Вы находитесь на странице: 1из 48

BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI LAPORAN KASUS

MARET 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

RETENSI URIN DALAM KEHAMILAN

Disusun Oleh:
Nadziefah Ghina Faiqah, S.Ked
10542 0501 13

Pembimbing:
DR. dr. H. Nasrudin A. M, Sp.OG(K), MARS

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Pada


Bagian Obstetri dan Ginekologi

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019

1
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :

Nama :Nadziefah Ghina Faiqah, S.Ked

NIM : 10542 0501 13

JudulLaporanKasus : Retensi Urin dalam Kehamilan

Telah menyelesaikan tugas tersebut dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian

Ilmu Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Makassar.

Makassar, Maret 2019

Pembimbing,

DR. dr. H. Nasrudin A.M, Sp.OG.(K), MARS

2
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Wr. Wb.

Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas

rahmat, hidayah, kesehatan dan kesempatan-Nya sehingga laporan kasus dengan

judul “RETENSI URIN DALAM KEHAMILAN” ini dapat terselesaikan.

Salam dan shalawat senantiasa tercurah kepada baginda Rasulullah SAW, sang

pembelajar sejati yang memberikan pedoman hidup yang sesungguhnya.

Pada kesempatan ini, secara khusus penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada dosen pembimbing DR. dr. H.
Nasrudin A.M, Sp.OG.(K), MARSyang telah memberikan petunjuk, arahan dan
nasehat yang sangat berharga dalam penyusunan sampai dengan selesainya
laporan kasus ini.
Penulis menyadari sepenuhnya masih banyak terdapat kelemahan dan

kekurangan dalam penyusunan laporan kasus ini, baik dari isi maupun

penulisannya. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak senantiasa penulis

harapkan demi penyempurnaan laporan kasus ini.

Demikian, semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi pembaca secara

umum dan penulis secara khususnya.

Billahi Fi Sabilill Haq Fastabiqul Khaerat

Wassalamu Alaikum WR.WB.

Makassar, Maret 2019

Penulis

3
BAB I

PENDAHULUAN

Kehamilan merupakan proses alamiah yang diawali dengan fertilisasi atau

penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau

implantasi yang diakhiri oleh lahirnya sang bayi. Proses kehamilan sampai

kelahiran merupakan rangkaian dalam satu kesatuan yang dimulai dari konsepsi,

nidasi, pengenalan adaptasi ibu terhadap nidasi, pemeliharaan kehamilan,

perubahan endokrin sebagai persiapan menyongsong kelahiran bayi dan

persalinan dengan kesiapan untuk memelihara bayi.1

Dalam menjalani proses kehamilan tersebut, ibu hamil mengalami

perubahan-perubahan anatomi maupun fisiologi pada tubuhnya sesuai dengan usia

kehamilannya. Mulai dari trimester I, sampai dengan trimester III kehamilan.

Perubahan – perubahan yang terjadi meliputi perubahan pada sistem imunitas,

sistem gastrointestinal, dan juga sistem urinarius.2

Selamakehamilan, saluran kemih mengalami perubahan morfologi

dan fisiologi. Traktus urinarius bagian bawah memiliki dua fungsi utama, yaitu:

sebagai tempat untuk menampung produksi urin dan sebagai fungsi

ekskresi. Perubahan fisiologis pada kandung kemih yang terjadi saat

kehamilanberlangsung merupakan salah satu predisposisi terjadinya retensi

urin. Perubahan ini juga dapat memberikan gejaladan kondisi patologis yang

mungkin memberikan dampak pada perkembanganjanin dan ibu.2

4
Retensi urin adalah kesulitan berkemih atau miksi karena kegagalan

mengeluarkan urindari kandung kemih atau akibat ketidak-mampuan kandung

kemih untuk mengosongkankandung kemih sehingga menyebabkan distensi

kandung kemih atau keadaan ketika seseorangmengalami pengosongan kandung

kemih yang tidak lengkap.3

Retensi urin selama kehamilan jarang terjadi dan biasanya tidak

diperhatikan. Namun, retensi urin selama kehamilan bukan hanya pengalaman

yang tidak menyenangkan tetapi juga merupakan tanda awal kemungkinan

komplikasi yang mengerikan, seperti gagal ginjal akut, aborsi spontan, disfungsi

kandung kemih seumur hidup, dan pecahnya kandung kemih.4

Retensi urin selama kehamilan terjadi pada semua trimester kehamilan

tetapi paling sering diamati antara minggu ke-10 dan ke-16. 4

Jika retensi urin dikelola dengan baik selama kejadiannya, komplikasi

selanjutnya dapat dihindari. Oleh karena itu, pengenalan dini dan perawatan

sangat penting untuk memastikan kehamilan normal dan menghindari

kemungkinan adanya komplikasi.4

5
BAB II

LAPORAN KASUS

I. Identitas

Nama : Ny. S

Usia : 34 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Wirausaha

Pendidikan terakhir : D3

Agama : Islam

Suku : Makassar

Alamat : Jl. Dg. Regge lr. 3, Kel. Wala Walayyam Kec.

Tallo, Makassar

MRS : 10 Februari 2019 (Pukul 23.00WITA)

II. Anamnesis

Keluhan Utama :

Tidak bisa BAK dan BAB

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien masuk IGD RSIA Sitti Khadijah pada tanggal 10 Februari 2019

pukul 23.00 WITA. Pasien datang dengan keluhan tidak bisa BAK yang dirasakan

sejak jam 6 sore SMRS. Sebelumnya pasien terakhir BAK pada jam 2 siang.

