Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
2. Pendekatan evaluatif :Memusatkan perhatian pada masalah pokok, yaitu berkaitan dengan
penentuan harga atau nilai (beberapa nilai sesuatu) dari beberapa kebijakan. Jenis informasi
yang dihasilkan bersifat Evaluatif. Contoh: setelah menerima informasi berbagai macam
kebijakan KIA – KB, analis dapat mengevaluasi bermacam cara untuk mendistribusikan biaya,
alat, atau obat-obatan menurut etika dan konsekuensinya.
3. Pendekatan normative :Memusatkan perhatian pada masalah pokok, yaitu Tindakan apa
yang semestinya di lakukan. Pengusulan arah tindakan yang dapat memecahkan masalah
problem kebijakan, merupakan inti pendekatan normatif. Jenis informasi bersifat anjuran atau
rekomendasi. Contoh: peningkatan pembayaran pasien puskesmas (dari Rp.300 menjadi
Rp.1000) merupakan jawaban untuk mengatasi rendahnya kualitas pelayanan di puskesmas.
Peningkatan ini cenderung tidak memberatkan masyarakat.
Ketiga pendekatan di atas menghendaki suatu kegiatan penelitian dan dapat memanfaatkan
berbagai pendekatan lintas disiplin ilmu yang relevan. Adapun model panelitian yang lazim
digunakan adalah penelitian operasional, terapan atau praktis.
Pembuatan informasi yang selaras kebijakan (baik yang bersifat penandaan, evaluatif,
dan anjuran) harus dihasilkan dari penggunaan prosedur analisis yang jelas (metode
penelitian). Menurut Dunn (1988), dalam Analisis Kebijakan, metode analisis umum yang
dapat digunakan, antara lain:
1. Metode peliputan (deskripsi), memungkinkan analis menghasilkan informasi mengenai sebab
akibat kebijakan di masa lalu.
2. Metode peramalan (prediksi), memungkinkan analis menghasilkan informasi mengenai akibat
kebijakan di masa depan.
3. Metode evaluasi, pembuatan informasi mengenai nilai atau harga di masa lalu dan masa
datang.
Bila metode analisis kebijakan dikaitkan dengan pendekatan empiris, evaluatif, dan
anjuran, maka metode analisis kebijakan dapat disusun menjadi 3 jenjang, yaitu:
1. Pendekatan modus operandi, dapat menghasilkan informasi dan argumen dengan
memanfaatkan 3 jenjang metode analisis, yaitu perumusan masalah, peliputan, dan
peramalan.
2. Pendekatan modus evaluatif, dapat menghasilkan informasi dan argumen dengan
memanfaatkan 4 jenjang metode analisis, yaitu perumusan masalah, peliputan, peramalan,
dan rekomendasi.
3. Pendekatan modus anjuran, dapat menghasilkan informasi dan argumen dengan
memanfaatkan seluruh jenjang metode analisis, yaitu perumusan masalah, peliputan,
peramalan, evaluasi, rekomendasi, dan peyimpulan praktis.
Penyimpulan praktis, ditujukan untuk mencapai kesimpulan yang lebih dekat agar masalah
kebijakan dapat dipecahkan. Kata Praktis, lebih ditekankan pada dekatnya hubungan
kesimpulan yang diambil dengan nilai dan norma sosial. Pengertian ini lebih ditujukan untuk
menjawab kesalahpahaman mengenai makna Rekomendasi yang sering diartikan pada
informasi yang kurang operasional atau kurang praktis, masih jauh dari fenomena yang
sesungguhnya.
2.6.1 Visi
1. Lingkungan yang diharapkan adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan
sehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang
memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan
kesehatan serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong dengan
memelihara nilai-nilai budaya bangsa.
2. Perilaku masyarakat yang diharapkan adalah yang bersifat proaktif untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman
penyakit, serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.
3. Kemampuan masyarakat yang dihharapkan adalah yang mampu menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu tanpa adanya hambatan baik yang bersifat ekonomi maupun non
ekonomi. Pelayanan kesehatan bermutu adalah pelayanan kesehatan yang memuaskan
pemakai jasa pelayanan profesi.
2.6.2 Misi
1. Menggagas pembangunan nasional berwawasan kesehatan :
Maksudnya adalah disetiap pembangunan kota atau wilayah harus selalu memperhatikan
aspek kesehatan. Misalnya pembanguna perumahan maka yang harus diperhatikan adalah
pentilasinya, lingkungan, dan sumber air bersihnya, jangan sampai masing-masing rumah
menjadi pencemar air minum tetangganya. Misalnya lagi pembangunan gedung bioskop
disekitar perumahan penduduk maka harus memperhatikan limbah bioskop agar tidak
mencemari sumber air warga.
2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat :
Maksudnya disini bahwa pelayanan kesehatan yang ada tidak hanya memberikan
pengetahuan bagaimana cara hidup sehat dan mencegah datangnya penyakit tetapi mampu
menggerakkan masyarakat agar sadar dan kemudian mampu menjaga serta memelihara
kesehatannya sendiri ataupun menjadi kader kesehatan bagi kelompok dan masyarakatnya.
3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau :
Bermutu maksudnya pelayanan kesehatan terus meningkatkan diri agar sesuai dengan kwalitas
dan standar baku yang ada.
Merata memiliki arti bahwa pelayanan kesehatan harus dapat dicapai atau dirasakan oleh
semua masyarakat.
Terjangkau berarti pelayanan kesehatan harus dapat dijangkau oleh ekonomi masyarakat.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta
lingkungannya.
