Вы находитесь на странице: 1из 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem kesehatan di Indonesia tidak terlepas dari pembangunan kesehatan. Intinya
sistem kesehatan merupakan seluruh aktifitas yang mempunyai tujuan utama untuk
mempromosikan, mengembalikan dan memelihara kesehatan. Sistem kesehatan memberi
manfaat kepada mayarakat dengan distribusi yang adil. Sistem kesehatan tidak hanya menilai
dan berfokus pada “tingkat manfaat” yang diberikan, tetapi juga bagaimana manfaat itu
didistribusikan.
Sektor kesehatan merupakan bagian penting perekonomian di berbagai negara.
Sejumlah pendapat menyatakan bahwa sektor kesehatan sama seperti spons – menyerap
banyak sumber daya nasional untuk membiayai banyak tenaga kesehatan. Pendapat yang
lain mengemukakan bahwa sektor kesehatan seperti pembangkit perekonomian, melalui
inovasi dan investasi dibidang technologi bio‐medis atau produksi dan penjualan obat‐obatan,
atau dengan menjamin adanya populasi yang sehat yang produktif secara ekonomi. Sebagian
warga masyarakat mengunjungi fasilitas kesehatan sebagai pasien atau pelanggan, dengan
memanfaatkan rumah sakit, klinik atau apotik; atau sebagai profesi kesehatan – perawat,
dokter, tenaga pendukung kesehatan, apoteker, atau manajer. Karena pengambilan
keputusan kesehatan berkaitan dengan hal kematian dan keselamatan, kesehatan diletakkan
dalam kedudukan yang lebih istimewa dibanding dengan masalah sosial yang lainnya.
Kesehatan juga dipengaruhi oleh sejumlah keputusan yang tidak ada kaitannya
denganlayanan kesehatan : kemiskinan mempengaruhi kesehatan masyarakat, sama halnya
dengan polusi, air kotor atau sanitasi yang buruk. Kebijakan ekonomi, seperti pajak merokok,
atau alkohol dapat pula mempengaruhi perilaku masyarakat. Penyebab mutakhir
meningkatnya obesitas ditengah masyarakat mencakup kesediaan makanan cepat saji yang
murah namun tinggi kalori, penjualan soft drinks disekolah, juga menurunnya kebiasaan
berolah raga.
Memahami hubungan antara kebijakan kesehatan dan kesehatan itu sendiri menjadi
sedemikian pentingnya sehingga memungkinkan untuk menyelesaikan masalah kesehatan
utama yang terjadi saat ini meningkatnya obesitas, wabah HIV/AIDS, meningkatnya
resistensi obat, sekaligus memahami bagaimana perekonomian dan kebijakan lain
berdampak pada kesehatan. Kebijakan kesehatan memberi arahan dalam pemilihan teknologi
kesehatan yang akan dikembangkan dan digunakan, mengelola dan membiayai layanan
kesehatan, atau jenis obat yang dapat dibeli bebas. Untuk memahami hal tersebut, perlu
mengartikan apa yang dimaksud dengan kebijakan kesehatan.

1.2 Tujuan Penulisan


Makalah ini dibuat dengan tujuan sebagai pemenuhan tugas individual tentang Kebijakan
Kesehatan. Selain itu juga, agar para pembaca sekalian dapat menambah pengetahuan
dalam lingkup Dasar Kebijakan Kesehatan khususnya mengenai Analisis Kebijakan
Kesehatan, serta Dasar-dasar kebijakan kesehatan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia
yang sehat..
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kebijakan Kesehatan


Kebijakan kesehatan dapat meliputi kebijakan publik dan swasta tentang kesehatan. Dalam makalah
ini kebijakan kesehatan diasumsikan untuk merangkum segala arah tindakan (dan dilaksanakan) yang
mempengaruhi tatanan kelembagaan, organisasi, layanan dan aturan pembiayaan dalam system
kesehatan. Kebijakan ini mencakup sektor publik (pemerintah) sekaligus sektor swasta. Tetapi karena
kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor penentu diluar system kesehatan, para pengkaji kebijakan
kesehatan juga menaruh perhatian pada segala tindakan dan rencana tindakan dari organisasi diluar
system kesehatan yang memiliki dampak pada kesehatan (missalnya : pangan, tembakau atau industri
obat).
Sama halnya dengan beragam definisi kebijakan kesehatan, ada banyak gagasan mengenai
pengkajian kebijakan kesehatan beserta penekanannya: seorang ahli ekonomi mungkin berpendapat
bahwa kebijakan kesehatan adalah segala sesuatu tentang pengalokasian sumber daya yang langka bagi
kesehatan; seorang perencana melihatnya sebagai cara untuk mempengaruhi faktor‐faktor penentu di
sektor kesehatan agar dapat meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat; dan bagi seorang dokter,
kebijakan merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan layanan kesehatan (Walt 1994). Menurut
Walt, kebijakan kesehatan serupa dengan politik dan segala penawaran terbuka kepada orang yang
berpengaruh pada penyusunan kebijakan, bagaimana mereka mengolah pengaruh tersebut, dan dengan
persyaratan apa.

