Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
I. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
DO : Nada bicara keras dan cepat, Klien nampak tegang saat
berinteraksi, Mata klien tampak melotot dan kesal, Klien menjawab
pertanyaan dengan singkat, Klien tampak bermusuhan.
DS : Keluarga klien mengatakan ± 4 hari sebelum masuk rumah sakit
klien dirumah bingung, agresif, labil, gelisah dan tidak mengontrol
diri. Klien juga marah - marah dan memukul ayahnya karena klien
merasa dibohongi dan keinginanya tidak dipenuhi. Kemudian oleh
keluarga, klien dibawa ke RSJD Klaten untuk kembali di rawat inap.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan
3. Tujuan Keperawatan
Membantu pasien melatih mengendalikan perilaku kekerasan
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang
dilakukan, akibat perilaku kekerasan.
b. Jelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan: fisik, obat, verbal, spritual.
c. Latihan cara mengontrol perilaku kekerasan secara fisik: tarik nafas
dalam dan pukul kasur dan bantal
Evaluasi/validasi
“Ada apa di rumah sampai dibawa kemari?”
2. Kerja
- “Apa yang menyebabkan bapak marah? Apakah sebelumnya bapak
pernah marah? Apa penyebabnya? Samakah dengan sekarang? Ooo.. jadi
ada dua penyebab marah bapak ya”
- “Pada saat bapak sedang marah apa yang bapak rasakan? Misalnya saat
bapak pulan ke rumah dan istri bapak belum menyiapkan makanan
(misalnya ini yang jadi penyebab marah pasien), apa yang bapak
rasakan?”
- “Apakah bapak merasa kesal, terus dada bapak berdebar – debar, mata
melotot, rahang terkatup rapat dan tangan mengepal?”
- “Setelah itu apa yang bapak lakukan? Ooo.. iya.. jadi bapak memukul
istri bapak dan memecahkan piring. Apakah dengan cara ini makan
terhidang? Iya.. tentu saja tidak.”
- “Apa kerugian dari cara yang bapak lakukan, betul.. istri jadi sakit dan
ketakutan. Piring – piring pecah. Menurut bapak, adakah cara yang lebih
baik? Maukah bapak belajar cara mengungkapkan marah dengan baik
tanpa menimbulkan kerugian?”
- “Ada beberapa cara mengatasi marah, pak. Salah satunya dengan cara
fisik. Jadi menyalurkan marah lewat kegiatan fisik. Dari beberapa cara
tadi bagaimana jika kita belajar satu cara dulu?”
- “Begini pak, jika tanda – tanda marah tadi sudah bapak rasakan, maka
bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar lalu keluarkan
napas perlahan – lahan melalui mulut sambil membayangkan bahwa
bapak sedang mengeluarkan kemarahan. Silahkan bapak mencoba
melakukannya. Bagus...coba lakukan sampai lima kali. bagus sekali
bapak sudah bisa melakukannya. Bagaimana perasaanya?”
- “Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga jika
sewaktu-waktu rasa marahnya muncul, bapak sudah terbiasa
melakukannya.”
3. Terminasi
Evaluasi subyektif (perasaan klien setelah berbincang-bincang)
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang
kemarahan bapak?”
STRATEGI PELAKSANAAN II
RESIKO PERILAKU KEKERASAN
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan
3. Tujuan Keperawatan
Membantu pasien melatih mengendalikan perilaku kekerasan
4. Tindakan Keperawatan
a. Jelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan: fisik, obat, verbal, spritual.
b. Latihan cara mengontrol perilaku kekerasan secara fisik: tarik nafas dalam
dan pukul kasur dan bantal
Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan bapak saat ini, masih ada rasa kesal atau marah?”
2. Kerja
- “Jika ada sesuatu yang membuat bapak merasa jengkel, selain dengan
napas dalam, bapak juga bisa mengontrolnya dengan memukul kasur
atau bantal.”
- “Sekarang mari kita latihan memukul bantal atau kasur. Nah, mana
kamar bapak? Jadi, jika nanti bapak merasa kesal dan ingin marah,
langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul
bantal atau kasur. Nah, coba bapak lakukan. Bagus... bapak dapat
melakukannya.”
- “Kekesalan dilampiaskan pada kasur dan bantal.”
- “Cara ini pun dapat dilakukan secara rutin jika ada rasa marah. Dan
jangan lupa rapikan kembali tempat tidurnya.”
3. Terminasi
Evaluasi subyektif (perasaan klien setelah berbincang-bincang)
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan menyalurkan amarah?”
Ada berapa cara yang sudah kita latih? Coba sebutkan lagi. Bagus!”
V. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
DO : Klien menjawab pertanyaan dengan nada bicara keras dan cepat,
Klien nampak tegang saat berinteraksi, Mata klien tampak melotot dan
kesal, Klien menjawab pertanyaan dengan singkat, Klien tampak
bermusuhan.
