Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
dimana pengambilan sample berjarak 100 meter pada setiap sample. Jumlah conto
yang diambil yaitu sebanyak 10 conto sampel air yang terbagi atas 7 conto di daerah
laboratorium kita akan mengetahui kualitas air sungai Jeneberang, untuk itu diperoleh
29
1. Hasil sampel uji pada parameter fisika
Hasil pengamatan dan pengujian pada sampel uji air Sungai Jeneberang dapat
Nilai suhu dapat dilihat pada gambar 4.2 bahwa pengambilan sampel pada 10
titik lokasi yang berbeda memperlihatkan nilai suhu pada sampel uji bervariasi. Untuk
sampel pada lokasi pengambilan titik 1, titik 2, titik 3, dan titik 4 memperlihatkan nilai
suhu air sungai Jeneberang yang sama yaitu sebesar 26 ͦ C. Sementara suhu untuk
sampel pada lokasi titik 5 dan titik 6 memberikan nilai 26,4 o C dan 36o C. Nilai suhu
sampel air pada titik ini lebih tinggi dari nilai suhu sampel uji pada lokasi titik 1 sampai
dengan titik 4. Kemudian untuk sampel uji pada lokasi titik 7, titik 8, titik 9, dan titik 10
sampel uji memberikan nilai suhu 27 ͦ C. Nilai suhu pada lokasi titik-titik ini merupakan
nilai yang terbesar dibandingkan dengan nilai-nilai suhu pada lokasi titik-titik lainnya.
Dari data pengamatan pada semua titik di atas terlihat bahwa suhu pada lokasi sampel
uji yang diambil pada 10 titik tersebut, mempelihatkan nilai suhu bervariasi antara 25
ͦC-27 ͦ C.
Variasi suhu yang diberikan pada sampel uji masih berada dalam batas–batas
suhu normal air di daerah tropis. Adanya perbedaan suhu pada sampel uji karena
30
pengambilan sampel dilakukan pada tempat–tempat yang berbeda dan dilakukan pada
waktu siang hari. Bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya suatu
suhu adalah sudut datang matahari. Sudut datang matahari adalah sudut yang
dibentuk oleh sinar matahari dan suatu bidang di permukaan bumi. Semakin besar
sudut datangnya sinar matahari, maka semakin tegak datangnya sinar matahari
sehingga suhu yang diterima bumi semakin tinggi. Sebaliknya semakin kecil sudut
datangnya sinar matahari, maka semakin miring datangnya sinar matahari dan suhu
yang diterima bumi semakin rendah. Sehingga tinggi dan bervariasinya suhu air pada
sampel uji disebabkan oleh intensitas cahaya matahari yang tinggi pada siang hari
karena pada saat itu sudut datang matahari adalah pada yang sudut besar, dan waktu
pengambilan sampel dilakukan pada pukul 11.00-14.00 WITA dengan kondisi cuaca
cerah berawan.
a. pH
Hasil pengujian pH air sampel uji pada sepuluh titik Sungai Jeneberang, dapat di
31
Nilai pH dapat dilihat pada Gambar 4.3 bahwa pH air sampel uji pada
pengambilan di titik1 memberikan nilai pH air sebesar 8,2. Nilai pH air ini merupaka
nilai air yang terbesar diantara pH air sampel uji yang diambil pada 10 titik.
Selanjutnya pada titik 2, pH air diperoleh sebesar 7, 9. Nilai pH air ini lebih rendah dari
nilai pH air pada titik 1. Sementara pH air untuk sampel pada titik 3 dan 4, diperoleh
sebesar 7,6 dan 7,8 . Nilai ini juga lebih rendah baik terhadap pH air pada sampel
titik 1 maupun pH air pada sampel titik 2. Selanjutnya pada sampel uji titik 5 sampai
dengan sampel uji titik 10 memeperlihatkan nilai pH air yang turun naik. Pada sampel
titik 5, pH air diberikan sebesar 7,4 kemudian pH air naik menjadi 7,5 pada sampel
titik 6. Selanjutnya sampel pada titik 7, pH air turun kembali menjadi 7,4. Dan untuk
sampel uji pada titik 8, titik 9 dan titik 10 juga diberikan nilai pH air, masing-masing
sampai dengan titik 10 memberikan nilai pH yang bervariasi, mulai dari 7,3 - 8,2.
Sampel uji air pada titik 1 memberikan nilai pH air yang terbesar yaitu 8,2 dan pH air
terendah diberikan oleh sampel uji pada titik 8 yaitu sebesar 7,3. Rata-rata pH air dari
10 titik sampel yang diambil memberikan nilai pH air rata-rata sebesar 7,58. Nilai pH
titik, memberikan nilai pH air yang terlihat masih memenuhi standar baku mutu
KepMen LH no.51 / 2004 tentang baku mutu air sungai yaitu 7,0 - 8,3.
b. Unsur-unsur kimia
1. Besi
Hasil pengujian laboratorium diperoleh data kandungan besi dalam air Sungai
Jeneberang, pada sepuluh titik tempat pengambilan sampel uji, dapat dilihat pada
Gambar 4.4 dibawah ini
32
Gambar 4.4. Nilai kandungan Besi pada sampel uji
Nilai kandungan besi dapat dilihat pada Gambar 4.3 bahwa kandungan besi
dalam sampel uji air sungai Jeneberang pada titik 1, memberikan nilai kandungan besi
sebesar 17,14 mg/l. Sampel–sampel uji lainnya yaitu pada titik 2, titik 3, dan titik 4,
masing- masing memberikan nilai kandungan besi dalam air berturut-turut sebesar
17,08 mg/l, 17,02 mg/l dan 16,88 mg/l. Nilai-nilai ini terlihat lebih rendah dari nilai
kandungan besi pada titik 1. Sementra itu nilai kandungan besi pada sampel uji di titik
5, titik 6 dan titik 7, juga memberikan nilai kandungan besi yang tidak terlalu jauh
terpaut dengan nilai–nilai pada titik sebelumnya, dengan memberikan nilai kandungan
besi sebesar 17,03 mg/l, 16,95 mg/l dan 17,1 mg/l. Selanjutnya nilai kandungan besi
mulai terlihat menurun dengan selisih yang cukup jauh dari nilai-nilai sampel uji
sebelumnya, yaitu terlihat pada sampel uji titik 8, titik 9 dan titik 10, dimana
memberikan nilai kandungan besi berturut-turut sebesar 12,28 mg/l, 12,58 mg/l dan
12,40 mg/l.
