Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun Oleh :
Yuli Wijayanti
P 10220206078
II B
PURWOKERTO
2008
1
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
berbagai sumber:
.1 Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus pada bayi baru lahir dengan
tanda klinik yang khas, setelah 2 hari pertama bayi hidup, menangis dan
menyusu secara normal pada hari ketiga atau lebih timbul kekakuan tubuh
.2 Tetanus neonatorum adalah kejang yang sering dijumpai pada BBL, yang
infeksi selama masa neonatal yang antara lain terjadi sebagai akibat
1997).
B. ETIOLOGI
merupakan kuman gram positif, anaerob, bentuk batang dan ramping. Kuman
clostridium tetani membuat spora yang tahan lama dan menghasilkan 2 toksin
dunia, terutama pada daerah resiko tinggi dengan cakupan imunisasi DPT
2
yang rendah. Reservoir utama kuman ini adalah tanah yang mengandung
tinggi. Spora kuman Clostridium tetani yang tahan kering dapat bertebaran di
mana-mana. Masa inkubasi penyakit ini adalah antara 5-14 hari. Pada
anak.
C. PATOFISIOLOGI
nekrosisi jaringan, garam kalsium yang dapat diionisasi. Secara intra axonal
toksin disalurkan ke sel saraf yang memakan waktu sesuai dengan panjang
fungsi sel saraf walaupun toksinnya telah terkumpul dalam sel. Dalam
sumsum belakang toksin menjalar dari sel saraf lower motorneuron ke lekuk
3
sinaps dan diteruskan ke ujung presinaps dari spinal inhibitory neurin. Pada
menimbulkan kekauan.
koordinasi impuls sehingga tonus otot meningkat dan otot menjadi kaku.
2. Otak
3. Saraf otonom
yang besar-besar, pada tetanus berat otot polos juga ikut terkena, sehingga
4
Pathway
Clostridium Tetani
5
D. MANIFESTASI KLINIS
Anak yang semula menangis, menyusu dan hidup normal, mulai hari ketiga
menunjukkan gejala klinik yang bervariasi mulai dari kekakuan mulut dan
tetanus neonatorum tidak sejelas pada penderita anak atau dewasa. Bentukan
mulut menjadi mencucu seperti mulut ikan. Bayi yang semula kembali
menjadi lemas setelah kejang dengan cepat menjadi lebih kaku dan frekuensi
kegagalan nafas. Kekakuan pada tetanus sangat khusus, yaitu fleksi pada
tangan, ekstensi pada tungkai namun fleksi plantar pada jari kaki tidak tampak
bayi menjadi kaku, fleksi pada siku dengan tangan dikepal keras-keras.
sepotong kayu. Leher yang kaku seringkali menyebabkan kepala dalam posisi
menengadah.
6
bukaan mulut diukur tiap hari. Trismus pada neonati tidak sejelas pada
anak, karena kekakuan pada leher lebih kuat dan akan menarik mulut
a) Dahi mengkerut
3. Opistolomus
pada tumit dan belakang kepala. Secara klinik dapat dikenali dengan
4. Otot dinding perut kaku, sehingga dinding perut seperti papan. Selain
otot dinding perut, otot penyangga rongga dada juga kaku, sehingga
bronchopneumonia.
7
digerakkan secara kasar, terpapar sinar yang kasar dan sebagainya.
Lambat laun, masa istirahat kejanng makin pendek sehingga anak jatuh
karena spasme otot laring yang bila berat menimbulkan anoxia dan
kematian.
(hiperhidrosis)
retensi urin.
E. KOMPLIKASI
1. Bronkopneumonia
3. Sepsis neonatorum
F. PENCEGAHAN
8
banyak faktor resiko yang telah dikenali dan diketahui cara kerjanya, namun
pusat. Mengigat sebagian besar persalinan masih ditolong oleh dukun bayi
maka praktek 3 bersih yaitu bersih tangan, alat pemotong tali pusat dan alas
tempat tidur ibu serta perawatan tali pusat yang benar sangat penting dalam
G. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan medik
IVFD hanya untuk memasukkan obat. Jika pasien telah dirawat lebih
dari 24 jam atau pasien sering kejang atau apnea, diberikan larutan
9
glukosa 10% dan natrium bikarbonat 1,5 % dalam perbandingan 4 : 1
(jika fasilitas ada lebih baik periksa analisa gas darah dahulu). Bila
berat atau bila berat, diazepam diberikan per oral dan setelah bilirubin
dihisap.