6
Selain itu pasien mengeluh susah BAB sejak 4 hari yang lalu. Pasien mengatakan

nyeri perut bagian bawah dan susah untuk berjalan. Nyeri perut tembus

kebelakang (-), pelepasan darah (-), lendir (-), air ketuban (-).Riwayat mual (-),

muntah (-).Riwayat ANC 3x di Sp.OG, TT : tidak pernah, riwayat kontrasepsi (-),

riwayat penyakit hipertensi (-), DM (-), alergi (-), asma (-).

Riwayat Obstetri :

1) 2014/Laki-laki/2100gr/aterm/normal di RSIA Sitti Khadijah 1/hidup/ditolong

oleh dokter

2) 2018 bulan Agustus / Abortus.

3) 2018 bulan Oktober /Kehamilan saat ini

Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat Hipertensi (-), penyakit ginjal (-), penyakit jantung (-), DM (-), asma (-),

alergi (-), Operasi (-), riwayat konsumsi obat-obatan (-), riwayat hipertensi

kehamilan sebelumnya (-).

Riwayat Penyakit Keluarga :

Menurut pasien di keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat hipertensi

maupun dm serta tidak ada yang memilikikeluhan yang sama sebelumnya dengan

pasien.

Riwayat Alergi :

Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan dan makanan.

Riwayat Kontrasepsi :

Pasien tidak menggunakan metode kontrasepsi apapun.

7
Riwayat Ginekologi :

- Pasien menikah pada umur 27tahun, pernikahan yang pertama, sudah

menikah selama 7 tahun.

- Haid pertama usia 13 tahun, teratur, saat haidtidak nyeri, lama haid 7 hari.

Siklus haid 28 hari, HPHT 23 Oktober 2018.

Riwayat ANC :

Pasien memeriksakan kehamilannya di dokter praktek Sp. OG sebanyak 3

kali, dan belum mendapatkan imunisasi TT.

III. Status Generalis

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis, GCS E4M6V5

Berat Badan : 53 kg

Tinggi Badan : 158 cm (IMT : 21,2/normal)

Tanda - Tanda Vital

- Tekanan darah : 120/80 mmHg

- Frekuensi nadi : 82 x/menit

- Frekuensi napas :20 x/menit

- Suhu : 36,8oC

IV. Pemeriksaan Fisik Umum

- Mata : Konjungtiva anemis(-/-), ikterus (-/-)

- Jantung : BJ I dan II reguler, gallop (-), murmur (-)

- Paru : Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)

8
- Ekstremitas : Edema - - akral teraba hangat + +
- - + +

V. Pemeriksaan Luar

TFU : 2 jari dibawah umbilicus

Massa tumor :-

Nyeri tekan : + (nyeri tekan suprapubik)

Gerakan anak : + dirasakan ibu

VI. Pemeriksaan Dalam Vagina

Tidak dilakukan pemeriksaan

VII. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Urinalisa :

Tes Kehamilan (+)

Pemeriksaan Darah Lengkap :

Tidak dilakukan pemeriksaan

Ultrasonografi (USG) Abdomen :

 Di RS Budi Mulia tanggal 28/01.19 :

Gravid intra uterin, FHR (+), CRL 6,65 cm. sesuai UK 13 mgg 0 hr, EDD

05/08/2019

Gambar 1. Hasil USG


9
 Di RSIA Sitti Khadijah tanggal 10/02/2019 :

Gravid tunggal hidup intra uterin, FHR (+), EFW 118 gr, GA 15 mgg 1 hr

VIII. Diagnosis

Diagnosis masuk : G3P1A1 gravid 15 minggu 1 hari + retensi urin akut

IX. Prognosis

Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad fungsional : dubia ad bonam

Quo ad sanationam : dubia ad bonam

X. Penatalaksanaan

Kateterisasi

XI. Resume

Pasien masuk IGD RSIA Sitti Khadijah pada tanggal 10 Februari 2019

pukul 23.00 WITA. Pasien datang dengan keluhan tidak bisa BAK yang dirasakan

sejak jam 6 sore SMRS. Sebelumnya pasien terakhir BAK pada jam 2 siang.

Selain itu pasien mengeluh susah BAB sejak 4 hari yang lalu. Pasien mengatakan

nyeri perut bagian bawah dan susah untuk berjalan. Riwayat ANC 3x di Sp.OG,

HPHT 23 Oktober 2018. Riwayat Obstetri, kehamilan I pada tahun 2014

melahirkan bayi Laki-laki dengan berat 2100 gram secara normal dengan usia

kehamilan aterm di RS, kehamilan II tahun 2018 bulan Agustus mengalami

abortus, dan kehamilan III tahun 2018 bulan Oktober hamil kembali.

Pada pemeriksaan fisis pasien dalam keadaan sadar, baik dengan gizi yang

normal. Tekanan Darah : 120/80mmHg, Nadi : 82x/mnt, Pernapasan : 20x/mnt,

Suhu 36,8ºC.

10
Pada pemeriksaan luar diperoleh TFU 2 jari dibawah umbilicus dan nyeri

tekan pada suprapubik. Pada pemeriksaan USG diperoleh hasil gravid tunggal

hidup intra uterin, FHR (+), EFW 118 gr, GA 15 mgg 1 hr.

Pada pemeriksaan urinalisa diperoleh tes kehamilan (+). Terapi yang

diberikan berupa tindakan pemasangan kateter Foley. Setelah diobservasi,

keadaan pasien membaik dan pasien akhirnya pulang sekitar jam 01.00 wita

malam tanggal 11 Februari 2019. Dan hanya 2 jam di IGD RS.

XII. Diskusi

Retensi urin adalah kesulitan berkemih atau miksi karena kegagalan

mengeluarkan urin dari kandung kemih atau akibat ketidakmampuan kandung

kemih untuk mengosongkan kandung kemih hingga kapasitas maksimal buli-buli

terlampaui yang menyebabkan distensi kandung kemih.