Data dari keseluruhan hasil yang ada pada gambar grafik di atas, terlihat bahwa
kandungan besi yang terkandung pada sampel - sampel uji di sepuluh titik
pengambilan, memberikan nilai kandungan besi yang bervariasi, mulai dari nilai 12,28
33
mg/l-8,2 mg/l. Nilai kandungan besi yang tertinggi yaitu 8,2 mg/l terdapat dalam
sampel uji air pada titik 1. Sementara nilai kandungan besi yang terkecil, diperlihatkan
pada sampel uji air pada titik 8 dengan nilai 12,28 mg/l.
Data di atas terlihat bahwa semua sampel uji memperlihatkan adanya
kandungan besi di dalam air dalam jumlah yang tinggi. Berdasarkan standar baku
untuk kandungan besi dalam air, tidak membolehkan adanya kandungan besi dalam
air. Sementara itu kadar besi pada perairan alami berkisar antara 0,05-0,2 mg/L (Boyd,
1998 dalam Effendi, 2003). Kadar besi > 1,0 mg/L dianggap membahayakan
kehidupan. Sehingga dari data yang ada kandungan besi yang terkandung dalam
sampel uji air sungai Jeneberang sangat membahayakan jika dikomsumsi tanpa
Jika air tersebut berhubungan dengan udara maka ion Fe 2+ secara perlahan akan
teroksidasi menjadi betuk senyawa ferri (Fe 3+) atau senyawa mangandioksida (Mn4+)
yang tak larut dalam air. Senyawa-senyawa ini berwarna coklat dan dapat
mengandung senyawa Fe seperti Pyrit. Dalam buangan limbah industri kandungan besi
berasal dari korosi pipa-pipa air yang mengandung padatan larut mempunyai sifat
34
Manganes
Timbal (Pb) < < < < < < < < < < <
5 mg/l 0,03 < 0.01 < 0.01
/Lead 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01
0,01
6 Zn mg/l (-) 0,01 0,01 0,01 0,02 0,02 0,02 0,01 0,02 0,02 0,01 0,02 0,01 5
0,00 0,01 0,00 0,00 0,01 0,00 0,01 0,01 0,00 0,00
7 Cu mg/l 0,02 0,008 0,005 5 2 4 7 2 7 4 1 0,01 4 9
5,98
8 BOD mg/l 6 4,85 5,11 4,49 6,09 7,32 6,78 7,28 6,35 4,23 7,35 7,35 4,23 5
34,3 36,1 62,3 71,2 51,1 45,8 50,1 71,2 34,3
9 COD mg/l 50 48,2 54,24 2 8 8 44,3 1 4 7 8 1 2 49,8
6,88
10 DO mg/l 3 8,23 6,4 7,36 6,4 5,76 9,1 6,87 4,8 5,75 8,14 9,1 4,8 1
11 Ph 6-9 8,2 7,9 7,8 7,6 7,4 7,5 7,4 7,3 7,4 7,3 8,2 7,3 7,58
Devias
o
12 Suhu C i3 26 26 26 26 26,5 26,5 27 27 27 27 27 26 26,5
Nilai kandungan Kadmium dapat dilihat pada Tabel 4.1 bahwa nilai kandungan
zat kadmium (Cd) dalam Sampel uji air pada semua titik, mulai dari pengambilan
sampel uji pada titik 1 sampai dengan pengambilan sampel uji pada titk 10,
memberikan nilai yang kurang lebih sama dimana nilai kandungan zat cadmium yang
diberikan berkisar dibawah nilai 0,003 mg/l. Nilai-nilai ini memperlihatkan nilai yang
aman untuk kandungan zat cadmium dalam air. Menurut standar baku untuk
kandungan Cadmium dalam air yang diperbolehkan adalah sebesar 0,01 mg/l. Hal ini
berarti bahwa kandungan zat Cadmium dalam sampel uji air sungai Jeneberang yang
berada dibawah 0,003 mg/l, masih dalam batas-batas yang aman atau masih
diperbolehkan.
3. Mangan (Mn)
Hasil pengujian kandungan zat Mangan dalam sampel uji air yang diambil pada
35
Gambar 4.5 Nilai Mangan pada sampel uji
Nilai Mangan dapat dilihat pada Gambar 4.5 bahwa nilai kandungan Mangan
diperoleh sebesar 0,23 mg/l pada sampel uji di titik 1. Nilai ini juga terlihat pada
sampel uji di titik 7 dengan perolehan nilai yang sama besar yaitu 0,32 mg/l.
