Вы находитесь на странице: 1из 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa nifas merupakan masa pemulihan rahim yaitu masa 2 jam setelah

persalinan sampai dengan 6 minggu setelah persalinan, Harus di waspadai

terjadinya bahaya yang akan mengancam keselamatan ibu (Rukiyah 2012). Pada

masa nifas diperlukan nutrisi yang bermutu tinggi dengan cukup kalori, protein,

cairan serta vitamin. Faktor nutrisi akan mempengaruhi proses penyembuhan luka

jalan lahir. Pada sebagian pasien, penurunana kadar protein akan mempengaruhi

penyembuhan luka (Hartiningtiyaswati, 2010).

Menurut WHO (World Health Organization) 80% penyebab utama kematian

ibu terkait kehamilan, persalinan, dan masa nifas (direct obstetri death) dan

selebihnya 20% mengalami penyebab kematian secara tidak langsung (indirect

obstetric death ). Pemerintah sebelumnya bertekad menurunkan AKI hingga 108

per 100 ribu pada 2015 sesuai dengan target MDGs. Profil kesehatan indonesia,

cakupan pelayanan ibu nifas pada tahun 2010 adalah 73,48%, tahun 2011 adalah

77,65. Sedangkan berdasarkan laporan rutin PWS KIA tahun 2007,penyebab

langsung kematian ibu adalah karena perdarahan (39%), eklampsi (20%), infeksi

(7%), lain-lain (33%). (Sulistyawati,2010).

Menurut data Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Timur (Jatim) Surabaya

menjadi kota penyumbang angka kematian ibu hamil tertinggi di Jatim. Hal itu

terlihat dari jumlah ibu melahirkan yang meninggal di Surabaya hingga bulan

September 2015 mencapai 32 orang, 6,9 persen pada tahun lalu dari jumlah

kematian ibu saat melahirkan di Jatim yang mencapai 567 orang. Untuk Jatim,

1
2

jumlah kasus serupa tidak terlalu banyak, namun pada tahun lalu, rasio ibu

melahirkan yang meninggal 93,52 per 100.000 kelahiran hidup. Rasio tersebut

lebih rendah dari target Millenium Development Goals (MDGs) yakni 102 per

100.000.

Untuk kesehatan tubuh, ibu nifas perlu makanan bernutrizi dan porsi makan

perlu ditingkatkan untuk proses pemenuhan fisik ibu selama nifas dan melawan

infeksi. Pemenuhan kebutuhan nutrisi yang baik merupakan salah satu faktor yang

membantu proses penyembuhan luka perineum. Ibu nifas dianjurkan untuk makan

dengan diitberimbang, cukup karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.

Faktor gizi terutama protein akan sangat mempengaruhi terhadap proses

penyembuhan luka perineum karena penggantian jaringan sangat membutuhkan

protein (Rukiyah,2010).

Perlukaan pada jalan lahir dapat terjadikarena tindakan episotomi. Tindakan

untuk mencegah terjadinya robekan perineum yang luas dan dalam di sertai

pinggir yang tidak rata, dimana penyembuhan luka akan lambat atau terganggu.

Luka insisi yang lurus (rata) lebih mudah di perbaiki dan lebih cepat sembuh

dibanding luka laserasi yang tidak terkendali. Seperti halnya insisi pada bagian

tubuh lain, luka jahitan robekan (episotomi) mungkin tidak mau merapat. Faktor

predisposisi keadaan ini mencakup daya kesembuhan yang buruk seperti

defisiensi gizi dan adanya infeksi. Tingkat robekan juga dapat mempengaruhi

penyembuhan. (Rejeki dan Ernawati 2010).

Ibu membutuhkan nutrizi yang cukup pada saat nifas. Faktor makanan yang

bergizi terutama protein sangat penting di konsumsi oleh ibu nifas karena dapat
3

mempengaruhi proses penyembuhan luka, dan penggantian jaringan. Kebutuhan

serat juga sangat penting di konsumsi oleh ibu nifas untuk membantu proses

pencernaan makanan, kadar air dan vitamin dalam buah juga sangat baik untuk

menjaga kesehatan tubuh. Jadi kebiasaan berpantang makanan pada ibu nifas akan

kurang menguntungkan bahkan merugikan (Mas’adah dan Sukesi,2010).

Beberapa zat gizi dapat dibuatoleh tubuh sendiri dan sebagian besar lainnya

harus diperoleh dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Zat gizi yang

diperlukan tubuh terdiri dari Karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air

(Rizqie Auliana, 2001).

