Вы находитесь на странице: 1из 128

90

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Manajemen Strategi

Manajemen strategi dapat didefinisikan sebagai gabungan ilmu dan seni

dalam memformulasikan, mengimplementasikan dan mengevaluasikan

keputusan yang mampu dicapai oleh organisasi (David, 2002, p5). Manajemen

strategi terdiri dari tiga tahapan, yaitu: perumusan strategi, penetapan &

implementasi strategi, serta evaluasi kinerja pencapaian strategi.

Balanced Scorecard (BSC) didefinisikan sebagai suatu alat manajemen

kinerja (performance management tool) yang dapat membantu organisasi untuk

menerjemahkan visi dan strategi ke dalam aksi dengan memanfaatkan

sekumpulan indikator finansial dan non-finansial yang kesemuanya terjalin

dalam suatu hubungan sebab akibat (Luis dan Biromo, 2007, p16).

Gambar 4.1 Konsolidasi Manajemen Strategi dengan Balanced Scorecard


91

4.1.1 Perumusan Strategi

Tahap pertama yang dilakukan dalam perumusan strategi ialah

mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal yang akan mempengaruhi

tujuan perusahaan yang tertuang dalam pernyataan visi dan misi organisasi. Hasil

identifikasi lingkungan tersebut digunakan sebagai masukan dalam menentukan

strategi perusahaan dengan analisa SWOT (strengths, weaknesses, opportunities,

dan threats). Strategi korporat yang sudah ditetapkan melalui analisa SWOT

selanjutnya perlu ditetapkan sasaran-sasaran strateginya sebagai tolak ukur

pencapaian kinerja perusahaan dalam memenuhi strategi dan tujuan perusahaan.

Setiap sasaran strategi terdapat key performance indicator (KPI), KPI merupakan

suatu ukuran atau indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja

perusahaan melalui sasaran-sasaran strateginya.

4.1.1.1 Identifikasi Lingkungan

Identifikasi lingkungan dibagi menjadi dua bagian, yaitu identifikasi

lingkungan makro (politik, ekonomi, sosial, teknologi) dan lingkungan internal

perusahaan serta identifikasi lingkungan industri menggunakan model Porter

(persaingan antar perusahaan, kekuatan pelanggan, kekuatan pemasok, ancaman

pendatang baru, dan produk pengganti).

a) Identifikasi Lingkungan Makro/Eskternal


92

Tabel 4.1 Kondisi Lingkungan Makro dan Asumsi Perencanaan Perusahaan

No. Kondisi Saat Ini Asumsi Perencanaan Perusahaan


POLITIK
1. Proses pemilihan Kepala Daerah secara Program pembangunan nasional akan
langsung tidak berpengaruh secara berjalan berkesinambungan sesuai
signifikan terhadap aktivitas bisnis. rencana.
2. Belum ada UU Investasi yang secara Pembangunan pada sektor konstruksi
komprehensif melindungi kepentingan akan berjalan sesuai dengan agenda
investor. pemerintah.
3. Rencana pemerintah mengeluarkan Rencana lokasi pembangunan pabrik
kebijakan mengenai keharusan penempatan baru disesuaikan dengan peraturan
lokasi pabrik di Kawasan Industri. pemerintah dan ditetapkan dengan
mempertimbangkan aspek dampak
lingkungan, sosial masyarakat, suplai
material alam dan transportasi produk
(khususnya angkutan laut).
EKONOMI
1. Kebijakan Moneter Pemerintah mendorong WIKA BETON meningkatkan kapasitas
perkembangan dunia usaha. produksi melalui program peningkatan
kapasitas jalur produksi yang ada,
pembangunan jalur baru dan
diversifikasi Produk.
2. Pemerintah berupaya meningkatkan WIKA BETON tetap melaksanakan UU
pendapatan negara dari pajak dengan Perpajakan secara benar dan konsisten.
membuat UU Perpajakan yang baru.
3. Pemerintah terus berupaya untuk menarik Pengembangan fasilitas produksi
investor menanamkan modalnya di diprioritaskan untuk produk-produk
Indonesia terutama di bidang infrastruktur. yang terkait dengan proyek
pembangunan Jalan Tol dan Power
Plant.
4. Industri semen nasional berkembang Kenaikan harga semen lebih disebabkan
dengan pesat. oleh kenaikan biaya produksi yaitu
kenaikan BBM dan melemahnya nilai
tukar rupiah.
5. Pemerintah sedang menyusun Peraturan Manajemen perusahaan akan lebih
mengenai pemisahan asset BUMN sebagai lincah dalam mengelola bisnis dan
kelompok asset bisnis. menentukan kebijakan.
6. Hutang Indonesia kepada IMF telah Proyek-proyek yang didanai oleh APBN
dilunasi. akan berjalan sesuai dengan rencana.
7. Pemerintah merencanakan pembangunan 10 WIKA BETON mengembangkan
(sepuluh) juta unit rumah di seluruh produk beton pracetak untuk Rusun dan
Indonesia berupa landed house dan Rumah Perumahan.
Susun dalam kurun waktu 10 tahun.
SOSIAL
1. Pemerintah memberikan perhatian khusus WIKA BETON mampu memenuhi
untuk penciptaan lapangan pekerjaan. seluruh kebutuhan perusahaan dibidang
SDM.
Rekrutmen SDM disesuaikan dengan
rencana pengembangan jangka panjang
perusahaan.
2. Tingkat "pengetahuan" masyarakat akan WIKA BETON akan selalu memenuhi
masalah hukum terus meningkat. semua aspek pada UU Ketenagakerjaan.
93

No. Kondisi Saat Ini Asumsi Perencanaan Perusahaan


Pembangunan/Pengemban-gan fasilitas
perusahaan dilakukan dengan
memenuhi seluruh Peraturan
Perundangan yang berlaku.
TEKNOLOGI
1. Sistem Informasi merupakan sarana untuk WIKA BETON menerapkan Sistem
meningkatkan daya saing dan pelayanan Informasi berbasis IT diseluruh bidang
perusahaan. dan unit kerja.
Promosi Produk dan Jasa WIKA
BETON dilakukan melalui Internet dan
Standar Presentasi Produk Digital.
WIKA BETON menetapkan kebijakan
mengenai e-procurement di bidang
penjualan dan mengembangkan e-
procurement pengadaan.
2. Pemerintah memberikan perhatian yang WIKA BETON hanya menggunakan
tinggi terhadap Hak Kekayaan Intelektual produk yang berlisensi.
(HKI).

b) Identifikasi Lingkungan Internal

Tabel 4.2 Kondisi Lingkungan Internal dan Asumsi Perencanaan Perusahaan

No. Kondisi Saat Ini Asumsi Perencanaan Perusahaan


PEMASARAN
1. Kegiatan promosi belum selaras dengan Promosi dilakukan secara sistematis dan
rencana pengembangan jangka panjang terintegrasi dengan memanfaatkan
perusahaan. sarana sesuai perkembangan teknologi.
2. Sistem pengelolaan/pembinaan pelanggan Mengembangkan dan menerapkan
belum sepenuhnya mengakomodasi sistem pengelolaan/pembinaan
kebutuhan pelanggan. pelanggan yang dapat mengakomodasi
kebutuhan pelanggan.
3. Informasi kegiatan operasi Pemasaran Pengelolaan informasi berbasis IT
belum dimanfaatkan secara maksimal untuk diterapkan secara konsisten.
menetapkan langkah-langkah strategis.
Informasi di bidang Pemasaran
dimanfaatkan sebagai dasar
pengambilan keputusan dan langkah-
langkah strategis.
4. Sebagian daerah potensial belum tergarap Secara bertahap menambah
secara maksimal. Representatif untuk daerah-daerah yang
berpotensi antara lain: Aceh, Jambi,
Bandar Lampung, Menado dan
Jayapura.
PRODUKSI
1. Tingkat utilisasi sebagian pabrik masih Peningkatan utilisasi pabrik dilakukan
rendah. melalui pengaturan volume pekerjaan
secara terintegrasi atau penyesuaian
fungsi jalur sesuai kebutuhan pasar.
94

No. Kondisi Saat Ini Asumsi Perencanaan Perusahaan


2. Prioritas pembangunan masih difokuskan Komposisi fasilitas produksi disesuaikan
pada proyek infrastruktur. dengan kebutuhan pasar dan Jumlah
Cetakan disesuaikan dengan kapasitas
jalur.
3. Volume pesanan untuk distribusi antar Pembangunan jalur produksi harus
pulau yang semakin meningkat memperhitungkan kebutuhan lahan
menimbulkan masalah akibat keterbatasan stock yard, jika volume produksi
lahan stock yard. didominasi oleh pesanan antar pulau.
Auto Clave dapat menjadi alternatif
mengatasi keterbatasan lahan stock yard.
4. Struktur Harga Pokok Produksi Perhitungan HPP dengan Metoda
menimbulkan subsidi silang antar produk Perhitungan Biaya Berbasis Aktivitas
yang tidak terukur. dapat diterapkan di WIKA BETON.
5. Teknologi produksi beton pracetak Upaya untuk meningkatkan kapasitas
berkembang dengan pesat. produksi, tingkat kepastian kualitas dan
efisiensi biaya dilakukan melalui
penggunaan teknologi yang sudah teruji
berdasarkan kajian kelayakan ekonomis.
Upaya untuk mengurangi human error
dilakukan melalui penerapan teknologi
baru.
SUMBERDAYA MANUSIA
1. Struktur Organisasi Perusahaan. WIKA BETON dapat menerapkan pola
karir dan mapping SDM untuk
menunjang program kaderisasi
berkelanjutan.
2. Teknologi produksi dan sistem manajemen Pengelolaan SDM diarahkan pada
berkembang dengan sangat pesat. sistem manajemen yang berbasis pada
kompetensi.
TEKNIK DAN LITBANG
1. Pembangunan infrastruktur akan banyak Design produk dan sistem manajemen
dibiayai oleh investor asing. diarahkan untuk mampu memenuhi
persyaratan standar internasional.
2. Engineering Services masih menjadi bagian Pengembangan engineering mengarah
yang tak terpisahkan dari proses pemasaran pada upaya untuk meningkatkan
produk. kecepatan pelayanan dan akurasi.
3. Perusahaan-perusahaan Multinasional WIKA BETON melakukan Transfer of
membawa banyak hal/metode baru dalam Knowledge melalui kerjasama/studi
teknologi konstruksi. banding di dalam maupun luar negeri.
4. Pemerintah merencanakan pembangunan 10 Pengembangan rumah susun mengacu
(sepuluh) juta unit hunian bagi masyarakat pada teknologi/sistem yang sudah ada.
perkotaan dalam kurun waktu 10 tahun ke
depan.
WIKA BETON memiliki sub-kontraktor
yang siap untuk menjadi partner dalam
pelaksanaan pekerjaan konstruksi Rusun
dan Perumahan.
5. Keterbatasan lahan menuntut pembangunan WIKA BETON menggunakan beton
gedung dengan jumlah lantai yang semakin polimer pada produksi massal.
banyak.
95

No. Kondisi Saat Ini Asumsi Perencanaan Perusahaan


KEUANGAN
1. Wika Beton mendapat kepercayaan yang WIKA BETON selalu mampu
tinggi dari Lembaga Keuangan dan Mitra memenuhi kebutuhan dana operasional
Kerja. dan investasi.
Untuk kebutuhan investasi WIKA
BETON menggunakan pinjaman jangka
panjang.
2. Angka collection period (debtor days) Ketergantungan Modal Kerja dari
masih tetap tinggi. pinjaman bank masih tinggi.
WIKA BETON menerapkan manajemen
piutang yang baik untuk menurunkan
collection period.

c) Identifikasi Lingkungan Mikro

Tabel 4.3 Kondisi Lingkungan Mikro dan Asumsi Perencanaan Perusahaan

No. Kondisi Saat Ini Asumsi Perencanaan Perusahaan


TIANG BETON
1. 40% masyarakat pedesaan belum terjangkau Fasilitas produksi WIKA BETON siap
listrik. untuk memenuhi kebutuhan tiang listrik
nasional
Pengelolaan informasi kebutuhan tiang
beton di PLN wilayah (Area Pelayanan
Jaringan/Unit Pelayanan Jaringan) dan
koperasi ditangani oleh masing-masing
Wilayah Penjualan.
2. Perkembangan teknologi komunikasi Penggunaan tiang telepon beton terbatas
mengarah pada teknologi nirkabel. hanya di daerah-daerah terpencil.
3. Pemerintah memprioritaskan pembangunan Perolehan tiang transmisi beton relatif
power plant untuk penyediaan listrik 10.000 kecil.
MW.
Sifat Tiang Beton yang "free
maintenance" masih menjadi daya tarik
bagi PLN untuk penggunaan pada
jaringan transmisi.
TIANG PANCANG
1. Investasi dibidang infrastruktur khususnya Peningkatan kapasitas dilakukan melalui
Jalan Tol dan Power Plant akan meningkat upaya meningkatkan kapasitas jalur,
signifikan. penambahan cetakan dan penambahan
jalur produksi.
2. Pemerintah memprioritaskan pembangunan WIKA BETON mengembangkan jalur
power plant untuk penyediaan listrik 10.000 produksi Tiang Pancang yang mampu
MW dan merencanakan rehabilitasi membuat TP sampai dengan Diameter
dermaga sepanjang +/- 28.000 m. 800.
3. Persaingan antar Industri Beton Pracetak Upaya mempertahankan market share
semakin ketat. dilakukan melalui peningkatan
kapasitas, kualitas serta pelayanan pra
dan purna jual.
96

No. Kondisi Saat Ini Asumsi Perencanaan Perusahaan


PRODUK BETON JALAN REL
1. Pemerintah terus berupaya untuk menarik Pasar Bantalan Jalan Rel masih besar.
investor menanamkan modalnya di
Indonesia terutama di bidang infrastruktur.
2. Pemerintah merevisi UU No.13 tahun 1992 Pasar produk beton jalan rel tidak lagi
tentang perkereta-apian dan peraturan "single-customer".
pelaksanaannya.
PRODUK BETON JEMBATAN
1. Pembangunan infrastruktur jalan raya dan WIKA BETON mengembangkan PCU-
jembatan masih merupakan prioritas utama Girder untuk memenuhi kebutuhan
pemerintah dibidang transportasi. balok jembatan fly-over di perkotaan.
Kapasitas produksi balok I-Segmental
ditingkatkan berdasarkan informasi
kebutuhan pasar.
WIKA BETON mengembangkan produk
baru komponen jembatan melalui
kerjasama lisensi.
WIKA BETON memiliki lisensi dan
mengoperasikan sistem postensioning
sendiri.
BETON UNTUK DINDING PENAHAN TANAH
1. Pengendalian banjir di perkotaan belum Selain Sheet Pile, WIKA BETON juga
tertangani dengan baik. mengembangkan produk dinding
penahan tanah tipe lain misalnya
GeoForce, Reinforced Earth dll, bekerja
sama dengan pemegang lisensi.
BETON UNTUK BANGUNAN GEDUNG & PERUMAHAN
1. Pemerintah merencanakan pemba-ngunan Untuk memasuki pasar rumah susun,
10 (sepuluh) juta unit hunian bagi WIKA BETON memiliki sistem
masyarakat perkotaan. pracetak yang telah tersertifkasi.
Untuk pekerjaan pemasangan, WIKA
BETON bekerja sama dan membina
Perusahaan kontraktor yang
berkompeten sebagai Mitra Kerja.
BETON UNTUK BANGUNAN MARITIM
1. Pemerintah memprioritaskan pembangunan Untuk memasuki pasar dermaga, WIKA
power plant untuk penyediaan listrik 10.000 BETON mengembangkan konsep
MW dan merencanakan rehabilitasi dermaga pracetak yang menjawab
dermaga sepanjang +/- 28.000 m´. tuntutan akurasi dan pelaksanaan yang
cepat.
BETON UNTUK BANGUNAN AIR
1. Penyediaan Air Bersih dan Pengelolaan Pipa beton bertekanan dengan diameter
limbah perkotaan masih belum memenuhi besar dapat menjadi alternatif yang
harapan. ekonomis untuk saluran transmisi air
baku.
Pemasaran produk pipa beton untuk
saluran transmisi air baku dilakukan
langsung kepada investor.
PRODUK BETON LAIN
1. Pasar PBL dikuasi oleh perusahaan- Pasar PBL hanya diambil untuk mengisi
perusahaan kecil. sisa kapasitas.
97

No. Kondisi Saat Ini Asumsi Perencanaan Perusahaan


JASA
1. WIKA BETON tidak memiliki kemampuan WIKA BETON membina sub-kontraktor
dalam pekerjaan konstruksi. pemasangan / konstruksi untuk menjadi
partner dalam pelaksanaan pekerjaan
konstruksi.

d) Identifikasi Lingkungan Industri

POTENTIAL
ENTRANTS

Threats of
New Entrants

INDUSTRY
Bargaining Power COMPETITORS Bargaining Power SUPPLIER
BUYER
of Buyer Rivalry Among Of Supplier
Existing Firms

Threats os
Substitute Product or Services

SUBSTITUTES

Gambar 4.2 Diagram Model Porter

Tabel 4.4 Kondisi Lingkungan Industri dan Asumsi Perencanaan Perusahaan

No. Kondisi Saat Ini Asumsi Perencanaan Perusahaan


KEKUATAN PELANGGAN
1. Peran swasta dalam pembangunan semakin Penguasaan dan pengelolaan Informasi
meningkat. Pasar menjadi sangat penting dalam
upaya mencapai sasaran perolehan.
WIKA BETON mengembangkan sistem
pelayanan purna jual yang dapat
menjawab tuntutan pelanggan (voice of
customer).
WIKA BETON terus mengembangkan
sistem manajemen untuk meningkatkan
konsistensi kualitas produk.
WIKA BETON meningkatkan
profesionalisme dalam hubungan kerja.
KEKUATAN PEMASOK
1. Produsen PC Wire cenderung mengalihkan WIKA BETON secara bertahap
produksinya ke PC Bar. mengalihkan penggunaan PC Wire ke
PC Bar.
2. Pasar produsen semen sudah tidak dibatasi WIKA BETON masih akan
secara geografis mendapatkan perlakuan khusus dalam
supply dan harga semen.
98

No. Kondisi Saat Ini Asumsi Perencanaan Perusahaan


3. Semakin menipisnya deposit material alam Kerjasama bisnis dengan pemasok
disertai menguatnya isu mengenai dilakukan berdasarkan kepentingan
pelestarian lingkungan. jangka panjang (pelestarian lingkungan).
Pengembangan material alternatif
disiapkan untuk mengatasi kelangkaan
material alam.
4.
Perkembangan Angkutan Laut merubah Pengelolaan Vendor Angkutan
peta persaingan internal maupun eksternal dilakukan secara terintegrasi diseluruh
perusahaan. Unit Kerja.
PERSAINGAN
1. Hasil survey menunjukan bahwa brand Perolehan WIKA BETON akan
image PT WIKA adalah KUALITAS. meningkat sejalan dengan peningkatan
perolehan PT Wijaya Karya.
2. Keterlibatan pada berbagai mega proyek WIKA BETON akan banyak
infrastruktur semakin mengukuhkan brand memperoleh pekerjaan dari investor
image WIKA BETON sebagai produsen multinasinal.
beton pracetak terkemuka di Indonesia.
WIKA BETON meningkatkan
kemampuan SDM (penguasaan dalam
hal negosiasi dengan pihak asing).
ANCAMAN PENDATANG BARU
1. Pesaing baru dari dalam dan luar negeri Industri beton pracetak masih memiliki
mulai menjajaki pasar industri beton daya tarik bagi investor baru.
pracetak.
Kemampuan bersaing dapat ditingkatkan
melalui peninjauan struktur biaya.
WIKA BETON meningkatkan mutu
pelayanan/purna jual.
PRODUK PENGGANTI
1. Sebagai produk pondasi pembangunan WIKA Beton berusaha mengembangkan
infrastruktur bangunan, beton pra cetak produk beton pra cetak baru dan
masih belum ada produk penggantinya. melakukan diferensiasi pada produk
Perubahan hanya terjadi pada lama.
pengembangan produk yang sudah ada.

4.1.1.2 Penentuan Visi dan Misi Organisasi

PT. WIKA Beton menetapkan visi dan misi pada tahun 2005 berdasarkan

Surat Keputusan No. SK.01.01/WB-OA.110/2005 tentang visi, misi, moto,

nilai-nilai dan paradigma PT. WIKA Beton adalah sebagai berikut:

“Menjadi Perusahaan Terbaik dalam Industri Beton Pracetak”

Kata “Terbaik” berarti:

 Peringkat terbaik dalam industri beton pracetak pada tahun 2008 di

Indonesia.
99

 Peringkat terbaik dalam mewujudkan lingkungan kerja yang aman dan sehat

serta berwawasan lingkungan dengan mempertahankan sertifikat Sistem

Manajemen K3 (SMK3) dengan kategori Bendera Emas dari Departemen

Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

 Peringkat terbaik berdasarkan stakeholders utama yaitu:

a. Pemegang Saham

Nilai kesehatan perusahaan terbaik berdasarkan ukuran-ukuran yang

terdapat pada keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara tentang

Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara.

b. Pelanggan

Kualitas produk dan jasa terbaik, diukur berdasarkan nilai kepuasan

pelanggan (Costumer Satisfaction Index/CSI).

c. Mitra Kerja

Kerja sama yang sehat dan saling menguntungkan dengan

mempertahankan nilai kepuasan dan loyalitas mitra kerja (Business

Partner Satisfaction & Retention Index) yang telah dicapai.

d. Pegawai

Mempertahankan nilai kepuasan pegawai (Employee Satisfaction

Index/ESI) terbaik.

Misi dari perusahaan PT. WIKA Beton tahun 2005 adalah sebagai

berikut:

 Memimpin pasar beton pracetak di Indonesia.


100

 Memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan dengan

kesesuaian mutu, ketepatan waktu dan harga bersaing.

 Menerapkan sistem manajemen dan teknologi yang dapat memacu

peningkatan efisiensi, konsistensi mutu, keselamatan kerja yang

berwawasan lingkungan.

 Tumbuh dan berkembang bersama mitra kerja secara sehat dan

berkesinambungan.

 Mengembangkan kompetensi dan kesejahteraan pegawai.

