collapse already took place during the backfill activity on the east-side approach
road. During that process the backfill material consisting of sand was laid too rapidly by direct dumping from truck and spreading by
excavators. The total displacement is 6.45 m. The pile bending moments aer found to be above the allowable value, that is 57.81 kNm in
front of the piles, and 63.90 kNm on the back. It can be concluded that the failure is due to excessive displacement that has the potential
to damage the piles.
9
Gawit Hidayat
Ip = 1680 cm4
� 𝑖𝑗𝑖� ��
= �𝑏𝑎𝑗𝑎 × = 18,64078 kN. m
0,5�
Hasil analisa perhitungan stabilitas lereng untuk Gambar 4 menggambarkan stratifikasi tanah yang akan
kondisi awal didapatkan SF = 2,874. Hal ini berarti digunakan sebagai input geometri. Permodelan tanah
bahwa lereng tersebut aman sebelum ada tambahan di analisis dalam beberapa kondisi yang tertera dalam
beban timbunan. Sedangkan hasil analisa dengan Tabel 2. Beban q adalah beban yang perhitungkan
tambahan beban timbunan didapatkan faktor sebagai beban preloading. Tiang yang digunakan adalah
keamanan < 1 maka stabilitas lereng terhadap tiang pipa baja diameter 21,63 cm.
longsoran adalah “tidak aman”. Keruntuhan yang terjadi Hasil analisis menggunakan Plaxis dijelaskan
pada lereng timbunan adalah “keruntuhan dasar berdasarkan beberapa kondisi.
lereng”. Pengaruh aliran air atau rembesan menjadi
4.5 Kondisi A
faktor yang sangat penting dalam stabilitas lereng. Hal
ini terlihat dengan adanya perbedaan hasil faktor Pada kondisi ini, timbunan di modelkan secara
keamanan pada tinggi muka air yang berbeda. bertahap per satu meter sampai setinggi 4,5 meter
dengan ketinggian muka air 29,5 meter. Dari hasil
analisis diperoleh besaran total displacement dan bending
Terlihat bahwa bending momen yang terjadi melebihi
moment seperti pada Gambar 5 sampai dengan Gambar
dari bending momen ijin tiang pancang. Hal ini dapat
8. Pada Gambar 6 digambarkan arah pergerakan tanah
menyebabkan tiang pancang patah. Pergerakan
dengan displacement sebesar 64,50 meter.
tersebut terjadi pada tinggi timbunan 3 meter.
Tabel 2. Kondisi permodelan tanah
4.6 Kondisi B
Kondisi
Tinggi Tinggi Beban q Timbunan dimodelkan secara bertahap per satu meter
Timbunan (m) MAT (m) (kN/m2) sampai setinggi 4,5 meter dengan ketinggian muka air
A 4,5 29,5 - 27,4 meter. Dari hasil analisis diperoleh besaran total
B 4,5 27,5 -
displacement dan bending momen seperti pada Gambar
c 2 27,5 3
9 sampai dengan Gambar 12. Pada Gambar 10 terlihat
Untuk bending moment tiang pancang, didapatkan arah pergerakan tanah dengan displacement sebesar 4,15
bending moment tiang belakang lebih besar daripada meter. Untuk bending momen tiang pancang, didapatkan
tiang pancang depan. Hal ini karena tiang pancang bending momen tiang belakang lebih besar daripada
belakang lebih banyak menahan beban bekerja. Hasil tiang pancang depan. Hasil analisis dapat dilihat pada
analisis dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 4.