Banyaknya ibu nifas yang melakukan pantang makanan disebabkan

olehbeberapa faktor diantaranya:

1. Faktor predisposisi yaitu meliputi: pengetahuan, pendidikan, pengalaman,

pekerjaan, usia dan ekonomi,


2. Faktor lingkungan yang meliputi: dukungan keluarga dan kebiasaan, serta
3. Faktor petugas yang terdiri dari KIE dan sikap atau perilaku petugas

kesehatan yang kurang peka terhadap masalah sosial budaya pada ibu nifas.

Dampak dari perilaku pantang makanan pada ibu nifas adalah kekurangan zat

gizi, yang berdampak ASI tidak lancar, lambatnya kembalinya kondisi tubuh

paska nifas, dan lamanya proses penyembuhan luka akan lebih lama sembuh

bahkan bisa timbul infeksi dan masalah nifas yang lain. Kebutuhan gizi yng

tercukupi akan membantu ibu nifas untuk mengembalikan tubuh pada masa

nifas dan kelancaran pada proses menyusui. Banyak masalah pada masa nifas

dikarenakan asupan nutrisi yang di konsumsi ibu nifas tidak memenuhi syarat
4

gizi, adanya budaya pentang makansangat berpengaruh besar terhadap

kesehatan ibu dan bayi pada masa nifas.(Ardita, 2013).

Upaya yang dilakukan agar kebutuhan nutrizi ibu nifas terpenuhi dan proses

penyembuhan luka berjalan dengan normal yaitu dengan memberitahu ibu untuk

tidak menerapkan perilaku pantang makan, dan banyak mengkonsumsi makanan

yang mengandung gizi yang terdiri atas karbohidrat, protein dan mineral, atau

makan makanan yang mengandung empat sehat dan lima sempurna. Melakukan

penyuluhan lewat tenaga kesehatan dan kader masyarakat mengenai dampak

melakukanpantang makanan dapat di sampaikan melalui kegiatan posyandu,

PKK, arisan dan pertemuan dengan menyebarkan leafled dan mengikutsertakan

suami dan keluargasangat diperlukan guna menunjang peningkatan pengetahuan

ibu nifas tentangdampak pantang makanan sehingga ibu tidak melakukan pantang

makanan.

Berdasarkan data awal yang diperoleh dari RSIA Kirana Sidoarjo pada bulan

januari – desember pada tahun 2016 di peroleh 300 orang (45,11%) dengan luka

perenium dari jumlah keseluran ibu nifa 665 orang (66,5%).

Berdasarkan uraian di atas maka penelititertarik untuk melakukan penelitian

tentang “Hubungan Antara Status Nutrisi Dengan Penyembuhan Luka

PerineumPada Ibu Nifas di RSIA Kirana Sepanjang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian

ini adalah “Apakah ada Hubungan antara nutrizi dengan kejadian lamanya

penyembuhan luka perineum pada ibu nifasdi R.S Ibu dan Anak Kirana
5

1.3 Tujuan penelitian


1.3.1 Tujuan Umum

Untuk menganalisis adanya ada Hubungan antara nutrizi dengan kejadian

lamanya penyembuhan luka perineum pada ibu nifas hari ke - 14 di R.S Ibu dan

Anak Kirana.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengidentifikasi status nutrizi pada ibu nifasdi R.S Ibu dan Anak Kirana.
2. Mengobservasi penyembuhan luka perineum pada ibu nifasdi R.S Ibu dan

Anak Kirana.
3. Menganalisis hubungan antara nutrisi dengan kejadian lamanya

penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di RSIA Kirana Sidoarjo.


1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini di harapkan memberi tambahan ilmu di bidang kesehatan

reproduksi mengenai hubungan antara nutrizi dengan penmyembuhan luka

perineum pada ibu nifas

1.4.2 Manfaat Praktis


1. Bagi peneliti

Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman nyata dalam

melakukan penelitian tentang hubungan antara nutrizi dengan kejadian lamanya

penyembuhan lukaperineum pada ibu nifas.


6

2. Bagi profesi

Hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan masukan di bidang

kesehatan sebagai upaya untuk menambah kajian baru dalam bidang kesehatan

reproduksi.

3. Bagi institusi pelayanan kebidanan

Diharapkan dapat dijadikan umpan balik, menambah informasi dan sebagai

bahan bacaan di perpustakaan.

4. Bagi masyarakat

Penelitian ini di harapkan dapat memberikan pemahaman lebih kepada

masyarakat tentang Hubungan antara nutrizi dengan kejadian lamanya

penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di RSIA Kirana Sidoarjo.

Вам также может понравиться