4.1.1.3 Perumusan Strategi Induk dengan Analisa SWOT

Tahap selanjutnya ialah analisa SWOT perusahaan sebagai suatu cara

untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis dalam rangka

merumuskan strategi perusahaan. Masukkan untuk analisa SWOT ialah hasil

identifikasi lingkungan internal dan eksternal (beserta lingkungan industri di

dalamnya) yang berhubungan dengan visi dan tujuan perusahaan.

a) Kekuatan dan Kelemahan Internal PT. WIKA Beton

Tabel 4.5 Faktor Internal PT. WIKA Beton

No. Kekuatan (Strengths)


1. Dikenal sebagai produsen Beton Pracetak dengan kualitas dan citra yang baik.
2. Kapasitas produksi jauh diatas pesaing sehingga Wika Beton memiliki posisi tawar
yang baik terhadap pelanggan khususnya pada proyek pembangunan infrastruktur.
3. Memiliki variasi produk yang banyak yaitu 10 SBU dengan 40 jenis produk dan
standar produk yang secara umum sudah diterima dan menjadi acuan bagi
pelanggan maupun pesaing.
4. Menguasai berbagai macam teknologi produksi beton pracetak sehingga mampu
merespon kebutuhan pasar dengan cepat.
5. Mempunyai SDM yang handal dan berpengalaman dalam bidang engineering,
pabrikasi dan penjualan produk beton.
6. Memiliki mitra kerja yang handal dan bersaing dalam penyediaan material,
peralatan, tenaga kerja, dan modal.
101

No. Kelemahan (Weaknesses)


1. Implementasi strategis perusahaan tidak berjalan secara seimbang, menyebabkan
adanya fungsi diperusahaan yang belum sepenuhnya mampu mengikuti tuntutan
perkembangan.
2. Fasilitas dan pengelolaan Laboratorium Beton dan Material belum mencerminkan
citra perusahaan sebagai produsen beton pracetak terkemuka.
3. Kegiatan Penelitian dan Pengembangan kurang terintegrasi dengan program
pemasaran jangka panjang menyebabkan hasil litbang produk kurang berorientasi
pada kebutuhan pasar.
4. Kemampuan finansial relatif rendah untuk meningkatkan kapasitas produksi
melalui pembangunan pabrik baru.
5. Produktivitas kurang fleksibel disebabkan salah satunya karena masih memakai
labour intensive-production teknologi
6. Upaya promosi tidak terprogram dengan baik dapat menyebabkan terhambatnya
proses "estafet" penyebaran informasi
7. Struktur Harga Pokok Produksi menimbulkan subsidi silang antar produk yang
nilainya tidak diketahui secara tepat dan mengakibatkan rendahnya daya saing
sebagian SBU
8. Sistem Manajemen piutang yang belum terintegrasi menyebabkan collection
period, nilai piutang, ketergantungan modal usaha pada kredit dan biaya bunga
bank terus meningkat.
9. Informasi mengenai mitra kerja potensial belum dikelola secara sistematis
menyebabkan ketergantungan pada mitra kerja aktif.
10. Kemampuan negosiasi dan penguasaan kontrak khususnya untuk proyek-proyek
multinasional relatif rendah.
11. Sistem Pelayanan Purna Jual belum terintegrasi dengan baik antar unit kerja.
12. Pengelolaan Vendor Angkutan belum terintegrasi dengan baik antar unit kerja.
13. Pembinaan Pelanggan belum dilakukan secara sistematis.

b) Kesempatan dan Ancaman Eksternal PT. WIKA Beton

Tabel 4.6 Faktor Eksternal PT. WIKA Beton

No. Kesempatan (Opportunities)


1. Stabilitas politik mendukung jalannya pembangunan nasional sehingga potensi
pasar dalam negeri akan terus mengalami pertumbuhan yang cukup besar.
2. Adanya UU Investasi baru yang cukup fair diharapkan akan mendorong
peningkatan pada investasi disektor konstruksi khususnya Jalan Tol dan Power
Plant.
3. Brand image WIKA yang semakin baik akan berpengaruh terhadap peningkatan
perolehan WIKA BETON
4. Pemerintah akan mendorong pembangunan perumahan dengan pola rumah susun
(Rusun) dan rumah sederhana sehat (RSH).
5. Sistem Pracetak dan Material Alternatif akan berkembang pesat menggantikan
sistem konvensional.
6. Pasar produsen semen tidak dibatasi secara geografis.
7. WIKA BETON dikenal dan mendapat apresiasi yang tinggi dari pihak-pihak yang
terkait dengan industri beton pracetak (produk, jasa dan teknologi) baik didalam
maupun luar negeri.
8. Terdapat berbagai Sistem Manajemen baru yang dapat digunakan untuk
memperbaiki kinerja perusahaan.
9. Tersedia tenaga profesional/perusahaan yang dapat diajak bekerjasama.
102

No. Ancaman (Threats)


1. Adanya daerah-daerah yang belum digarap dengan baik oleh Wika Beton,
memungkinkan pesaing untuk mendahului masuk dan memperkuat posisi
pasarnya.
2. Pelanggan beralih dari WIKA BETON karena Pesaing menggunakan sistem
produksi dan desain yang lebih ekonomis.
3. Produksi PC Wire dunia semakin berkurang sejalan dengan mening-katnya
produksi PC Bar, sementara WIKA BETON belum siap sepenuhnya untuk beralih
ke sistem produksi menggunakan PC Bar.
4. Kesulitan mendapatkan pemasok yang mampu men-supply material alam dalam
jumlah dan kualitas yang diharapkan dapat menyebabkan terganggunya aktivitas
produksi.
5. Meningkatnya kecenderungan Pelanggan untuk menunda dan menghindari
kewajiban membayar, dapat menyebabkan kesulitan likuiditas, meningkatnya
biaya bunga dan piutang macet perusahaan.
6. Produsen pesaing merebut pasar tradional WIKA BETON melalui upaya
pengembangan range product yang semakin beragam.
7. Perkembangan transportasi laut yang semakin murah akan meningkatkan
kemampuan pesaing menjangkau wilayah pemasaran yang selama ini hanya
dilayani oleh WIKA BETON.
8. Hubungan sosial dengan masyarakat sekitar Pabrik yang tidak terbina dengan baik
dapat menyebabkan Pabrik WIKA BETON yang berlokasi diluar kawasan industri
berisiko menghadapi masalah.
9. Rencana pemerintah mengeluarkan kebijakan mengenai keharusan penempatan
lokasi pabrik di Kawasan Industri dapat menyebabkan turunnya fleksibilitas
pemilihan lokasi pembangunan pabrik baru.
10. Pelanggan cenderung membeli produk dalam satu paket terpasang.

4.1.1.4 Perhitungan EFAS dan IFAS

Untuk menentukan posisi perusahaan di tengah persaingan industri yang

sejenis dilakukan identifikasi dan pemilihan strategi dengan menggunakan

analisa perhitungan EFAS dan IFAS analisa SWOT. Pembobotan pada setiap

indikator menggunakan metode perbandingan berpasangan atau pairwise

comparison. Berikut adalah hasil perhitungan IFAS dan EFAS (Tabel 4.7 –

4.10).
103

1. Strengths – S

Tabel 4.7 Internal Strategic Factors Analysis Summary (IFAS) - S

BOBOT RATING
INDIKATOR BXR
(B) (R)
1. Dikenal sebagai produsen Beton Pracetak dengan 0.2 5 1
kualitas dan citra yang baik.
2. Kapasitas produksi jauh diatas pesaing sehingga Wika 0.2 5 1
Beton memiliki posisi tawar yang baik terhadap
pelanggan khususnya pada proyek pembangunan
infrastruktur.
3. Memiliki variasi produk yang banyak yaitu 10 SBU 0.15 4 0.6
dengan 40 jenis produk dan standar produk yang secara
umum sudah diterima dan menjadi acuan bagi
pelanggan maupun pesaing.
4. Menguasai berbagai macam teknologi produksi beton 0.11 4 0.44
pracetak sehingga mampu merespon kebutuhan pasar
dengan cepat.
5. Mempunyai SDM yang handal dan berpengalaman 0.17 4 0.68
dalam bidang engineering, pabrikasi dan penjualan
produk beton.
6. Memiliki mitra kerja yang handal dan bersaing dalam 0.17 5 0.85
penyediaan material, peralatan, tenaga kerja, dan
modal.
JUMLAH 1 4.57

2. Weaknesses – W

Tabel 4.8 Internal Strategic Factors Analysis Summary (IFAS) - W

BOBOT RATING
INDIKATOR BXR
(B) (R)
1. Implementasi strategis perusahaan tidak berjalan secara 0.07 2 0.14
seimbang, menyebabkan adanya fungsi diperusahaan
yang belum sepenuhnya mampu mengikuti tuntutan
perkembangan.
2. Fasilitas dan pengelolaan Laboratorium Beton dan 0.08 1 0.08
104

Material belum mencerminkan citra perusahaan


sebagai produsen beton pracetak terkemuka.
3. Kegiatan Penelitian dan Pengembangan kurang 0.1 2 0.2
terintegrasi dengan program pemasaran jangka panjang
menyebabkan hasil litbang produk kurang berorientasi
pada kebutuhan pasar.
4. Kemampuan finansial relatif rendah untuk 0.08 3 0.24
meningkatkan kapasitas produksi melalui
pembangunan pabrik baru.
5. Produktivitas kurang fleksibel disebabkan salah 0.06 3 0.18
satunya karena masih memakai labour intensive-
production teknologi.
6. Upaya promosi tidak terprogram dengan baik dapat 0.07 1 0.07
menyebabkan terhambatnya proses "estafet"
penyebaran informasi.
7. Struktur Harga Pokok Produksi menimbulkan subsidi 0.08 4 0.32
silang antar produk yang nilainya tidak diketahui
secara tepat dan mengakibatkan rendahnya daya saing
sebagian SBU.
8. Sistem Manajemen piutang yang belum terintegrasi 0.08 2 0.16
menyebabkan collection period, nilai piutang,
ketergantungan modal usaha pada kredit dan biaya
bunga bank terus meningkat.
9. Informasi mengenai mitra kerja potensial belum 0.1 3 0.3
dikelola secara sistematis menyebabkan
ketergantungan pada mitra kerja aktif.
10. Kemampuan negosiasi dan penguasaan kontrak 0.08 3 0.24
khususnya untuk proyek-proyek multinasional relatif
rendah.
11. Sistem Pelayanan Purna Jual belum terintegrasi dengan 0.06 1 0.06
baik antar unit kerja.
12. Pengelolaan Vendor Angkutan belum terintegrasi 0.08 2 0.16
dengan baik antar unit kerja.
13. Pembinaan Pelanggan belum dilakukan secara 0.06 2 0.12
sistematis.
JUMLAH 1 2.27
105

3. Opportunities – O

Tabel 4.9 External Strategic Factors Analysis Summary (EFAS) - O

BOBOT RATING
INDIKATOR BXR
(B) (R)
1. Stabilitas politik mendukung jalannya pembangunan 0.15 4 0.6
nasional sehingga potensi pasar dalam negeri akan
terus mengalami pertumbuhan yang cukup besar.
2. Adanya UU Investasi baru yang cukup fair diharapkan 0.15 3 0.45
akan mendorong peningkatan pada investasi disektor
konstruksi khususnya Jalan Tol dan Power Plant.
3. Brand image WIKA yang semakin baik akan 0.12 4 0.48
berpengaruh terhadap peningkatan perolehan WIKA
BETON
4. Pemerintah akan mendorong pembangunan perumahan 0.1 3 0.3
dengan pola rumah susun (Rusun) dan rumah
sederhana sehat (RSH).
5. Sistem Pracetak dan Material Alternatif akan 0.1 2 0.2
berkembang pesat menggantikan sistem konvensional.
6. Pasar produsen semen tidak dibatasi secara geografis. 0.12 4 0.48
7. WIKA BETON dikenal dan mendapat apresiasi yang 0.12 4 0.48
tinggi dari pihak-pihak yang terkait dengan industri
beton pracetak (produk, jasa dan teknologi) baik
didalam maupun luar negeri.
8. Terdapat berbagai Sistem Manajemen baru yang dapat 0.07 4 0.28
digunakan untuk memperbaiki kinerja perusahaan.
Tersedia tenaga profesional/perusahaan yang dapat
diajak bekerjasama.
9. Tersedia tenaga profesional/perusahaan yang dapat 0.07 4 0.28
diajak bekerjasama.
JUMLAH 1 3.45
106

4. Threats – T

Tabel 4.10 External Strategic Factors Analysis Summary (EFAS) - T

BOBOT RATING
INDIKATOR BXR
(B) (R)
1. Adanya daerah-daerah yang belum digarap dengan 0.1 2 0.2
baik oleh Wika Beton, memungkinkan pesaing untuk
mendahului masuk dan memperkuat posisi pasarnya.
2. Pelanggan beralih dari WIKA BETON karena Pesaing 0.1 2 0.2
menggunakan sistem produksi dan desain yang lebih
ekonomis.
3. Produksi PC Wire dunia semakin berkurang sejalan 0.07 1 0.07
dengan mening-katnya produksi PC Bar, sementara
WIKA BETON belum siap sepenuhnya untuk beralih
ke sistem produksi menggunakan PC Bar.
4. Kesulitan mendapatkan pemasok yang mampu men- 0.14 2 0.28
supply material alam dalam jumlah dan kualitas yang
diharapkan dapat menyebabkan terganggunya aktivitas
produksi.
5. Meningkatnya kecenderungan Pelanggan untuk 0.15 3 0.45
menunda dan menghindari kewajiban membayar,
dapat menyebabkan kesulitan likuiditas, meningkatnya
biaya bunga dan piutang macet perusahaan.
6. Produsen pesaing merebut pasar tradional WIKA 0.07 1 0.07
BETON melalui upaya pengembangan range product
yang semakin beragam.
7. Perkembangan transportasi laut yang semakin murah 0.14 2 0.28
akan meningkatkan kemampuan pesaing menjangkau
wilayah pemasaran yang selama ini hanya dilayani
oleh WIKA BETON.
8. Hubungan sosial dengan masyarakat sekitar Pabrik 0.1 1 0.1
yang tidak terbina dengan baik dapat menyebabkan
Pabrik WIKA BETON yang berlokasi diluar kawasan
industri berisiko menghadapi masalah.
9. Rencana pemerintah mengeluarkan kebijakan 0.06 1 0.06
mengenai keharusan penempatan lokasi pabrik di
Kawasan Industri dapat menyebabkan turunnya
107

fleksibilitas pemilihan lokasi pembangunan pabrik


baru. 0.07 2 0.14
10. Pelanggan cenderung membeli produk dalam satu
paket terpasang.
JUMLAH 1 1.85

Posisi PT. WIKA Beton berdasarkan formula perhitungan IFAS dan

EFAS diatas ialah sebagai berikut (Marimin, 2004, p62):

S  W 4.57  2.27
IFAS (sumbu-x) = = = 1.15
2 2

O  T 3.45  1.85
EFAS (sumbu-y) = = = 0.8
2 2

Gambar 4.3 Diagram SWOT PT. WIKA Beton

Berdasarkan pemetaan diagram diatas, PT. WIKA Beton mempunyai

kekuatan dan kesempatan yang sangat baik, sehingga berada pada kwadran I,

pertumbuhan dan pengembangan. Dalam kwadran ini, pangsa pasar dan peluang

untuk tumbuh yang dimiliki perusahaan sangat baik, sehingga diperlukan


108

langkah-langkah strategis untuk melakukan investasi/pengembangan dalam

mengejar pertumbuhan yang agresif. Secara umum, PT. WIKA Beton

memfokuskan pada strategi pertumbuhan dan pengembangan melalui

peningkatan mutu, pelayanan serta harga yang bersaing agar dapat selalu

menjawab tantangan saat ini dan di masa yang akan datang.

Matriks SWOT digunakan sebagai penetapan strategi yang berhubungan

dengan keempat faktor dalam analisa SWOT dan posisi perusahaan pada

diagram SWOT. Penetapan strategi digolongkan menjadi empat bagian, yaitu

(Tabel 4.7 – Tabel 4.10):

 Strategi Strengths – Opportunities/SO (maxi-maxi), yaitu strategi perusahaan

untuk memaksimalkan kekuatan perusahaan dalam meraih kesempatan yang

ada secara maksimal.

 Strategi Strengths – Threats/ST (maxi-mini), yaitu strategi perusahaan untuk

meminimalisasi ancaman eksternal dengan memaksimalkan kekuatan yang

dimiliki.

 Strategi Weaknesses – Opportunities/WO (mini-maxi), yaitu strategi

perusahaan untuk meminimalisasi kelemahan dengan memanfaatkan

kesempatan yang ada.

 Strategi Weaknesses – Threats/WT (mini-mini), yaitu strategi perusahaan

untuk meminimaliasasi ancaman dengan meminimalisasi kekurangan yang

dimiliki perusahaan.
109

Tabel 4.11 Strategi Strengths - Opportunities

No. Strategi S-O


1. Mengembangkan sistem pracetak untuk gedung dan perumahan dengan memanfaatkan
adanya program pemerintah membenahi kawasan kumuh melalui pembangunan
RUSUN.
2. Mengembangkan sistem pracetak dan material alternative melalui kerjasama dengan
pihak lain (dalam maupun luar negeri) yang sudah berpengalaman dan memiliki sistem
yang handal.
3. Memanfaatkan citra dan kapasitas produksi yang besar untuk memperoleh " premium
price".
4. Menangkap peluang peningkatan investasi dibidang infrastruktur melalui pola
pemasaran yang lebih kehulu.
5. Peningkatan kapasitas produksi dilakukan melalui optimalisasi kapasitas jalur yang ada.
6. Mengamankan supply dan harga semen melalui upaya menjaga keseimbangan
pemesanan antar produsen.
7. Melakukan kerjasama secara profesional dengan lembaga/perorangan untuk
pengembangan sistem manajemen, laboratorium dan proyek engineering.
8. Memanfaatkan Lembaga hukum untuk mengupayakan agar produk-produk yang
dimiliki perusahaan mempunyai status hukum (merk dan hak intelektual).
9. Memanfaatkan konsultan hukum untuk mengatasi permasalah hukum perusahaan.

Tabel 4.12 Strategi Strengths - Threats

No. Strategi S-T


1. Meningkatkan jangkauan dan penetrasi pasar melalui penambahan representatif di
beberapa daerah potensial.
2. Pengembangan material, produk, fasilitas dan sistem produksi disesuaikan dengan
tuntutan pasar dan dilaksanakan melalui pembentukan Tim Pengembangan yang
bertugas menetapkan dan mengendalikan arah pengembangannya.
3. Seluruh pabrik disiapkan untuk dapat menggunakan PC Bar.
4. Bekerjasama dengan mitra kerja produsen lokal untuk meningkatkan jaminan kualitas
dan supply PC Bar.
5. Lokasi pembangunan pabrik baru ditetapkan dengan mempertimbangkan aspek dampak
lingkungan, sosial masyarakat, supply material alam dan transportasi produk
(khususnya angkutan laut) serta diupayakan didalam kawasan industri.
110

6. Lebih selektif dalam menerima pesanan pelanggan dengan memanfaatkan informasi


Nilai Pelanggan.
7. WIKA BETON tetap fokus pada produk-produk untuk menunjang pembangunan
infrastruktur sambil mulai mengembangkan produk-produk untuk gedung dan
perumahan.
8. Secara bertahap memodifikasi dan menerapkan sistem produksi yang ramah lingkungan
diseluruh pabrik.
9. Mengutamakan rekrutmen tenaga kerja dari masyarakat sekitar dan berpartisipasi
dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.
10. Pengembangan SDM dikaitkan dengan rencana pengembangan jangka panjang
perusahaan.
11. Peningkatan kemampuan bersaing dilakukan melalui upaya improvement dan
differensiasi produk lama.
12. Bekerjasama dengan mitra kerja konstruksi untuk memasuki pasar rumah susun dan
gedung pracetak.

Tabel 4.13 Strategi Weaknesses - Opportunities

No. Strategi W-O


1. Evaluasi dan tindak lanjut terhadap pencapaian RKAP dan RJP harus meliputi seluruh
sasaran baik kuantitatif maupun kualitatif.
2. Melakukan kerjasama aliansi strategis dengan perusahaan terkait (dalam maupun luar
negeri) untuk meningkatkan kapasitas penjualan.
3. Melakukan kerjasama secara profesional dengan lembaga/perorangan untuk
pengembangan SDM, sistem manajemen, laboratorium dan proyek engineering.
4. Meningkatkan Laboratorium Beton untuk mampu mengikuti perkembangan teknologi.
5. Mengembangkan Customer Relation Management secara terpadu untuk penanganan
masalah pasar, pelanggan dan pelayanan purna jual.
6. Mengembangkan e-procurement pengadaan yang mencakup kegiatan pengadaan di
PPB, WP dan Kantor Pusat secara terpadu.
111

Tabel 4.14 Strategi Weaknesses - Threats

No. Strategi W-T


1. Aktivitas Promosi dilaksanakan berdasarkan sasaran/program jangka panjang dan
jangka pendek promosi.
2. Peningkatan kapasitas dan konsistensi mutu dilakukan melalui penggunaan teknologi
baru.
3. Pengelolaan informasi mengenai mitra-kerja potensial dilakukan melalui sistem IT
yang terintegrasi.
4. Meninjau, menetapkan dan menegaskan kembali strategi perusahaan dalam
menghadapi masalah keterlambatan pembayaran dan piutang macet.