Sementara nilai kandungan zat mangan pada sampel uji di titik 2, diperorleh nilai
mangan sebesar 0,16 mg/l. Nilai kandungan mangan ini terlihat turun dari nilai zat
mangan pada sampel uji di titik 1. Selanjutnya untuk sampel uji pada titik 3,
memberikan nilai zat mangan sebesar 0,19 mg/l. Nilai ini terlihat naik terhadap sampel
di titik 1 dan turun terhadap nilai pada titik 2. Nilai kandungan zat mangan terlihat
turun kembali pada sampel uji di titik 4 terhadap nilai sampel uji pada titik 3, yaitu
dengan memberikan nilai sebesar 0,18 mg/l. Sementara untuk sampel uji di titik 5 dan
titik 6, memberikan nilai kandungan zat mangan dengan nilai yang sama besar. yaitu
sebesar 0,21 mg/l. Nilai ini lebih tinggi dari sampel uji sebelumnya yaitu sampel uji
pada titik 4,3 dan 2. Selanjutnya kandungan zat mangan terlihat menurun jauh dari
Nilai kandungan mangan kembali naik pada sampel uji pada titik 9 dan titik 10
36
terhadap sampel di titik 8 dengan memberikan nilai yang sama yaitu sebesar 0,15
mg/l.
keseluruhan dari data pada Gambar 4.5 diatas, terlihat bahwa nilai kandungan
mangan yang terdapat dalam sampel uji air sungai Jeneberang, memberikan nilai yang
bervariasi antara sampel-sampel uji. Juga terlihat bahwa nilai kandungan mangan yang
tertinggi terdapat pada sampel uji di titik 1 dan di titik 7 dengan memberikan nilai
tertinggi sebesar 0,32 mg/l. Dan kandungan zat mangan dengan nilai yang terendah
terdapat pada sampel uji di titik 8 , dengan memberikan nilai 0,14 mg/l. Sementara
kandungan zat mangan pada sampel uji, dapat dikatakan bahwa nilai-nilai yang
diperoleh tersebut mengindikasikan bahwa kandungan zat mangan pada air sungai
Jeneberang tidak memenuhi standar baku, dimana menurut standar baku untuk zat
mangan, seharusnya dalam air tidak boleh terdapat zat mangan atau nilai kandungan
4. Timbal/Lead (Pb)
Hasil pengujian laboratorium diperoleh besarnya nilai kandungan zat Timbal pada
sampel uji air sungai Jeneberang pada sepuluh titik, disajikan dalam Tabel 4.2 di
bawah ini.
Besi (Fe) 17,1 17,0 17,0 16,8 17,0 16,9 12,2 12,5 12,4 17,1 12,2 15,6
2 mg/l (-) 17,1
/Iron 4 8 2 8 3 5 8 8 6 4 8 5
< < < < < < < < < < < < <
Cadmium
mg/l 0,01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
(Cd)
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
37
Mangan
(Mn)/ 0,18
4 mg/l (-) 0,23 0,16 0,19 0,18 0,21 0,21 0,23 0,14 0,15 0,15 0,23 0,14
5
Manganes
Timbal (Pb) < < < < < < < < < < < < <
5 mg/l 0,03
0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01
/Lead
0,01
6 Zn mg/l (-) 0,01 0,01 0,01 0,02 0,02 0,02 0,01 0,02 0,02 0,01 0,02 0,01 5
0,00 0,00 0,00 0,01 0,00 0,00 0,01 0,00 0,01 0,01 0,00 0,00
7 Cu mg/l 0,02 8 5 5 2 4 7 2 7 4 1 0,01 4 9
5,98
8 BOD mg/l 6 4,85 5,11 4,49 6,09 7,32 6,78 7,28 6,35 4,23 7,35 7,35 4,23 5
54,2 34,3 36,1 62,3 71,2 51,1 45,8 50,1 71,2 34,3
9 COD mg/l 50 48,2 4 2 8 8 44,3 1 4 7 8 1 2 49,8
6,88
10 DO mg/l 3 8,23 6,4 7,36 6,4 5,76 9,1 6,87 4,8 5,75 8,14 9,1 4,8 1
11 pH 6-9 8,2 7,9 7,8 7,6 7,4 7,5 7,4 7,3 7,4 7,3 8,2 7,3 7,58
o
12 Suhu C Deviasi 3 26 26 26 26 26,5 26,5 27 27 27 27 27 26 26,5
Nilai Timbal dapat dilihat pada Tabel 4.2 bahwa nilai zat timbal pada sampel uji
air mulai di titik 1 sampai pada sampel uji di titik 10, memberikan kandungan nilai zat
timbal dengan kisaran yang sama, yaitu diberikan dibawah kisaran dari nilai 0,01 mg/l.
Sementara nila standar mutu untuk kandungan zat timbal dalam air, diberikan dengan
nilai 0,03. Ini berarti bahwa batas yang diperbolehkan kandungan zat timbal dalam air
hanya boleh sebesar 0,03 mg/l. Melihat hasil laboratorium yang ada, maka kandungan
nilai zat timbal dalam air sungai Jeneberang, masih dalam batas normal, dimana
kandungan zat timbalnya hanya berada di bawah 0,01mg/l. Nilai ini masih jauh
dibawah dari 0,03 mg/l yang merupakan nilai standar baku zat timbal.
5. Seng (Zn)
Hasil pengujian laboratorium terhadap sampel uji air sungai Jeneberang untuk
melihat nilai kandungan zat Zn dapat dilihat pada Gambar 4.6 di bawah ini.
38
Gambar 4.6 Nilai Seng pada sampel uji
Nilai Seng dapat dilihat pada Gambar 4.6 bahwa nilai kandungan zat Zn pada
sampel uji di titik 1, titik 2 titik 3, dan juga pada titik 7 dan titik 10 memberikan nilai
dengan kandungan nilai Zn yang sama besar, yaitu sebesar 0,01 mg/l. Sementara
untuk sampel uji di titik 4, titik 5, titik 6, titik 8 dan titik 9, memperlihatkan nilai
kandungan Zn yang meningkat dari sampel lainnya, dan juga memberikan nilai
kandungan zat Mn yang sama besar yaitu sebesar 0,02 mg/l. Dari 10 data sampel uji
memberikan rata-rata nilai kandungan zat Zn sebesar 0,15 mg/l. Dengan nilai rata-
rata kandungan zat Zn sebesar 0,15 mg/l ini, menunjukkan bahwa kandungan Zn
dalam air sungai Jeneberang, tidak memenuhi standar mutu kandungan Zn. Dalam
standar mutu untuk zat Zn , tidak memperbolehkan adanya zat Zn tersebut, atau
dengan kata lain bahwa zat Zn dalam air seharusnya negatif (tidak ada).