2.2 Pengertian Analisis Kebijakan Kesehatan


Analisis Kebijakan Kesehatan, terdiri dari 3 kata yang mengandung arti atau dimensi
yang luas, yaitu analisa atau analisis, kebijakan, dan kesehatan. Analisa atau analisis, adalah
penyelidikan terhadap suatu peristiwa (seperti karangan, perbuatan, kejadian atau peristiwa)
untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya, sebab musabab atau duduk perkaranya (Balai
Pustaka, 1991).
Kebijakan merupakan suatu rangkaian alternative yang siap dipilih berdasarkan prinsip-
prinsip tertentu. Kebijakan merupakan suatu hasil analisis yang mendalam terhadap berbagai
alternative yang bermuara kepada keputusan tentang alternative terbaik. Kebijakan adalah
rangkaian dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu
pekerjaan kepemimpinan, dan cara bertindak (tentag organisasi, atau pemerintah);
pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip, atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen
dalam usaha mencapai sasaran tertentu. Contoh: Kebijakan Kebudayaan, adalah rangkaian
konsep dan asas yang menjadi garis besar rencana atau aktifitas suatu negara untuk
mengembangkan kebudayaan bangsanya. Kebijakan Kependudukan, adalah konsep dan
garis besar rencana suatu pemerintah untuk mengatur atau mengawasi pertumbuhan
penduduk dan dinamika penduduk dalam negaranya (Balai Pustaka, 1991).
Menurut UU RI No. 23, tahun 1991, tentang kesehatan. Kesehatan adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara
soial dan ekonomi (RI, 1992). Pengertian ini cenderung tidak berbeda dengan yang
dikembangkan oleh WHO, yaitu: Kesehatan adalah suatu kaadaan yang sempurna yang
mencakup fisik, mental, kesejahteraan dan bukan hanya terbebasnya dari penyakit atau
kecacatan. Menurut UU No. 36, tahun 2009 Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara
fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis.Jadi, konsep dari analisis kebijakan kesehatan adalah “what the
goverment do or not to do”,artinya segala keputusan yang pemerintah lakukan atau tidak
dilakukan dalam bidang kesehatan berdasarkan atas kemanfaatan masyarakat di bidang
kesehatan.

2.3 Peran Analisis Kebijakan Kesehatan


Analisis kebijakan kesehatan awalnya adalah hasil pengembangan dari analisis
kebijakan publik. Akibat dari semakin majunya ilmu pengetahuan dan kebutuhan akan analisis
kebijakan dalam bidang kesehatan itulah akhirnya bidang kajian analisis kebijakan kesehatan
muncul.
Sebagai suatu bidang kajian ilmu yang baru, analisis kebijakan kesehatan memiliki peran
dan fungsi dalam pelaksanaannya. Peran dan fungsi itu adalah adanya analisis kebijakan
kesehatan akan memberikan keputusan yang fokus pada masalah yang akan diselesaikan.
Analisis kebijakan kesehatan mampu menganalisis multi disiplin ilmu. Satu disiplin
kebijakan dan kedua disiplin ilmu kesehatan. Pada peran ini analisis kebijakan kesehatan
menggabungkan keduanya yang kemudian menjadi sub kajian baru dalam khazanah
keilmuan. Adanya analisis kebijakan kesehatan, pemerintah mampu memberikan jenis
tindakan kebijakan apakah yang tepat untuk menyelesaikan suatu masalah. Memberikan
kepastian dengan memberikan kebijakan/keputusan yang sesuai atas suatu masalah yang
awalnya tidak pasti. Dan analisis kebijakan kesehatan juga menelaah fakta-fakta yang muncul
kemudian akibat dari produk kebijakan yang telah diputuskan/diundangkan.