4.1.2 Penetapan & Implementasi Strategi

Pada tahap penetapan & implementasi strategi terdapat dua tahapan

utama, yaitu:

1. Pemetaan strategi ke dalam area fungsional perusahaan

2. Penetapan critical success factor (CSF).

4.1.2.1 Penetapan Strategi & Kebijakan Fungsional

Dalam perencanaan dan implementasi strategi perusahaan, PT. WIKA

Beton menggolongkan strategi-strategi tersebut berdasarkan area fungsional

perusahaan, yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.15 Pemetaan Strategi kedalam Area Fungsional Perusahaan

Area Fungsional
No. Strategi
Perusahaan
A. Pengembangan Mengembangkan sistem pracetak untuk gedung dan perumahan
Bisnis dengan memanfaatkan adanya program pemerintah membenahi
kawasan kumuh melalui pembangunan RUSUN (rumah susun)
112

Area Fungsional
No. Strategi
Perusahaan
Mengembangkan sistem pracetak dan material alternatif melalui
kerjasama dengan pihak lan (dalam maupun luar negeri) yang
sudah berpengalaman dan memiliki sistem yang handal
Pengembangan material, produk, fasilitas, dan sistem produksi
disesuaikan dengan tuntutan pasar dan dilaksanakan melalui
pembentukan Tim Pengembangan yang bertugas menetapkan dan
mengendalikan arah pengembangannya
Lokasi pembangunan pabrik baru ditetapkan dengan
mempertimbangkan aspek dampak lingkungan, sosial
masyarakat, pasokan material alam dan transportasi produk
(khususnya angkatan laut) serta diupayakan di dalam kawasan
industri
PT. WIKA Beton tetap fokus pada produk-produk untuk
menunjang pembangunan infrastuktur sambil mulai
mengembangkan produk-produk untuk gedung dan perumahan
Melakukan kerjasama aliansi strategis dengan perusahaan terkait
(dalam maupun luar negeri) untuk meningkatkan kapasitas
penjualan
Melakukan kerjasama secara professional dengan
lembaga/perorangan untuk pengembangan SDM, sistem
manajemen, laboratorium dan proyek enjiniring
B. Pemasaran Menangkap peluang peningkatan investasi di bidang infrastruktur
melalui pola pemasaran yang lebih kehulu
Meningkatkan jangkauan dan penetrasi pasar melalui
penambahan representatif penjualan di beberapa daerah potensial
Aktivitas promosi dilaksanakan berdasarkan sasaran/program
jangka panjang/jangka pendek promosi
Mengembangkan Customer Relation Management secara terpadu
untuk penanganan masalah pasar, pelanggan, dan pelayanan
purna jual
C. Penjualan Memanfaatkan citra dan kapasitas produksi yang besar untuk
memperoleh “premium price”
Lebih selektif dalam menerima pesanan pelanggan dengan
memanfaatkan informasi Nilai Pelanggan
113

Area Fungsional
No. Strategi
Perusahaan
D. Produksi Peningkatan kapasitas produksi dilakukan melalui optimalisasi
kapasitas jalur yang ada
Mengamankan pasokan dan harga semen melalui upaya menjaga
keseimbangan pemesanan antar produsen
Seluruh pabrik disiapkan untuk menggunakan PC Bar
Bekerjasama dengan mitra kerja produsen lokal untuk
meningkatkan jaminan kualitas dan pasokan PC Bar
Secara bertahap memodifikasi dan menerapkan sistem produksi
yang ramah lingkungan diseluruh pabrik
Peningkatan kapasitas dan konsistensi mutu dilakukan melalui
penggunaan dan teknologi baru
Mengembangkan e-procurement yang mencakup kegiatan
pengadaan di PPB, WP, dan kantor pusat secara terpadu
E. Sumberdaya Pengembangan SDM dikaitkan dengan rencana pengembangan
Manusia jangka panjang perusahaan
Peningkatan produktivitas dan profitabilitas SDM
F. Enjiniring Peningkatan kemampuan bersaing dilakukan melalui upaya
improvement dan diferensiensi produk lama
Meningkatkan Laboratorium Beton agar mampu mengikuti
perkembangan teknologi
Melakukan kerjasama secara profesional dengan
lembaga/perorangan untuk pengembangan sistem manajemen,
laboratorium, dan proyek
G. Keuangan Meninjau, menetapkan dan menegaskan kembali strategi
perusahaan dalam menghadapi masalah keterlambatan
pembayaran dan piutang macet
H. Hukum dan Legal Memanfaatkan Lembaga hukum untuk mengupayakan agar
produk-produk yang dimiliki perusahaan mampunyai status
hukum (merek dan hak intelektual)
Memanfaatkan konsultan hukum untuk mengatasi permasalahan
hukum perusahaan
I. Bidang Umum dan Mengutamakan rekrutmen tenaga kerja dari masyarakat sekitar
Hubungan dan berpatisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan
Masyarakat
114

Area Fungsional
No. Strategi
Perusahaan
J. Pengendalian Evaluasi dan tindak lanjut terhadap pencapaian RKAP dan RJP
harus meliputi seluruh sasaran baik kuantitatif maupun kualitatif
K. Sistem Informasi Pengelolaan informasi mengenai mitra-kerja potensial yang
dilakukan melalui sistem TI yang terintegrasi

4.1.2.2 Penetapan Critical Succes Factors

Penetapan critical success factor (CSF) bertujuan untuk mengetahui

wilayah aktivitas bisnis yang yang harus berjalan dengan benar untuk mencapai

sasaran bisnis, sehingga diperlukan suatu pengukuran kinerja untuk mengetahui

sejauh mana perusahaan telah menjalankan komitmennya terhadap strategi yang

telah ditetapkan. Berikut adalah CSF yang ditetapkan untuk mencapai sasaran

bisnis, yaitu:

 Meningkatkan omzet penjualan dan perolehan kontrak baru

 Meningkatkan laba operasional

 Intensifikasi/Penetrasi pasar dan ekstensifikasi wilayah operasi pasar

(lebih ke industri hulu)

 Meningkatkan kapasitas produksi dan konsistensi mutu produk

 Meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya keuangan dan tingkat

pengembalian investasi

 Meningkatkan pengembangan produk baru dan diferensiasi produk

 Meningkatkan kompetensi, kepuasan dan produktivitas sumber daya

manusia

 Meningkatkan pelayanan dan kemampuan enjiniring melalui program

penelitian dan pengembangan


115

 Penerapan sistem informasi yang terintegrasi di seluruh unit kerja

 Meningkatkan sistem manajemen perusahaan.

4.1.3 Evaluasi Kinerja Strategi

Hasil setiap langkah yang diimplementasikan perlu dievaluasi berupa

pengukuran kinerja untuk memberikan umpan balik bagi pemantauan

pelaksanaan anggaran, program dan pelaksanaan strategis. Hasil evaluasi juga

digunakan untuk memberikan informasi bagi pelaksanaan tentang seberapa jauh

target telah berhasil dicapai, sasaran strategis telah berhasil dicapai, tujuan dan

visi perusahaan dapat dicapai.

Evaluasi kinerja perusahaan dalam menjalankan rencana strategis mereka

membutuhkan metode pengukuran performansi. Metode yang digunakan ialah

metode Balanced Scorecard dengan empat perspektif pengukuran, yaitu

perspektif keuangan (financial), perspektif pelanggan (customer), perspektif

proses bisnis internal (internal process), dan perspektif pembelajaran dan

pertumbuhan (learning and growth).

Didalam setiap perspektif perlu ditetapkan key performance indicator

(KPI), sebagai tolak ukur antara pencapaian rencana dengan realisasi yang

terjadi. KPI ditentukan dari setiap CSF perusahaan, berikut adalah uraian

mengenai CSF dan KPI dalam kerangka Balanced Scorecard PT. WIKA Beton

(Tabel 4.16).
116

Tabel 4.16 CSF/Sasaran Strategis dan KPI PT. WIKA Beton.

Key Performance Satuan


Perspektif CSF
Indicator Pengukuran
Meningkatkan omzet penjualan Nilai Penjualan Rupiah
Meningkatkan omzet kontrak baru Nilai perolehan kontrak Rupiah
baru
Meningkatkan tingkat Return On Investment Persentase
pengembalian investasi (ROI)
Finansial
Meningkatkan efisiensi Total Asset Turnover Kali
penggunaan total aktiva
perusahaan
Meningkatkan laba operasional Nilai EBIT (Earn Before Rupiah
Interest and Tax).
Memperluas penetrasi pasar Target pangsa pasar Persentase
(ekstensifikasi dan intensifikasi) (market share).
Meningkatkan pelayanan kepada Indeks kepuasan Skor (1-5)
Pelanggan
pelanggan pelanggan (CSI)
Mempertahankan pelanggan lama Rasio pelanggan lama Persentase
Meningkatkan pelanggan baru Rasio pelanggan baru Persentase
Menurunkan jumlah produk cacat Rasio produk cacat dan Persentase
& gagal gagal.
Proses Menurunkan jumlah potensi Jumlah Lost Sale ketika Frekuensi &
Internal kontrak yang tidak dapat dipenuhi dibutuhkan. Rupiah
karena keterbatasan kapasitas
produksi
Meningkatkan kompetensi tenaga Training Coverage Persentase
kerja
Meningkatkan kepuasan tenaga Employee Turnover Persentase
Kerja
Pembelajaran
Meningkatkan produktivitas Produktivitas Pegawai Rupiah/Orang
&
Pegawai
Pertumbuhan
Meningkatkan kemampuan Proporsi biaya Persentase
perusahaan dengan pengembangan pengembangan &
produk baru, manajemen, SDM, penelitian terhadap total
pasar, dan kemampuan teknik biaya usaha.
117

Gambar 4.4 Strategic Map PT. WIKA Beton dalam Kerangka

Balanced Scorecard

4.2 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan berdasarkan data yang diperoleh untuk

mengukur setiap KPI yang terdapat pada peta strategi. Dalam pengolahan data,

ditambahkan asumsi-asumsi yang diperoleh dari pihak perusahaan dengan tujuan


118

agar setiap pengukuran KPI pada setiap perspektif di peta strategi Balanced

Scorecard memiliki batasan dan pengertian yang jelas.

Sumber pengolahan data diperoleh dari laporan manajemen dan rencana

kerja anggaran perusahaan (RKAP) periode tahun 2003-2006. Pengukuran

performansi PT. WIKA Beton dimulai dari perspektif pembelajaran dan

pertumbuhan, proses bisnis internal, dan pelanggan, karena ketiga perspektif

tersebut merupakan indikator pencapaian jangka panjang (driver) yang akan

mempengaruhi target kinerja jangka pendek pada indikator perspektif finansial.

4.2.1 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Dalam suatu perusahaan, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan

merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menentukan strategi

perusahaan. Selain kapabilitas keuangan dan kemampuan perusahaan dalam

menarik konsumen dengan proses internalnya, kinerja karyawan merupakan

investasi infrastruktur perusahaan yang tak ternilai harganya. Perpektif

pembelajaran dan pertumbuhan merupakan prioritas untuk menciptakan suatu

keadaan yang mendukung perubahan organisasional, inovasi, dan pertumbuhan.

Dalam pengukuran performansi PT. WIKA Beton pada perspektif

pembelajaran dan pertumbuhan, dilakukan pengukuran performansi tenaga kerja

berdasarkan kinerja program penelitian dan pengembangan, Training Coverage,

Employee Turnover, dan produktivitas pegawai.


119

4.2.1.1 Penelitian dan Pengembangan

Penelitian dan pengembangan (research and development) atau Litbang

merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan

keunggulan kompetitif perusahaan melalui peningkatan berkelanjutan terhadap

kapabilitas kinerja semua sumber daya didalam perusahaan. Program penelitian

dan pengembangan yang dilakukan oleh perusahaan, yaitu: Litbang Produk,

Litbang SDM, Litbang Teknik, Litbang Manajemen, Litbang Sistem Informasi

Manajemen, dan Litbang Pasar.

Bagaimana mengukur kinerja litbang agar usaha dan biaya yang

dikeluarkan oleh perusahaan dapat mempengaruhi perubahan kapabilitas

perusahaan secara efektif?. Untuk itu, pengukuran KPI ini dilakukan dengan

menghitung proporsi pengeluaran biaya untuk program penelitian dan

pengembangan terhadap biaya usaha yang dikeluarkan per tahun, karena biaya

litbang merupakan bagian dari biaya usaha. Pengukuran tersebut bertujuan untuk

mengetahui dampak proporsi biaya litbang terhadap perubahan perusahaan

kearah yang lebih baik.


120

Tabel 4.17 Program Penelitian dan Pengembangan PT. WIKA Beton

PT. WIKA Beton

Proporsi Pengeluaran Biaya Penelitian & Pengembangan


Periode 2003-2006

(satuan jutaan rupiah; persen)


2003 2004 2005 2006
Uraian
Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana

Biaya Usaha 338,601.78 253,511.00 405,797.72 366,200.00 549,270.05 416,150.00 589,265.00 564,196.00

Biaya Litbang 636.93 503.98 746.94 1,113.00 1,205.00 1,256.99 1,008.00 1,435.00

Proporsi Litbang 0.19% 0.20% 0.18% 0.30% 0.22% 0.30% 0.17% 0.25%
% Pencapaian
Target 94.62% 60.56% 72.63% 67.26%
(sumber: Laporan Beban Langsung/ Beban Tak Langsung periode 2003-2006)

Ket:

RKAP = Rencana Kerja & Anggaran Perusahaan, Realisasi = Pelaksanaan Aktual

Contoh perhitungan:

Biaya Litbang
Proporsi  x100% …(rumus 2.17)
Biaya Usaha

636.93
Pr oporsiLitbang2003  x100%  0.19%
338,601.78

dan % pencapaian target tahun 2003

Pr oporsiLitbang Re alisasi 0.19%


 x100%   94.62%
Pr oporsiLitbangRKAP 0.20%
121

Tabel 4.18 Uraian Biaya Program Penelitian dan Pengembangan

PT. WIKA Beton

PT. WIKA Beton


Program Penelitian dan Pengembangan
Periode 2003-2006
(satuan jutaan rupiah)
Litbang 2003 2004 2005 2006
Produk 187.73 341.26 643.16 632.00
SDM 29.88 186.24 321.32 191.00
Teknik 103.00 152.81 177.14 121.00
SIM 0.00 0.00 0.00 0.00
Manajemen 299.08 52.04 48.02 42.00
Pasar 17.24 14.59 15.60 22.00
Jumlah Biaya Litbang 636.93 746.94 1,205.24 1,008.00

4.2.1.2 Kompetensi Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan suatu asset dan komponen masukkan (input)

yang berharga bagi perusahaan. Para pekerja memegang peranan yang penting

dalam kemajuan perusahaan. Tenaga kerja yang memiliki skill dan pemahaman

kerja yang tinggi, merupakan modal intelektual bagi perusahaan. KPI pelatihan

tenaga kerja memberikan gambaran seberapa besar usaha yang dilakukan oleh

PT. WIKA Beton terhadap peningkatan kemampuan dan keahlian para sumber

daya manusia mereka.

Salah satu pengukuran yang dapat digunakan untuk mengetahui seberapa

besar usaha peningkatan kompetensi tenaga kerja ialah training coverage.

Training coverage adalah persentase jumlah karyawan yang mendapatkan

pelatihan dalam satu tahun. Kinerja training coverage PT. WIKA Beton periode

2003-2006 dapat dilihat pada Tabel 4.19.


122

Tabel 4.19 Training Coverage PT. WIKA Beton

PT. WIKA Beton


Peserta Program Pelatihan dan Pendidikan Tenaga Kerja
Periode 2003-2006
(satuan orang; persen)
Peserta Peserta Peserta Peserta
No Uraian 2003 2004 2005 2006
Ri Ra Ri Ra Ri Ra Ri Ra
1 Pelatihan Dasar 0 22 0 0 0 0 0 10
2 Kursus Reguler 158 96 152 90 109 115 191 155
3 Pembinaan SDM 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Konsultan SDM 0 0 0 0 0 0 0 0
5 Seminar 14 5 30 16 24 34 32 25
6 Pendidikan Reguler 0 0 0 0 0 0 0 0
7 Pendidikan Lanjutan 0 2 0 2 1 1 0 4
8 Studi Banding 0 0 5 9 0 0 0 10
9 Lain-lain 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah Peserta 172 125 187 117 134 150 223 204
Jumlah Tenaga Kerja 885 918 912 903
Training Coverage Aktual 19.44% 20.37% 14.69% 24.70%
Training Coverage Rencana 14.12% 12.75% 16.45% 22.59%
% Pencapaian Target 137.60% 159.83% 89.33% 109.31%
(sumber: Laporan Realisasi Program Pendidikan dan Pelatihan periode 2003-2006)
Ket:
Ri = Pelaksanaan aktual / realisasi aktual
Ra = Rencana pelaksanaan awal

Contoh perhitungan: 

Jumlah Peserta Training
Training Coverage  x100% …(rumus 2.16)
Jumlah Total Tenaga Kerja

223
Training Coverage Realisasi 2006  x100%  24.70%
903
123

dan % pencapaian target tahun 2006

% Training Coverage Ri 24.70%


 x100%   109.31%
% Training Coverage Ra 22.59%

4.2.1.3 Kepuasan Tenaga Kerja

Tujuan kepuasan tenaga kerja (employee satisfaction) menyatakan bahwa

moral pekerja dan kepuasan kerja secara keseluruhan saat ini dipandang penting

oleh perusahaan. Pekerja yang puas merupakan pra-kondisi bagi meningkatnya

produktivitas, daya tanggap, mutu, dan pelayanan kepada pelanggan.

Employee turnover merupakan tingkat keluar masuknya karyawan pada

perusahaan tersebut. Semakin tinggi Employee Turnover, mengindikasikan iklim

organisasi yang kurang baik, sehingga karyawan yang bekerja tidak dapat

bertahan lama berada dalam perusahaan tersebut. Employee Turnover PT. WIKA

Beton periode 2003-2006 berdasarkan alasannya dapat dilihat pada Tabel 4.20.
124

Tabel 4.20 Realisasi Employee Turnover PT. WIKA Beton

PT. WIKA Beton


Empolyee Turnover per Tahun
Periode 2003-2006
(satuan orang)
No. Uraian 2003 2004 2005 2006

Jumlah Awal 880 885 918 912


A Penambahan Tenaga Kerja 19 45 10 25
B Pengurangan Tenaga Kerja
1 Mengundurkan Diri 2 4 5 9
2 Pensiun 9 2 4 5
3 Meninggal Dunia 2 4 3 5
4 Kepentingan Perusahaan 1 2 4 15
Total Tenaga Kerja Keluar 14 12 16 34
Jumlah Akhir 885 918 912 903
% Masuk 2.16% 5.08% 1.09% 2.74%
% Keluar 1.59% 1.36% 1.74% 3.73%
(sumber: Laporan Perubahan Personalia periode 2003-2006)

Contoh perhitungan:

Jumlah Tenaga Kerja Keluar


Turnover Keluar  x100% …(rumus 2.15.1)
Jumlah Total Tenaga Kerja

Jumlah Tenaga Kerja Masuk


Turnover Masuk  x100% …(rumus 2.15.2)
Jumlah Total Tenaga Kerja

14
Turnover Keluar 2003  x100%  1.59%
885

19
Turnover Masuk 2003  x100%  2.16%
885
125

Tabel 4.21 Rencana Employee Turnover PT. WIKA Beton

Uraian 2003 2004 2005 2006


Jumlah Awal 880 885 918 912
Tenaga Kerja Masuk 19 45 10 25
Tenaga Kerja Keluar 10 4 8 20
Jumlah Akhir 889 926 920 917
% Keluar 1.12% 0.43% 0.87% 2.18%
(sumber: Laporan Perubahan Personalia periode 2003-2006)

Contoh perhitungan untuk rencana Employee Turnover menggunakan

rumus seperti contoh diatas.

4.2.1.4 Produktivitas Pegawai

Produktivitas Pegawai (employee productivity) adalah suatu ukuran hasil,

dampak keseluruhan dari usaha peningkatan moral (employee satisfaction) dan

keahlian pekerja. Tujuannya ialah membandingkan keluaran yang dihasilkan

para pekerja dengan jumlah pekerja yang dikerahkan untuk menghasilkan

keluaran tersebut.

Pengukuran produktivitas pegawai dilakukan dengan membandingkan

jumlah total penjualan (sebagai output perusahaan) terhadap jumlah total

pegawai di PT. WIKA Beton (sebagai input perusahaan) per periode tahunan.

Dengan asumsi, semua elemen tenaga kerja didalam organisasi terlibat dalam

menghasilkan output perusahaan berupa jumlah nilai penjualan. Jumlah dan

persentase kinerja produktivitas pegawai PT. WIKA Beton terhadap rencana

perusahaan dapat dilihat pada Tabel 4.22.


126

Tabel 4.22 Produktivitas Pegawai PT. WIKA Beton

PT. WIKA Beton


Produktivitas Pegawai
Periode 2003-2006
(dalam jutaan rupiah; orang)
Uraian 2003 2004 2005 2006
Penjualan 342,477.85 413,597.70 551,021.85 597,246.95
Jumlah Tenaga Kerja 885 918 912 903
Realisasi Produktivitas 386.98 450.54 604.19 661.40
Rencana Produktivitas 325.00 350.00 425.00 575.00
% Pencapaian Target 119.07% 128.73% 142.16% 115.03%
(sumber: Laporan Laba Rugi dan Laporan Perubahan Personalia periode 2003-2006)

Contoh perhitungan:

Nilai Penjualan (input)


Produktivitas  …(rumus 2.14)
Jumlah Tenaga Kerja (output)

Rp.413,597.70
Produktivitas 2004   450.54 Rp/orang
918 orang

dan % pencapaian target tahun 2004

Produktivitas Aktual x100%  450.54 x100%  128.73%



Rencana Produktivitas 350.00

4.2.2 Perspektif Proses Bisnis Internal

Pengukuran performansi PT. WIKA Beton pada perspektif proses bisnis

internal, dilakukan pengukuran mutu dari setiap sub bisnis unit (SBU) yang

dimiliki oleh PT. WIKA Beton yaitu (tiang beton, tiang pancang, bantalan jalan

rel, produk beton jembatan, produk beton dinding penahan tanah, produk beton

bangunan air, produk beton gedung & perumahan, produk beton maritim, dan

produk beton lain-lain). Selain itu dalam perspektif ini, dilakukan pengukuran
127

terhadap kapasitas tersedia. Pengukuran mutu produk dan kapasitas tersedia PT.

WIKA Beton merupakan urutan proses bagi pengukuran performansi dalam

menetapkan strategi yang akan mendorong tercapainya tujuan pada perspektif

pelanggan dan finansial dari segi peningkatan pelayanan mutu dan ketersediaan

pengadaan barang.

4.2.2.1 Kualitas Produk

Pengukuran performansi mutu dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi

dan meningkatkan kepuasan pelanggan dari segi jaminan kualitas produk yang

ditawarkan. Dalam perhitungan performansi mutu produk, dibedakan menjadi

dua bagian yaitu produk cacat dan produk gagal. Produk cacat ialah produk

dengan tingkat kerusakan yang masih dapat diperbaiki atau dapat ditoleransi.

Sedangkan produk gagal ialah produk dengan tingkat kerusakan yang parah

sehingga tidak mungkin dapat digunakan lagi.