6. Tembaga (Cu)
Pada Gambar 4.7 di bawah ini menunjukkan hasil pengujian laboratorium untuk
kandungan zat Cu dalam setiap sampel uji pada sepuluh titik di sungai Jeneberang.
39
Gambar 4.7 Nilai Tembaga pada Sampel Air Sungai
Nilai Cu dapat dilihat pada Gambar 4.7 sampel uji pada titik 1 memberikan nilai
nilai Cu yang meningkat dari kandungan Cu pada titik 1, yaitu dengan nilai sebesar
0,005 mg/l. Nilai Cu sebesar 0,005 mg/l ini, juga diberikan oleh sampel uji pada titik 3
dengan nilai yang sama. Sementara sampel uji pada titik 4, memperlihatkan nilai
kandungan Cu yang meningkat cukup tinggi dari sampel sebelumnya, yaitu sebesar
0,012 mg/l. Dari sampel uji pada titik 1 sampai dengan titik 4, memperlihatkan nilai
kandungan Cu yang terus meningkat. Kemudian pada sampel uji di titik 5 memberikan
nilai kandungan Cu yang menurun tajam, dengan nilai kandungan Cu yang diberikan
sebesar 0,004 mg/l. Nilai kandungan Cu kembali naik pada sampel di titik 6 yaitu
sebesar 0,007 mg/l. Kemudian nilai kandungan Cu ini kembali naik menjadi 0,012 mg/l,
pada sampel uji di titik 7. Pada sampel uji di titik 8, nilai kandungan Cu menurun
menjadi 0,007 mg/l dan kembali naik menjadi 0,014 mg/l pada titik 9. Sementara
nilai kandungan Cu pada sampel uji di titik 10, memberikan nilai yang kembali turun
Cu yang bervariasi, mulai dari nilai 0,004 mg/l – 0,014 mg/l. Nilai kandungan zat Cu
yang tertinggi sebesar 0,014 diberikan pada sampel uji di titik 9. Sementara
40
kandungan zat Cu yang terendah diberikan oleh sampel uji pada titik 5. Nilai rata-rata
kandungan zat Cu sampel uji air sungai Jeneberang yang diambil pada 10 titik
kandungan masing-masing sampel uji pada setiap titik maupun melihat dari hasil rata-
rata kandungan zat Cu pada sampel uji, memberikan nilai kandungan zat Cu air sungai
Jeneberang dalam batas- batas sesuai dengan standar baku kandungan zat Cu.
Standar baku untuk nilai kandungan zat Cu dalam air adalah 0,02 mg/l, yang berarti
bahwa kandungan zat Cu dari hasil penelitian masih dalam standar baku atau berada
di bawah nilai batas standar baku, dengan nilai rata-rata yang diberikan sebesar 0,01
mg/l
7. BOD
Hasil pengujian sampel uji air sungai Jeneberang dengan menggunakan metode
storet yang diambil pada sepuluh titik dalam melihat kandungna Zat BOD, disajikan
Nilai BOD dapat dilihat pada Gambar 4.8 bahwa zat BOD pada sampel uji ti titik 1
memberikan nilai kandungan BOD sebesar 4,85 mg/l. Nilai yang diberikan pada sampel
41
uji di titik 1 ini masih berada dalam dibawah standar baku, dimana nilai standar baku
untuk zat BOD ini adalah 6 mg/l. Untuk sampel uji pada titik 2, terlihat kandungan nilai
COD diperoleh sebesar 5,11 mg/l. Nilai ini, juga masih berada di bawah nilai batas
standar baku. Pada sampel uji di titik 3, masih terlihat memberikan kandungan nilai
BOD, yang berada di bawah standar baku, dengan memberikan nilai sebesar 4,49
mg/l. Sementara itu untuk sampel uji pada titik 4 memberikan nilai kandungan zat
BOD yang meningkat dengan nilai 6,09 mg/l, dan nilai ini telah melebihi batas nilai
standar baku. Selanjutnya sampel uji pada titik 5, terlihat memberikan nilai kandungan
BOD yang terus meningkat yaitu menjadi 7,32 mg/l. Kandungan nilai BOD terlihat
menurun pada sampel uji di titik 6 dengan memberikan nilai sebesar 6,78 mg/l.
Meskipun terjadi penurunan kandungan zat BOD terhadap sampel sebelumnya (sampel
di titik 5) namun nilai tersebut masih melebihi nilai stadar baku. Terhadap sampel uji
di titik 7, nilai kandungn zat BOD terlihat kembali meningkat menjadi 7,28 mg/l.
Sementara sampel uji di titik 8, memberikan nilai kandungan BOD yang kembali turun
terhadap sampel sebelumnya, yaitu dengan memberikan nilai sebesar 6,35 mg/l.
Penurunan kandungan nilai BOD ini terus terjadi pada sampel uji di titik 9, dengan
memberikan nilai sebesar 4,23 mg/l. Penurunan nilai kandungan zat BOD pada titik 9
ini, memberikan nilai tersebut berada di bawah batas nilai standar baku. Selanjutnya
pada sampel terakhir yaitu sampel uji di titik 10, mempelihatkan peningkatan
kandungan zat BOD yang cukup tinggi dari sampel sebelumnya (Sampel titik 9),
dimana pada sampel ini memberikan nilai sebesar 7,35 mg/l. Perolehan nilai ini
merupakan nilai yang paling tinggi melewati nilai batas standar baku.