Pada pasien ini datang dengan keluhan tidak bisa BAK atau kegagalan

mengeluarkan urin, dimana hal tersebut sama halnya dengan definisi dari retensi

urin. Selain itu pasien mengatakan nyeri perut bagian bawah dan kandung kemih

terasa penuh dimana ini sama halnya dengan gejala-gejala dari retensi urin, yaitu

rasa tidak enak daerah suprapubis dan adanya distensi dari kandung kemih.

Usia pasien saat ini 34 tahun, dimana berdasarkan teori ibu hamil dengan

retensi urin sering terjadi pada usia >30 tahun. Usia kehamilan pasien 15 minggu

1 hari (trimester kedua) dimana berdasarkan teori kejadian retensi urin itu sendiri

lebih sering terjadi pada kehamilan 9-16 minggu. Hal ini dikarenakan karena ada

pembesaran uterus yang menekan kandung kemih dan menggeser kandung kemih

11
bagian bawah. Hal ini dapat mengesampingkan lubang uretra internal dan

mengganggu drainase ke dalam uretra, sehingga bisa terjadi retensi urin.

Selain itu, retensi urin dapat diakibatkan karena pada ibu hamil mengalami

peningkatan hormon progesterone dimana terjadi proses relaksasi pada kerja otot

halus seperti otot detrusor sehingga menyebabkan lemahnya otot detrusor. Lemahnya

otot detrusor bisa menyebabkan kandung kemih terisi penuh tetapi tidak dapat

dikeluarkan atau disalurkan ke uretra dikarenakan tidak sinergisnya dari otot

detrusor dansfingter uretra.

Biasanya retensi urin pada kehamilan bisa terjadi pada keadaan uterus

yang retroversi, tetapi pada pasien ini tidak didapatkan posisi uterus yang

retroversi. Berdasarkan teori juga bahwa kejadian uterus retroversi itu sangat

jarang terjadi.

Selain itu pasien mengatakan juga belum BAB selama 4 hari. Hal ini bisa

saja berhubungan dengan terjadinya retensi urin, dimana rectum terisi penuh

sehingga dapat memberikan ruang sempit antara vesica urianaria dengan uterus

sehingga bisa membuat retensi urin.

Pada kasus ini penatalaksanaan yang diberikan sudah sesuai dengan teori,

yaitu berupa pemberikan tindakan pemasangan kateter Foley. Setelah dipasangi

kateter, jumlah volume urin yang dikeluarkan -+ 1000 ml. Setelah urin

dikeluarkan, pasien pun merasa ingin BAB. Setelah itu pasien diobservasi dan

setelah 2 jam di IGD pasien dipulangkan dan diberikan edukasi apabila masalah

tersebut datang kembali segera ke IGD ataupun datang control di poli kandungan.

12
BAB III

PEMBAHASAN

I. Anatomi Traktus Urinarius3,5

Traktus Urinarius disebut juga sebagai sistem ekskretori yaitu sistem organ

yang memproduksi, menyimpan, dan mengalirkan urine. Pada manusia normal,

organ ini terdiri dari ginjal beserta sistem pelvikalises, ureter, buli-buli, dan uretra.

Gambar 2. Anatomi Traktus Urinarius6


A. Ginjal

Ginjal merupakan sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga

retroperitoneal bagian atas. Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya

menghadap ke medial. Cekungan ini disebut sebagai hilus renalis, yang

didalamnya terdapat apeks pelvis renalis dan struktur lain yang merawat ginjal,

yakni pembuluh darah, sistem limfatik, dan sistem saraf.

13
Ginjal merupakan organ pada tubuh manusia yang menjalankan banyak fungsi

untuk homeostasis, yang terutama adalah sebagai organ ekskresi dan pengatur

kesetimbangan cairan dan asam basa dalam tubuh.

B. Ureter

Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil

penyaringan ginjal (filtrasi, reabsorpsi, sekresi) dari pelvis renalis menuju vesica

urinaria. Terdapat sepasang ureter yang terletak retroperitoneal, masing-masing

satu untuk setiap ginjal.

Ureter setelah keluar dari ginjal (melalui pelvis) akan turun di depan

m.psoas major, lalu menyilangi pintu atas panggul dengan a.iliaca communis.

Ureter berjalan secara postero-inferior di dinding lateral pelvis, lalu melengkung

secara ventro-medial untuk mencapai vesica urinaria. Adanya katup uretero-

vesical mencegah aliran balik urine setelah memasuki kandung kemih. Terdapat

beberapa tempat di mana ureter mengalami penyempitan yaitu peralihan pelvis

renalis-ureter, fleksura marginalis serta muara ureter ke dalam vesica urinaria.

Gambar 3. Ureters pada perempuan6

14
C. Vesica Urinaria

Gambar 4. Vesica Urinaria7

Vesica urinaria, sering juga disebut kandung kemih atau buli-buli,

merupakan tempat untuk menampung urine yang berasal dari ginjal melalui

ureter, untuk selanjutnya diteruskan ke uretra dan lingkungan eksternal tubuh

melalui mekanisme relaksasi sphincter. Dalam menampung urine, buli-buli

mempunyai kapasitas maksimal, yang volumenya untuk orang dewasa lebih

kurang adalah 300-450 ml.

Vesika urinaria (terdiri atas 2 bagian, yaitu daerah fundus dan leher kandung

kemih. Bagian leher kandung kemih disebut juga uretra posterior karena

berhubungan dengan uretra. Mukosa kandung kemih dilapisi oleh epitel

transisional yang mengandung ujung-ujung saraf sensoris. Di bawahnya terdapat

lapisan sub mukosa yang sebagian besar tersusun dari jaringan ikat dan jaringan

elastin. Otot polos kandung kemih adalah otot detrusor yang terdiri dari lapisan

otot longitudinal pada lapisan luar dan dalam sedangkan otot sirkuler pada bagian

tengahnya.