Perhitungan rasio produk cacat dan produk gagal ialah dengan

membandingkan volume produk cacat atau produk gagal dengan jumlah volume

produksi per SBU per tahun. Kinerja mutu produk cacat dan gagal PT. WIKA

Beton tahun 2003-2006 dapat dilihat pada Tabel 4.23 dan Tabel 4.24.
128

Tabel 4.23 Volume dan Rasio Produk Cacat PT. WIKA Beton

PT. WIKA Beton

Jumlah dan Rasio Produk Cacat (Defect)


Periode 2003-2006
(satuan unit; persen)

2003 2004
No SBU Vol. Vol. Aktual Rencana Vol. Vol. Aktual Rencana
Produksi Cacat % Cacat % Cacat Produksi Cacat % Cacat % Cacat
1 Tiang Beton 55,794 32 0.06% 1.20% 65,472 65 0.10% 1.20%

2 Tiang Pancang 101,003 196 0.19% 0.90% 103,676 277 0.27% 0.90%

3 Bantalan Jalan Rel 456,236 191 0.04% 0.60% 47,487 4 0.01% 0.60%

4 Beton Jembatan 1,138 2 0.18% 0.60% 9,084 136 1.50% 0.60%

5 Beton Dinding Penahan Tanah 16,354 19 0.12% 1.00% 10,386 6 0.06% 1.00%

6 Beton Bangunan Air 2,724 1 0.04% 0.40% 178 0 0.00% 0.40%

7 Beton Gedung & Rumah 0 0 0.00% 0.00% 898 1 0.08% 0.00%

8 Beton Maritim 0 0 0.00% 0.00% 332 0 0.00% 0.00%

9 Beton Lain-lain 0 0 0.00% 0.00% 2,694 0 0.00% 1.00%

Rata-rata % Cacat 0.0691% 0.5222% 0.2228% 0.6333%

2005 2006
No SBU Vol. Vol. Aktual % Rencana Vol. Vol. Aktual Rencana
Produksi Cacat Cacat % Cacat Produksi Cacat % Cacat % Cacat
1 Tiang Beton 55,581 55 0.10% 1.20% 41,219 28 0.07% 1.20%

2 Tiang Pancang 151,402 291 0.19% 0.90% 154,289 141 0.09% 0.90%

3 Bantalan Jalan Rel 292,991 38 0.01% 0.60% 136,220 52 0.04% 0.60%

4 Beton Jembatan 6,330 0 0.00% 0.60% 11,572 0.00% 0.60%

5 Beton Dinding Penahan Tanah 17,478 11 0.06% 1.00% 20,561 30 0.15% 1.00%

6 Beton Bangunan Air 86 0 0.00% 0.40% 200 0 0.00% 0.40%

7 Beton Gedung & Rumah 250 0 0.00% 0.40% 2,009 2 0.10% 0.40%

8 Beton Maritim 63 0 0.00% 0.40% 1,089 0.00% 0.40%

9 Beton Lain-lain 6,894 0 0.00% 1.00% 2,016 0 0.00% 1.00%

Rata-rata % Cacat 0.0408% 0.7222% 0.0492% 0.7222%


129

Tabel 4.24 Volume dan Rasio Produk Gagal PT. WIKA Beton

PT. WIKA Beton

Jumlah dan Rasio Produk Gagal (Failure)


Periode 2003-2006
(satuan unit; persen)

2003 2004
No SBU Vol. Vol. Aktual Rencana Vol. Vol. Aktual Rencana
Produksi Gagal % Gagal % Gagal Produksi Gagal % Gagal % Gagal
1 Tiang Beton 55,794 28 0.05% 0.40% 65,472 26 0.04% 0.40%

2 Tiang Pancang 101,003 32 0.03% 0.25% 103,676 42 0.04% 0.25%

3 Bantalan Jalan Rel 456,236 113 0.02% 0.15% 47,487 3 0.01% 0.15%

4 Beton Jembatan 1,138 0 0.00% 0.10% 9,084 0 0.00% 0.10%

5 Beton Dinding Penahan Tanah 16,354 3 0.02% 0.40% 10,386 2 0.02% 0.40%

6 Beton Bangunan Air 2,724 0 0.00% 0.40% 178 0 0.00% 0.40%

7 Beton Gedung & Rumah 0 0 0.00% 0.00% 898 0 0.00% 0.00%

8 Beton Maritim 0 0 0.00% 0.00% 332 0 0.00% 0.00%

9 Beton Lain-lain 0 0 0.00% 0.00% 2,694 0 0.00% 0.00%

Rata-rata % Gagal 0.0139% 0.1889% 0.0118% 0.1889%

2005 2006
No SBU Vol. Vol. Aktual Rencana Vol. Vol. Aktual Rencana
Produksi Gagal % Gagal % Gagal Produksi Gagal % Gagal % Gagal
1 Tiang Beton 55,581 15 0.03% 0.30% 41,219 16 0.04% 0.30%

2 Tiang Pancang 151,402 55 0.04% 0.25% 154,289 58 0.04% 0.25%

3 Bantalan Jalan Rel 292,991 35 0.01% 0.15% 136,220 23 0.02% 0.15%

4 Beton Jembatan 6,330 0 0.00% 0.10% 11,572 0 0.00% 0.10%

5 Beton Dinding Penahan Tanah 17,478 0 0.00% 0.30% 20,561 3 0.01% 0.30%

6 Beton Bangunan Air 86 0 0.00% 0.10% 200 0 0.00% 0.10%

7 Beton Gedung & Rumah 250 0 0.00% 0.10% 2,009 0 0.00% 0.10%

8 Beton Maritim 63 0 0.00% 0.10% 1,089 0 0.00% 0.10%

9 Beton Lain-lain 6,894 0 0.00% 0.30% 2,016 0 0.00% 0.30%

Rata-rata % Gagal 0.0084% 0.1889% 0.0120% 0.1889%


(sumber: Laporan Produksi periode 2003-2006)

Contoh perhitungan: 

Vol. Cacat @ Jenis Produk
% Cacat @ Jenis Produk   100% ..(rumus 2.11)
Vol. Produksi @ Jenis Produk
130

Jumlah % Cacat
Rata  rata % Cacat  …(rumus 2.12)
Jumlah Jenis Produk Yang Dihasilkan

32
% Cacat Tiang Beton2003   100%  0.06%
55794

0.06  0.19  0.04  0.18  0.12  0.40


Rata  rata % Cacat 2003   0.0691%
9

, untuk perhitungan rasio produk gagal (failure) menggunakan perumusan yang

sama seperti yang dilakukan untuk perhitungan rasio produk cacat diatas.

4.2.2.2 Kapasitas Tersedia

Ketersediaan kapasitas produk mempengaruhi kemampuan perusahaan

dalam memenuhi kebutuhan pelanggan. Perusahaan tidak akan menyanggupi

penawaran kontrak yang diajukan oleh pelanggan jika kapasitas yang ada tidak

sanggup menampung kebutuhan tersebut, hal demikian yang selanjutnya disebut

lost sales.

Pengukuran performansi kapasitas tersedia dengan perhitungan lost sales

dilakukan dengan menghitung frekuensi terjadinya lost sales setiap tahunnya dan

biaya yang hilang akibat lost sales. Kinerja kapasitas tersedia PT. WIKA Beton

dapat dilihat pada Tabel 4.25.


131

Tabel 4.25 Jumlah dan Biaya Lost Sales PT. WIKA Beton

PT. WIKA Beton


Frekuensi dan Biaya Lost Sales
Periode 2003-2006

Biaya Rencana Biaya Rencana


Periode Frekuensi (Rp. (Rp. Periode Frekuensi (Rp. (Rp.
jutaan) jutaan) jutaan) jutaan)
2003 2004
Jan 0 0.00 0 Jan 0 0.00 0
Feb 0 0.00 0 Feb 0 0.00 0
Mar 0 0.00 0 Mar 0 0.00 0
Apr 0 0.00 0 Apr 0 0.00 0
Mei 0 0.00 0 Mei 0 0.00 0
Jun 0 0.00 0 Jun 0 0.00 0
Jul 0 0.00 0 Jul 0 0.00 0
Agt 1 2,685.40 0 Agt 0 0.00 0
Sep 0 0.00 0 Sep 1 2,659.21 0
Okt 0 0.00 0 Okt 1 1,179.63 0
Nov 0 0.00 0 Nov 0 0.00 0
Des 0 0.00 0 Des 0 0.00 0
Total 1 2,685.40 0 Total 2 3,838.84 0
Rata- Rata-
rata 2,685.40 0 rata 1,919.42 0
2005 2006
Jan 0 0.00 0 Jan 0 0.00 0
Feb 0 0.00 0 Feb 0 0.00 0
Mar 0 0.00 0 Mar 0 0.00 0
Apr 0 0.00 0 Apr 0 0.00 0
Mei 0 0.00 0 Mei 0 0.00 0
Jun 0 0.00 0 Jun 0 0.00 0
Jul 0 0.00 0 Jul 0 0.00 0
Agt 1 1,260.05 0 Agt 0 0.00 0
Sep 2 3,350.00 0 Sep 0 0.00 0
Okt 1 1,179.63 0 Okt 1 2,350.98 0
Nov 0 0.00 0 Nov 1 1,020.36 0
Des 0 0.00 0 Des 0 0.00 0
Total 4 5,789.68 0 Total 2 3,371.34 0
Rata- Rata-
rata 1,447.42 0 rata 1,685.67 0
(sumber: Laporan Peninjauan Kontrak periode 2003-2006)
132

Contoh perhitungan: 

 Biaya Lost Sales
Rata  rata Biaya LostSales 
 Frekuensi Lost Sales

3,371.34
Rata  rata Biaya Lost Sales 2006   1,685.67
2

4.2.3 Perspektif Pelanggan

Pada keadaan nyata dimana konsumen memegang kendali bisnis,

produsen harus mengubah jalan pikiran mereka kepada jalan berpikir yang

berorientasi kepada pelanggan/konsumen. Produk PT. WIKA Beton merupakan

produk yang bersaing di pasaran. Pesaing untuk pasar lokal terdiri dari dari

beberapa perusahaan dengan level perusahaan modern. Apabila tidak diantisipasi

lebih lanjut, bukan tidak mungkin pada suatu hari nanti banyak konsumen yang

meninggalkan produk dari PT. WIKA Beton. Sehingga pendekatan yang realistis

adalah berusaha menjadikan konsumen sebagai sebuah asset perusahaan yang

tidak ternilai.

Untuk menghasilkan sebuah nilai yang berorientasi kepada konsumen,

perspektif pelanggan dilukiskan melalui beberapa indikator pengukuran

performansi perusahaan, yaitu: kepuasan pelanggan, akuisisi dan retensi

pelanggan, serta pangsa pasar. Indikator tersebut digunakan untuk

mengindikasikan pencapaian strategi untuk menciptakan nilai dan diferensiasi

dari perspektif pelanggan.


133

4.2.3.1 Kepuasan Pelanggan

Sesuai dengan misi PT. WIKA Beton, yaitu memberikan pelayanan yang

terbaik kepada pelanggan dengan kesesuaian mutu, ketepatan waktu, dan harga

bersaing, maka hal tersebut menggambarkan bahwa perusahaan berorientasi

kepada konsumen. Kepuasan pelanggan sebagai parameter tercapai atau tidaknya

usaha perusahaan untuk memperoleh simpati dari para konsumennya. Kepuasan

pelanggan tercipta melalui usaha perusahaan dalam mengoptimalkan perspektif

proses bisnis internal (menciptakan pelayanan dan jaminan akan mutu, harga,

dan waktu).

Pengukuran kepuasan pelanggan dilakukan dengan menggunakan metode

Customer Satisfaction Index (CSI). CSI mengukur dua indikator penting, yaitu

Kepuasan Kualitas dan Kepuasan Pelayanan. Penilaian CSI dilakukan oleh

perusahaan dalam satuan ranking/semester. CSI menggunakan skala 1s/d5, untuk

ranking 5 sebagai indikator paling baik dan 1 sebagai indikator sangat buruk.

Pengukuran dilakukan dengan melakukan survey kepuasan pelanggan melalui

kuesioner yang dilakukan oleh pihak perusahaan sebanyak 30

responden/pelanggan per semester. Berikut kinerja kepuasan pelanggan yang

berhasil dicapai oleh PT. WIKA Beton pada Tabel 4.26 dan Tabel 4.27.
134

Tabel 4.26 Customer Satisfacton Index PT. WIKA Beton

PT. WIKA Beton


Customer Satisfaction Index
Periode Tahun 2003-2004
*) Rata-rata jumlah responden: 30 pelanggan tiap semester
2003 2004
No. Penilaian Satuan Aktual Aktual Aktual Aktual
Rencana Rencana
Sem I Sem II Sem I Sem II
A. Kepuasan Kualitas
Produk
1 (Spesifikasi/keandalan) Ranking/Smtr
[Q] 5.00 4.75 4.08 5.00 4.12 3.75
Harga (Daya Saing)
2 Ranking/Smtr
[C] 4.00 3.50 3.62 4.00 4.00 3.91
Ketepatan Waktu
3 Ranking/Smtr
Pengiriman [D] 5.00 3.92 3.50 5.00 3.94 3.42
4 Keamanan Produk [S] Ranking/Smtr 5.00 4.58 4.08 5.00 4.13 3.67
5 Konsistensi Ranking/Smtr 5.00 4.58 4.15 4.50 4.29 3.70
B. Kepuasan Pelayanan
Kecepatan Tanggapan
1 Ranking/Smtr
(Respon) 5.00 4.42 4.46 5.00 4.29 4.25
2 Pelayanan Ranking/Smtr 5.00 4.42 4.25 5.00 4.24 4.00
3 Komitmen Ranking/Smtr 4.00 4.25 4.08 4.00 4.00 3.67
4 Supervisi Ranking/Smtr 4.00 4.00 4.00 4.00 4.18 3.33
Penggantian Produk
5 Ranking/Smtr
tak sesuai 5.00 4.43 4.09 5.00 3.78 3.36
CSI per Semester 4.70 4.29 4.03 4.65 4.10 3.71
% Pencapaian Target 88.47% 83.89%
135

Tabel 4.27 Customer Satisfacton Index PT. WIKA Beton (lanjutan)

PT. WIKA Beton


Customer Satisfaction Index
Periode Tahun 2005-2006
*) Rata-rata jumlah responden: 30 pelanggan tiap semester
2005 2006
No. Penilaian Satuan Aktual Aktual Aktual Aktual
Rencana Rencana
Sem I Sem II Sem I Sem II
A. Kepuasan Kualitas
Produk
1 (Spesifikasi/keandalan) [Q] Ranking/Smtr 4.00 4.85 4.46 4.00 4.74 3.85
2 Harga (Daya Saing) [C] Ranking/Smtr 4.00 5.00 3.85 4.00 4.69 3.00
Ketepatan Waktu
3 Pengiriman [D] Ranking/Smtr 4.00 4.46 4.00 4.00 4.69 3.33
4 Keamanan Produk [S] Ranking/Smtr 4.00 4.38 4.23 4.00 4.69 3.55
5 Konsistensi Ranking/Smtr 4.00 4.23 4.23 4.00 4.69 3.67
B. Kepuasan Pelayanan
Kecepatan Tanggapan
1 (Respon) Ranking/Smtr 4.00 5.00 4.69 4.00 4.69 3.53
2 Pelayanan Ranking/Smtr 4.00 5.00 4.62 4.00 4.69 3.42
3 Komitmen Ranking/Smtr 4.00 4.15 4.46 4.00 4.63 3.25
4 Supervisi Ranking/Smtr 4.00 4.23 3.62 4.00 4.63 3.00
Penggantian Produk tak
5 sesuai Ranking/Smtr 4.00 4.62 4.00 4.00 4.74 3.00
CSI per Semester 4.00 4.59 4.22 4.00 4.69 3.36
% Pencapaian Target 110.10% 100.60%
(sumber: Laporan CSI periode 2003-2006)

Contoh perhitungan:

 Nilai Kepuasan Kualitas   Nilai Kepuasan Pelayanan


CSI per semester 
10

...(rumus 2.9)

CSI Semester 1  CSI Semester 2


CSI per Tahun  …(rumus 2.10)
2
22.92  23 45.92
CSI per semester1(2005)    4.59
10 10
136

4.59  4.22
CSI per Tahun 2005   4.405
2

4.2.3.2 Retensi dan Akuisisi Pelanggan

Sebagai dampak dari peningkatan atau penurunan dari kepuasan

pelanggan adalah proporsi retensi pelanggan dan akuisisi pelanggan (customer

retention and acquisition). Pengukuran retensi dan akuisisi pelanggan merupakan

pengukuran kinerja yang penting untuk mengetahui sejauh mana PT. WIKA

Beton dapat mempertahankan pelanggan lama dan meningkatkan jumlah

pelanggan baru dalam menjalankan bisnisnya dengan tujuan memperluas pangsa

pasar.

Pengukuran retensi dan akuisisi pelanggan dilakukan dengan mengukur

persentase retensi dan akuisisi pelanggan berdasarkan jumlah pelanggan lama

dan baru dari PT. WIKA Beton per tahun. Proporsi retensi pelanggan dan

akuisisi pelanggan dapat dilihat pada Tabel 4.28 berikut.

Tabel 4.28 Rasio Retensi dan Akuisisi Pelanggan PT. WIKA Beton

PT. WIKA Beton


Jumlah dan Persentasi Retensi & Akuisisi Pelanggan
Tahun 2003
(satuan jumlah pelanggan)
% Pencapaian
Pelanggan Jumlah Rasio Rasio Rencana
Tahun Target
Pelanggan Retensi Akuisisi
Lama Baru Retensi Akuisisi Retensi Akuisisi
2003 40 87 127 31.50% 68.50% 58.00% 42.00% 54.30% 163.10%

2004 197 78 275 71.64% 28.36% 70.00% 30.00% 102.34% 94.55%

2005 233 53 286 81.47% 18.53% 72.00% 28.00% 113.15% 66.18%

2006 277 85 362 76.52% 23.48% 68.00% 32.00% 112.53% 73.38%

(sumber: Daftar Pelanggan Periode 2003-2006)


137

Contoh perhitungan:

Jumlah Pelanggan Baru


Akuisisi Pelanggan   100% …(rumus 2.7)
JumlahTotal Pelanggan

Jumlah Pelanggan Lama


Retensi Pelanggan   100% …(rumus 2.8)
Jumlah Total Pelanggan

85
Akuisisi Pelanggan 2006   100%  23.48%
362

277
Retensi Pelanggan 2006   100%  76.52%
362

dan % pencapaian target tahun 2006

Rasio Retensi 76.52


Re tensi   100%  x100%  112.53%
Rencana Rasio Retensi 68.00

23.48
Akuisisi  Rasio Akuisisi  100%  x100%  73.38%
Rencana Rasio Akuisisi 32.00

4.2.3.3 Pangsa Pasar

Pangsa pasar (market share) merupakan indikator pencapaian akhir dari

usaha perusahaan dalam meraih minat pihak eksternal atau pelanggan. Oleh

sebab itu, pengukuran KPI ini sangat penting bagi perusahaan, karena

menggambarkan peta persaingan PT. WIKA Beton dengan para pesaing.

Mengukur pangsa pasar dapat segera dilakukan jika kelompok pelanggan sasaran

atau segmen pasar sudah dapat ditentukan, namun menentukan seberapa besar

pasar yang ada untuk produk tertentu bukan hal yang mudah.
138

Dalam pengukuran pangsa pasar, perusahaan mengasumsikan jumlah

pasar sebagai jumlah surat pengajuan kontrak yang sudah disetujui baik oleh

pihak PT. WIKA Beton maupun oleh pesaing. Karena PT. WIKA Beton

merupakan perusahaan beton pracetak yang sudah dikenal di Indonesia, maka

diasumsikan semua kontrak pasti akan diajukan ke PT. WIKA Beton. Oleh

karena itu, pengukuran pangsa pasar dilakukan dengan membagi total nilai

Tender yang dimenangkan oleh PT. WIKA Beton dengan total proyek yang

diikuti.

Tabel 4.29 Rasio Pangsa Pasar PT WIKA Beton per Tahun

PT. WIKA Beton


Pangsa Pasar Berdasarkan Perolehan Tender dan Non Tender
Periode Tahun 2003-2006
(dalam jutaan rupiah)
Uraian 2003 2004 2005 2006
Nilai Tender yang diikuti 479,449 793,311 603,467 936,356
Nilai Tender yang dimenangkan 280,813 527,306 344,547 603,586
Nilai Tender yang dimenangkan oleh
198,636 266,005 258,920 332,770
Pesaing
Tanpa Tender - - - -
Jumlah Pasar 479,449 793,311 603,467 936,356
Realisasi % Pangsa Pasar 58.57% 66.47% 57.09% 64.46%
Rencana % Pangsa Pasar 48.96% 69.42% 60.43% 47.67%
% Pencapaian Target 119.63% 95.75% 94.48% 135.22%
(sumber: Laporan Perolehan Tender periode 2003-2006)

Contoh perhitungan:

Total Nilai Tender Yang Dimenangkan


Persentase Pangsa Pasar   100%
Total Nilai Tender Yang Diikuti

...(rumus 2.6)
139

603,586
% Pangsa Pasar 2006   100%  64.46%
936,356

dan % pencapaian target tahun 2006

% Pangsa Pasar Aktual  100%  64.46% x100%  107.44%



Rencana % Pangsa Pasar 60%

4.2.4 Perspektif Finansial

Dalam setiap perusahaan, aspek keuangan merupakan indikator yang

paling nyata dari berhasil atau tidaknya perusahaan tersebut. Semakin baik

tingkat perkembangan keuangan suatu perusahaan, maka dapat dikatakan bahwa

perusahaan tersebut mempunyai nilai (value). Pada pengukuran performansi PT.

WIKA Beton dalam perspektif finansial, digunakan perhitungan ROI (return on

investment), Total Asset Turnover, pencapaian nilai penjualan, pencapaian

perolehan kontrak baru, dan keuntungan/laba operasional perusahaan (EBIT).

4.2.4.1 Kontrak Baru

Kontrak baru (new contract) merupakan pendapatan perusahaan

berdasarkan kontrak baru yang diterima pada periode tersebut. Kontrak baru

akan berubah menjadi jumlah nilai penjualan jika kontrak tersebut sudah

terpenuhi (pemberian BST/Berita Serah Terima kepada pihak pelanggan) pada

periode yang ditentukan. Kontrak baru diperoleh dari usaha perusahaan dalam

memenangkan Tender yang diajukan oleh pihak pelanggan.

Pengukuran dilakukan dengan menjumlah semua omzet kontrak baru

yang diperoleh selama kurun waktu satu tahun. Nilai perolehan kontrak baru PT
140

WIKA Beton berdasarkan kategori SBU dan wilayah penjualan per tahun dapat

dilihat pada Tabel 4.30 dan Tabel 4.31.

Tabel 4.30 Perolehan Kontrak Baru per SBU PT. WIKA Beton

PT. WIKA Beton


Nilai Perolehan Kontrak Baru per SBU
2003-2006
(satuan jutaan rupiah)

No. SBU 2003 2004 2005 2006

1 TB 33,998 33,920 47,663 43,457


2 TP 160,716 242,032 250,343 379,706
3 BJR 73,440 42,234 41,179 22,834
4 PBJ 67,673 172,027 48,025 33,811
5 PBDPT 47,631 29,683 74,535 91,721
6 PBBA 323 2,332 931 6,736
7 PBBGR 0 0 0 0
8 PBBM 0 2,246 205 6,344
9 PBL 2,948 1,691 8,522 11,879
10 Jasa 7,390 1,141 1,857 7,100
Jumlah 394,119 527,306 473,262 603,586
Rencana 250,800 375,250 427,500 570,000
% Pencapaian
Target 136.55 110.22 128.89 104.78
(sumber: Laporan Realisasi Omzet Kontrak periode 2003-2006)

Contoh perhitungan:

Perolehan kontrak baru =  nilai kontrak baru setiap SBU … (rumus 2.5)

Perolehan kontrak baru 2003 = 33,998 + 160,716 + 73,440 + 67,673 + 47,631 +

323 + 2,948 + 7,390 (x juta)

= Rp. 394,119 juta


141

dan % pencapaian target

Aktualisasi Kontrak Baru 394,119


  100%  x100%  136.55%
Rencana Kontrak Baru 250,800

Tabel 4.31 Perolehan Kontrak Baru per WP PT. WIKA Beton

PT. WIKA Beton


Nilai Perolehan Kontrak Baru per Wilayah Penjualan
Periode Tahun 2003-2006
(satuan jutaan rupiah)
No. Wilayah Penjualan 2003 2004 2005 2006
1 WP I - MEDAN 57,451 59,661 79,197 171,009
2 WP II - PALEMBANG 30,379 22,969 30,277 39,376
3 WP III - JAKARTA 112,675 147,549 170,454 122,578
4 WP IV - SEMARANG 57,756 148,708 66,054 61,800
5 WP V - SURABAYA 101,832 129,461 88,926 180,921
6 WP VI - MAKASAR 34,025 18,957 38,353 27,904
Total 394,119 527,306 473,262 603,587
(sumber: Laporan Realisasi Omzet Kontrak periode 2003-2006)

4.2.4.2 Penjualan

Penjualan (sales) merupakan pendapatan perusahaan yang sudah

terealisasi, sebelumnya penjualan berstatus kontrak baru hingga PT. WIKA

Beton dapat memenuhi kontrak tersebut. Pengukuran penjualan sangat penting

bagi perusahaan sebagai indikator pendapatan per periode tertentu untuk masing-

masing SBU selain kontrak baru. Nilai penjualan per SBU dan per wilayah

penjualan PT. WIKA Beton dapat dilihat pada Tabel 4.32 dan Tabel 4.33.
142

Tabel 4.32 Nilai Penjualan per SBU PT. WIKA Beton

PT. WIKA Beton


Nilai Penjualan per SBU
2003-2006
(satuan jutaan rupiah)

No. SBU 2003 2004 2005 2006

1 TB 23,394 29,299 53,353 34,578


2 TP 135,677 172,727 262,683 362,054
3 BJR 76,180 45,739 39,968 30,561
4 PBJ 59,963 112,152 132,693 41,544
5 PBDPT 44,160 38,968 48,005 100,827
6 PBBA 0 1,039 2,442 6,135
7 PBBGR 0 0 0 0
8 PBBM 0 1,681 770 6,344
9 PBL 1,319 5,483 8,522 11,879
10 Jasa 1,786 6,509 2,584 3,325
Jumlah 342,478 413,598 551,022 597,247
Rencana 256,500 399,000 437,000 551,000
% Pencapaian 153.65 132.16 108.30 109.54
(sumber: Laporan Realisasi Nilai Penjualan periode 2003-2006)

Contoh perhitungan:

Nilai Penjualan =  Penjualan setiap SBU … (rumus 2.4)

Nilai Penjualan 2005 = 53,353 + 262,683 + 39,968 + 132,693 + 48,005 + 2,442 +

770 + 8,522 + 2,584 (x juta)

= Rp. 551,002 juta

dan % pencapaian target tahun 2005

Aktualisasi Penjualan 551,022


  100%  x100%  108.30%
Rencana Penjualan 437,000
143

Tabel 4.33 Nilai Penjualan per WP PT. WIKA Beton

PT. WIKA Beton


Nilai Penjualan per Wilayah Penjualan
Periode Tahun 2003-2006
(satuan jutaan rupiah)
No. Wilayah Penjualan 2003 2004 2005 2006
1 WP I - MEDAN 51,176 41,940 92,345 138,273
2 WP II - PALEMBANG 22,300 25,738 33,804 30,311
3 WP III - JAKARTA 108,201 96,973 167,778 178,929
4 WP IV - SEMARANG 48,339 108,289 90,253 88,292
5 WP V - SURABAYA 89,277 111,192 130,743 136,268
6 WP VI - MAKASAR 23,185 29,466 36,100 25,175
Total 342,478 413,598 551,022 597,247
(sumber: Laporan Realisasi Nilai Penjualan periode 2003-2006)

4.2.4.3 Profitabilitas

Pengukuran kinerja perolehan keuntungan yang digunakan ialah EBIT

(earn before interest and tax). EBIT yaitu perolehan keuntungan atau laba

sebelum dipengaruhi oleh faktor pajak dan beban bunga. EBIT juga merupakan

laba operasional dimana nilai penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan

dan biaya usaha yang harus dikeluarkan untuk operasional. Pemilihan EBIT

sebagai formulasi tolak ukur kinerja perolehan laba disebabkan karena

pertimbangan besar beban bunga dan pajak yang berubah-ubah dan berbeda

dengan apa yang terjadi pada perusahaan sejenis lainnya. Kinerja EBIT PT.