10
2. Penatalaksanaan keperawatan
bayi, dan bila terjadi apnea agar segera dapat dilakukan tindakan.
diperhatikan adalah :
11
berat O2 berikan lebih tinggi dapat sampai 4L/menit. Jika kejang
4) Sering isap lendir, yakni pada saat kejang, jika akan melakukan
5) Observasi tanda vital secara kontinu setiap ½ jam dan catat secara
terus-menerus.
12
dada bayi dan delapan jari di bawah punggungnya dengan
frekuensi sama.
b) Kebutuhan nutrisi/cairan
cairan glukosa 10%. Tetapi karena bayi juga sering sianosis maka
13
Kepada orang tua pasien yang bayinya menderita tetanus perlu
pengobatan ini tergantung dari daya tahan tubuh si bayi dan ada
pasien ibu hamil perlu dijelaskan bahwa tidak ada manfaatnya jika
alkohol 70% dan kassa steril yang telah dibasahi alkohol kemudian
dibasahi lagi dengan alkohol yang sudah kering. Jika tali pusat telah
lepas dikompres alkohol diteruskan lagi sampai lika bekas tali pusat
dermatol atau bedak pada bekas tali pusat karena akan dapat terjadi
infeksi.
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1 Pemeriksaan laboratorium
magnesium, analisa gas darah dan gula darah sewaktu penting untuk
dilakukan.
14
2 Pemeriksaan radiologi
15
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1 Wawancara
tidak.
b) Riwayat natal
Ditanyakan cara perawatan tali pusat, mulai kapan bayi tidak dapat
onset).
kapan terakhir.
lingkungan.
16
f) Pengetahuan anak dan keluarga, meliputi pemahaman tentang
2 Pemeriksaan fisik.
a) Keadaan umum
b) Kepala
c) Mulut
d) Dada
e) Abdomen
f) Kulit
g) Ekstremitas
dapat diangkat seperti sepotong kayu. Dikaji juga apakah ada luka
h) Respirasi
17
Frekuensi nafas, penggunaan otot aksesori, bunyi nafas, batuk dan
pilek.
i) Kardiovaskuler
j) Neurologi
k) Gastrointestinal
l) Perkemihan
Produksi urin.
m) Muskuloskeletal
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
makanan.
keterbatasan paparan.
18
5 Resiko cedera berhubungan dengan ketidaksadaran (kejang), hipoksia
jaringan.
C. INTERVENSI
Diagnosa I
Kriteria Hasil :
b. Bernafas mudah
Indikator Skala :
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan
19
c. Palpasi ekspansi paru
Diagnosa II
Kriteria Hasil :
a. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis
Indikator Skala
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan
a. Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
20
b. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Diagnosa III
seimbang/terpenuhi.
Kriteria Hasil :
Indikator Skala
2 : Jaramg menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
4 : Sering mrnunjukkan
5 : Selalu menunjukkan
21
NIC : Nutrition Monitoring
Diagnosa IV
Kriteria Hasil :
program pengobatan.
kesehatan lainnya.
Indikator Skala
2 : Jarang dilakukan
3 : Kadang dilakukan
4 : Sering dilakukan
22
5 : Selalu dilakukan
b. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit dengan
yang tepat
Diagnosa V
tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
23
Indikator Skala
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan
d. Membatasi pengunjung
D. EVALUASI
Diagnosa I
b. Bernafas mudah 5
24
Diagnosa II
Diagnosa III
Diagnosa IV
program pengobatan.
benar
25
Diagnosa V
26
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Aziz Alimul .A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta :
EGC.
Robbins dan Kumar. 1995. Buku Ajar Patologi II Edisi 4. Jakarta: EGC.
27