15
Otot detrusor melanjutkan perjalanannya ke arah uretra membentuk suatu

"pipa" yang disebut bladder neck. Kandung kemih berbentuk oblik untuk

menghindari urin kembali keatas.

D. Urethra

Gambar 5. Urethra pada perempuan6

Urethra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria

menuju lingkungan luar. Fungsi uretra pada pria dan wanita berbeda. Pada wanita,

uretra berfungsi hanya untuk menyalurkan urin keluar dari tubuh dengan panjang

+ 4 cm. Sedangkan pada pria, uretra sebagai pengalihan urin dan sebagai organ

reproduksi dengan penjang 18-20 cm. Sementara itu, sfingter uretra dibentuk oleh

serat-serat otot lurik. Peranannya adalah untuk menahan upaya berkemih

sementara waktu atau segera menghentikan proses berkemih bila dikehendaki.

16
II. Perubahan Anatomi Sistem Urinarius Pada Ibu Hamil11,8

Gambar 6. Perubahan Sistem Urinarius pada Ibu Hamil9

A. Ginjal

Ginjal pada saat kehamilan sedikit bertambah besar, panjangnya

bertambah 1-1,5 cm, volume renal meningkat 60ml dari 10ml pada wanita yang

tidak hamil. Filtrasi glomerulus meningkat sekitar 69% selama kehamilan

peningkatannya dari awal kehamilan relatif tinggi sampai aterm dan akan kembali

normal pada 20 minggu post partum. Ketika ginjal akan membesar, glomerular

filtration rate, dan renal plasma flow juga akan meningkat. Pada ekskresi akan

dijumpai kadar asam amino dan vitamin yang larut air dalam jumlah yang lebih

banyak.

B. Ureter

Pada ureter akan terjadi dilatasi di mana sisi kanan akan lebih membesar

dibandingkan ureter kiri. Hal ini diperkirakan karena ureter kiri dilindungi oleh

kolon sigmoid dan adanya tekanan yang kuat pada sisi kanan uterus sebagai

konsekuensi dari dekstrorotasi uterus. Ovarium kanan dengan posisi melintang di

atas ureter kanan juga diperkirakan sebagai factor penyebabnya. Penyebab lainnya

17
diduga karena pengaruh hormone progesteron. Pada kehamilan, ureter membesar

untuk menampung banyaknya pembentukan urin, terutama pada ureter kanan

karena peristaltic ureter terhambat karena pengaruh progesterone, tekanan Rahim

yang membesar dan terjadi perputaran ke kanan disebabkan karena terdapat kolon

dan sigmoid di sebelah kiri.

Otot polos ureter mengalami hiperplasi, hipertropi, relaksasi, sehingga

menjadi panjang dan berkelok-kelok (menjadi lekukan) dan menampung banyak

urin. Keadaan ini membuat proses perkemihan lambat, bisa terjadi urin stagnasi

yang merupakan medium yang sangat baik untuk pertumbuhan mikroorganisme.

Selain itu urin wanita hamil mengandung nutrien dalam jumlah yang lebih besar,

termasuk glukosa, oleh karena itu selama hamil wanita lebih rentan terhadap

infeksi saluran kemih.

C. Kandung Kemih

Kandung kemih atau buli – buli pada masa kehamilan tertekan oleh uterus

karena posisi buli-buli berada di depan uterus menjadikan uterus yang mulai

membesar sehingga akan meningkatkan frekuensi buang air kecil. Karena uterus

sudah mulai keluar dari rongga panggul dan pada trimester III sering terjadi

rangsangan kembali karena bagian terendah janin turun ke rongga panggul. Selain

itu vaskularisasi pada buli-buli menyebabkan tonus otot turun. Terjadinya

hemodilusi juga menyebabkan metabolisme air meningkat sehingga pembentukan

urin bertambah dan kapasitas buli-buli sampai 1500ml.

Mendekati akhir kehamilan, khususnya pada nullipara di mana bagian

presentasinya sering sudah masuk sebelum terjadi persalinan, seluruh basis

18
kandung kemih terdorong ke depan dan ke atas, sehingga mengubah permukaan

normal yang cembung menjadi cekung. Sebagai akibatnya, kesulitan prosedur

diagnostik dan terapeutik semakin besar. Di samping itu, tekanan dari bagian

presentasi tersebut mengganggu drainase darah dan limfe dari basis kandung

kemih, yang sering membentuk edema, yang mudah mengalami cedera, dan

agaknya lebih peka terhadap infeksi.

IV. Fisiologi Berkemih3

Proses berkemih menghasilkan serangkaian kejadian berupa relaksasi otot

lurik uretra (rhabdosfingter), kontraksi otot detrusor kandung kemih dan

pembukaan dari leher kandung kemih dan uretra.

Secara fisiologis, kandung kemih dapat menimbulkan rangsangan pada

saraf apabila volume urin pada kandung kemih berisi + 250 - 450 ml (dewasa) dan

200-250 ml (anak-anak). Secara normal, urin orang dewasa diproduksi oleh ginjal

secara terus menerus pada kecepatan + 120 ml/jam (1200 ml/hari) atau 25 % dari

curah jantung. Volume urin normal minimal adalah 0,5-1 ml/kgBB/jam, dimana

produksi urin dikatakan abnormal atau jumlah sedikit diproduksi oleh ginjal

(oliguria) adalah sekitar 100 – 500 ml/hari.