WIKA Beton per tahun pada periode 2003-2006 dapat dilihat pada Tabel 4.34.
144

Tabel 4.34 Earn Before Interest and Tax PT. WIKA Beton per Tahun

PT. WIKA Beton


Earn Before Interest & Tax
Periode 2003-2006
(satuan jutaan rupiah)
Uraian Realisasi 2003 Rencana 2003

Penjualan Bersih 342,478 250,800

HPP (310,664) (230,670)

Laba Kotor 31,814 20,130

Biaya Usaha 10,668 (10,165)

Laba Usaha(EBIT) 21,146 9,965


% Pencapaian Target 212.21%

Uraian Realisasi 2004 Rencana 2004

Penjualan Bersih 413,598 375,250

HPP (373,404) (336,015)

Laba Kotor 40,194 39,235

Biaya Usaha (12,104) (11,875)

Laba Usaha(EBIT) 28,090 27,360


% Pencapaian Target 102.67%

Uraian Realisasi 2005 Rencana 2005

Penjualan Bersih 551,022 427,500

HPP (508,182) (382,043)

Laba Kotor 42,840 45,458

Biaya Usaha (13,621) (13,300)

Laba Usaha(EBIT) 29,219 32,158


% Pencapaian Target 90.86%
145

Uraian Realisasi 2006 Rencana 2006

Penjualan Bersih 597,247 570,000

HPP (544,374) (520,929)

Laba Kotor 52,873 49,071

Biaya Usaha (15,428) (15,058)

Laba Usaha(EBIT) 37,445 34,014


% Pencapaian Target 110.09%
(sumber: Laporan Laba Rugi periode 2003-2006)

Contoh perhitungan:

EBIT = Penjualan bersih – HPP – Biaya Usaha …(rumus 2.3)

EBIT tahun 2006 = 597,247 – 544,374 – 15,428 = Rp. 37,445 juta

dan % pencapaian target tahun 2006


Realisasi EBIT 37445
  100%  x100%  110.09%
Rencana EBIT 34014

4.2.4.4 Efisiensi Keuangan

Pengukuran kinerja efisiensi keuangan bertujuan untuk mengetahui

seberapa efisien PT. WIKA Beton mempergunakan keseluruhan aktiva yang

dimilikinya. Pengukuran kinerja tersebut menggunakan rasio Total Asset

Turnover yaitu perbandingan antara nilai penjualan bersih dengan total aktiva.

Hasil perhitungan Total Asset Turnover menggambarkan berapa kali perputaran

aktiva yang dimiliki oleh PT. WIKA Beton dalam setahun dalam mendukung

perolehan nilai penjualan (Tabel 4.35).


146

Tabel 4.35 Total Asset Turnover PT. WIKA Beton

PT. Beton
Total Asset Turnover (TAT)
Periode 2003-2006
(satuan jutaan rupiah)
Penjualan Total Realisasi TAT Rencana % Pencapaian
Tahun
Bersih Aktiva (x) TAT (x) Target
2003 342,477.61 300,201.90 1.14 1.44 79.22%
2004 413,597.83 461,033.10 0.90 1.07 83.84%
2005 551,021.71 396,855.85 1.39 1.16 119.70%
2006 597,246.95 479,668.30 1.25 1.45 85.87%
(sumber: Laporan Laba Rugi dan Laporan Neraca Keuangan periode 2003-2006)


Contoh perhitungan: 
Penjualan
TotalAssetTurnover  …(rumus 2.2)
Total Aktiva

413597.83
TotalAssetTurnover2004   0.90kali
461033

Artinya: Pada tahun 2004 perusahaan menggunakan seluruh aktivanya untuk

menciptakan penjualan sebesar 0.90 kali, dan % pencapaian target tahun 2004
Realisasi TAT 0.90
  100%  x100%  83.84%
Rencana TAT 1.07

4.2.4.5 Pengembalian Investasi

Tingkat pengembalian investasi diukur dengan menggunakan rumusan

Return On Investment (ROI) dengan alasan bahwa ROI merupakan pengukuran

yang relevan untuk mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam

keseluruhan aktiva untuk penghasilan laba bersih.


147

Pada pengukuran ROI dilakukan pengukuran perbandingan antara laba

setelah pajak dengan total aktiva per tahun. Data pencapaian ROI PT. WIKA

Beton periode 2003-2006 dapat dilihat pada Tabel 4.36.

Tabel 4.36 Return On Investment PT. WIKA Beton

PT. WIKA Beton


Return On Investment
Periode 2003-2006
(satuan jutaan rupiah)
Laba Rencana % Pencapaian
Tahun Total Aktiva Realisasi ROI
Setelah PPh ROI Target
2003 15,559.74 300,220.90 5.18% 3.16% 164.01%
2004 18,751.98 461,033.10 4.07% 4.92% 82.67%
2005 22,187.08 396,855.85 5.59% 5.32% 105.09%
2006 26,587.65 479,668.30 5.54% 5.42% 102.27%
(sumber: Laporan Laba Rugi dan Laporan Neraca Keuangan periode 2003-2006)

Contoh perhitungan:

Laba Setelah Pajak


ROI  x100% ... (rumus 2.1)
Total Aktiva

26587.65
ROI 2006  x100%  5.54%
479668.30

Artinya: Pada tahun 2006, setiap investasi sebesar Rp 100,- menghasilkan laba

bersih sebesar Rp. 5.54,-, dan % pencapaian target tahun 2006


Realisasi ROI 5.54
  100%  x100%  102.27%
Rencana ROI 5.42

4.2.5 Kesimpulan Pengolahan Data

Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan di atas, maka ada beberapa

kesimpulan yang dapat diambil. Kesimpulan pengolahan data Balanced

Scorecard PT. WIKA Beton dapat dilihat pada Tabel 4.37.


148

Tabel 4.37 Kesimpulan Pengolahan Data Balanced Scorecard PT. WIKA Beton Periode Tahun 2003-2006

Realisasi Tahun Rencana Tahun Rata-rata


No. Perspektif KPI Satuan Pencapaian Kesimpulan
2003 2004 2005 2006 2003 2004 2005 2006 (%)

A. Pembelajaran & Pertumbuhan


1 Penelitian & Pengembangan Proporsi Biaya Litbang % 0.19 0.18 0.22 0.17 0.2 0.3 0.3 0.25 74.08 Tdk tercapai
2 Kompetensi Tenaga Kerja Training Coverage % 19.44 20.37 14.69 24.7 14.12 12.75 16.45 22.59 124.02 Tercapai
3 Kepuasan Tenaga Kerja Employee Turnover (out) % 1.59 1.36 1.74 3.73 1.12 0.43 0.87 2.18 207.34 Tdk tercapai*)
Jutaan
4 Produktivitas Pegawai Produktivitas 386.98 450.54 604.19 661.4 325 350 425 575 126.25 Tercapai
Rp/Org

B. Proses Bisnis Internal

1 Kualitas Produk Rasio Produk Cacat % 0.0691 0.2228 0.0408 0.0492 0.5222 0.6333 0.7222 0.7222 15.22 Tercapai*)
Rasio Produk Gagal % 0.0139 0.0118 0.0084 0.012 0.1889 0.1889 0.1889 0.1889 6.10 Tercapai*)
2 Capacity Availability Lost Sales kali 1 2 4 2 0 0 0 0 0 Tdk Tercapai*)

C. Pelanggan
Customer Satisfaction
1 Kepuasan Pelanggan Skor 4.16 3.91 4.4 4.03 4.7 4.65 4 4 95.84 Tdk tercapai
Index
2 Retensi Pelanggan Rasio Retensi % 31.50 71.64 81.47 76.52 58 70 72 68 95.58 Tdk Tercapai

3 Akuisisi Pelanggan Rasio Akuisisi % 68.50 28.36 18.53 23.48 42 30 28 32 99.30 Tdk Tercapai

4 Pangsa Pasar Rasio Pangsa Pasar % 58.57 66.47 57.09 64.46 48.96 69.42 60.43 47.67 111.27 Tercapai
D. Finansial
1 Kontrak Baru Nilai Kontrak Baru Jutaan Rp 394,119 527,306 473,262 603,586 256,500 399,000 437,000 551,000 125.91 Tercapai

2 Penjualan Nilai Penjualan Jutaan Rp 342,478 413,598 551,022 597,247 250,800 375,250 427,500 570,000 120.11 Tercapai
3 Profitabilitas EBIT Jutaan Rp 21,146 28,090 29,219 37,445 9,965 27,360 32,158 34,014 128.95 Tercapai
4 Efisiensi Keuangan Total Asset Turnover Kali 1.14 0.90 1.39 1.25 1.44 1.07 1.16 1.45 92.33 Tdk Tercapai

5 Pengembalian Investasi Return On Investment % 5.18 4.07 5.59 5.54 3.16 4.92 5.32 5.42 113.48 Tercapai
*) Low is Good
148

Gambar 4.5 Grafik Performansi PT. WIKA Beton


150

4.3 Analisa Performansi Perusahaan

Analisa performansi perusahaan dengan metode Balanced Scorecard

(BSC) pada PT. WIKA Beton menerjemahkan hasil dan kemampuan yang telah

dicapai perusahaan dalam melakukan aktivitas bisnisnya. Performansi PT.

WIKA Beton dalam masing-masing perspektif BSC dijelaskan dalam uraian

berikut.

4.3.1 Perspektif Pembelajaran & Pertumbuhan

4.3.1.1 Penelitian & Pengembangan

Penelitian dan pengembangan (litbang) merupakan suatu usaha

perusahaan dalam meningkatkan kinerja dan kemampuan mereka. Program

penelitian dan pengembangan sebagai usaha dasar untuk mencapai strategi

berorientasi pertumbuhan yang agresif (sesuai dengan posisi perusahaan pada

analisa SWOT). Untuk menjadikan PT. WIKA Beton sebagai perusahaan terbaik

dalam industri beton pracetak, penelitian dan pengembangan harus dilakukan

dengan tepat dan efisien, dengan sejumlah biaya yang telah dikeluarkan untuk

program litbang tersebut. Ukuran performansi yang digunakan untuk mengukur

kinerja program penelitian & pengembangan ialah membandingkan biaya atau

beban yang dikeluarkan untuk litbang terhadap total biaya usaha. Pengukuran

tersebut menggambarkan seberapa besar proporsi biaya usaha yang dialokasikan

ke program litbang. Hasil pengukuran terhadap litbang PT. WIKA Beton periode

2003-2006 dapat dilihat pada gambar berikut.


151

Gambar 4.6 Grafik Proporsi Beban Litbang terhadap Beban Usaha PT. WIKA

Beton (satuan persen)

Gambar 4.7 Grafik Persentase Pencapaian Target Program Litbang

(satuan persen)
152

Gambar 4.8 Grafik Rincian Program Litbang PT. WIKA Beton

Berdasarkan ketiga grafik tersebut di atas, maka dapat dilihat bahwa

usaha pengadaan program litbang di PT. WIKA Beton relatif menurun per

tahunnya. Pada tahun 2004 menurun menjadi 0.18% dari 0.19% pada tahun

2003. Sedangkan pada tahun 2005 mengalami kenaikan menjadi 0.22%, untuk

tahun 2006 program litbang kembali menurun yaitu 0.17%. Secara persentase

pencapaian target pengadaan program litbang tidak pernah mencapai 100%,

dalam arti selalu dibawah harapan atau tujuan di awal tahun. Alokasi dana

litbang terbesar ialah pada sektor pengembangan produk dan yang terkecil ialah

pada pengembangan sistem informasi manajemen pada setiap tahunnya.


153

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa usaha PT. WIKA Beton

dalam mengembangkan kemampuan bisnisnya melalui penelitian dan

pengembangan masih kecil apalagi untuk pengembangan sistem informasi

manajemen. Padahal sistem informasi manajemen sangat diperlukan untuk

mengautomasi laporan periodik manajemen setiap departemen saat ini.

Walaupun secara satuan jumlah mata uang selalu meningkat setiap tahunnya,

namun secara persentase pencapaian target pengadaan litbang, relatif menurun

atau tidak tercapai (< 100%).

4.3.1.2 Kompetensi Tenaga Kerja

Pengukuran kompetensi tenaga kerja dilakukan dengan mengukur

persentasi jumlah orang atau pekerja yang mengikuti program pelatihan &

pendidikan per tahun (training coverage). Ukuran pelatihan tenaga kerja

memberikan umpan balik informasi mengenai seberapa baik PT. WIKA Beton

dalam memberikan alokasi waktu atau kesempatan bagi tenaga kerjanya untuk

mengikuti program kepelatihan dan pendidikan dengan tujuan untuk

meningkatkan kompetensi kerja mereka yang pada akhirnya akan bermanfaat

bagi perusahaan itu sendiri. Ukuran performansi pelatihan tenaga kerja periode

2003-2006 dapat dilihat pada gambar berikut.


154

Gambar 4.9 Grafik Training Coverage PT. WIKA Beton

Gambar 4.10 Grafik Persentase Pencapaian Target Training Coverage

Pada tahun 2003, peserta/tenaga kerja yang mengikuti program pelatihan

dan pendidikan sebesar 19.44% dari total jumlah tenaga kerja yang ada di PT.

WIKA Beton. Pada tahun 2004 meningkat menjadi 20.37% dan mencapai

159.83% dalam rasio pencapaian target pelatihan tenaga kerja. Pada tahun 2005

terjadi penurunan yang relatif drastis yaitu 14.69% dan dibawah target awal
155

(dengan persentase pencapaian sebesar 89.33%). Pada tahun 2006 terjadi

peningkatan yang relatif besar yaitu dari 14.69% menjadi 24.70% atau

peningkatan sekitar 10%. Dilihat dari segi pencapaian terhadap target pelatihan

dan pendidikan setiap tahun, PT. WIKA Beton selalu mencapai target atau

melampaui target, kecuali pada tahun 2005.

Persentase jumlah peserta yang mengikuti program pelatihan &

pendidikan setiap tahun dalam periode 2003-2006 relatif meningkat kecuali pada

tahun 2005. Hal tersebut menggambarkan bahwa PT. WIKA Beton selalu

berusaha untuk meningkatkan kompetensi para tenaga kerjanya khususnya para

pekerja ahli atau pekerja manajerial melalui program seminar.

4.3.1.3 Kepuasan Tenaga Kerja

Ukuran kepuasan tenaga kerja memberikan gambaran mengenai dampak

kondisi/iklim kerja di dalam perusahaan terhadap tingkat kepuasan tenaga

kerjanya. Tingkat kepuasan tenaga kerja dapat diukur dengan persentase

employee turnover/keluar-masuk tenaga kerja terhadap jumlah total tenaga kerja

yang ada di PT. WIKA Beton per tahun, pendekatan tersebut dapat

mengindikasikan seberapa baik kenyamanan iklim kerja yang tercipta didalam

PT. WIKA Beton yang dirasakan oleh para pekerjanya. Semakin besar

persentase employee turnover (out), maka menggambarkan kondisi/iklim kerja

yang kurang sehat atau kurang kondusif. Ukuran performansi kepuasan tenaga

kerja PT. WIKA Beton periode 2003-2006 melalui pengukuran turnover tenaga

kerja dapat dilihat pada gambar berikut.


156

Gambar 4.11 Jumlah Tenaga Kerja Keluar berdasarkan Alasannya

(dalam satuan orang)

Gambar 4.12 Persentase Employee Turnover PT. WIKA Beton

Pada tahun 2003 persentase tenaga kerja keluar sebesar 1.59% dengan

alasan terbesar karena pensiun yaitu 9 orang (akhir masa jabatan) dan persentase

tenaga kerja yang masuk sebesar 2.16% (19 orang). Pada tahun 2004 persentase

tenaga kerja keluar menurun yaitu sebesar 1.36% (12 orang) dengan alasan
157

terbesar kerena mengundurkan diri dan meninggal dunia (masing-masing 4

orang) dan persentase tenaga kerja yang masuk meningkat yaitu sebesar 5.08%

(45 orang). Pada tahun 2005 persentase tenaga kerja keluar sebesar 1.74% (16

orang) dengan alasan terbesar karena mengundurkan diri dan persentase tenaga

kerja yang masuk menurun menjadi 1.09% (10 orang). Pada tahun 2006

persentase tenaga kerja keluar meningkat relatif tinggi menjadi 3.73% (34

orang), dengan alasan terbanyak ialah karena kepentingan perusahaan yaitu

sebanyak 15 orang, dan persentase tenaga kerja yang masuk meningkat menjadi

2.74% (25 orang).

Perubahan persentase employee turnover di PT. WIKA Beton relatif tidak

stabil. Hal tersebut mengindikasikan bahwa iklim kerja di PT. WIKA Beton

kurang kondusif, hal tersebut digambarkan pada jumlah tenaga kerja yang keluar

karena alasan mengundurkan diri dan kepentingan perusahaan selalu meningkat

tiap tahun khususnya pada tahun 2006. Atau dengan asumsi lain bahwa pada

tahun 2006 terjadi perubahan dalam susunan organisasi perusahaan, sehingga

harus mengorbankan beberapa tenaga kerjanya untuk keluar. Namun perubahan

tersebut berkisar dalam jumlah angka yang kecil, dengan demikian gejolak dalam

turnover tenaga kerja di PT. WIKA Beton masih dianggap wajar sebagai dampak

persaingan dalam dunia kerja atau dengan kata lain kepuasan tenaga kerja masih

terjaga dengan baik walaupun tetap terjadi pergolakan dalam tubuh organisasi

PT. WIKA Beton.


158

4.3.1.4 Produktivitas Pegawai

Ukuran produktivitas tenaga kerja memberikan umpan balik mengenai

seberapa optimal tenaga kerja PT. WIKA Beton telah memberikan kontribusinya

kepada perusahaan dari segi pendapatan. Untuk menjadikan PT. WIKA Beton

sebagai perusahaan yang memiliki performansi baik, maka perusahaan harus

menyadari bahwa produktivitas tenaga kerja memegang peranan yang sangat

penting untuk meningkatkan performansi perusahaan secara menyeluruh dan

memberikan dampak langsung kepada kinerja proses bisnis internal. Ukuran

performansi PT. WIKA Beton melalui pengukuran produktivitas tenaga kerja

periode 2003-2006 dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4.13 Grafik Produktifitas Pegawai PT. WIKA Beton

(dalam satuan jutaan rupiah/orang)

Pada tahun 2004 produktivitas tenaga kerja meningkat menjadi Rp.

450.54 juta per orang dari Rp. 386.98 juta per orang pada tahun 2003. Pada tahun

2005 terjadi peningkatan yang relatif besar yaitu Rp. 604.19 juta per orang. Pada
159

tahun 2006 terjadi peningkatan produktifitas tenaga kerja yaitu Rp. 661.40 juta

per orang. Secara keseluruhan, persentase pencapaian target produktivitas tenaga

kerja selalu melebihi target setiap tahunnya.

Peningkatan nilai produktivitas tenaga kerja PT. WIKA Beton

menunjukkan baiknya performansi produktivitas tenaga kerja. Peningkatan

tertinggi untuk produktivitas tenaga kerja terjadi pada tahun 2005 yaitu 25.43%

sedangkan peningkatan tertinggi untuk profitabilitas tenaga kerja terjadi pada

tahun 2006 yaitu sebesar 22.74%. Peningkatan tersebut terjadi karena jumlah

penjualan dan jumlah keuntungan yang diperoleh perusahaan meningkat,

sedangkan pada saat yang sama jumlah tenaga kerja yang ada relatif menurun.

4.3.2 Perspektif Proses Bisnis Internal

4.3.2.1 Kualitas Produk

Ukuran kualitas produk memberikan informasi mengenai seberapa besar

tingkat rasio kecacatan dan kegagalan dari produk yang dihasilkan oleh PT.

WIKA Beton melalui ketujuh pabriknya yang tersebar di seluruh Indonesia.

Tingkat rasio kecacatan dan kegagalan suatu produk akan berdampak pada

besarnya kepuasan pelanggan yang berhasil dicapai oleh perusahaan dari segi

kualitas/mutu. Pengukuran kualitas produk PT. WIKA Beton dibedakan menjadi

dua kategori yaitu produk cacat (defect) dan produk gagal (failure). Ukuran

performansi kualitas produk PT. WIKA Beton untuk rata-rata rasio produk cacat

dapat dilihat pada gambar 4.14 sampai 4.16.