2.4 Perumusan Masalah Kebijakan


Masalah kebijakan adalah nilai kebutuhan atau kesempatan yang belum terpenuhi, tetapi
dapat di identifikasikan dan dicapai melalui tindakan publik. Tingkat permasalahan tergantung
pada nilai dan kebutuhan apa yang dipandang paling penting.
Staf puskesmas yang kuat orientasi materialnya (gaji tidak memenuhi kebutuhan),
cenderung memandang aspek imbalan dari puskesmas sebagai masalah mandasar dari pada
orang yang punya komitmen pada kualitas pelayanan kesehatan. Menurut Dunn (1988)
beberapa karakteristik masalah pokok dari masalah kebijakan, adalah :
1. Interdepensi (saling tergantung) :
Interdepensi yaitu kebijakan suatu bidang (energi) seringkali mempengaruhi masalah
kebijakan lainnya (pelayanan kesehatan). Kondisi ini menunjukkan adanya sistem masalah.
Sistem masalah ini membutuhkan pendekatan Holistik, satu masalah dengan yang lain tidak
dapat di piahkan dan diukur sendirian.
2. Subjektif :
Subjektif yaitu kondisi eksternal yang menimbulkan masalah diindentifikasi, diklasifikasi dan
dievaluasi secara selektif. Contoh: Populasi udara secara objektif dapat diukur (data). Data ini
menimbulkan penafsiran yang beragam (Gangguan kesehatan, lingkungan, iklim, dll). Muncul
situasi problematis, bukan problem itu sendiri.
3. Artifisial :
Artifisial yaitu pada saat diperlukan perubahan situasi problematis, sehingga dapat
menimbulkan masalah kebijakan.
4. Dinamis :
Dinamis yaitu masalah dan pemecahannya berada pada suasana perubahan yang terus
menerus. Pemecahan masalah justru dapat memunculkan masalah baru, yang membutuhkan
pemecahan masalah lanjutan.
5. Tidak terduga :
Tidak terduga yaitu masalah yang muncul di luar jangkauan kebijakan dan sistem masalah
kebijakan.
Terjadinya masalah-masalah tersebut dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Faktor Sosial Ekonomi :Pendidikan rendah, penghasilan rendah sehingga menyebabkan
kurangnya kesadaran dalam pemeliharaan kesehatan
b. Gaya hidup dan perilaku masyaralat :Kebiasaan yang merugikan kebiasaan Adat istiadat
yang tidak menunjang kesehatan
c. Lingkungan masyarakat (peran masyarakat)
d. Sistem pelayanan kesehatan :Cakupan pelayanan kesehatan yang belum menyeluruh,
sarana dan prasarana yang kurang menunjang, keterbatasan tenaga dan penyebaran tenaga
kesehatan yang belum merata, upaya pelayanan masih bersifat kuratif.

2.5 Pendekatan Analisis Kebijakan


Upaya untuk menghasilkan informasi dan argumen, analis kebijakan dapat
menggunakan beberapa pendekatan, yaitu: pendekatan Empiris, Evaluatif, dan Normatif
(Dunn, 1988).
1. Pendekatan Empiris :Memusatkan perhatian pada masalah pokok, yaitu apakah sesuatu itu
ada (menyangkut fakta). Pendekatan ini lebih menekankan penjelasan sebab akibat dari
kebijakan publik. Contoh, Analisis dapat menjelaskan atau meramalkan pembelanjaan negara
untuk kesehatan, pendidikan, transportasi. Jenis informasi yang dihasilkan adalah
Penandaan.

2. Pendekatan evaluatif :Memusatkan perhatian pada masalah pokok, yaitu berkaitan dengan
penentuan harga atau nilai (beberapa nilai sesuatu) dari beberapa kebijakan. Jenis informasi
yang dihasilkan bersifat Evaluatif. Contoh: setelah menerima informasi berbagai macam
kebijakan KIA – KB, analis dapat mengevaluasi bermacam cara untuk mendistribusikan biaya,
alat, atau obat-obatan menurut etika dan konsekuensinya.