Kandung kemih adalah organ penampung urin. Selain itu, berfungsi pula

mengatur pengeluarannya. Proses berkemih dimulai dari tekanan intramural otot

detrusor. Tekanan ini dahulu dianggap semata-mata akibat persarafan, akan tetapi

pada penelitian terakhir menunjukkan bahwa tekanan intramural otot detrusor

lebih ditentukan oleh keadaan fisik kandung kemih (berisi penuh atau tidak),

19
dimana stimulasi ini diterima oleh stretch receptorpada kandung kemih. Otot

polos kandung kemih disebut otot detrusor. Serat-serat ototnya meluas ke segala

arah dan bila berkontraksi, dapat meningkatkan tekanan dalam kandung kemih

menjadi 40 sampai 60 mmHg. Dengan demikian, kontraksi otot detrusor adalah

langkah terpenting untuk mengosongkan kandung kemih. Sel-sel otot polos dari

otot detrusor terangkai satu sama lain sehingga timbul aliran listrik berhambatan

rendah dari satu sel otot ke sel otot lainnya. Oleh karena itu, potensial aksi dapat

menyebar ke seluruh otot detrusor, dari satu sel otot ke sel otot berikutnya,

sehingga terjadi kontraksi seluruh kandung kemih dengan segera.Jika kandung

kemih terisi cukup dan mengembang, sementara tekanan intravesika tetap, maka

sesuai dengan hukum Laplace, tekanan intramural otot detrusor akan

meningkat.Peningkatan sampai titik tertentu akan merangsang stretchreceptor,

sehingga timbul impuls dari medulla spinalis sakralis 2-3-4 yang akan diteruskan

ke pusat refleks berkemih di korteks serebri lobus frontalis pada area detrusor

piramidal. Penelitian terakhir menyatakan bahwa kontrol terpenting terutama

berasal dari daerah yang disebut Pontine Micturition Centre. Sistem ini ditunjang

oleh sistem refleks sakralis yang disebut Sacralis Micturition Centre. Jika jalur

persarafan antara pusat berkemih pontin dan sakralis dalam keadaan baik, maka

proses berkemih akan berjalan dengan baik juga.

20
V. Retensi Urin dalam Kehamilan

A. Definisi3

Retensi urin adalah kesulitan berkemih atau miksi karena kegagalan

mengeluarkan urindari kandung kemih atau akibat ketidak-mampuan kandung

kemih untuk mengosongkankandung kemih hingga kapasitas maksimal buli-buli

terlampaui yang menyebabkan distensi kandung kemih atau keadaan ketika

seseorangmengalami pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap.

Retensi urin pada kehamilan merupakan retensi urin yang biasanya terjadi

pada trimester kedua maupun pada post partum.

B. Epidemiologi4,10

Retensi urin selama kehamilan sebenarnya sangat jarang terjadi. Retensi

urin selama kehamilan terjadi pada semua trimester kehamilan tetapi paling sering

diamati antara minggu ke-9 dan ke-16. Jumlah kejadian retensi urin awal selama

minggu kehamilan 9-16 adalah setidaknya 2 kali lipat yang diamati selama semua

periode kehamilan lainnya.

Gambar 7. Frekuensi Kejadian Retensi Urin pada Kehamillan4

21
Hasil penelitian kohort di Taiwan mengatakan sebanyak 308 kasus retensi

urin diidentifikasi di antara 65.490 kehamilan selama masa studi. Selain itu risiko

retensi urin terutama lebih tinggi pada wanita hamil> 30 tahun dibandingkan pada

mereka yang berusia <20 tahun.

Van der Linden et al melaporkan kejadian retensi urin pada wanita 0,07

per 1000 wanita per tahun.10

C. Etiologi

Penyebab retensi urin pada wanita dapat dikategorikan secara luas sebagai

infektif, farmakologis, neurologis, anatomi, miopatik, dan fungsional.

Ada beberapa penyebab terjadinya retensi urin selama kehamilan.

Perubahan anatomi selama kehamilan, rahim retrovert, uterus leiomioma,

kehamilan ektopik, infeksi saluran kencing, penyakit radang panggul, dan

penyakit disk lumbar adalah semua kemungkinan penyebab kondisi ini.

Pada wanita dengan persalinan normal, infeksi urogenital, aborsi

sebelumnya, dan panggul abnormal adalah faktor risiko yang terkait dengan

terjadinya retensi urin.

Kavia dkk menyelidiki 247 wanita (usia rata-rata 35 tahun) dengan retensi

urin lengkap atau sebagian. Mereka menemukan bahwa penyebab paling umum

dari retensi urin pada wanita muda ini adalah gangguan primer relaksasi sphincter

(Flower's syndrome)11.Namun, penilaian kandung kemih terperinci pada wanita

hamil dengan retensi urin jarang dilakukan karena keberatan etika dan

medis. Selain itu, hasil penelitian urodinamik selama kehamilan seringkali

bertentangan dan belum membantu secara klinis.12

22
D. Klasifikasi

- AKUT

 Ketidakmampuan berkemih yang tiba-tiba dan disertai rasa sakit

dikarenakan buli-buli terisi penuh.

 Tidak dapat berkemih sama sekali

 Kandung kemih penuh, terjadi tiba-tiba

 Disertai rasa nyeri.

- KRONIS

 Retensi urin ‘tanpa rasa nyeri’ yang disebabkan oleh peningkatan volume

residu urin yang bertahap.

 Masih dapat berkemih, namun tidak lancar

 Sulit memulai berkemih (hesitancy)

 Tidak dapat mengosongkan kandung kemih dengan sempurna.

E. Patofisiologi

Pada trimester ke-II, peningkatan vaskularisasi ini membuat mukosa

kandung kemih menjadi mudah luka dan berdarah. Tonus kandung kemih dapat

menurun. Hal ini memungkinkan distensi kandung kemih sampai sekitar 1500 ml.

pada saat yang sama, pembesaran uterus menekan kandung kemih dan menggeser

kandung kemih bagian bawah. Hal ini dapat mengesampingkan lubang uretra

internal dan mengganggu drainase ke dalam uretra, sehingga bisa terjadi retensi

urin.