160

Gambar 4.14 Grafik Rata-rata Rasio Produk Cacat per Tahun PT. WIKA Beton

Gambar 4.15 Grafik Persentase Pencapaian Target Rata-rata Rasio Produk Cacat

PT. WIKA Beton


161

Gambar 4.16 Grafik Proporsi Jenis Produk Cacat per Tahun PT. WIKA Beton

Berdasarkan grafik pada gambar 4.14, pada tahun 2003 rata-rata rasio

produk cacat mencapai 0.0691%. Pada tahun 2004 terjadi peningkatan rata-rata

rasio jumlah produk cacat menjadi 0.2228% dengan proporsi tingkat kecacatan

terbesar terjadi pada pembuatan produk Beton untuk jembatan dan Tiang

Pancang. Pada tahun 2005 rata-rata rasio produk cacat menurun relatif drastis

menjadi 0.0408% dari 0.2228% pada tahun sebelumnya. Sedangkan pada tahun

2006 rata-rata rasio produk cacat menjadi 0.0492% atau relatif stabil

perubahannya dari satu tahun sebelumnya. Proporsi produk cacat terbesar setiap

tahun terjadi pada produk

Ukuran performansi kualitas produk PT. WIKA Beton untuk rata-rata

rasio produk gagal dapat dilihat pada Gambar 4.17 sampai dengan 4.19.
162

Gambar 4.17 Grafik Rata-rata Rasio Produk Gagal per Tahun PT. WIKA Beton

Gambar 4.18 Grafik Persentase Pencapaian Target Rata-rata Rasio Produk Gagal

PT. WIKA Beton


163

Gambar 4.19 Grafik Proporsi Jenis Produk Gagal per Tahun PT. WIKA Beton

Berdasarkan pada grafik pada Gambar 4.17, pada tahun 2003 rata-rata

rasio produk gagal mencapai 0.0139%. Pada tahun 2004 rata-rata rasio produk

gagal menurun menjadi 0.0118%. Pada tahun 2005 rata-rata rasio produk gagal

terjadi penurunan menjadi 0.0084% dari 0.0118% pada tahun sebelumnya.

Sedangkan pada tahun 2006 rata-rata rasio produk gagal sedikit peningkatan

menjadi 0.0120%. Rata-rata proporsi produk yang paling sering mengalami

kegagalan per tahunnya ialah produk Tiang Beton dan Tiang Pancang, namun

tingkat kegagalan produk yang terjadi di PT. WIKA Beton masih sangat kecil

yaitu dibawah 1%. Disamping itu, pencapaian rasio produk gagal selalu dibawah

asumsi/rencana awal.

Rata-rata rasio produk cacat dan gagal per tahun PT. WIKA Beton relatif

stabil yaitu selalu dibawah angka rencana awal. Hal tersebut mengindikasikan
164

bahwa PT. WIKA Beton memiliki pengendalian mutu yang baik dalam

memproduksi produk-produk mereka.

4.3.2.2 Kapasitas Tersedia

Ukuran kapasitas tersedia memberikan informasi mengenai kemampuan

perusahaan dalam memenuhi permintaan pelanggan dari segi kapasitas produksi.

PT. WIKA Beton selalu melakukan pengkajian kontrak yang diberikan oleh

pelanggan, pengkajian kontrak tersebut tidak akan ditindaklanjuti oleh PT.

WIKA Beton jika dianggap tidak mampu ditangani oleh perusahaan karena

beberapa faktor, salah satu faktor penolakan terbesar ialah karena keterbatasan

kapasitas produksi yang ada atau disebut Lost Sales. Lost sales menggambarkan

frekuensi penawaran kontrak yang tidak dapat dipenuhi oleh PT. WIKA Beton

karena keterbatasan kapasitas produksi per tahun beserta biaya yang mungkin

hilang karena penolakan tersebut. Hasil pengukuran lost sales PT. WIKA Beton

periode tahun 2003-2006 ialah sebagai berikut.

Gambar 4.20 Frekuensi Lost Sales PT. WIKA Beton per Tahun
165

Gambar 4.21 Biaya Lost Sales PT. WIKA Beton per Tahun

Berdasarkan kedua grafik diatas, pada tahun 2003 terjadi lost sales satu

kali yaitu sebesar Rp. 2,685.40 juta pada bulan Agustus. Pada tahun 2004 terjadi

peningkatan menjadi dua kali sebesar Rp. 3,838.84 juta pada bulan September

dan Oktober. Sedangkan pada tahun 2005 terjadi peningkatan menjadi empat kali

sebesar Rp. 5,789.68 juta pada bulan Agustus, September, dan Oktober. Pada

tahun 2006 terjadi penurunan menjadi dua kali sebesar Rp. 3,371.34 juta pada

bulan Oktober dan November.

Kinerja ketersediaan kapasitas produksi PT. WIKA Beton masih sangat

baik, hal tersebut dapat terlihat dari frekuensi lost sales yang masih sangat kecil.

lost sales terjadi sekitar pertengahan hingga akhir tahun. Trend tersebut terjadi

karena pelanggan biasanya mengerjakan proyek pemerintah, yang mana

memerlukan birokrasi perijinan dan persetujuan yang panjang hingga pada tahap

pengajuan Tender. Biasanya fase tersebut selesai pada paruh pertama per tahun.
166

Sehingga terjadi permintaan barang yang meningkat pada periode paruh kedua

per tahun. Meskipun demikian, PT. WIKA Beton masih memiliki kapasitas

produksi terbesar dibandingkan dengan para perusahaan pesaing.

4.3.3 Perspektif Pelanggan

4.3.3.1 Kepuasan Pelanggan

Ukuran kepuasan pelanggan memberikan informasi mengenai seberapa

baik perusahaan dapat memenuhi kebutuhan pelanggan baik dari segi kepuasan

pelayanan dan kepuasan kualitas. Untuk menjadikan PT. WIKA Beton sebagai

perusahaan yang berorientasi kepada pelanggan, maka perusahaan harus

menyadari bahwa kepuasan pelanggan merupakan salah satu parameter yang

digunakan untuk mengukur tercapai atau tidaknya usaha perusahaan dalam

memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggannya. Ukuran performansi

kepuasan pelanggan periode 2003-2006 PT. WIKA Beton dapat dilihat pada

gambar berikut.
167

Gambar 4.22 Grafik Rata-rata Indeks Kepuasan Pelanggan PT. WIKA Beton per

Semester

Pada tahun 2003 Indeks Kepuasan Pelanggan (CSI) semester pertama

mencapai nilai 4.29 dan 4.03 pada semester kedua. Pada tahun 2004 terjadi

penurunan yaitu menjadi 4.1 pada semester pertama dan 3.71 pada semester

kedua. Sedangkan pada tahun 2005 CSI semester pertama terjadi peningkatan

menjadi 4.59 dan 4.22 pada semester kedua. Pada tahun 2006 CSI meningkat

pada semester pertama menjadi 4.69 dari 4.59 dan menurun pada semester kedua

menjadi 3.36 dari 4.22 pada tahun sebelumnya.

Nilai Indeks Kepuasan Pelanggan PT. WIKA Beton relatif meningkat

setiap tahun dari tahun 2003-2006, namun hanya terjadi penurunan pada tahun

2004. Peningkatan CSI selalu terjadi pada paruh pertama setiap tahunnya dan

kemudian menurun di paruh kedua, hal tersebut mengindikasikan ketidak

konsistensian usaha perusahaan untuk meningkatkan pelayanan dan kualitas

kepada pelanggan per tahunnya khususnya di semester kedua. Kendati demikian,


168

rata-rata nilai CSI PT.WIKA Beton masih dalam kategori sangat baik dan cukup

baik yaitu berkisar antara 3.5-4.5. Hal tersebut menunjukkan baiknya

performansi PT. WIKA Beton dalam memuaskan pelanggannya, baik dari segi

kepuasan kualitas maupun dari segi kepuasan pelayanan.

4.3.3.2 Retensi dan Akuisisi Pelanggan

Ukuran retensi dan akuisisi pelanggan mampu melihat sejauh mana

kekuatan bisnis perusahaan dalam mempertahankan pelanggan yang loyal dan

menarik atau mendapatkan pelanggan baru. Untuk meningkatkan pangsa pasar

dan menumbuhkan bisnis PT. WIKA Beton, diperlukan sebuah tujuan berupa

peningkatan berbasis pelanggan dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan.

Ukuran kinerja retensi dan akuisisi pelanggan PT. WIKA Beton periode 2003-

2006 dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4.23 Rasio Retensi & Akuisisi Pelanggan PT. WIKA Beton 2003-2006
169

Pada tahun 2003 rasio retensi pelanggan sebesar 31.50% dan rasio

akuisisi sebesar 68.50%. Pada tahun 2004 rasio retensi mengalami peningkatan

menjadi 71.64% sedangkan rasio akuisisi pelanggan mengalami penurunan

menjadi 28.36%. Pada tahun 2005 rasio retensi pelanggan kembali mengalami

kenaikan menjadi 81.47% dari 71.64%, sedangkan rasio akuisisi pelanggan

kembali mengalami penurunan menjadi 18.53%. Pada tahun 2006 rasio retensi

pelanggan menurun menjadi 76.52%, sedangkan rasio akuisisi pelanggan

mengalami peningkatan menjadi 28.48%.

Gambar 4.24 Persentase Pencapaian Target Rasio Retensi & Akuisisi Pelanggan

Persentase pencapaian realisasi terhadap target rasio retensi pelanggan

secara global selalu tercapai yaitu diatas 100%, namun terjadi pengecualian pada

tahun 2003 yang hanya mencapai 54.30%. Sedangkan untuk persentase

pencapaian target rasio akuisisi pelanggan selalu dibawah harapan yaitu selalu

dibawah angka 100%, kecuali pada tahun 2003 persentase pencapaian target
170

sebesar 163.10%. Hal tersebut menggambarkan bahwa jumlah pelanggan baru

PT. WIKA Beton sangat kecil.

Berdasarkan kedua analisa untuk retensi dan akuisisi pelanggan diatas,

dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pelanggan yang dimiliki oleh PT.

WIKA Beton adalah pelanggan lama yang loyal. Sedangkan pelanggan baru

hanya merupakan bagian kecil dari jumlah pelanggan yang ada. Kondisi tersebut

terjadi karena PT. WIKA Beton bergerak pada usaha B2B (business to business),

dimana jumlah pelanggan baru yang ada sangat kecil, sehingga PT. WIKA Beton

membuat kebijakan untuk lebih menekankan pada usaha untuk mempertahankan

pelanggan lama yang loyal, sambil melakukan penetrasi pasar untuk menarik

minat pelanggan baru. Berdasarkan alasan tersebut, maka dapat disimpulkan

bahwa kinerja perusahaan untuk mempertahankan pelanggan lama sudah baik

namun perlu dilakukan peningkatan usaha dalam memperoleh pelanggan baru.

4.3.3.3 Pangsa Pasar

Ukuran pangsa pasar menginformasikan seberapa besar perusahaan

memiliki peran atau pengaruh dalam suatu pasar yang spesifik. Pangsa pasar juga

mengindikasikan perkembangan bisnis yang dilakukan oleh perusahaan untuk

mendapatkan daya tarik dari pihak eksternal atau pelanggan. Parameter pangsa

pasar pada kenyataannya sangat sulit untuk diidentifikasi, hal tersebut

disebabkan oleh sulitnya pihak perusahaan dalam memetakan pasar mana yang

menjadi target pasar mereka. Dengan demikian diperlukan pendekatan

pengukuran yang representatif. Untuk itu, pengukuran pangsa pasar dilakukan

dengan membandingkan jumlah nilai Tender yang berhasil diraih oleh PT.
171

WIKA Beton dengan total nilai penawaran Tender yang diajukan oleh para

pelanggan tiap tahunnya. Pendekatan tersebut membutuhkan asumsi bahwa

setiap Tender yang ada di Indonesia selalu ditawarkan ke PT. WIKA Beton.

Ukuran performansi pangsa pasar PT. WIKA Beton pada periode tahun 2003-

2006 dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4.25 Grafik Proporsi Pangsa Pasar PT. WIKA Beton Tahun 2003
172

Gambar 4.26 Grafik Proporsi Pangsa Pasar PT. WIKA Beton Tahun 2004

Gambar 4.27 Grafik Proporsi Pangsa Pasar PT. WIKA Beton Tahun 2005
173

Gambar 4.28 Grafik Proporsi Pangsa Pasar PT. WIKA Beton Tahun 2006

Gambar 4.29 Grafik Persentase Pencapaian Target Pangsa Pasar

PT. WIKA Beton

Berdasarkan grafik pada gambar 4.25 sampai dengan 4.28, pada tahun

2003 pangsa pasar PT. WIKA Beton mencapai 58.57%. Pada tahun 2004 pangsa

pasar meningkat menjadi 66.47%, sedangkan pada tahun 2005 menunjukkan

penurunan menjadi 57.09%. Pada tahun 2006 pangsa pasar PT. WIKA Beton

kembali terjadi peningkatan yaitu menjadi 64.46%.


174

Perubahan performansi pangsa pasar PT. WIKA Beton selama 4 tahun

relatif stabil. Dengan rata-rata persentase pencapaian target sebesar 111.27% per

tahun, menunjukkan PT. WIKA Beton dapat menguasai pasar melebihi 50%

pangsa pasar yang ada. Namun PT. WIKA Beton harus mengendalikan peta

persaingan di objek bisnis sejenis dengan tidak melebihi 60% pangsa pasar,

karena jika melebihi angka tersebut, maka daya saing para kompetitor akan

menurun. Daya saing dari para pesaing pada industri sejenis sangat penting untuk

mengendalikan harga penjualan serta mendukung pemerintah dalam membuka

lapangan kerja di perusahaan lain.

4.3.4 Perspektif Finansial

4.3.4.1 Kontrak Baru

Ukuran perolehan kontrak baru memberikan informasi kepada

perusahaan mengenai seberapa besar jumlah kontrak baru yang telah diperoleh

oleh PT. WIKA Beton pada periode tertentu. Perolehan kontrak baru terkait

dengan usaha promosi yang dilakukan oleh perusahaan kepada para pelanggan.

Keberhasilan suatu promosi terwujud pada jumlah penawaran Tender yang

diajukan oleh pelanggan ke perusahaan. Jika Tender tersebut dapat dimenangkan

oleh PT. WIKA Beton, maka status penawaran Tender akan tercatat kedalam

perolehan kontrak baru. Ukuran performansi kontrak baru sangat penting, karena

disinilah awal dari proses pendapatan perusahaan dari perpsektif finansial. Hasil

pengukuran performansi perolehan kontrak baru PT. WIKA Beton periode 2003-

2006 dapat dilihat pada gambar 4.30.


175

Gambar 4.30 Grafik Perolehan Kontrak Baru PT. WIKA Beton per Tahun

(satuan jutaan rupiah)

Gambar 4.31 Grafik Persentase Pencapaian Target Kontrak Baru

PT. WIKA Beton


176

Gambar 4.32 Grafik Perolehan Kontrak Baru PT. WIKA Beton per SBU

(satuan jutaan rupiah)


177

Gambar 4.33 Grafik Perolehan Kontrak Baru PT. WIKA Beton per Wilayah

Penjualan (satuan jutaan rupiah)

Pada tahun 2003 perolehan kontrak baru mencapai Rp. 394,119 juta

dengan persentase pencapaian terhadap rencana sebesar 153.65% yaitu Rp.

256,500 juta, perolehan kontrak baru terbesar diperoleh dari SBU tiang pancang

(Rp. 160,716 juta) dan perolehan terkecil pada SBU Produk Beton Bangunan

Gedung & Rumah/PBBGR (Rp. 0). Sedangkan perolehan kontrak baru terbesar

pada tahun 2003 diperoleh dari Wilayah Penjualan III – Jakarta sebesar Rp.
178

112,675 juta dan terkecil dari Wilayah Penjualan II – Palembang sebesar Rp.

30,379 juta.

Pada Tahun 2004 perolehan kontrak baru mengalami peningkatan

menjadi Rp. 527,306 juta dengan persentase pencapaian terhadap rencana

sebesar 132.16% (penurunan dari tahun 2003). Perolehan kontrak baru terbesar

diperoleh dari SBU Tiang Pancang (Rp. 242,032 juta) dan Produk Beton

Jembatan (Rp. 172,027 juta) dan terkecil dari SBU PBBGR (Rp. 0). Sedangkan

perolehan kontrak baru terbesar diperoleh dari Wilayah Penjualan IV –

Semarang (Rp. 148,708 juta) dan Wilayah Penjualan III – Jakarta (Rp. 147,549),

untuk perolehan terkecil dari Wilayah Penjualan VI – Makasar sebesar Rp.

18.957 juta menurun dibandingkan tahun sebelumnya.

Pada tahun 2005 perolehan kontrak baru mengalami penurunan menjadi

Rp. 473,262 juta dengan persentase pencapaian terhadap rencana sebesar

108.30% (penurunan dari 132.16% pada tahun 2004). Perolehan kontrak baru

terbesar diperoleh dari SBU Tiang Pancang sebesar Rp. 250,343 juta dan

sekaligus mengalami kenaikan, untuk perolehan kontrak baru terkecil diperoleh

dari SBU PBBGR (Rp. 0). Sedangkan perolehan kontrak baru terbesar diperoleh

dari Wilayah Penjualan III – Jakarta yaitu sebesar Rp. 170,454 juta, dan

perolehan terkecil dari Wilayah Penjualan II – Palembang yaitu sebesar Rp.

30,277 juta, namun mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya dari Rp. 22,969

juta.

Pada Tahun 2006 perolehan kontrak baru mengalami kenaikan yang

relatif pesat yaitu menjadi Rp. 603,586 juta dengan persentase pencapaian

terhadap rencana sebesar 109.54%. Perolehan kontrak baru terbesar diperoleh


179

dari SBU Tiang Pancang yang mengalami peningkatan pesat menjadi Rp.

379,706 juta dari Rp. 250,343 juta, sedangkan SBU PBBGR tetap menyumbang

perolehan terkecil yaitu Rp. 0. Perolehan kontrak terbesar diperoleh dari Wilayah

Penjualan I – Medan (Rp. 171,009 juta) dan V – Surabaya (Rp. 180,921 juta),

sedangkan perolehan terkecil dari Wilayah Penjualan VI – Makasar sebesar Rp.

27,904 juta.

Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa perolehan kontrak

baru PT. WIKA Beton periode 2003-2006 relatif selalu meningkat dari tahun ke

tahun. Persentase pencapaian terhadap rencana perolehan kontrak baru

menunjukan bahwa meskipun mengalami penurunan, namun pencapaian realisasi

selalu diatas rencana awal, dengan kata lain tujuan tercapai. Perolehan kontrak

baru didominasi oleh SBU Tiang Pancang setiap tahunnya, apalagi pada tahun

2006 SBU Tiang Pancang mengalami peningkatan yang pesat. Perolehan kontrak

baru terbesar rata-rata diperoleh dari Wilayah Penjualan yang terletak di Pulau

Jawa yaitu Jakarta, Semarang, dan Surabaya. Secara keseluruhan, kinerja

perolehan kontrak baru PT. WIKA Beton sudah baik atau selalu mencapai

rencana, namun terdapat kekurangan yaitu terjadi ketidakmerataan pada

perolehan per SBU atau dari segi Wilayah Penjualan.

4.3.4.2 Penjualan

Ukuran performansi penjualan memberikan informasi mengenai

pendapatan yang diperoleh dari pelanggan melalui penjualan SBU yang dimiliki

PT. WIKA Beton. Status penjualan didapat dari kontrak baru yang telah

terpenuhi secara keseluruhan oleh pihak PT. WIKA Beton kepada pelanggan.
180

Perubahan status tersebut ditandai dengan pemberian Surat Keterangan Serah

Terima (SKST). Hasil pengukuran performansi penjualan PT. WIKA Beton

periode 2003-2006 dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4.34 Grafik Penjualan PT. WIKA Beton per Tahun

(satuan jutaan rupiah)

Gambar 4.35 Grafik Persentase Pencapaian Target Penjualan PT. WIKA Beton
181

Gambar 4.36 Grafik Penjualan PT. WIKA Beton per SBU (satuan jutaan rupiah)
182

Gambar 4.37 Grafik Penjualan PT. WIKA Beton per Wilayah Penjualan

(satuan jutaan rupiah)

Pada tahun 2003 nilai penjualan mencapai Rp. 342,478 juta dengan

persentase pencapaian terhadap rencana penjualan sebesar 136,55 %. Penjualan

terbesar diperoleh dari SBU Tiang Pancang yaitu sebesar Rp. 135,677 juta,

sedangkan penjualan terbesar diperoleh dari Wilayah Penjualan III – Jakarta

yaitu sebesar Rp. 108,201 juta dan nilai penjualan terkecil diperoleh dari

Wilayah Penjualan II – Palembang yaitu sebesar Rp. 22,300 juta.

Pada tahun 2004 nilai penjualan mengalami peningkatan menjadi Rp.

413,598 juta, namun secara persentase pencapaian terhadap rencana penjualan


183

mengalami penurunan menjadi 110.22%. Penjualan terbesar diperoleh dari SBU

Tiang Pancang yaitu sebesar Rp. 172,727 juta, sedangkan penjualan terbesar

diperoleh dari Wilayah Penjualan V – Surabaya yaitu sebesar Rp. 111,192 juta

dan nilai penjualan terkecil diperoleh dari Wilayah Penjualan II – Palembang Rp.

25,738 juta.

Pada tahun 2005 nilai penjualan mengalami kenaikan menjadi Rp.

551,022 juta dengan persentase pencapaian terhadap rencana penjualan sebesar

128.89%, yang mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Penjualan

terbesar diperoleh dari SBU Tiang Pancang yaitu sebesar Rp. 262,638 juta,

sedangkan nilai penjualan terbesar diperoleh dari Wilayah Penjualan III – Jakarta

yaitu sebesar Rp. 167,778 juta dan nilai penjualan terkecil dari Wilayah

Penjualan II – Palembang yaitu sebesar Rp. 33,804 juta.

Pada tahun 2006 nilai penjualan mengalami kenaikan menjadi Rp.

597,247 juta namun persentase pencapaian terhadap rencana mengalami

penurunan menjadi 104.78%. Nilai penjualan terbesar diperoleh dari SBU Tiang

Pancang yaitu sebesar Rp. 362,504 juta, sedangkan nilai penjualan terbesar

diperoleh dari Wilayah Penjualan III – Jakarta Rp. 178,929 juta dan penjualan

terkecil terjadi pada Wilayah Penjualan VI – Makasar yaitu sebesar Rp. 25,175

juta.

Secara keseluruhan, nilai penjualan SBU PT. WIKA Beton mengalami

kenaikan dari tahun ke tahun, walaupun persentase pencapaian terhadap rencana

penjualan mengalami fluktuasi. SBU penyumbang terbesar nilai penjualan ialah

SBU Tiang Pancang, SBU tersebut selalu mengalami kenaikan tiap tahun,

bahkan peningkatan yang pesat terjadi pada tahun 2006 dari tahun 2005. Hal
184

tersebut menunjukkan ketidakseimbangan antara SBU yang laku dipasaran.

Sedangkan Wilayah Penjualan yang menyumbangkan nilai penjualan terbesar

rata-rata yang terletak di Pulau Jawa, dan Wilayah Penjualan terburuk terjadi

pada Wilayah Penjualan II – Palembang. Performansi penjualan SBU PT. WIKA

Beton sudah baik, namun diperlukan perhatian khusus pada usaha penjualan

untuk SBU dan Wilayah Penjualan yang memiliki nilai jual yang rendah setiap

tahunnya. Ketidakseimbangan dan ketidakmerataan penjualan SBU dipengaruhi

oleh permintaan pelanggan pada periode tersebut, sehingga PT. WIKA Beton

memproduksi produknya berdasarkan make to order.

4.3.4.3 Efisiensi Keuangan

Ukuran performansi efisiensi keuangan memberikan informasi mengenai

seberapa besar efisiensi PT. WIKA Beton dalam mempergunakan total aktiva.

Pengukuran performansi ini menggunakan perbandingan antara nilai penjualan

dengan total aktiva per periode atau disebut Total Asset Turnover. Ukuran

performansi efisiensi keuangan PT. WIKA Beton dapat dilihat pada gambar 4.38

berikut.
185

Gambar 4.38 Grafik Total Asset Turnover PT. WIKA Beton per Tahun

Gambar 4.39 Grafik Persentase Pencapaian Target Total Asset Turnover

PT. WIKA Beton

Pada tahun 2003 perputaran total aktiva untuk mendukung penjualan

bersih sebesar 1.14 kali dengan persentase pencapaian target sebesar 79.22%.