3. Pendekatan normative :Memusatkan perhatian pada masalah pokok, yaitu Tindakan apa
yang semestinya di lakukan. Pengusulan arah tindakan yang dapat memecahkan masalah
problem kebijakan, merupakan inti pendekatan normatif. Jenis informasi bersifat anjuran atau
rekomendasi. Contoh: peningkatan pembayaran pasien puskesmas (dari Rp.300 menjadi
Rp.1000) merupakan jawaban untuk mengatasi rendahnya kualitas pelayanan di puskesmas.
Peningkatan ini cenderung tidak memberatkan masyarakat.
Ketiga pendekatan di atas menghendaki suatu kegiatan penelitian dan dapat memanfaatkan
berbagai pendekatan lintas disiplin ilmu yang relevan. Adapun model panelitian yang lazim
digunakan adalah penelitian operasional, terapan atau praktis.
Pembuatan informasi yang selaras kebijakan (baik yang bersifat penandaan, evaluatif,
dan anjuran) harus dihasilkan dari penggunaan prosedur analisis yang jelas (metode
penelitian). Menurut Dunn (1988), dalam Analisis Kebijakan, metode analisis umum yang
dapat digunakan, antara lain:
1. Metode peliputan (deskripsi), memungkinkan analis menghasilkan informasi mengenai sebab
akibat kebijakan di masa lalu.
2. Metode peramalan (prediksi), memungkinkan analis menghasilkan informasi mengenai akibat
kebijakan di masa depan.
3. Metode evaluasi, pembuatan informasi mengenai nilai atau harga di masa lalu dan masa
datang.
Bila metode analisis kebijakan dikaitkan dengan pendekatan empiris, evaluatif, dan
anjuran, maka metode analisis kebijakan dapat disusun menjadi 3 jenjang, yaitu:
1. Pendekatan modus operandi, dapat menghasilkan informasi dan argumen dengan
memanfaatkan 3 jenjang metode analisis, yaitu perumusan masalah, peliputan, dan
peramalan.
2. Pendekatan modus evaluatif, dapat menghasilkan informasi dan argumen dengan
memanfaatkan 4 jenjang metode analisis, yaitu perumusan masalah, peliputan, peramalan,
dan rekomendasi.
3. Pendekatan modus anjuran, dapat menghasilkan informasi dan argumen dengan
memanfaatkan seluruh jenjang metode analisis, yaitu perumusan masalah, peliputan,
peramalan, evaluasi, rekomendasi, dan peyimpulan praktis.
Penyimpulan praktis, ditujukan untuk mencapai kesimpulan yang lebih dekat agar masalah
kebijakan dapat dipecahkan. Kata Praktis, lebih ditekankan pada dekatnya hubungan
kesimpulan yang diambil dengan nilai dan norma sosial. Pengertian ini lebih ditujukan untuk
menjawab kesalahpahaman mengenai makna Rekomendasi yang sering diartikan pada
informasi yang kurang operasional atau kurang praktis, masih jauh dari fenomena yang
sesungguhnya.

2.6 Kebijakan Kesehatan di Indonesia


Kebijakan pemerintah dalam hal kesehatan terdiri atas visi, misi, strategi dan program
kesehatan. Masing-masing memiliki peran untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang
sehat. Kebijakan pemerintah tersebut antara lain:
1. Pemantapan kerjasama lintas sektor.
2. Peningkatan perilaku, kemandirian masyarakat, dan kemitraan swasta.
3. Peningkatan kesehatan lingkungan.
4. Peningkatan upaya kesehatan.
5. Peningkatan sumber daya kesehatan.
6. Peningkatan kebijakan dan menejemen pembangunan kesehatan.
7. Peningkatan perlindungan kesehatan masyarakat terhadap penggunaan obat, makanan dan
alat kesehatan yang illegal.
8. Peningkatan IPTEK kesehatan.

2.6.1 Visi
1. Lingkungan yang diharapkan adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan
sehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang
memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan
kesehatan serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong dengan
memelihara nilai-nilai budaya bangsa.
2. Perilaku masyarakat yang diharapkan adalah yang bersifat proaktif untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman
penyakit, serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.
3. Kemampuan masyarakat yang dihharapkan adalah yang mampu menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu tanpa adanya hambatan baik yang bersifat ekonomi maupun non
ekonomi. Pelayanan kesehatan bermutu adalah pelayanan kesehatan yang memuaskan
pemakai jasa pelayanan profesi.