23
Selain itu, retensi urin dapat diakibatkan karena meningkatnya hormon

progesteron yang berperan dalam proses relaksasi pada kerja otot halus seperti otot

detrusor sehingga menyebabkan lemahnya otot detrusor. Lemahnya otot detrusor bisa

menyebabkan kandung kemih terisi penuh tetapi tidak dapat dikeluarkan atau

disalurkan ke uretra dikarenakan tidak sinergisnya dari otot detrusor dansfingter

uretra.

Komponen retensi urin yang paling banyak dipelajari selama kehamilan

adalah faktor anatomi. Leher kandung kemih ekstrinsik atau kompresi uretra

akibat rahim yang membesar dan mendeesak telah dipostulatkan sebagai

mekanisme patogenik retensi urin selama kehamilan. Weekes et al melaporkan

bahwa sekitar 11% kehamilan melibatkan uterus yang terbalik, dan 1,4% dari

kasus ini menghasilkan retensi urin. Dalam sebuah studi oleh Yang et al , bukti

sonografi kompresi leher kandung kemih oleh leher rahimpada 5 wanita hamil

dengan retensi urin ditapatkan uterus gravid retroversi.4

Retensi urin terjadi akibat uterus yang arahnya retroversi, terjebak di balik

promontorium sakrum dan terfiksasi selama sisa masa kehamilan. Antara usia

kehamilan 12-20 minggu, pasien akan mengeluh nyeri perut bawah, konstipasi,

inkontinensia urin, retensi urin, atau malah terus-menerus berkemih.4

Ketika massa seperti uterus gravid yang terbalik, kista indung telur, atau

fibroid di dinding rahim posterior memadati ruang panggul, kadang-kadang massa

dapat membuat dampak pada panggul. Massa kemudian mengisi panggul,

menggeser dan menekan saluran kemih bagian bawah.13

24
Retroversi atau uterus yang terbalik bisa menempati pelvis dan

mengangkat serviks secara superior sehingga dapat mengompresi kandung kemih

bagian bawah sampai menghalangi orifisium uretra internal sehingga bisa terjadi

retensi urin. 13

Gambar 8. Uterus Retroversi13

Selain itu akibat posisi anatomi yang berubah, maka dapat menekan

kandung kemih bagian bawah dan dapat mengesampingkan lubang uretra internal

sehingga mengganggu drainase ke dalam uretra. Uretra itu sendiri tidak

dikompresi atau dilemahkan. Oleh karena adanya gaya gravitasi, maka urin

terkumpul dibagian kandung kemih bagian bawah. Kandung kemih bagian atas

bahkan dapat memberikan tekanan pada rahim, secara tidak langsung

memperburuk kompresi kandung kemih yang lebih rendah. Terjadi lingkaran

setan, terutama jika sudah ada asupan cairan yang berlebihan. Akhirnya kandung

kemih bagian bawah runtuh, dan lubang uretra internal tersumbat.13

25
Rahim gravidus retrovert biasanya berputar secara spontan ke posisi atas

sebelum minggu ke-14 kehamilan. Ketika kompresi dikurangi, miksi kembali ke

keadaan normal. Temuan ini dapat menjelaskan mengapa beberapa kasus retensi

urin selama kehamilan bersifat sementara dan terbatas.4

Namun, rahim yang terbalik tidak bisa sepenuhnya menjelaskan retensi

urin dalam kehamilan. Rahim retrovert hanya ada pada 11,2% hingga 15%

kehamilan.4

Selain itu, beberapa penelitian telah membandingkan gejala saluran kemih

bagian bawah (LUTS) antara wanita primipara dan multipara.Semua studi ini

telah menunjukkan bahwa paritas merupakan faktor risiko yang signifikan untuk

stres inkontinensia urin. Inkontinensia urin karena stres melibatkan kebocoran

urin yang tidak dapat dikendalikan, yang sangat berbeda dengan retensi

urin. Kami beralasan bahwa efek distensi mekanis gravid pada area panggul,

rongga perut, dan uretra dapat meingkatkan risiko retensi urin.

Namun demikian, ditemukan bahwa ISK, radang panggul dan organ

genital, dan herpes genital dikaitkan dengan retensi urin pada wanita dengan

persalinan normal. Faktor infeksi tidak dapat diabaikan ketika mempertimbangkan

etiologi retensi urin selama kehamilan.4

26
F. Gejala Klinis3

- Mengedan bila miksi


- Rasa tidak puas sehabis miksi
- Frekuensi miksi bertambah
- Nokturia atau pancaran kurang kuat
- Ketidak nyamanan daerah pubis (nyeri perut bagian bawah)
- Distensi vesika urinaria

G. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan dari hasil anamnesis berupa adanya gejala retensi

urin. Selain itu dari pemeriksaan fisis didapatkan pula adanya distensi dari

vesika urinaria dan juga adanya nyeri tekan didaerah antara umbilicus dan

simpisis pubis. Selain itu perlu juga dilakukan pemeriksaan penunjang.

Pemeriksaan Penunjang :

- Darah rutin

- Urin rutin, untuk melihat apakah ada tanda – tanda dari infeksi saluran

kemih.

- USG trans abdominal dimana salah satu fungsinya yaitu untuk melihat dari

posisi uterus, kondisi kehamilan dan untuk melihat apakah ada kelainan

ginekologi atau tidak.

