Вы находитесь на странице: 1из 2

Yang Terakhir

Malam itu aku mendengar suara langkah kaki. Langkah itu terasa mendekat ke arah
kamarku. Langsung saja ku ambil alat pemukul baseball yang kutaruh di dekat kasurku. Langsung
kubuka intu dengan posisi siap memukul. "Angga.. ini mama Annga", seketika akupun langsung
merasa lemas. "Angga, tenangin diri km nak, peristiwa itu sudah berlalu nak", kata mama
kepadaku. Dikepalaku masih terdengar suara seseorang yang seolah berkata "Tanggung jawab lo,
gara-gara lo gua jadi gini". Hal itu sudah menghantuiku selama 2 bulan ini. Hal ini berawal dari
kejadian 2 bulan lalu.

Namaku Angga, aku bersekolah di SMA swasta yang memiliki catatan nuruk di kota kami.
Ya, karena disekolah ini terdapat geng sekolah yang cukup terkenal di kota kami. Seperti yang
kalian duga, aku adalah salah satu dari anggota geng tersebut. Yang kami lakukan setiap hari hanya
membuat repot guru saja. Membolos sudah menjadi keseharian kami. Tawuran sendiri sudah
menjadi tradisi kami. Memalak murid yang tidak bersalahpun sudah jadi hobi kami. Aku sendiri
sudah terbiasa dengan ini semua. Diriku yang sekarang sangat berbeda dengan diriku di saat SMP.
Aku yang menjadi kebanggaan mama sudah tiada. Yang ada hanya aku yang membuat mama sedih.
Betapa bodohnya aku yang mengecewakan orang yang sangat aku sayangi. Tetapi hanya karena
sekedar mencari nama, aku menghiraukan itu semua. Pagi hingga malam, waktuku aku habiskan
bersama dengan orang-orang yang sama sekali tidak berpikir tentang masa depan mereka. Yang
mereka pikirkan hanya senang, senang, dan senang. Seolah mereka tidak mengemban beban yang
diberikan oleh orang tua mereka. Dan aku merasa nyaman bersama mereka. Sampai-sampai aku
aku rela diputuskan pacarku hanya karena mereka. Pacarku sendiri sudah tidak tahan dengan
sifatku yang sangat kurang ajar ini. Selain nakal aku juga dekat dengan banyak wanita. Pacarku
sudah kehabisan kesabarannya. Sudah lebih dari 5 kali dia mendaati aku kencan dengan wanita
lain. Untuk yang ke-6 dia langsung saja memutuskan aku. Dan parahnya, karena saking marahnya
aku menampar dia di depan wanita yang aku kencani pada saat itu juga. Sekarang aku menyesal
telah memutuskan orang yang benar-benar tulus kepadaku. Jangankan berbincang dengannya, aku
menyapa saja dia sudah tidak menggubris. Sudah berulang kali aku berusaha aku mencoba untuk
balik kepadanya namun dia sudah tidak berniat lagi berkomunikasi denganku, semua sosial
mediaku sudah di blokir, teman-temannya juga tidak mengijinkanku berbicara dengannya. "Lo tau
gak sih yang lo lakuin ke Hanna?", seperti itulah kata temannya kepadaku. Untuk mengobati semua
itu, aku masih mempunyai teman-teman yang selalu bersamaku.

"Ngga, ikut gak lo?", tanya Deni kepadaku, "Ikut apaan?", balasku kepada Deni, "Ikut aja
ke 70", balas angga lagi, "Gila aja, gua masih inget nyawa tau den", jawabku yang ragu, "Halahh,
laki gak sih lo?". Deni sudah merencanakan untuk menyerang sebuah SMA yang menjadi musuh
kami. Dia mengajakku untuk menyerang sekolah tersebut berdua. Aku tau tindakan yang Deni
lakukan adalah bodoh, tapi karena dia adalah sahabatku semenjak SMP aku turuti saja kemauan
dia. Pikiranku sangat kacau hari itu, aku sudah berjanji pada mama untuk membantunya berjualan.
Namun karena keeogisanku semua pikiran tentang mama aku hilangkan. Aku dan Deni pun
berangkat ke sekolah tersebut. Dengan menggunakan jaket hitam dengan motor 2 tak tanpa plat
nomor kami berangkat. Dengan rasa bangga kami berjalan menuju ke sekolah tersebut. "Ehh.. kok
bannya bocor sih Den?". Tanpa mereka ketahui ternyata sekolah tersebut sudah tau bahwa Deni
dan aku akan melakukan penyerangan. Mereka sudah memasang paku ke daerah yang kami lewati.
Mereka sudah hafal jalan kecil yang akan kami lewati. "Cieee yang mau serang sini", kata seorang
murid dari sekolah tersebut kepada kami. Kami dikepung oleh banyak sekali siswa, jika dihitung
lebih dari 10 jumlahnya. Langsung saja perutku dipukul oleh siswa tadi. Dan akhirnya kamipun
dihantam oleh siswa-siswa lainnya. Beruntungnya aku dapat kabur dari pengeroyokan tersebut.
Namun naas Deni tidak bisa kabur. "Anggaaaaaaa", terdengar suara jeritan suara keras Angga
disertai suara tembakan pistol yang suaranya masih menghantuiku hingga sekarang. Dan
Anggapun tewas.

Aku yang keadaannya sekaratpun datang ke rumah dan dibawa mama ke rumah sakit. Aku
hanya mengalami luka lebam akibat dikeroyok Disaat ku berbaring mama menangis sembari
memelukku. Dan seorang murid kurang ajar sepertikupun ikut meneteskan air mata. "Maafin
Angga mah, Angga janji bakal menjadi anak mama yang lebih baik mulai saat ini", sembari
menangis pun aku berbicara kepada mama dan mama pun tidak dapat berkata apa-apa. Setelah
kejadian itu akupun pindah sekloah untuk belajar lebih baik lagi dengan bayangan Deni di setiap
malam. Akupun masih sering mengunjungi makam teman terbaikku itu. Deni, Mama, tolong
maafin Angga yang dulu ya.

Вам также может понравиться