2.6.2 Misi
1. Menggagas pembangunan nasional berwawasan kesehatan :
Maksudnya adalah disetiap pembangunan kota atau wilayah harus selalu memperhatikan
aspek kesehatan. Misalnya pembanguna perumahan maka yang harus diperhatikan adalah
pentilasinya, lingkungan, dan sumber air bersihnya, jangan sampai masing-masing rumah
menjadi pencemar air minum tetangganya. Misalnya lagi pembangunan gedung bioskop
disekitar perumahan penduduk maka harus memperhatikan limbah bioskop agar tidak
mencemari sumber air warga.
2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat :
Maksudnya disini bahwa pelayanan kesehatan yang ada tidak hanya memberikan
pengetahuan bagaimana cara hidup sehat dan mencegah datangnya penyakit tetapi mampu
menggerakkan masyarakat agar sadar dan kemudian mampu menjaga serta memelihara
kesehatannya sendiri ataupun menjadi kader kesehatan bagi kelompok dan masyarakatnya.
3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau :
 Bermutu maksudnya pelayanan kesehatan terus meningkatkan diri agar sesuai dengan kwalitas
dan standar baku yang ada.
 Merata memiliki arti bahwa pelayanan kesehatan harus dapat dicapai atau dirasakan oleh
semua masyarakat.
 Terjangkau berarti pelayanan kesehatan harus dapat dijangkau oleh ekonomi masyarakat.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta
lingkungannya.
Maksudya bahwa pemeliharaan kesehatan masyarakat ditekankan pada sikap proaktif yakni
meningkatkan usaha-usaha pencegahan sehingga pemeliharaan serta derajat kesehatan
semua masyarakat meningkat, sehingga mereka lebih mandiri, dan mampu menjaga
lingkungan sekitar mereka dari semua vector penyebab penyakit. Tidak seperti dahulu bahwa
pelayanan kesehatan lebih diarahkan pada pengobatan atau bersifat reaktif.

2.6.3 Strategi
1. Pembangunan nasional berwawasan kesehatan.
2. Profesionalisme. Ada beberapa persyaratan seseorang dapat dikatakan professional yaitu
merupakan tenaga kesehatn dengan pendidikan minimal D3, memiliki kelompok atau rumpun
organisasi yang jelas, dan melakukan pelayanan kesehatan tanpa pandang bulu.
3. Jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat. Hal ini berhubungan dengan pembiayaan
kesehatan.
4. Desentralisasi merupakan permasalahan kesehatan yang ditangani secara otonom. Dalam
beberapa hal desentralisasi memiliki kelebihan dibanding Dekonsentrasi, yakni daerah dapat
lebih mengetahui pelayanan kesehatan apa yang cocok diberikan pada daerahnya sehingga
menghemat biaya kesehatan dan juga mengefisiensikan pelayana kesehatan pada masalah-
masalah kesehatan yang dibutuhkan masyarakat daerahnya. Namun, kelemahan
desentralisasi adalah masalah kesehatan lintas sector maupun lintas daerah sulit diberantas.

2.6.4 Program Kesehatan


Pemerintah dalam menjamin kesehatan masyarakat adalah dengan memberikan
pelayanan kesehatn yang merata, dan bisa dijangkau dengan mudah oleh masyarakat.
Pelayanan kesehatan tersebut dilakukan oleh puskesmas yang memiliki usaha-usaha
kesehatan pokok yaitu:
1. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular,
2. Kesehatan ibu dan anak,
3. Hygiene sanitasi lingkungan,
4. Usaha kesehatan sekolah,
5. Usaha kesehatan gigi,
6. Usaha kesehatan mata,
7. Usaha kesehatan jiwa ,
8. Pendidikan kesehatan masyarakat,
9. Usaha kesehatan gizi,
10. Pemeriksaan, pengobatan dan perawatan,
11. Perawatan kesehatan masyarakat,
12. Keluarga berencana,
13. Rehabilitasi,
14. Usaha-usaha farmasi,
15. Laboratorium,
16. Statistik kesehatan,
17. Administrasi usaha kesehatan masyarakat.

Dalam pelaksanaan kebijakan-kebijakan tersebut, terdaapat indikator yang digunakan


untuk menentukan apakah kebijakan yang telah dijalankan berhasil atau tidak. Berikut ini
adalah indikator suatu ciri masyarakat sehat yang berhubungan dengan status kesehatan
masyarakat :
• Indikator komprehensif :
1. Angka kematian kasar menurun,
2. Rasio angka mortalitas proposional rendah,
3. Umur harapan hidup meningkat
• Indikator spesifik :
1. Angka kematian ibu dan anak menurun,
2. Angka kematian karena penyakit menular menurun,
3. Angka kelahiran menurun,
4. Indikator pelayanan kesehatan :
a. Rasio antara tenaga kesehatan dan jumlah penduduk seimbang,
b. Distribusi tenaga kesehatan merata,
c. Informasi lengkap tentang jumlah tempat tidur di rumah sakit, fasilitas kesehatan lain dan
sebagainya,
d. Informasi tentang jumlah sarana pelayanan kesehatan doantaranya rumah sakit, puskesmas,
rumas bersalin dan sebagainya.
• Indikator lingkungan fisik :
1. Presentase penduduk yang menggunakan air bersih meningkat,
2. Presentase penduduk yang menggunakan WC meningkat