Data keseluruhan yang dihasilkan, terlihat bahwa nilai kandungan zat BOD yang
diberikan setiap sampel uji dengan sampel uji lainnya pada semua titik, memberikan
nilai yang berbeda-beda. Perbedaan variasi nilai kandungan zat BOD yang diberikan
berkisar antara 4,23 mg/l – 7,35 mg/l. Terlihat pula bahwa 4 sampel uji memberikan
42
nilai kandungan zat BOD , berada di bawah batas nilai stndar baku, yang artinya nilai–
menunjukkan nilai kandungan zat BOD berada di atas nilai batas standar baku, yang
juga berarti nilai-nilai pada titik-titk tersebut, tidak memenu hi batas standar baku yang
ada.
Rata-rata nilai kandungan zat BOD sampel uji dari 10 titik pengambilan sampel
uji diperoleh sebesar 6,0 mg/l. Dengan nilai rata-rata yang diperoleh ini menunjukkan
bahwa kandungan zat BOD tepat berada di ambang batas nilai standar baku, yang
berarti kandungan zat BOD masih berada di batas akhir nilai standar baku. Ini berarti
pula adanya penambahan sedikit saja zat BOD akan memberikan nilai yang melewati
uji pada 10 titik pengambilan sampel disajikan dalam Gambar 4.9 di bawah ini.
memberikan nilai kandungan zat COD sebesar 46,2 mg/l. Nilai kandungan di atas 40
mg/l juga diperlihatkan pada sampel di titik 6 dan sampel uji pada titik 9 dengan
memberikan nilai sebesar 44,3 mg/l dan 45,87 mg/l. Nilai-nilai kandungan sampel uji
43
pada titik ini masih berada di bawah nilai standar baku. Standar baku yang diberikan
untuk kandungan zat COD adalah 50 mg/l. Sementara pada sampel uji di titik 2, di titik
8 dan sampel uji di titik 10, memberikan nilai masing-masing sebesar 52,24 mg/l,
51,14 mg/l dan 50,01 Nilai pada titik-titik ini , memberikan nilai kandungan COD
berada di atas nilai standar mutu. Selanjutnya pada sampel uji di titik 3 dan sampel uji
di titik 4, terlihat memberikan nilai kandungan zat COD, yaitu sebesar 34,32 mg/l dan
36,18 mg/l. Nilai pada titik-titik ini, terlihat berada jauh dibawah nilai kandungan COD
pada sampel-sampel lainnya, dan nilai ini juga berada jauh di bawah nilai batas
standar baku. Selanjutnya untuk sampel uji pada titik 5 terlihat memberikan nilai
kandungan zat COD sebesar 62,38 mg/l. Nilai pada titik 5 memerlihatkan nilai
Peningkatan nilai kandungan zat COD tertinggi terjadi pada sampel uji pada titik 10
dengan memberikan nilai 72,21 mg/l. Nilai ini berada jauh diatas nilai batas standar
baku.
Kandungan nilai secara keseluruhan yang diberikan pada sampel uji di sepuluh
titik memberikan nilai yang berbeda- beda pada setiap sampel uji. Nilai variasi kisaran
kandingan zat COD diberikan mulai dari 34,32 mg/l-72,21 mg/l. Nilai kandungan zat
COD terendah diberikan sampel uji pada titik 3 dan nilai kandungan COD terbesar
diberikan sampel uji pada titk 10. Dari 10 data sampel yang ada, 5 data sampel
memberikan nilai kandungan zat COD berada di bawah batas nilai standar normal dan
5 sampel lainnya memberikan nilai kandungan zat COD berada di atas nilai batas
stadar baku yang ada. Rata- rata kandungan nilai zat COD dari 10 sampel yang ada,
memberikan nilai rata- rata sebesar 50 mg/l. Nilai rata-rata yang diberikan ini
menunjukkakn bahwa nilai kandungan zat COD tepat berada diambang batas standar
baku. Dengan penambahan sedikit saja nilai zat COD akan memberikan nilai yang
44
Hasil pengamatan dilaboratorium terhadap kandungan nilai zat DO pada sampel
uji pada 10 titik pengambilan sampel disajikan dalam Gambar 4.10 di bawah ini.
Nilai DO dapat dilihat pada gambar 4.10 di atas terlihat bahwa sampel uji air
pada titik 1 memberikan nilai kandungan zat DO sebesar 8, 23 mg/l. Nilai ini terlihat
sangat jauh melewati nilai batas standar baku, dimana nilai standar baku adalah 3
mg/l. Selanjutnya b nilai kandungan zat DO pada sampel uji di titik 2, terlihat menurun
dari sampel uji titik 1, menjadi 6,4 mg/l. Meskipun nilai kandungan zat DO ini turun,
namun tetap memberikan nilai yang cukup tinggi dari nilai batas standar baku. Pada
sampel uji di titik 3, nilai kandungan zat DOmemberikan nilai sebesar 7,36 mg/l. Nilai
ini terlihat naik terhadap sampel uji di titik 2, dimana besarnya nilai ini juga masih
cukup jauh melewati nilai batas standar baku. Pada sampel selanjutnya yaitu sampel
uji di titik 4, memberikan nilai kandungan zat DO sebesar 6,4 mg/l. Nilai ini sama
besarnya yang diberikan pada sampel uji di titik 2 dan nilai inipun masih jauh di atas
nilai standar baku yang ada. Selanjutnya terhadap sampel uji di titik 5 dan di titik 9,
memberikan nilai kandungan DO di atas nilai 5 dengan nilai 5,76 mg/l dan 5,75 mg/l.