- Videocystourethrography adalah modalitas yang digunakan untuk

mengevaluasi disfungsi berkemih, secara bersamaan menawarkan

penilaian fungsional dan anatomi pada saluran kemih bagian

bawah. Namun, prosedur ini tidak tersedia secara luas, dan ada

kekhawatiran tentang paparan radiasi, terutama pada janin.4

27
H. Penatalaksanaan

Urine yang tertahan lama di dalam vesika urinaria atau kandung kemih

secepatnya harus dikeluarkan, karena jika dibiarkan akan menimbulkan beberapa

masalah antara lain : mudah terjadi infeksi saluran kemih, timbul hidroureter dan

hidronefrosis yang selanjutnya akan menimbulkan gagal ginjal.3

Retensi urin akut awalnya diobati dengan kateterisasi Foley, untuk

drainase urin suprapubik, tetapi penyebabnya harus ditentukan untuk

memungkinkan pengobatan definitif.13

Sebagian besar kasus retensi urin yang dilaporkan selama kehamilan

terbatas dan membutuhkan kateterisasi intermiten atau penempatan kateter Foley

jangka pendek. Namun, beberapa kasus mungkin memerlukan intervensi yang

lebih agresif, seperti pengurangan manual (sistostomi), amnioreduction, atau

eksplorasi bedah.4

I. Pencegahan

Langkah-langkah berikut untuk menghindari retensi urin: batasi asupan

cairan sebelum tidur; berganti posisi dari posisi telentang ke posisi tengkurap

sebelum naik ke toilet; condong ke depan saat memulai batal; hindari manuver

Valsava; dan gunakan manuver Credé untuk memulai atau mempertahankan

kekosongan.13

J. Komplikasi

Retensi urin selama kehamilan jarang terjadi dan biasanya tidak

diperhatikan. Namun, retensi urin selama kehamilan bukan hanya pengalaman

28
yang tidak menyenangkan tetapi juga merupakan tanda awal kemungkinan

komplikasi yang mengerikan, seperti infeksi saluran kemih, gagal ginjal akut,

aborsi spontan, disfungsi kandung kemih seumur hidup, dan pecahnya kandung

kemih.14,15

Sebagai contoh, 2 wanita yang mengalami retensi urin pada trimester

kedua akhirnya didiagnosis dengan uterus inkarserata. Satu wanita mengalami

gagal ginjal akut, dan wanita lainnya mengalami disfungsi kandung kemih setelah

melahirkan.14

K. Prognosis

Jika retensi urin dikelola dengan baik selama kejadiannya, komplikasi

selanjutnya dapat dihindari. Oleh karena itu, pengenalan dini dan perawatan

retensi urin sangat penting untuk memastikan kehamilan normal dan menghindari

kemungkinan komplikasi.4

29
BAB IV

Kaidah Dasar Bioetika Dalam Pengambilan Keputusan Medis16

1. Pengertian Bioetik

Sepanjang perjalanan sejarah dunia kedokteran, banyak defenisi dan

paham mengenai bioetika yang dilontarkan oleh para ahli etika dari berbagai

belahan dunia. Pendapat pendapat ini dibuat untuk merumuskan suatu pemahaman

bersama tentang apa itu bioetika.

Bioetika berasal dari kata bios yang berati kehidupan dan ethos yang

berarti norma-norma atau nilai-nilai moral. Bioetika merupakan studi

interdisipliner tentang masalah yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang

biologi dan ilmu kedokteran baik skala mikro maupun makro, masa kini dan masa

mendatang.

Bioetika mencakup isu-isu sosial, agama, ekonomi, dan hukum bahkan

politik. Bioetika selain membicarakan bidang medis, seperti abortus, euthanasia,

transplantasi organ, teknologi reproduksi butan, dan rekayasa genetik, membahas

pula masalah kesehatan, faktor budaya yang berperan dalam lingkup kesehatan

masyarakat, hak pasien, moralitas penyembuhan tradisional, lingkungan kerja,

demografi, dan sebagainya. Bioetika memberi perhatian yang besar pula terhadap

penelitian kesehatan pada manusia dan hewan percobaan.

Menurut F. Abel, Bioetika adalah studi interdisipliner tentang masalah-

masalah yang ditimbulkan oleh perkembangan biologi dan kedokteran, tidak

30
hanya memperhatikan masalah-masalah yang terjadi pada masa sekarang, tetapi

juga memperhitungkan timbulnya masalah pada masa yang akan datang.

A. Etika Kedokteran/Kaidah Dasar Bioetik

Beauchamp dan Childress (1994) menguraikan (Empat Prinsip Etika

Eropa) bahwa untuk mencapai ke suatu keputusan etik diperlukan empat kaidah

dasar moral/ kaidah dasar bioetik (Moral Princple) dan beberapa rules atau

kriteria dibawahnya. Keempat kaidah dasar moral tersebut adalah sebagai berikut :

a. Prinsip “Autonomy” (self determination)

Yaitu prinsip yang menghormati hak-hak pasien, terutama hak otonomi

pasien dan merupakan kekuatan yang dimiliki pasien untuk memutuskan suatu

prosedur medis. Prinsip moral inilah yang kemudian melahirkan doktrin Informed

Concent.

Dalam laporan kasus ini prinsip Autonomy pasien dimana dokter

memberikan tindakan Informed Concent berupa memberikan pemahaman dan

penjelasan kepada pasien beserta keluarga pasien mengenai tentang kondisi pasien

dan keadaan yang dapat memperburuk kondisi pasien. Dari sini dapat dilihat

bahwa dokter berterus terang dan tidak berbohong demi kebaikan pasien itu

sendiri.

Dokter juga menjelaskan lebih lanjut kepada pasien tentang tindakan apa

yang seharusnya dilakukan, serta bagaimana manfaat maupun resiko terhadap

tindakan yang akan dilakukan. Pada retensi urin akut seperti yang terjadi pada

pasien ini, pemasangan kateter Foley merupakan tindakan yang tepat dalam

31
melakukan drainase urin suprapubik dan pasien bisa jadi nyaman dengan telah

dilakukannya hal tersebut.