Pada tahun 2004 terjadi penurunan menjadi 0.90% dengan persentase pencapaian
186

target sebesar 83.84%, penurunan tersebut terjadi karena total aktiva yang

dimiliki oleh PT. WIKA Beton lebih besar dibandingkan nilai penjualan yang

diperoleh. Pada tahun 2005 total asset turnover mengalami peningkatan menjadi

1.39 kali dengan persentase pencapaian target sebesar 119.70% atau dengan kata

lain pencapaian total asset turnover telah melampaui target. Sedangkan pada

tahun 2006 total asset turnover kembali mengalami penurunan menjadi 1.25 kali

dengan persentase pencapaian target sebesar 85.87%.

Rata-rata kinerja total asset turnover PT. WIKA Beton periode 2003-

2006 ialah 1.17 kali per tahun, hal tersebut menggambarkan bahwa PT. WIKA

Beton menggunakan seluruh aktivanya untuk menciptakan penjualan sebesar

1.17 kali setiap tahunnya. Dengan rata-rata persentase pencapaian target sebesar

92.16%, kinerja perusahaan dalam total asset turnover belum mencapai target.

4.3.4.4 Profitabilitas

Ukuran performansi EBIT (earn before interest and tax) memberikan

informasi mengenai seberapa besar keuntungan operasional yang berhasil

diperoleh oleh PT. WIKA Beton setiap tahunnya. Ukuran EBIT/keuntungan

operasional menggunakan perumusan penjualan bersih dikurangi Harga Pokok

Penjualan (HPP) dan Biaya Usaha. Ukuran performansi EBIT PT. WIKA Beton

dapat lihat pada gambar 4.40 berikut.


187

Gambar 4.40 Grafik Earn Before Interest and Tax PT. WIKA Beton per Tahun

(satuan jutaan rupiah)

Gambar 4.41 Grafik Persentase Pencapaian Target Earn Before Interest and Tax

PT. WIKA Beton

Pada tahun 2003 keuntungan PT. WIKA Beton mencapai Rp. 21,146 juta

dengan persentase pencapaian terhadap rencana keuntungan sebesar 212.21%


188

atau dua kali lipat dari rencana awal. Pada tahun 2004 keuntungan perusahaan

mengalami kenaikan menjadi sebesar Rp. 28,090 juta, namun persentase

pencapaian mengalami penurunan menjadi 102.67%. Pada tahun 2005

keuntungan perusahaan mengalami sedikit kenaikan yaitu menjadi Rp. 29,219

juta, namun persentase pencapaian mengalami penurunan menjadi 90.86%.

Sedangkan pada tahun 2006 keuntungan perusahaan mengalami kenaikan

menjadi Rp. 37,445 juta dengan persentase pencapaian target keuntungan yang

naik menjadi 110.09%, dikarenakan persentase peningkatan nilai penjualan

melebihi persentase peningkatan nilai HPP.

Performansi laba operasional PT. WIKA Beton sebelum pajak dan bunga

secara keseluruhan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, namun

persentase pencapaian terhadap target mengalami trend yang cenderung

menurun. Hal tersebut dipengaruhi oleh nilai HPP dan biaya usaha yang selalu

mengalami peningkatan diluar rencana. Meskipun nilai penjualan juga

mengalami kenaikan, tetapi belum dapat melampaui angka HPP dan biaya usaha

dalam jumlah yang signifikan. Secara rata-rata, performansi perolehan laba

operasional PT. WIKA Beton tercapai.

4.3.4.5 Pengembalian Investasi

Ukuran performansi pengembalian investasi memberikan informasi

mengenai seberapa besar kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam

keseluruhan aktiva unutk penghasilan laba setelah pajak per tahun. Pengukuran

performansi tingkat pengembalian investasi menggunakan perumusan Rasio

Return on Investment (ROI), yaitu perbandingan antara laba setelah dengan total
189

aktiva yang dimiliki PT. WIKA Beton per tahun. Ukuran performansi rasio

pengembalian investasi PT. WIKA Beton periode 2003-2006 dapat lihat pada

gambar 4.42 berikut.

Gambar 4.42 Grafik ROI PT. WIKA Beton per Tahun

Gambar 4.43 Grafik Persentase Pencapaian Target ROI PT. WIKA Beton

Pada tahun 2003 ROI PT. WIKA Beton mencapai 5.18% dengan

persentase pencapaian target sebesar 164.01%, dikarenakan peningkatan laba


190

setelah pajak yang diperoleh lebih besar daripada peningkatan total aktiva yang

dimiliki oleh perusahaan. Pada tahun 2004 ROI mengalami penurunan menjadi

4.07% dengan persentase pencapaian target sebesar 82.67%, dikarenakan oleh

peningkatan laba yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan peningkatan total

aktivanya. Pada tahun 2005 ROI kembali mengalami peningkatan menjadi 5.59%

dengan persentase pencapaian target sebesar 105.09%. Sedangkan pada tahun

2006 ROI sedikit mengalami penurunan menjadi 5.54% dengan persentase

pencapaian target sebesar 102.27%, hal tersebut terjadi dikarenakan perolehan

laba setelah pajak yang meningkat walaupun total aktiva yang dimiliki

perusahaan juga ikut meningkat.

Secara keseluruhan, rata-rata pencapaian target ROI ialah sebesar

113.51%, dengan kata lain realisasi ROI PT. WIKA Beton selalu mencapai

target/rencana setiap tahunnya. Dengan rata-rata tingkat kemampuan modal yang

diinvestasikan untuk menghasilkan laba bersih PT. WIKA Beton sebesar 5%

setiap tahun.

4.4 Analisa Hubungan Sebab-Akibat

Strategi adalah seperangkat hipotesis mengenai hubungan sebab-akibat.

Sistem pengukuran harus membuat hubungan (hipotesa) yang ada di antara

berbagai tujuan perusahaan (dan ukuran) dalam berbagai perspektif eksplisit,

sehingga dapat dikelola dan divalidasi. Balanced Scorecard harus merupakan

unsur dalam sebuah rantai hubungan sebab akibat yang mengkomunikasikan arti

strategi unit bisnis kepada seluruh perusahaan. Adapun hubungan sebab akibat

pada peta strategi PT. WIKA Beton seperti gambar 4.44.


191

Gambar 4.44 Cause Effect Relationship Antar KPI PT. WIKA Beton

ROI dan Total Asset Turnover merupakan ukuran akhir dari perpektif

finansial, yang menjelaskan bahwa tujuan akhir perusahaan ialah meningkatkan

rasio pengembalian atas modal yang diinvestasi setiap tahunnya serta


192

peningkatan efisiensi penggunaan total aktiva milik perusahaan untuk

mendukung penjualan. Faktor pendorong ukuran tersebut ialah berupa

peningkatan laba. Peningkatan laba operasional dan efisiensi keuangan

dipengaruhi oleh peningkatan variabel penjualan bersih untuk setiap SBU yang

dimiliki oleh PT. WIKA Beton. Peningkatan nilai penjualan bersih disebabkan

oleh peningkatan perolehan kontrak baru dari pelanggan. Sehingga perolehan

kontrak baru selalu berbanding lurus dengan pencapaian nilai penjualan.

Pencapaian terhadap peningkatan pada perspektif finansial merupakan

suatu akibat yang terjadi karena tingginya proporsi pangsa pasar yang berhasil

diraih oleh PT. WIKA Beton. Keberhasilan perusahaan dalam meraih pangsa

pasar yang baik dibandingkan periode sebelumnya dipengaruhi oleh peningkatan

jumlah pelanggan baru (akuisisi pelanggan) dan pelanggan yang loyal (retensi

pelanggan) terhadap perusahaan. Lalu bagaimana cara perusahaan memperoleh

pelanggan yang loyal? yaitu ditentukan oleh usaha (effort) perusahaan untuk

dapat memuaskan berbagai kebutuhan pelanggan yang terangkum dalam indeks

kepuasan pelanggan. Jika pelanggan memiliki pengalaman pembelian yang

memuaskan maka barulah perusahaan dapat mengharapkan para pelanggan

melakukan pembelian ulang (retensi) dan menarik minat pelanggan baru

(akuisisi).

Kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh tiga hal yaitu kualitas, waktu

pelayanan, serta harga yang bersaing. Maka dalam perspektif proses bisnis

internal, indikator kualitas produk dan kapasitas tersedia menjadi sebab yang

beralasan. Jika jumlah produk cacat atau gagal meningkat maka tingkat

kepercayaan pelanggan terhadap produk PT. WIKA Beton akan menurun,


193

demikian halnya dengan jumlah pengajuan Tender yang tidak dapat terpenuhi

(lost sales), yang mana lost sales akan mempengaruhi lama waktu pelayanan

kepada pelanggan.

Proses ini akan berlanjut dengan mempertanyakan bagaimana proses

pembelajaran dan pertumbuhan yang harus ditingkatkan agar dapat memenuhi

kinerja yang baik dalam memproduksi produk dan melayani kebutuhan

pelanggan. Untuk mengurangi jumlah produk yang cacat atau gagal serta

mengurangi pelayanan yang tertunda, perusahaan harus meningkatkan

produktivitas para tenaga kerjanya. Produktivitas tenaga kerja dapat ditingkatkan

jika kebutuhan para tenaga kerja dapat terpenuhi terlebih dahulu. Pemenuhan

atas kebutuhan tenaga kerja menjadi penyebab terhadap peningkatan kepuasan

tenaga kerja, yang dapat disimpulkan melalui indikator tingkat keluar-masuk

tenaga kerja (employee turnover rate). Jika frekuensi keluar-masuk tinggi maka

menggambarkan tingkat kepuasan tenaga kerja yang rendah. Proses selanjutnya

ialah bagaimana agar kepuasan tenaga kerja terpenuhi?. Salah satu faktor yang

penting ialah dengan meningkatkan kompetensi para tenaga kerja, melalui

pengadaan program-program pelatihan dan pendidikan. Pada akhirnya terdapat

faktor penyebab penting yang dapat mempengaruhi proses bisnis internal serta

proses pembelajaran dan pertumbuhan itu sendiri yaitu ukuran penelitian &

pengembangan (litbang). Program litbang yang tepat atau efektif akan

mempengaruhi peningkatan kualitas kompetensi para tenaga kerja serta seluruh

sistem dan sumber daya yang ada atau terlibat di dalam tubuh organisasi

perusahaan untuk mencapai tujuan yang sama, yaitu menjadi perusahaan beton

pra cetak yang terbaik.


194

4.5 Penentuan Bobot Setiap KPI

Penentuan bobot untuk setiap KPI diperoleh dari seorang ahli yang

berkompeten terhadap penilaian bobot tersebut, yaitu staf ahli di bagian

pengembangan bisnis perusahaan PT. WIKA Beton.

Berdasarkan hasil analisa kebutuhan (needs analysis), metode penentuan

bobot dengan pendekatan hierarki seperti pada AHP tidak dapat digunakan,

karena jika nilai pada kriteria-kriteria (perspektif) sudah ditentukan besarannya

dan ternyata alternatif (KPI) yang terkandung didalamnya lebih penting dari

perspektif yang memiliki nilai lebih besar dari perspektif dirinya, maka sebesar

apapun nilainya maka tidak akan memberikan pengaruh yang besar bagi

penyumbangan nilai totalnya, yaitu nilai Balanced Scorecard perusahaan PT.

WIKA Beton. Oleh karena itu, pembobotan yang dilakukan langsung mengarah

pada KPI yang dimaksud, seperti pada Tabel 4.38.


195

Tabel 4.38 Bobot Penilaian KPI pada Balanced Scorecard

Key Performance Indicator


No. Bobot
(Kriteria)
1 Return On Investment 6
2 Total Asset Turnover 5
3 Earn Before Interest and Tax 10
4 Penjualan 9
5 Kontrak Baru 12
6 Pangsa Pasar 6
7 Retensi Pelanggan 6
8 Akuisisi Pelanggan 6
9 Customer Satisfaction Index 7
10 Kualitas Produk 8
11 Lost Sales 5
12 Produktivitas Pegawai 7
13 Employee Turnover 3
14 Training Coverage 4
15 Penelitian & Pengembangan 6
TOTAL 100

4.6 Pengukuran Produktivitas dengan OMAX

Tahap penilaian produktivitas dengan metode OMAX dilakukan dalam

empat tahap, yaitu: pemilihan data-data yang diperlukan dalam pengukuran

OMAX, pengumpulan data pokok dari hasil pengukuran kinerja perusahaan

menggunakan metode Balanced Scorecard, pengolahan data untuk menentukan

nilai standar awal dan nilai terendah yang dibutuhkan untuk menghitung

produktivitas menggunakan OMAX.

Langkah-langkah untuk pengukuran produktivitas dengan OMAX ialah

sebagai berikut:
196

1. Menentukan kriteria yang akan digunakan dalam pengukuran OMAX

Tabel 4.39 Potential Objective and Criteria

No Potential Objective Criteria


A. Perspektif Finansial
1. Meningkatkan tingkat pengembalian Return on Investment (%)
investasi
2. Meningkatkan efisiensi penggunaan total Total Asset Turnover (kali)
aktiva perusahaan
3. Meningkatkan laba operasional Earn Before Interest & Tax (Rp)
4. Meningkatkan omzet penjualan Nilai Penjualan (Rp)
5. Meningkatkan omzet kontrak baru Nilai Kontrak Baru (Rp)
B. Perspektif Pelanggan
6. Memperluas penetrasi pasar Pangsa Pasar (%)
7. Mempertahankan pelanggan lama Retensi Pelanggan (%)
8. Meningkatkan pelanggan baru Akuisisi Pelanggan (%)
9. Meningkatkan pelayanan kepada pelanggan Kepuasan Pelanggan (Skor 1-5)
C. Perspektif Proses Bisnis Internal
10. Menurunkan Jumlah Produk Cacat Produk Cacat (%)
11. Menurunkan Jumlah Produk Gagal Produk Gagal (%)
12. Menurunkan Jumlah Potensi kontrak yang Lost Sales (Kali)
tidak dapat dipenuhi karena keterbatasan
kapasitas produksi
D. Perspektif Pembelajaran & Pertumbuhan
13. Meningkatkan Produktivitas tenaga kerja Produktivitas Pegawai (Rp/Org)
14. Meningkatkan Kepuasan Tenaga Kerja Employee Turnover (%)
15. Meningkatkan Kompetensi Tenaga Kerja Training Coverage (%)
16. Meningkatkan Kemampuan Perusahaan Proporsi Biaya Litbang (%)

2. Pengumpulan Data Pokok

Data diperoleh dari hasil pengukuran kinerja perusahaan PT. WIKA Beton

periode 2003-2006 dengan menggunakan metode Balanced Scorecard.


197

Tabel 4.40 Data Pengukuran Performansi PT. WIKA Beton

Periode 2003-2006

Performansi
Kriteria Bobot
2003 2004 2005 2006
1. 5.18 4.07 5.59 5.54 6
2. 1.14 0.9 1.39 1.25 5
3. 21,146 28,090 29,219 37,445 10
4. 342,478 413,598 551,022 597,247 9
5. 394,119 527,306 473,262 603,586 12
6. 58.57 66.47 57.09 64.46 6
7. 31.50 71.64 81.47 76.52 6
8. 68.50 28.36 18.53 23.48 6
9. 4.16 3.91 4.4 4.03 7
10.*) 0.0691 0.2228 0.0408 0.0492 4
*)
11. 0.0139 0.0118 0.0084 0.0120 4
*)
12. 1 2 4 2 5
13. 386.98 450.54 604.19 661.4 7
*)
14. 1.59 1.36 1.74 3.73 3
15. 19.44 20.37 14.69 24.7 4
16. 0.19 0.18 0.22 0.17 6
*)
Nilai semakin rendah, maka semakin baik

3. Pengolahan Data

Pengolahan data ialah menghitung nilai standar awal yang merupakan rata-

rata dari hasil pengukuran kinerja selama periode 2003-2006, menetapkan

nilai terendah dari setiap kriteria pengukuran, dan menetapkan target

pencapaian tiap kriteria.


198

Tabel 4.41 Perhitungan Nilai Standar, Nilai Terendah, dan Target Pencapaian

Nilai
Nilai Target
Kriteria 2003 2004 2005 2006 Standar
Terendah Pencapaian
Awal
1. 5.18 4.07 5.59 5.54 5.09 4.07 6
2. 1.14 0.9 1.39 1.25 1.17 0.9 2
3. 21,146 28,090 29,219 37,445 28,975 21,146 38,000
4. 342,478 413,598 551,022 597,247 476,086 342,478 600,000
5. 394,119 527,306 473,262 603,586 499,568 394,119 610,000
6. 58.57 66.47 57.09 64.46 61.65 57.09 68.00
7. 31.50 71.64 81.47 76.52 65.28 31.50 85
8. 68.50 28.36 18.53 23.48 34.72 18.53 70
9. 4.16 3.91 4.4 4.03 4.13 3.91 5
*)
10. 0.0691 0.2228 0.0408 0.0492 0.10 0.2228 0
11.*) 0.0139 0.0118 0.0084 0.0120 0.01 0.0139 0
12.*) 1 2 4 2 2.25 4 0
13. 386.98 450.54 604.19 661.4 525.78 386.98 680
14.*) 1.59 1.36 1.74 3.73 2.11 3.73 1
15. 19.44 20.37 14.69 24.7 19.80 14.69 30.00
16. 0.19 0.18 0.22 0.17 0.19 0.17 0.50

4. Pembuatan Tabel OMAX

a) Indeks Produktivitas Perspektif Finansial

Tabel 4.42 Pengukuran Produktivitas Perspektif Finansial Tahun 2003

Perspektif Finansial
Ket.
Indikator 1 2 3 4 5
Performansi 5.18 1.14 21,146 342,478 394,119
10 6 2 38,000 600,000 610,000 Sangat Baik
9 5.87 1.88 36,709 582,298 594,224
8 5.74 1.76 35,420 564,596 578,448
Baik
7 5.61 1.64 34,131 546,894 562,672
6 5.48 1.53 32,842 529,192 546,896
5 5.35 1.41 31,553 511,490 531,120 Sedang
199

4 5.22 1.29 30,264 493,788 515,344


3 5.09 1.17 28,975 476,086 499,568
2 4.75 1.08 26,365 431,550 464,418
Buruk
1 4.41 0.99 23,755 387,014 429,268
0 4.07 0.90 21,146 342,478 394,119 Sangat Buruk
Skor Aktual 3 2 0 0 0
Bobot 6 5 10 9 12
Nilai 18 10 0 0 0
Indikator Periode Saat Ini Periode Dasar Indeks
Pencapaian 28 300 9.33%

Tabel 4.43 Pengukuran Produktivitas Perspektif Finansial Tahun 2004

Perspektif Finansial
Ket.
Indikator 1 2 3 4 5
Performansi 4.07 0.90 28,090 413,598 527,306
10 6 2 38,000 600,000 610,000 Sangat Baik
9 5.87 1.88 36,709 582,298 594,224
8 5.74 1.76 35,420 564,596 578,448
Baik
7 5.61 1.64 34,131 546,894 562,672
6 5.48 1.53 32,842 529,192 546,896
5 5.35 1.41 31,553 511,490 531,120
4 5.22 1.29 30,264 493,788 515,344 Sedang
3 5.09 1.17 28,975 476,086 499,568
2 4.75 1.08 26,365 431,550 464,418
Buruk
1 4.41 0.99 23,755 387,014 429,268
0 4.07 0.90 21,146 342,478 394,119 Sangat Buruk
Skor Aktual 0 0 2 1 4
Bobot 6 5 10 9 12
Nilai 0 0 20 9 48
Indikator Periode Saat Ini Periode Dasar Indeks
Pencapaian 77 300 25.67%
200

Tabel 4.44 Pengukuran Produktivitas Perspektif Finansial Tahun 2005

Perspektif Finansial
Ket.
Indikator 1 2 3 4 5
Performansi 5.59 1.39 29,219 551,022 473,262
10 6 2 38,000 600,000 610,000 Sangat Baik
9 5.87 1.88 36,709 582,298 594,224
8 5.74 1.76 35,420 564,596 578,448
Baik
7 5.61 1.64 34,131 546,894 562,672
6 5.48 1.53 32,842 529,192 546,896
5 5.35 1.41 31,553 511,490 531,120
4 5.22 1.29 30,264 493,788 515,344 Sedang
3 5.09 1.17 28,975 476,086 499,568
2 4.75 1.08 26,365 431,550 464,418
Buruk
1 4.41 0.99 23,755 387,014 429,268
0 4.07 0.90 21,146 342,478 394,119 Sangat Buruk
Skor Aktual 6 4 3 7 2
Bobot 6 5 10 9 12
Nilai 36 20 30 63 24
Indikator Periode Saat Ini Periode Dasar Indeks
Pencapaian 173 300 57.67%

Tabel 4.45 Pengukuran Produktivitas Perspektif Finansial Tahun 2006

Perspektif Finansial
Ket.
Indikator 1 2 3 4 5
Performansi 5.54 1.25 37,445 597,247 603,586
10 6 2 38,000 600,000 610,000 Sangat Baik
9 5.87 1.88 36,709 582,298 594,224
8 5.74 1.76 35,420 564,596 578,448
Baik
7 5.61 1.64 34,131 546,894 562,672
6 5.48 1.53 32,842 529,192 546,896
5 5.35 1.41 31,553 511,490 531,120
4 5.22 1.29 30,264 493,788 515,344 Sedang
3 5.09 1.17 28,975 476,086 499,568
2 4.75 1.08 26,365 431,550 464,418 Buruk
201

1 4.41 0.99 23,755 387,014 429,268


0 4.07 0.90 21,146 342,478 394,119 Sangat Buruk
Skor Aktual 6 3 9 9 9
Bobot 6 5 10 9 12
Nilai 36 15 90 81 108
Indikator Periode Saat Ini Periode Dasar Indeks
Pencapaian 330 300 110%

b) Indeks Produktivitas Perspektif Pelanggan

Tabel 4.46 Pengukuran Produktivitas Perspektif Pelanggan Tahun 2003

Perspektif Pelanggan
Ket.
Indikator 6 7 8 9
Performansi 58.57 31.50 68.50 4.16
10 68.00 85.00 70.00 5.00 Sangat Baik
9 67.11 82.20 64.96 4.85
8 66.20 79.38 59.92 4.73
Baik
7 65.29 76.56 54.88 4.61
6 64.38 73.74 49.84 4.49
5 63.47 70.92 44.80 4.37
4 62.56 68.10 39.76 4.25 Sedang
3 61.65 65.28 34.72 4.13
2 60.13 54.02 29.32 4.06
Buruk
1 58.61 42.76 23.92 3.99
0 57.09 31.50 18.53 3.91 Sangat Buruk
Skor Aktual 0 0 9 3
Bobot 6 6 6 7
Nilai 0 0 54 21
Indikator Periode Saat Ini Periode Dasar Indeks
Pencapaian 75 300 25%
202