Nilai kandungan zat DO terlihat meningkat dengan nilai yang cukup jauh berbeda dari
kandungan zat DO sebesar 9,1 mg/l. Nilai kandungan zat DO terlihat turun pada
45
sampel uji di titik 7 dengan memberikan nilai sebesar 6,87 mg/l. Sementara sampel uji
memberikan nilai sebesar 4,8 mg/l. Kandungan zat DO pada sampel uji di titik 10
terlihat kembali memberikan nilai yang cukup tinggi dengan memberikan nilai
8,14mg/l.
Data dari keseluruhan yang ada terlihat bahwa sampel uji di semua titik
memperlihatkan nilai kandungan zat DO di atas nilai batas standar baku. Sampel uji
yang memberikan nilai kandungan zat DO yang tinggi adalah sampel uji di pada titik 1,
titik 6 dan titik 10. Dan nilai kandungan zat DO tertinggi diperlihatkan pada sampel uji
di titik 6 dengan nilai 9,1 mg/l dan kandungan zat DO terendah terdapat pada sampel
uji di titik 8, dengan nilai 4,8 mg/l. Dari data di atas terlihat besarnya nilai kandungan
yang diberikan pada sampel uji di semua titik, terlihat memberikan nilai kandungan zat
DO yang berbeda-beda dengan variasi nilainya mulai dari 4,8 mg/l sampai dengan 9,1
mg/l. Sementara rata-rata kandungan zat DO yang diberikan oleh 10 sampel uji
diperoleh sebesar 6,9 mg/l. Nilai rata-rata kandungan zat DO sebesar 6,9 mg/l ini
menunjukkan bahwa nilai ini jauh melebihi nilai batas standar baku, dimana nilai
standar baku diberikan dengan nilai 3 mg/l. Dari hasil yang diberikan ini dapat pula
dikatakan bahwa nilai kandungan zat DO di dalam sampel uji air sungai Jeneberang
cukup tinggi dan melebihi dengan nilai yang cukup jauh dari nilai standar baku yang
ada.
4.3. Hasil analisa kualitas mutu sampel uji air menurut sistem Penilaian
Metode Storet
Hasil pengukuran suhu sampel uji air pada sepuluh titik diperoleh nilai suhu
maksimum, nilai suhu minimum, dan rata–rata suhu sampel uji serta nilai mutu baku
kualitas air disajikan dalam Tabel 4.3 dan Gambar 4.11 di bawah ini.
46
Tabel 4.3 Pengujian suhu pada sampel uji air
Rata-
No Parameter satuan Standar Mutu Max Min Score
Rata
Data dari hasil pengujian untuk suhu pada sampel uji air pada Tabel 4.3 dan
Gambar 4.11 terlihat nilai pengukuran suhu pada sampel uji di sepuluh titik
memberikan nilai maksimum suhu sebesar 27 ͦ C dan nilai suhu minimum diberikan
sebesar 26 ͦ C serta rata-rata nilai suhu sampel uji air diperoleh sebesar 26,5 ͦ C. Analisa
nilai metode storet bahwa nilai baku mutu untuk suhu adalah suhu normal ± 3, dimana
suhu normal air adalah 27 ͦ C. Sementara nilai yang diperoleh pada sampel uji, baik
nilai maksimum, minimum dan rata-rata memberikan nilai dibawah dari mutu baku.
Bahwa jika hasil pengukuran memenuhi nilai baku mutu air yaitu dimana nilai hasil
pengukuran < nilai baku mutu, maka diberi nilai skor 0. Berdasarkan data pengukuran
suhu pada gambar grafik di atas dengan metode penilaian storet, diperoleh nilai skor
47
Hasil analisa data kandungan maksimum, minimum, dan rata-rata nilai zat besi,
dalam sampel uji air sungai Jeneberang disajikan dalamTabel 4.4 dan Gambar 4.12 di
bawah ini.
Standar Rata-
No Parameter satuan Max Min Score
Mutu Rata
untuk kandungan zat besi dalam sampel uji air pada sepuluh titik diperoleh sebesar
17,1 mg/l dan nilai kandungan zat besi terendah diperoleh sebesar 12,3 mg/l.
Sementara nilai rata-rata kandungan zat besi dari sepuluh sampel uji diberikan sebesar
15,7 mg/l.
Kandungan zat Besi tidak syaratkan dalam mutu baku air, sehingga dalam penilain
metode storet nilai kandungan zat Besi dalam sampel uji air memberikan nilai skor 0.
c. Penilaian metode storet terhadap kandungan Cadmium (Cd)
48
1 Cadmium (Cd) mg/l 0,01 < 0.003 < 0.003 < 0.003
Data dari Tabel 4.5 di atas terlihat nilai maksimum kandunga zat Cadmiun dalam
sampel uji air pada sepuluh titik pengambilan sampel, diberikan dengan nilai dibawah
0,003 mg/l. Demikain pula terhadap kandungan minimum zat cadmiun memberikan
nilai dibawah nilai 0,003 mg/l. Sementara rata-rata nilai kandungan zat Cadmium pada
sampel uji air diperoleh dengan nilai di bawah 0,003 mg/l. Metode penilaian storet
memberikan nilai 0, jika data hasil pengukuran sampel uji lebh kecil dari nilai mutu
baku air. Bersasarkan data hasil pengukuran sampel uji air terlihat bahwa nilai
kandungan zat cadmiun baik dari nilai kandungan maksimum, minimum dan rata-
ratanya memberikan nilai dibawah dari nilai 0,003 mg/l. Sementara standar mutu baku
yang disyaratkan untuk kandungan zat kadmium adalah sebesar 0,01 mg/l. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa nilai kandungan zat cadmium barada di bawah nilai
mutu baku, yang berarti penilaian metode storet memberikan nilai skor untuk zat
Standar Rata-
No parameter Satuan Max Min
Mutu Rata
49
Gambar 4.13 Pengujian Mangan (Mn) pada sampel uji air
Data hasil pengukuran memberikan nilai maksimum, minimum dan rata – rata
kandungan zat timbal dalam sampel uji air, yang dapat dilihat pada Tabel 4.7 di
bawah ini.