Maksudya bahwa pemeliharaan kesehatan masyarakat ditekankan pada sikap proaktif yakni
meningkatkan usaha-usaha pencegahan sehingga pemeliharaan serta derajat kesehatan
semua masyarakat meningkat, sehingga mereka lebih mandiri, dan mampu menjaga
lingkungan sekitar mereka dari semua vector penyebab penyakit. Tidak seperti dahulu bahwa
pelayanan kesehatan lebih diarahkan pada pengobatan atau bersifat reaktif.
2.6.3 Strategi
1. Pembangunan nasional berwawasan kesehatan.
2. Profesionalisme. Ada beberapa persyaratan seseorang dapat dikatakan professional yaitu
merupakan tenaga kesehatn dengan pendidikan minimal D3, memiliki kelompok atau rumpun
organisasi yang jelas, dan melakukan pelayanan kesehatan tanpa pandang bulu.
3. Jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat. Hal ini berhubungan dengan pembiayaan
kesehatan.
4. Desentralisasi merupakan permasalahan kesehatan yang ditangani secara otonom. Dalam
beberapa hal desentralisasi memiliki kelebihan dibanding Dekonsentrasi, yakni daerah dapat
lebih mengetahui pelayanan kesehatan apa yang cocok diberikan pada daerahnya sehingga
menghemat biaya kesehatan dan juga mengefisiensikan pelayana kesehatan pada masalah-
masalah kesehatan yang dibutuhkan masyarakat daerahnya. Namun, kelemahan
desentralisasi adalah masalah kesehatan lintas sector maupun lintas daerah sulit diberantas.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kebijakan kesehatan dapat meliputi kebijakan publik dan swasta tentang kesehatan.
Tetapi karena kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor penentu diluar system kesehatan,
para pengkaji kebijakan kesehatan juga menaruh perhatian pada segala tindakan dan
rencana tindakan dari organisasi diluar system kesehatan yang memiliki dampak pada
kesehatan (missalnya : pangan, tembakau atau industri obat).
Untuk mendapatkan hasil kesehatan yang diinginkan, pemerintah melakukan suatu
kebijakan kesehatan. Secara keseluruhan sistem perawatan kesehatan, termasuk sektor
publik dan swasta, dan kekuatan politik yang mempengaruhi bahwa sistem yang dibentuk
oleh perawatan kesehatan, sangat mempengaruhi proses pembuatan kebijakan.
Ada banyak gagasan mengenai pengkajian kebijakan kesehatan beserta penekanannya:
seorang ahli ekonomi mungkin berpendapat bahwa kebijakan kesehatan adalah segala
sesuatu tentang pengalokasian sumber daya yang langka bagi kesehatan, sedangkan bagi
seorang dokter, kebijakan merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan layanan
kesehatan (Walt 1994). Menurut Walt, kebijakan kesehatan serupa dengan politik dan segala
penawaran terbuka kepada orang yang berpengaruh pada penyusunan kebijakan, bagaimana
mereka mengolah pengaruh tersebut, dan dengan persyaratan apa.
Analisis kebijakan kesehatan adalah pengunaan berbagai metode penelitian dan
argumen untuk menghasilkan dan memindahkan informasi yang relevan dengan kebijakan
sehingga dapat dimanfaatkan ditingkat politik dalam rangka memecahkan masalah kebijakan
kesehatan.
Sebagai suatu bidang kajian ilmu yang baru, analisis kebijakan kesehatan memiliki peran
dan fungsi dalam pelaksanaannya. Selain memiliki peran dan fungsinya, menurut Dunn
(1988) beberapa karakteristik masalah pokok dari masalah kebijakan, adalah Interdepensi
(saling tergantung), Subjektif, Artifisial, Dinamis dan Tidak terduga. Dan upaya untuk
menghasilk informasi dan argumen, analis kebijakan dapat menggunakan beberapa
pendekatan, yaitu: pendekatan Empiris, Evaluatif, dan Normatif (Dunn, 1988).
Kebijakan Kesehatan di Indonesia dalam hal mewujudkan masyarakat Indonesia yang
sehat, pemerintah memiliki susunan tersendiri untuk mencapai tujuan tersebut yang terdiri
atas visi, misi, strategi dan program kesehatan. Masing-masing memiliki peran untuk
mewujudkan Indonesia yang sehat.
Dalam pelaksanaan kebijakan-kebijakan, terdaapat indikator yang digunakan untuk
menentukan apakah kebijakan yang telah dijalankan berhasil atau tidak, diantaranya :
Indikator komprehensif, Indikator spesifik, Indikator lingkungan fisik.
Dasar-dasar Kebijakan Kesehatan dalam mencapai pembangunan kesehatan meliputi
empat dasar pemikiran untuk mencapainya, yaitu : Dasar 1 yakni Kemanusiaan, dasar 2 yakni
Pemberdayaan dan Kemandirian, dasar 3 yakni Memberikan Pelayanan Kesehatan secara
adil dan merata, dasar 4 yakni Pengutamaan dan Manfaat.
3.2 Saran
1. Seharusnya untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan nasional didukung oleh
kerjasama dengan semangat kemitraan antar semua pelaku pembangunan, baik pemerintah
secara lintas sektor, pemerintah pusat dan daerah, badan legislatif dan yudikatif, serta
masyarakat, termasuk swasta. Dengan demikian, penyelenggaraan pembangunan kesehatan
dapat dilaksanakan dengan berhasil guna dan berdaya guna.
2. Dalam menanggulangi permasalahan sistem kesehatan nasional, pemerintah hendaknya
berusaha meningkatkan berbagai program kesehatan yang telah dicanangkan dengan
melihat kekurangan yang ada sebelumnya.