2.7 Dasar-dasar Kebijakan Kesehatan


Amandemen UUD 1945 dan TAP No. VII / MPR / 2001 merupakan visi Indonesia untuk
bertanggung jawab dalam hal kesehatan warga negaranya, menjaga hak asasi manusia
dalam kesehatan, dan menjadikannya sebagai jaminan sosial. Kesehatan merupakan aspek
penting dalam kehidupan karena tidak ada kegiatan yang dapat dilaksanakan secara
maksimal yang dapat dilakukan oleh orang sakit. Oleh karena itu cerminan negara sejahtera
diukur dalam bentuk HDI (Human Development Indeks) atau pembanguna manusia yang
mencakup kesehatan, pendidikan, ekonomi. Jika HDI tinggi maka ketiga cakupan tadi akan
berada pada tingkat yang tinggi pula.
Yang diukur dalam kesehatan salah satunya adalah usia harapan hidup. Usia harapan
hidup berbanding lurus dengan pendidikan dan ekonomi. Maksudnya adalah jika ekonomi dan
pendididkan seseorang tinggi maka harapan hidupnya pun akan tinggi pula. Seperti yang
terjadi di Kalimantan Selatan sendiri harapan hidup warganya masih kalah dengan provinsi
tetangganya yakni Kalimantan Tengah. Menurut perkiraan angka harapan hidup yang rendah
ini disebabkan karena masih tingginya angka kematian ibu dan bayi.
Menurut HR. Blum derajat kesehatan seseorang dipengaruhi oleh empat faktor dari yang
paling dominant :
1. Perilaku
2. Lingkungan
3. Pelayanan kesehatan
4. Genetic
Perilaku menjadi faktor yang paling mendasar sebab perilaku melekat pada individu dan
memiliki kemungkinan untuk menyebarkannya atau ditiru oleh orang lain. Misalnya orang tua
yang memiliki perilaku hidup yang tidak sehat akan ditiru oleh anak-anaknya. Meskipun
pelayanan yang diberikan pemerintah telah bagus tetapi jika perilaku masyarakat tidak
berubah maka derajat kesehatan tetap tidak akan meningkat karena tidak ada kemandirian
dari individu atau masyarkat untuk meningkatkan dan menjaga kesehatannya sendiri.