1 Timbal / Lead (Pb) mg/l 0,03 < 0.01 < 0.01 < 0.01
Data dari Tabel 4.7 di atas kandungan nilai maksimum zat Timbal pada sampel
uji air diperoleh dengan nilai di bawah dari 0,01 mg/l. Demikian pula nilai minimum
dan rata-rata kandungan zat timbal pada sampel uji air di sepuluh titik pengambilan,
juga memberikan nilai dibawah dari 0,01 mg/l. Dengan data nilai hasil pengukuran
kandungan zat timbal ini, diperoleh bahwa kandungan zat timbal dalam sampel uji air
berada di bawah nilai baku mutu, dimana nila baku mutu memberikan batas
kandungan zat timbal adalah 0,03 mg/l.Penilaian dengan metode storet memberikan
nilai skor 0, jika nilai hasil pengukuran kandungan zat timbal pada sampel uji, lebih
50
kecil dari nilai baku mutu air untuk kandungan zat timbal. Sehingga hasil pengukuran
Data hasil pengukuran nilai maksimum, minimum dan rata-rata kandungan zat
mangan dalam sampel uji air pada sepuluh titik pengambilan sampel, disajikan pada
Data pengujian Seng (Zn) pada sampel uji air dapat dilihat pada tabel 4.8 dan
gambar 4.14 terlihat bahwa nilai maksimum, minimum dan rata – rata kandungan zat
Zn dalam sampel uji diberikan secara berurut yaitu 0,02 mg/l, 0,01 mg/l dan 0,02
mg/l. Nilai mutu baku air untuk kandungan zat Zn ini tidak disyaratkan, sehingga
penilaian metode storet, memberikan nilai kandungan zat Zn dalam sampel uji, dengan
skor nilai 0
51
Dari hasil data pengukuran diperoleh nilai kandungan zat Cu dalam sampel uji air
dengan nilai kandungan maksimum, minimum dan rata-rata, diberikan pada Tabel 4.9
Standar
No parameter Sat uan Max Min Rata-Rata
Mutu
Data pengujian Tembaga (Cu) pada sampel uji air dapat dilihat pada Tabel 4.9
dan Gambar 4.15 terlihat memberikan nilai maksimum untuk kandungan zat Cu
dengan nilai 0,014 mg/l. Sementara nilai minimum zat Cu yang ada dalam sampel uji
terlihat sebesar 0,004 mg/l, dan nilai rata-rata kandungan zat Cu diperoleh sebesar
0,009 mg/l. Nilai standar baku mutu air menginsyaratkan nilai kandungan zat Cu
adalah 0,02 mg/l, sementara nilai hasil pengukuran kandungan zat Cu dalam sampel
uji, dengan jumlah maksimum, minimum dan rata-rata kandungan zat Cu, memberikan
nilai yang semuanya berada di bawah nilai baku mutu air. Nilai hasil pengukuran yang
diperoleh lebih kecil dari nilai baku mutu air atau berada di bawah nilai baku mutu air
52
maka penilaian metode storet memberikan nilai skor 0 untuk kandungan zat Cu dalam
sampel uji.
Hasil pengukuran nilai kandungan Zat BOD dengan nilai maksimum,minimum dan
rata-rata sampel uji dapat dilihat pada Tabel 4.10 dan Gambar 4.16 di bawah ini.
Standar
No parameter Satuan Max Min Rata-Rata
Mutu
Penilaian metode storet terhadap kandungan Zat BOD pada sampel uji air
dapat dilihat pada Tabel 4.10 dan Gambar 4.16 terlihat bahwa kadar maksimum zat
BOD pada sampel uji diberikan sebesar 7,35 mg/l, dan kadar minimum zat BOD
diperoleh sebesar 4,23 mg/l serta rata-rata kadar zat BOD pada sampel uji adalah 5,99
mg/l. Terlihat bahwa nilai maksimum kadar zat BOD memberikan nilai yang lebih
besar dari nilai mutu baku air, dimana mutu baku air untuk kadar BOD yang
disyaratkan adalah 6 mg/l. Dalam Penilaian metode stroret, jika nilai hasil perhitungan
sampel uji memperoleh nilai yang lebih besar dari nilai mutu baku, maka nilai skor
53
yang diberikan berdasarkan ketentuan bahwa jika nilai maksimum dari hasil
pengukuran sampel uji diatas nilai mutu baku air maka nilai skor yang diberi adalah -2.