Tabel 4.47 Pengukuran Produktivitas Perspektif Pelanggan Tahun 2004

Perspektif Pelanggan
Ket.
Indikator 6 7 8 9
Performansi 66.47 71.64 28.36 3.91
10 68.00 85.00 70.00 5.00 Sangat Baik
9 67.11 82.20 64.96 4.85
8 66.20 79.38 59.92 4.73
Baik
7 65.29 76.56 54.88 4.61
6 64.38 73.74 49.84 4.49
5 63.47 70.92 44.80 4.37
4 62.56 68.10 39.76 4.25 Sedang
3 61.65 65.28 34.72 4.13
2 60.13 54.02 29.32 4.06
Buruk
1 58.61 42.76 23.92 3.99
0 57.09 31.50 18.53 3.91 Sangat Buruk
Skor Aktual 8 5 1 0
Bobot 6 6 6 7
Nilai 48 30 6 0
Indikator Periode Saat Ini Periode Dasar Indeks
Pencapaian 84 300 28%

Tabel 4.48 Pengukuran Produktivitas Perspektif Pelanggan Tahun 2005

Perspektif Pelanggan
Ket.
Indikator 6 7 8 9
Performansi 57.09 81.47 18.53 4.4
10 68.00 85.00 70.00 5.00 Sangat Baik
9 67.11 82.20 64.96 4.85
8 66.20 79.38 59.92 4.73
Baik
7 65.29 76.56 54.88 4.61
6 64.38 73.74 49.84 4.49
5 63.47 70.92 44.80 4.37
4 62.56 68.10 39.76 4.25 Sedang
3 61.65 65.28 34.72 4.13
2 60.13 54.02 29.32 4.06 Buruk
203

1 58.61 42.76 23.92 3.99


0 57.09 31.50 18.53 3.91 Sangat Buruk
Skor Aktual 0 9 0 5
Bobot 6 6 6 7
Nilai 0 54 0 35
Indikator Periode Saat Ini Periode Dasar Indeks
Pencapaian 89 300 29.67%

Tabel 4.49 Pengukuran Produktivitas Perspektif Pelanggan Tahun 2006

Perspektif Pelanggan
Ket.
Indikator 6 7 8 9
Performansi 64.46 76.52 23.48 4.03
10 68.00 85.00 70.00 5.00 Sangat Baik
9 67.11 82.20 64.96 4.85
8 66.20 79.38 59.92 4.73
Baik
7 65.29 76.56 54.88 4.61
6 64.38 73.74 49.84 4.49
5 63.47 70.92 44.80 4.37
4 62.56 68.10 39.76 4.25 Sedang
3 61.65 65.28 34.72 4.13
2 60.13 54.02 29.32 4.06
Buruk
1 58.61 42.76 23.92 3.99
0 57.09 31.50 18.53 3.91 Sangat Buruk
Skor Aktual 6 6 0 1
Bobot 6 6 6 7
Nilai 36 36 0 7
Indikator Periode Saat Ini Periode Dasar Indeks
Pencapaian 79 300 26.33%
204

c) Indeks Produktivitas Perspektif Proses Bisnis Internal

Tabel 4.50 Pengukuran Produktivitas Perspektif Proses Bisnis Internal

Tahun 2003

Perspektif Proses Bisnis Internal


Ket.
Indikator 10 11 12
Performansi 0.0691 0.0139 1
10 0 0 0 Sangat Baik
9 0.0142 0.0016 0.3216
8 0.0285 0.003 0.643
Baik
7 0.0428 0.0044 0.9644
6 0.0571 0.0058 1.2858
5 0.0714 0.0072 1.6072
4 0.0857 0.0086 1.9286 Sedang
3 0.1 0.01 2.25
2 0.1409 0.0113 2.8333
Buruk
1 0.1818 0.0126 3.4166
0 0.2228 0.0139 4 Sangat Buruk
Skor Aktual 6 0 7
Bobot 4 4 5
Nilai 24 0 35
Indikator Periode Saat Ini Periode Dasar Indeks
Pencapaian 59 300 19.67%

Tabel 4.51 Pengukuran Produktivitas Perspektif Proses Bisnis Internal

Tahun 2004

Perspektif Proses Bisnis Internal


Ket.
Indikator 10 11 12
Performansi 0.2228 0.0118 2
10 0 0 0 Sangat Baik
9 0.0142 0.0016 0.3216 Baik
8 0.0285 0.003 0.643
7 0.0428 0.0044 0.9644
205

6 0.0571 0.0058 1.2858


5 0.0714 0.0072 1.6072
4 0.0857 0.0086 1.9286 Sedang
3 0.1 0.01 2.25
2 0.1409 0.0113 2.8333
Buruk
1 0.1818 0.0126 3.4166
0 0.2228 0.0139 4 Sangat Buruk
Skor Aktual 0 2 4
Bobot 4 4 5
Nilai 0 8 20
Indikator Periode Saat Ini Periode Dasar Indeks
Pencapaian 28 300 9.33%

Tabel 4.52 Pengukuran Produktivitas Perspektif Proses Bisnis Internal

Tahun 2005

Perspektif Proses Bisnis Internal


Ket.
Indikator 10 11 12
Performansi 0.0408 0.0084 4
10 0 0 0 Sangat Baik
9 0.0142 0.0016 0.3216
8 0.0285 0.003 0.643
Baik
7 0.0428 0.0044 0.9644
6 0.0571 0.0058 1.2858
5 0.0714 0.0072 1.6072
4 0.0857 0.0086 1.9286 Sedang
3 0.1 0.01 2.25
2 0.1409 0.0113 2.8333
Buruk
1 0.1818 0.0126 3.4166
0 0.2228 0.0139 4 Sangat Buruk
Skor Aktual 8 5 0
Bobot 4 4 5
Nilai 32 20 0
Indikator Periode Saat Ini Periode Dasar Indeks
Pencapaian 52 300 17.33%
206

Tabel 4.53 Pengukuran Produktivitas Perspektif Proses Bisnis Internal

Tahun 2006

Perspektif Proses Bisnis Internal


Ket.
Indikator 10 11 12
Performansi 0.0492 0.0120 2
10 0 0 0 Sangat Baik
9 0.0142 0.0016 0.3216
8 0.0285 0.003 0.643
Baik
7 0.0428 0.0044 0.9644
6 0.0571 0.0058 1.2858
5 0.0714 0.0072 1.6072
4 0.0857 0.0086 1.9286 Sedang
3 0.1 0.01 2.25
2 0.1409 0.0113 2.8333
Buruk
1 0.1818 0.0126 3.4166
0 0.2228 0.0139 4 Sangat Buruk
Skor Aktual 7 2 4
Bobot 4 4 5
Nilai 28 8 20
Indikator Periode Saat Ini Periode Dasar Indeks
Pencapaian 56 300 18.67

d) Indeks Produktivitas Perspektif Pertumbuhan & Pembelajaran

Tabel 4.54 Pengukuran Produktivitas Perspektif Pertumbuhan &

Pembelajaran Tahun 2003

Perspektif Pertumbuhan & Pembelajaran


Ket.
Indikator 13 14 15 16
Performansi 386.98 1.59 19.44 0.19
10 680 1 30 0.5 Sangat Baik
9 657.96 1.15 28.56 0.43 Baik
8 635.93 1.31 27.1 0.39
7 613.9 1.47 25.64 0.35
207

6 591.87 1.63 24.18 0.31


5 569.84 1.79 22.72 0.27
4 547.81 1.95 21.26 0.23 Sedang
3 525.78 2.11 19.8 0.19
2 479.51 2.65 18.1 0.1833
Buruk
1 433.24 3.19 16.4 0.1766
0 386.98 3.73 14.69 0.17 Sangat Buruk
Skor Aktual 0 7 2 3
Bobot 7 3 4 6
Nilai 0 21 8 18
Indikator Periode Saat Ini Periode Dasar Indeks
Pencapaian 47 300 15.67%

Tabel 4.55 Pengukuran Produktivitas Perspektif Pertumbuhan &

Pembelajaran Tahun 2004

Perspektif Pertumbuhan & Pembelajaran


Ket.
Indikator 13 14 15 16
Performansi 450.54 1.36 20.37 0.18
10 680 1 30 0.5 Sangat Baik
9 657.96 1.15 28.56 0.43
8 635.93 1.31 27.1 0.39
Baik
7 613.9 1.47 25.64 0.35
6 591.87 1.63 24.18 0.31
5 569.84 1.79 22.72 0.27
4 547.81 1.95 21.26 0.23 Sedang
3 525.78 2.11 19.8 0.19
2 479.51 2.65 18.1 0.1833
Buruk
1 433.24 3.19 16.4 0.1766
0 386.98 3.73 14.69 0.17 Sangat Buruk
Skor Aktual 1 8 3 1
Bobot 7 3 4 6
Nilai 7 24 12 6
Indikator Periode Saat Ini Periode Dasar Indeks
Pencapaian 49 300 16.33%
208

Tabel 4.56 Pengukuran Produktivitas Perspektif Pertumbuhan &

Pembelajaran Tahun 2005

Perspektif Pertumbuhan & Pembelajaran


Ket.
Indikator 13 14 15 16
Performansi 604.19 1.74 14.69 0.22
10 680 1 30 0.5 Sangat Baik
9 657.96 1.15 28.56 0.43
8 635.93 1.31 27.1 0.39
Baik
7 613.9 1.47 25.64 0.35
6 591.87 1.63 24.18 0.31
5 569.84 1.79 22.72 0.27
4 547.81 1.95 21.26 0.23 Sedang
3 525.78 2.11 19.8 0.19
2 479.51 2.65 18.1 0.1833
Buruk
1 433.24 3.19 16.4 0.1766
0 386.98 3.73 14.69 0.17 Sangat Buruk
Skor Aktual 6 6 0 3
Bobot 7 3 4 6
Nilai 42 18 0 18
Indikator Periode Saat Ini Periode Dasar Indeks
Pencapaian 78 300 26%

Tabel 4.57 Pengukuran Produktivitas Perspektif Pertumbuhan &

Pembelajaran Tahun 2006

Perspektif Pertumbuhan & Pembelajaran


Ket.
Indikator 13 14 15 16
Performansi 661.4 3.73 24.7 0.17
10 680 1 30 0.5 Sangat Baik
9 657.96 1.15 28.56 0.43
8 635.93 1.31 27.1 0.39
Baik
7 613.9 1.47 25.64 0.35
6 591.87 1.63 24.18 0.31
209

5 569.84 1.79 22.72 0.27


4 547.81 1.95 21.26 0.23 Sedang
3 525.78 2.11 19.8 0.19
2 479.51 2.65 18.1 0.1833
Buruk
1 433.24 3.19 16.4 0.1766
0 386.98 3.73 14.69 0.17 Sangat Buruk
Skor Aktual 9 0 6 0
Bobot 7 3 4 6
Nilai 63 0 24 0
Indikator Periode Saat Ini Periode Dasar Indeks
Pencapaian 87 300 29%

5. Indeks Produktivitas PT. WIKA Beton Periode 2003-2006

Tabel 4.58 Indeks Produktivitas

Indeks
Perubahan Rata-rata
Perspektif Periode Produktivitas
Indeks (%) Perubahan
(%)
2003 9.33 -
2004 25.67 Naik 16.34
Finansial 33.56%
2005 57.67 Naik 32
2006 110 Naik 42.33
2003 25 -
2004 28 Naik 3
Pelanggan 0.44%
2005 29.67 Naik 1.67
2006 26.33 Turun 3.34
2003 19.67 -
Proses Bisnis 2004 9.33 Turun 10.34
-0.33%
Internal 2005 17.33 Naik 8
2006 18.67 Naik 1.34
2003 15.67 -
Pembelajaran & 2004 16.33 Naik 0.66
4.44%
Pertumbuhan 2005 26 Naik 9.67
2006 29 Naik 3
210

Analisa terhadap hasil pengukuran indeks produktivitas tiap bagian

perusahaan dengan metode OMAX pada PT. WIKA Beton ialah sebagai berikut:

1. Perspektif Finansial (bagian keuangan dan bagian pemasaran)

Produktivitas bagian keuangan dan pemasaran PT. WIKA Beton

terkait kinerja keuangan pada tahun 2004 mengalaimi kenaikan

sebesar 16.34% dari tahun 2003, pada tahun 2005 meningkat sebesar

32% menjadi 57.67% dari tahun 2004, pada tahun 2006 kembali

terjadi kenaikan sebesar 42.33% dari tahun 2005. Dari analisa

tersebut, dapat disimpulkan bahwa produktivitas perspektif keuangan

selalu mengalami peningkatan yang signifikan setiap tahunnya. Rata-

rata perubahan meningkat 33.56% per tahun.

2. Perspektif Pelanggan (bagian pemasaran)

Produktivitas bagian pemasaran PT. WIKA Beton terkait kinerja

terhadap pihak eksternal yaitu pelanggan pada tahun 2004 mengalami

kenaikan sebesar 3% dari tahun 2003, pada tahun 2005 meningkat

sebesar 1.67% dari tahun 2004, pada tahun 2006 produktivitas untuk

perspektif pelanggan menurun sebesar 3.34%. Berdasarkan analisa

tersebut, dapat disimpulkan bahwa produktivitas bagian pemasaran

untuk perspektif pelanggan tidak terlalu baik karena peningkatan

yang terjadi tidak terlalu signifikan bahkan terjadi penurunan pada

tahun 2006. Rata-rata perubahan per tahun meningkat 0.44%.

3. Perspektif Proses Bisnis Internal (bagian produksi)

Produktivitas bagian produksi terkait kinerja proses bisnis internal

PT. WIKA Beton pada tahun 2004 mengalami penurunan sebesar


211

10.34% dari tahun 2003, pada tahun 2005 terjadi peningkatan sebesar

8% dari tahun 2004, dan pada tahun 2006 kembali meningkat sebesar

1.34% dari tahun 2005. Berdasarkan analisa tersebut, dapat

disimpulkan bahwa peningkatan produktivitas tidak terlalu baik

karena peningkatan indeks produktivitas tidak terlalu signifikan. Rata-

rata perubahan per tahun menurun 0.33%.

4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (bagian sumber daya

manusia dan pengembangan bisnis)

Produktivitas bagian sumber daya manusia dan pengembangan bisnis

terkait kinerja perspektif pembelajaran dan pertumbuhan PT. WIKA

Beton pada tahun 2004 meningkat sebesar 0.66% dari tahun 2003,

pada tahun 2005 terjadi peningkatan sebesar 9.67% dari tahun 2004,

dan pada tahun 2006 kembali terjadi peningkatan sebesar 3% dari

tahun 2005. Berdasarkan hasil analisa tersebut, dapat disimpulkan

bahwa produktivitas bagian sumber daya manusia dan pengembangan

bisnis PT. WIKA Beton sudah baik karena selalu mengalami

peningkatan indeks produktivitas setiap tahunnya. Rata-rata

perubahan per tahun meningkat 4.44%.

4.7 Analisa Tahapan Proses Perencanaan Strategi Perusahaan dalam

Meningkatkan Performansi Perusahaan

Balanced Scorecard paling efektif jika digunakan untuk memacu

perubahan organisasional. Untuk mengkomunikasikan perlunya perubahan, para

manajer harus menetapkan target untuk setiap ukuran yang ada, tiga sampai lima
212

tahun, yang bila tercapai akan mentransformasikan perusahaan. Target tersebut

harus mencerminkan suatu diskontinuitas dalam kinerja unit bisnis.

Bila target ukuran finansial, pelanggan, proses bisnis internal, serta

pembelajaran dan pertumbuhan telah ditetapkan, para manajer dapat mengkaji

apakah inisiatif-inisiatif yang ada saat ini akan membantu tercapainya target

yang ambisius, atau apakah inisiatif-inisiatif baru diperlukan.

Dalam meningkatkan performansi PT. WIKA Beton perlu dianalisa

tahapan proses perencanaan inisiatif strategisnya. Adapun analisa tahapan proses

perencanaan inisiatif strategi tersebut ialah sebagai berikut.


212

Tabel 4.59 Tahapan Proses Perencanaan Inisiatif Strategis PT. WIKA Beton

Perspektif dan
No. Lag Indicator Lead Indicator Target Inisiatif
Sasaran Strategis
Pembelajaran &
A.
Pertumbuhan
1 Meningkatkan Produktivitas  Tingkat Produktivitas Tenaga  Besarnya nilai penjualan  Peningkatan tingkat produktivitas  Meningkatkan kepuasan dan
Tenaga Kerja Kerja  Tingkat kepuasan tenaga kerja sebesar 25% per tahun kompetensi para tenaga kerja
 Tingkat kompetensi tenaga kerja  Menyusun rencana kerja yang
jelas dan efektif untuk setiap
area fungsional dalam
organisasi
2 Meningkatkan Kepuasan Tenaga  Employee Turnover rate  Besarnya upah dan insentif yang  Penurunan tingkat keluar-masuk  Meningkatkan kepuasan
Kerja diterima oleh para pegawai tenaga kerja dengan alasan tenaga kerja dengan
 Iklim kerja yang baik ketidakpuasan sebesar 1% per pemberian insentif kerja yang
 Tingkat absensi tenaga kerja tahun proporsional terhadap prestasi
 Penurunan absensi para pegawai yang dicapai
 Peningkatan pemberian insentif  Menjaga iklim kerja yang
kerja kepada para pegawai kondusif mulai dari pihak
 Meningkatkan motivasi tenaga manajemen tingkat atas
kerja hingga kepada para pekerja
pelaksana
3 Meningkatkan Kompetensi  Tingkat proporsi tenaga kerja  Jumlah tenaga kerja yang  Peningkatan rata-rata persentase  Menambah program pelatihan
Tenaga Kerja yang mengikuti program berminat terhadap program training coverage sebesar 20% per & pendidikan yang tepat dan
pelatihan & pendidikan (training pelatihan tahun sesuai dengan perkembangan
coverage)  Jumlah pengadaan program  Menghasilkan tenaga kerja yang ilmu pengetahuan
training & pendidikan memiliki kompetensi dan  Menciptakan Knowledge
kapabilitas tinggi Management System
212

Perspektif dan Inisiatif


No. Lag Indicator Lead Indicator Target
Sasaran Strategis
4 Meningkatkan Kemampuan  Proporsi pengadaan program  Besar biaya usaha yang  Peningkatan proporsi biaya untuk  Merancang dan membuat
Perusahaan penelitian dan pengembangan digunakan untuk program Litbang dari biaya usaha sebesar program Litbang secara tepat
(litbang) Litbang 0.5% per tahun sesuai dengan kebutuhan
 Dampak progam Litbang  Mampu menghasilkan metode perusahaan
terhadap peningkatan atau teknik yang tepat bagi  Memberikan perhatian yang
kemampuan perusahaan perkembangan perusahaan lebih pada program Litbang
(teknologi produksi, studi pasar
dan sistem manajemen)
 Meningkatkan kualitas dan
diferensiasi produk
 Peningkatan efisiensi dan
efektifitas pengadaan program
Litbang
B. Proses Bisnis Internal
1 Menurunkan Jumlah Produk  Kualitas Produk  Rata-rata persentase produk  Mempertahankan rata-rata tingkat  Menerapkan metode
Cacat & Gagal cacat & gagal produk cacat sebesar 0.1% dan pengendalian mutu
rata-rata tingkat produk gagal berdasarkan standar ISO 9000
sebesar 0.01%  Memonitoring dan
 Mengurangi produk cacat dan mengevaluasi proses produksi
gagal hingga mencapai level zero secara berkala
defect.  Memperbaiki sistem kerja
produksi yang efektif dan
aman secara terus-menerus
 Menggunakan dan menguasai
teknologi produksi yang
efektif dan efisien.
212

Perspektif dan Inisiatif


No. Lag Indicator Lead Indicator Target
Sasaran Strategis
2 Menurunkan Jumlah Potensi  Jumlah frekuensi terjadinya Lost  Jumlah penolakan Tender karena  Mengurangi jumlah frekuensi Lost  Melakukan penjadwalan
kontrak yang tidak dapat Sales alasan keterbatasan kapasitas Sales hingga titik Nol. produksi yang tepat
dipenuhi karena keterbatasan  Biaya kerugian akibat Lost Sales produksi  Memenuhi setiap Tender yang  Menerapkan perencanaan Job
kapasitas produksi ditawarkan oleh pelanggan Order yang efektif
 Menambah kapasitas produksi
sesuai dengan tingkat demand
dan lokasi pasar potensial
C. Pelanggan
1 Memperluas penetrasi pasar  Persentase pangsa pasar  Jumlah Tender yang  Mampu mempertahankan rata-rata  Menerapkan strategi dan
dimenangkan oleh PT. WIKA persentase pangsa pasar sebesar metode pemasaran yang
Beton 60% per tahun langsung ke hulu
 Meningkatkan kompetensi
staf ahli negosiator dalam
memenangkan Tender
 Memperluas jangkauan
wilayah penjualan
212

Perspektif dan Inisiatif


No. Lag Indicator Lead Indicator Target
Sasaran Strategis
2 Mempertahankan pelanggan  Retensi Pelanggan  Persentase Pelanggan Lama yang  Peningkatan persentase pelanggan  Memperbaiki tingkat
lama masih loyal terhadap perusahaan lama (retensi) sebesar 20% per kepuasan atas kualitas secara
tahun konsisten dalam hal: produk,
3 Meningkatkan pelanggan baru  Akuisisi Pelanggan  Persentase Pelanggan Baru  Peningkatan persentase pelanggan harga, ketepatan waktu
baru (akuisisi) sebesar 0.5% per pengiriman, keamanan
tahun produk, dan konsistensi mutu.
4 Meningkatkan pelayanan kepada  Indeks Kepuasan Pelanggan  Jumlah keluhan terhadap  Pencapaian indeks kepuasan  Memperbaiki tingkat
pelanggan pelayanan dan mutu perusahaan pelanggan hingga skor 4.5 per kepuasan atas pelayanan
semester untuk kepuasan secara konsisten dalam hal:
pelayanan dan kepuasan kualitas kecepatan respon menanggapi
keluhan, pelayanan,
komitmen, supervisi, serta
penggantian produk yang
tidak baik.
D. Finansial
1 Meningkatkan tingkat  Return on Investment  Nilai Laba Bersih  Peningkatan persentase tingkat  Optimalisasi pemanfaatan
pengembalian investasi  Total Aktiva Perusahaan pengembalian modal sebesar 6% investasi
per tahun  Meningkatkan perolehan laba
bersih
2 Meningkatkan efisiensi  Total Asset Turnover  Nilai Penjualan bersih  Peningkatan penggunaan seluruh  Meningkatkan efisiensi
penggunaan total aktiva  Total Aktiva Perusahaan aktiva perusahaan untuk penggunaan aktiva
perusahaan untuk mendukung mendukung penjualan sebanyak 2 perusahaan
penjualan (dua) kali per tahun
3 Meningkatkan laba operasional  Earn before Interest And Tax  Nilai Penjualan Bersih  Peningkatan laba operasional  Menetapkan kebijakan untuk
sebesar 10% tahun mengurangi Harga Pokok
Penjualan
 Mengurangi pengeluaran
biaya usaha
212

Perspektif dan Inisiatif


No. Lag Indicator Lead Indicator Target
Sasaran Strategis
4 Meningkatkan omzet penjualan  Nilai Penjualan  Perolehan kontrak baru  Peningkatan nilai penjualan bersih
sebesar 40% per tahun
5 Meningkatkan omzet kontrak  Nilai Kontrak baru  Jumlah Tender yang  Peningkatan perolehan nilai  Memaksimalkan inisiatif
baru dimenangkan kontrak baru sebesar 50% per strategi pada perspektif
tahun pelanggan

Вам также может понравиться