DS : Klien mengatakan senang dan sedikit tenang setelah ber- kenalan,
Klien mengatakan rasa kesal sedikit menghilang setelah tarik napas
dalam.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan
3. Tujuan Keperawatan
Membantu pasien melatih mengendalikan perilaku kekerasan
4. Tindakan Keperawatan
Bantu klien mengungkapkan tanda-tanda perilaku kekerasan yang dialaminya:
Motivasi klien menceritakan kondisi fisik (tanda-tanda fisik) saat perilaku
kekerasan terjadi
Motivasi klien menceritakan kondisi emosinya (tanda-tanda emosional) saat
terjadi perilaku kekerasan
Motivasi klien menceritakan kondisi hubungan dengan orang lain (tanda-tanda
sosial) saat terjadi perilaku kekerasan
VI. STRATEGI KOMUNIKASI TERAPEUTIK
1. Orientasi
Salam terapeutik
“Selamat pagi pak, sesuai janji saya dua jam yang lalu, sekarang saya
datang lagi untuk berdiskusi dengan bapak tentang mengontrol marah
dengan cara fisik, untuk cara yang ketiga.”
Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan bapak saat ini, masih ada rasa kesal atau marah?”
2. Kerja
- “Jika ada sesuatu yang membuat bapak merasa jengkel, selain dengan
napas dalam, bapak juga bisa mengontrolnya dengan memukul kasur
atau bantal.”
- “Sekarang mari kita latihan berbicara dengan nada tinggi tetapi tidak
dengan kata-kata yang kasar. Jadi, jika nanti bapak merasa kesal dan
ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut
dengan berteriak. Nah, coba bapak lakukan. Bagus... bapak dapat
melakukannya.”
3. Terminasi
Evaluasi subyektif (perasaan klien setelah berbincang-bincang)
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan menyalurkan amarah?”
Ada berapa cara yang sudah kita latih? Coba sebutkan lagi. Bagus!”
STRATEGI PELAKSANAAN IV
RESIKO PERILAKU KEKERASAN
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan
3. Tujuan Keperawatan
Membantu pasien melatih mengendalikan perilaku kekerasan
4. Tindakan Keperawatan
Diskusikan dengan klien perilaku kekerasan yang dilakukannya selama ini:
Motivasi klien menceritakan jenis-jenis tindak kekerasan yang selama ini
pernah dilakukannya.
Motivasi klien menceritakan perasaan klien setelah tindak kekerasan
tersebut terjadi
Diskusikan apakah dengan tindak kekerasan yang dilakukannya masalah
yang dialami teratasi.
Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan bapak saat ini, masih ada rasa kesal atau marah?”
2. Kerja
- “Jika ada sesuatu yang membuat bapak merasa jengkel, selain dengan
napas dalam, bapak juga bisa mengontrolnya dengan memukul kasur
atau bantal.”
- “Sekarang mari kita latihan sholat dan membaca doa, surat-surat pendek
agar pikiran dan perasaan bapak lebih tenang. Jadi, jika nanti bapak
merasa kesal dan ingin marah, langsung ke kamar mandi ambil air
wudhu dan sholat. Nah, coba bapak lakukan. Bagus... bapak dapat
melakukannya.”
3. Terminasi
Evaluasi subyektif (perasaan klien setelah berbincang-bincang)
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan menyalurkan amarah?”
Ada berapa cara yang sudah kita latih? Coba sebutkan lagi. Bagus!”
STRATEGI PELAKSANAAN V
RESIKO PERILAKU KEKERASAN
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan
3. Tujuan Keperawatan
Membantu pasien melatih mengendalikan perilaku kekerasan
4. Tindakan Keperawatan
Jelaskan kepada klien:
Jenis obat (nama, warna dan bentuk obat)
Dosis yang tepat untuk klien
Waktu pemakaian
Cara pemakaian
Efek yang akan dirasakan klien
Anjurkan klien:
Minta dan menggunakan obat tepat waktu
Lapor ke perawat/dokter jika mengalami efek yang tidak biasa
Beri pujian terhadap kedisiplinan klien menggunakan obat.
Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan bapak saat ini, masih ada rasa kesal atau marah?”
2. Kerja
- “Jika ada sesuatu yang membuat bapak merasa jengkel, selain dengan
napas dalam, bapak juga bisa mengontrolnya dengan memukul kasur
atau bantal.”
- “Sekarang mari kita latihan meminum obat secara rutin dan teratur. Jadi,
jika nanti bapak merasa kesal dan ingin marah, langsung ikuti aturan
minum obat yang diberikan oleh dokter atau perawat. Nah, coba bapak
lakukan. Bagus... bapak dapat melakukannya.”
3. Terminasi
Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan menyalurkan amarah?”
Ada berapa cara yang sudah kita latih? Coba sebutkan lagi. Bagus!”
Evaluasi obyektif
“Sekarang mari kita masukkan jadwal latihan memukul kasur dalam
aktivitas bapak. Lalu bila ada keinginan marah sewaktu-waktu segera
gunakan kedua caratadi ya pak.”