Selanjutnya jika nilai minimum dari hasil pengukuran sampel uji memberi nilai diatas
nilai mutu baku air maka nilai skor yang diberi juga adalah -2. Sementara jika nilai
rata-rata dari hasil pengukuran sampel uji memberi nilai diatas nilai mutu baku air
maka nilai skor yang diberi adalah -6. Dengan data hasil pengukuran yang ada dengan
penilaian metode storet maka data hasil pengukuran kandungan maksimum zat BOD
pada sampel uji diberikan dengan skor nilai -2. Sementara hasil pengukuran
kandungan zat BOD pada sampel uji dengan nilai minimumnya yang memberikan nilai
dibawah dari nilai standar baku mutu air, maka penilaian metode stroret memberikan
nilai 0. Selanjutnya untuk rata-rata nilai kandungan zat BOD dalam sampel uji
diperoleh nilai sebesar 6 mg/l. Penilaian metode storet memberikan nilai pada
kandungan rata-rata zat BOD ini, yang memberikan nilai yang sama dengan mutu baku
Hasil pengukuran Zat COD yang terkandung pada sampel uji air dengan nilai
kandungan zat COD dengan jumlah minimum, maksimum dan rata-rata, disajikan pada
10 COD mg/l 50 71 34 50
54
Gambar 4.17 Pengujian COD pada sampel uji air
Hasil pengujian kandungan COD pada sample air dapat dilihat pada Tabel 4.11
dan Gambar 4.17 terlihat bahwa sampel uji air memberikan nilai maksimum, minimum,
dan rata-rata kandungan zat COD, secara berurut diberikan sebesar 71 mg/l , 34 mg/l
dan 49 mg/l. Untuk nilai maksimum kandungan zat BOD dalam sampel uji 71 mg/l,
memperlihatkan nilai yang berada di atas dari nilai standar mutu baku air, dimana nilai
standar baku memberikan nilai 50 mg/l. Penilaian metode storet memberikan nilai
dengan nilai maksimum kandungan zat COD hasil pengukuran, yang berada di atas
nilai standar baku dengan memberikan nilai skor -2. Untuk nilai minimum kandungan
Zat COD pada sampel uji terlihat memberikan nilai dibawah dari nilai standar mutu
baku, sehingga penilaian metode storet memberikan nilai skor 0. Sementara untuk nilai
rata-rata kandungan COD dalam sampel uji sebesar 50 mg/l , terlihat memberikan nilai
yang juga sama dengan nilai mutu baku air, yaitu 50 mg/l Sehingga penilaia metode
55
Dari hasil pengukuran Zat DO dalam sampel uji, diperoleh nilai kandungan zat DO
dengan jumlah maksimum, minimum dan rata-rata pada sampel uji, yang disajikan
Standar
No parameter Satuan Max Min Rata-Rata
Mutu
Data dari tabel 4.12 dan Gambar 4.18 terlihat bahwa kandungan zat DO dalam
sampel uji dengan jumlah maksimum, minimum dan rata-rata terlihat diberikan
berturut-turut sebesar 9,1 mg/l; 4,8 mg/l; dan 6,88 mg/l. Sementara nilai standar baku
mutu mensyaratkan di atas nilai 3, sehingga baik nilai maksimum, nilai minimum dan
nilai rata-rata kandungan zat DO dalam sampel uji, memperlihatkan nilai di atas dari
nilai 3, yang berarti memenuhi persyaratan nilai batu mutu air. Dalam penilaian storet,
memberikan nilai skor 0, jika hasil pengukuran sesuai dengan persyaratan standar nilai
mutu baku. Dengan data di atas dari hasil pengukuran sampel uji dimana nilai yang
diberikan berada dalam persyaratan nilai baku mutu air, maka oleh metode storet
56
k. Penilaian metode storet terhadap pH
Dari data hasil pengukuran di laboratorium pada sampel uji, diperoleh nilai
maksimum, nilai minimum, dan nilai rata-rata terhadap pH air sampel uji, yang
Pengujian hasil pH pada sampel uji air dapat dilihat pada Tabel 4.13 dan Gambar
4.19 di atas terlihat bahwa nilai maksimum pH air memberikan nilai 8,20 mg/l. Nilai ini
masuk dalam persyaratan nilai mutu baku air, dimana pH air dalam standar baku mutu
disyaratkan berkisar antara 6-8,5. Sementara nilai minimum pH dari gambar grafik di
atas memberikan nilai 7,30 dan nilai 7,58 untuk pH rata-rata sampel uji air. Kedua nilai
inipun terlihat memberikan nilai yang disyaratkan standar mutu baku air. Sehingga
dalam penilaian metode storet memberikan nilai skor 0, dimana nilai skor 0 diberikan
jika sampel uji hasil pengukuran masuk dalamnilai standar mutu baku air.
57
Hasil penjumlahan penilaian penskoran metode stroret terhadap unsur-unsur zat
yang terkandung di dalamnya disajikan dalam Tabel 4.14 dan Gambar 4.20 di bawah
ini.
Tabel 14. Penjumlahan penilaian metode storet
Standar
No Parameter Satuan Max Min Rata-Rata Score
Mutu
1 Kekeruhan / Tubidity NTU (-) 439,50 287,00 353,50 0
2 Besi / Iron (Fe) mg/l (-) 17,14 12,28 15,65 0
3 Cadmium (Cd) mg/l 0,01 < 0.003 < 0.003 < 0.003 0
Standar
No Parameter Satuan Max Min Rata-Rata Score
Mutu
5 Timbal / Lead (Pb) mg/l 0,03 < 0.01 < 0.01 < 0.01 0
6 Zn mg/l (-) 0,02 0,01 0,02 0
7 Cu mg/l 0,02 0,01 0,00 0,01 0
8 BOD mg/l 6 7,35 4,23 5,99 -4
9 COD mg/l 50 71,21 34,32 49,80 -4
10 DO mg/l >3 9,10 4,80 6,88 0
11 pH 6-8,5 8,20 7,30 7,58 0
normal ±
12 Suhu 3 27,00 26,00 26,50 0
Jumlah -8
terhadap kadar zat- zat yang ada dalam sampel uji memberikan nilai penskoran -8
(minus delapan).
58
Penentuan status mutu air adalah dengan menggunakan sistem nilai dari dari
4 kelas yaitu :
1. Kelas A: Baik seklai, skor = 0 , memenuhi baku mutu
2. Kelas B: Baik sekali = -1 sampai dengan -10, cemar ringan
3. Kelas C: Sedang, skor = -11 sampai dengan -30, cemar sedang
4. Kelas D: Buruk, skor = -31, cemar berat
Berdasarkan sistem nilai dari US-EPA dengan memakai nilai penskoran dengan
metode storet, terlihat bahwa hasil penjumlahan nilai dengan metode storet diperoleh
nilai -8, sehingga mutu air sungai Jeneberang dari pengamatan dan pengujian sampel
uji air menunjukkan nilai yang masuk dalam mutu air kelas B, dimana kelas B
memberikan nila -1 sampai dengan -10. Dengan masuk pada kelas B, menunjukkan
59