2.8 Dasar Pembangunan Kesehatan


Ada empat dasar pemikiran untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan :
 Dasar 1 yakni Kemanusiaan :
Merupakan pundamen moral perikemanusiaan yang berdasarkan kepada Ketuhanan yang
Maha Esa. Maksudnya adalah dalam pembangunan kesehatan kita mampu mementingkan
kepentingan nasional dan rakyat banyak. Selain itu bagaimana kita sebagai pemberi layanan
kesehatan mampu memanusiakan masyarakat yang kita berikan pelayanan.
 Dasar 2 yakni Pemberdayaan dan Kemandirian :
Dalam prakteknya sebagai pelayan kesehatan kita mampu meningkatkan kesadaran individu
dan masyarakat agar mau dan mampu melakukan pencegahan kesakitan dan mampu
meningkatkan kesehatannya sendiri maupun masyarakatnya. Sehingga mereka secara
mandiri mampu menjadi kader kesehatan bagi diri sendiri, keluarga, kelompok, dan
masyarakatnya.
 Dasar 3 yakni Memberikan Pelayanan Kesehatan secara adil dan merata :
Merupakan tanggung jawab negara untuk memelihara kesehatan warga negaranya dengan
memberikan pelayanan kesehatan secara adil dan merata. Perluasan layanan kesehatan
teramasuk dalam program ini selain pengobatan gratis di setiap puskesmas di Indonesia.
Hanya saja apakah pengobatan gratis untuk segenap warga negara ini dapat dikatakan adil?
Tidak. Sebab masyarakat yang mampu pun turut menikmatinya sehingga masyarakat yang
benar-benar miskin yang seharusnya mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih akan
berbagi biaya kesehatan dari pemerintah dengan warga yang mampu ekonominya.
 Dasar 4 yakni Pengutamaan dan Manfaat :
Merupakan pelayanan kesehatan bermutu dengan mengutamakan pendekatan
pemeliharaan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit dengan berdaya guna dan
berhasil guna.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kebijakan kesehatan dapat meliputi kebijakan publik dan swasta tentang kesehatan.
Tetapi karena kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor penentu diluar system kesehatan,
para pengkaji kebijakan kesehatan juga menaruh perhatian pada segala tindakan dan
rencana tindakan dari organisasi diluar system kesehatan yang memiliki dampak pada
kesehatan (missalnya : pangan, tembakau atau industri obat).
Untuk mendapatkan hasil kesehatan yang diinginkan, pemerintah melakukan suatu
kebijakan kesehatan. Secara keseluruhan sistem perawatan kesehatan, termasuk sektor
publik dan swasta, dan kekuatan politik yang mempengaruhi bahwa sistem yang dibentuk
oleh perawatan kesehatan, sangat mempengaruhi proses pembuatan kebijakan.
Ada banyak gagasan mengenai pengkajian kebijakan kesehatan beserta penekanannya:
seorang ahli ekonomi mungkin berpendapat bahwa kebijakan kesehatan adalah segala
sesuatu tentang pengalokasian sumber daya yang langka bagi kesehatan, sedangkan bagi
seorang dokter, kebijakan merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan layanan
kesehatan (Walt 1994). Menurut Walt, kebijakan kesehatan serupa dengan politik dan segala
penawaran terbuka kepada orang yang berpengaruh pada penyusunan kebijakan, bagaimana
mereka mengolah pengaruh tersebut, dan dengan persyaratan apa.
Analisis kebijakan kesehatan adalah pengunaan berbagai metode penelitian dan
argumen untuk menghasilkan dan memindahkan informasi yang relevan dengan kebijakan
sehingga dapat dimanfaatkan ditingkat politik dalam rangka memecahkan masalah kebijakan
kesehatan.
Sebagai suatu bidang kajian ilmu yang baru, analisis kebijakan kesehatan memiliki peran
dan fungsi dalam pelaksanaannya. Selain memiliki peran dan fungsinya, menurut Dunn
(1988) beberapa karakteristik masalah pokok dari masalah kebijakan, adalah Interdepensi
(saling tergantung), Subjektif, Artifisial, Dinamis dan Tidak terduga. Dan upaya untuk
menghasilk informasi dan argumen, analis kebijakan dapat menggunakan beberapa
pendekatan, yaitu: pendekatan Empiris, Evaluatif, dan Normatif (Dunn, 1988).
Kebijakan Kesehatan di Indonesia dalam hal mewujudkan masyarakat Indonesia yang
sehat, pemerintah memiliki susunan tersendiri untuk mencapai tujuan tersebut yang terdiri
atas visi, misi, strategi dan program kesehatan. Masing-masing memiliki peran untuk
mewujudkan Indonesia yang sehat.
Dalam pelaksanaan kebijakan-kebijakan, terdaapat indikator yang digunakan untuk
menentukan apakah kebijakan yang telah dijalankan berhasil atau tidak, diantaranya :
Indikator komprehensif, Indikator spesifik, Indikator lingkungan fisik.
Dasar-dasar Kebijakan Kesehatan dalam mencapai pembangunan kesehatan meliputi
empat dasar pemikiran untuk mencapainya, yaitu : Dasar 1 yakni Kemanusiaan, dasar 2 yakni
Pemberdayaan dan Kemandirian, dasar 3 yakni Memberikan Pelayanan Kesehatan secara
adil dan merata, dasar 4 yakni Pengutamaan dan Manfaat.

3.2 Saran
1. Seharusnya untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan nasional didukung oleh
kerjasama dengan semangat kemitraan antar semua pelaku pembangunan, baik pemerintah
secara lintas sektor, pemerintah pusat dan daerah, badan legislatif dan yudikatif, serta
masyarakat, termasuk swasta. Dengan demikian, penyelenggaraan pembangunan kesehatan
dapat dilaksanakan dengan berhasil guna dan berdaya guna.
2. Dalam menanggulangi permasalahan sistem kesehatan nasional, pemerintah hendaknya
berusaha meningkatkan berbagai program kesehatan yang telah dicanangkan dengan
melihat kekurangan yang ada sebelumnya.

Вам также может понравиться

  • NilaiLabNormalAnakDewasa
    NilaiLabNormalAnakDewasa
    Документ2 страницы
    NilaiLabNormalAnakDewasa
    Ignatius Billy Koeswoyo
    90% (30)
  • Percakapan TBC
    Percakapan TBC
    Документ4 страницы
    Percakapan TBC
    Rizky Karuniawati
    Оценок пока нет
  • Percakapan TBC
    Percakapan TBC
    Документ4 страницы
    Percakapan TBC
    Rizky Karuniawati
    Оценок пока нет
  • Epidemiologiii Kep
    Epidemiologiii Kep
    Документ4 страницы
    Epidemiologiii Kep
    Rizky Karuniawati
    Оценок пока нет
  • Artikel Nama Medis
    Artikel Nama Medis
    Документ2 страницы
    Artikel Nama Medis
    Rizky Karuniawati
    Оценок пока нет
  • Bisnis Syariah Dita
    Bisnis Syariah Dita
    Документ8 страниц
    Bisnis Syariah Dita
    cintaeffendi
    Оценок пока нет
  • An Sietas
    An Sietas
    Документ12 страниц
    An Sietas
    Rizky Karuniawati
    Оценок пока нет
  • Makalah Epidemiologi
    Makalah Epidemiologi
    Документ9 страниц
    Makalah Epidemiologi
    WaOde Jumriani SittiEka
    Оценок пока нет
  • FARMAKOLOGI
    FARMAKOLOGI
    Документ6 страниц
    FARMAKOLOGI
    Rizky Karuniawati
    Оценок пока нет
  • FARMAKOLOGI
    FARMAKOLOGI
    Документ6 страниц
    FARMAKOLOGI
    Rizky Karuniawati
    Оценок пока нет
  • Dialog Bahasa Inggris
    Dialog Bahasa Inggris
    Документ4 страницы
    Dialog Bahasa Inggris
    Purwi Setiyaningrum
    Оценок пока нет
  • Proposal TAK Persepsi
    Proposal TAK Persepsi
    Документ11 страниц
    Proposal TAK Persepsi
    Rizky Karuniawati
    Оценок пока нет
  • Makalah Epidemiologi
    Makalah Epidemiologi
    Документ9 страниц
    Makalah Epidemiologi
    WaOde Jumriani SittiEka
    Оценок пока нет
  • Isolasi Sosial
    Isolasi Sosial
    Документ5 страниц
    Isolasi Sosial
    Rizky Karuniawati
    Оценок пока нет
  • Makalah Epidemiologi
    Makalah Epidemiologi
    Документ9 страниц
    Makalah Epidemiologi
    WaOde Jumriani SittiEka
    Оценок пока нет
  • WAHAMMMM
    WAHAMMMM
    Документ11 страниц
    WAHAMMMM
    Rizky Karuniawati
    Оценок пока нет
  • Harga Diri Rendah
    Harga Diri Rendah
    Документ90 страниц
    Harga Diri Rendah
    Rizky Karuniawati
    Оценок пока нет
  • Metode Mantap
    Metode Mantap
    Документ1 страница
    Metode Mantap
    Rizky Karuniawati
    Оценок пока нет
  • Harga Diri Rendah Definisi
    Harga Diri Rendah Definisi
    Документ2 страницы
    Harga Diri Rendah Definisi
    Rizky Karuniawati
    Оценок пока нет
  • Triger Apendisitis-1
    Triger Apendisitis-1
    Документ1 страница
    Triger Apendisitis-1
    Rizky Karuniawati
    Оценок пока нет
  • Metode Mantap
    Metode Mantap
    Документ1 страница
    Metode Mantap
    Rizky Karuniawati
    Оценок пока нет
  • Epidemiologiii Kep
    Epidemiologiii Kep
    Документ11 страниц
    Epidemiologiii Kep
    Rizky Karuniawati
    Оценок пока нет
  • Ps Atresia Ani Rizky
    Ps Atresia Ani Rizky
    Документ17 страниц
    Ps Atresia Ani Rizky
    Rizky Karuniawati
    Оценок пока нет
  • Latar Belakang Jurnal
    Latar Belakang Jurnal
    Документ1 страница
    Latar Belakang Jurnal
    Rizky Karuniawati
    Оценок пока нет
  • Aplikasi
    Aplikasi
    Документ1 страница
    Aplikasi
    Rizky Karuniawati
    Оценок пока нет
  • Atresia Risiko Infeksi
    Atresia Risiko Infeksi
    Документ2 страницы
    Atresia Risiko Infeksi
    Rizky Karuniawati
    Оценок пока нет
  • Epide, Manifes Malnutrisi
    Epide, Manifes Malnutrisi
    Документ2 страницы
    Epide, Manifes Malnutrisi
    Rizky Karuniawati
    Оценок пока нет
  • FAKTOR RISIKO DAN MANIFESTASI DEMAM TIFOID
    FAKTOR RISIKO DAN MANIFESTASI DEMAM TIFOID
    Документ3 страницы
    FAKTOR RISIKO DAN MANIFESTASI DEMAM TIFOID
    Rizky Karuniawati
    Оценок пока нет
  • NC Ps Apendik Nich
    NC Ps Apendik Nich
    Документ7 страниц
    NC Ps Apendik Nich
    Rizky Karuniawati
    Оценок пока нет