Setelah keadaan pasien pulih dan stabil, pasien diperbolehkan pulang

dengan anjuran agar datang kembali control apabila ada hal tersebut muncul lagi

dan memberikan edukasi yang tepat terhadap pasien tersebut. Dapat dilihat bahwa

dokter sepenuhnya memberikan keputusan kepada pasien, apakah dia mau dirawat

atau tidak, dan dokter pun tetap menjaga hubungannya dengan pasien melalui

kontrol rutin yang akan dilakukan.

b. Prinsip “Beneficence” (Kemurahan Hati)

Yaitu prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang ditujukan ke arah

kebaikan pasien/penyediaan keuntungan dan menyeimbangkan keuntungan

tersebut dengan resiko dan biaya. Dalam Beneficence tidak hanya dikenal

perbuatan untuk kebaikan saja, melainkan perbuatan yang sisi baiknya (manfaat)

lebih besar daripada sisi buruknya (mudharat).

1. General Beneficence : melindungi & mempertahankan hak lain, mencegah

terjadi kerugian pada yang lain, menghilangkan kondisi penyebab kerugian

pada yang lain.

2. Specific Beneficence : menolong orang cacat, menyelamatkan orang dalam

bahaya.

Dalam laporan kasus ini prinsip Beneficence pasien dibuktikan dengan

dilakukannya Pemeriksaan Fisis (pemeriksaan tanda vital, pemeriksaan TFU),

pemeriksaan penunjang, seperti Ultrasonography (USG), pemeriksaan urinalisa

32
yang bertujuan untuk mengetahui kondisi pasien dan janin serta membantu dalam

penegakan diagnosa. Selain itu juga dilakukan suatu tindakan pemasangan kateter.

c. Prinsip “Justice” (Keadilan)

Yaitu prinsip moral yang mementingkan Fairness dan keadilan dalam

bersikap maupun dalam mendistribusikan sumber daya/pendistribusian dari

keuntungan, biaya, dan resiko secara adil.

Dalam laporan kasus ini prinsip Justice dibuktikan dengan diberikannya

pelayanan yang sesuai dengan SOP (Standart Operational Procedure) di RSIA St.

Khadijah I dimana tiap pasien memiliki hak yang sama dalam menerima

pelayanan kesehatan yang bersifat paripurna, bermutu dan terjangkau.

d. Prinsip “Non-Maleficence” (Tidak Merugikan)

Yaitu prinsip menghidari terjadinya kerusakan atau prinsip moral yang

melarang tindakan yang memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal

sebagai “Primum non nocere” atau “ above all do not harm”.

Dalam laporan kasus ini prinsip Non-Maleficence berupa dilakukan

tindakan pemasangan kateter. Selain itu diberikan suatu edukasi kepada pasien

yang dapat memperburuk keadaan pasien. Edukasinya seperti batasi asupan cairan

sebelum tidur, berganti posisi dari posisi telentang ke posisi tengkurap sebelum

naik ke toilet, condong ke depan saat memulai batal.

33
B. Etika klinik Jonsen – Slegler W

Pembuatan keputusan etik, terutama dalam situasi klinik, dapat juga

dilakukan dengan pendekatan yang berbeda dengan pendekatan kaidah dasar

moral diatas. Jonsen, Slegler dan Winslade (2002) mengembangkan teori etik

yang menggunakan 4 topik yang esensial dalam pelayanan klinik, yaitu :

 Medical Indication

Merupakan indikasi medis berupa diagnosis, perjalanan penyakit, kondisi

pasien, prognosis, dan pilihan terapi. Pada topik ini menggunakan kaidah

Beneficence dan Non-Maleficence.

Dalam laporan kasus ini pasien di diagnosa sebagai G3P1A1 gravid 15

minggu 1 hari + retensi urin akut yang ditegakkan oleh anamnesis, pemeriksaan

fisis dan pemeriksaan penunjang (USG dan urinalisis).

Pada pemeriksaan fisis pasien dalam keadaan sadar, baik dengan gizi yang

normal. Tekanan Darah : 120/80mmHg, Nadi : 82x/mnt, Pernapasan : 20x/mnt,

Suhu 36,8ºC.

Pada pemeriksaan luar TFU 2 jari dibawah umbilicus, massa tumor (-)

nyeri tekan suprapubik (+) , gerakan anak (+) dirsakan ibu. Pada pemeriksaan

USG didapatkan Gravid tunggal hidup intra uterin, FHR (+), EFW 118 gr, GA 15

mgg 1 hr. Pada pemeriksaan Urinalisa memperoleh tes kehamilan (+).

34
 Patient Preference

Pada topik ini kita memperhatikan nilai (value) dan penilaian mengenai

manfaat dan beban yang akan diterima, yang berarti cerminan kaidah Autonomy.

Dalam laporan kasus ini pasien dan keluarga diberikan Informed Concent

berupa memberikan pemahaman dan penjelasan kepada pasien beserta keluarga

pasien mengenai tentang kondisi pasien dan keadaan yang dapat memperburuk

kondisi pasien.

 Quality of Life

Merupakan aktualisasi salah satu tujuan kedokteran yaitu memperbaiki,

menjaga atau meningkatkan kualitas hidup insani. Yang berkaitan dengan kaidah

dasar bioetik adalah Beneficence, Non-maleficence, dan Autonomy.

Dalam laporan kasus ini pasien dan keluarga diberikan Informed Concent

mengenai keadaan pasien dan janin. Selain itu, pasien memperoleh beberapa

tindakan berupa pemeriksaan tanda vital, pemeriksaan luar, USG, serta

laboratorium, guna mengetahui keadaan/kondisi ibu dan janin. Selain itu pasien

juga mendapatkan terapi tindakan yang sesuai berupa pemasangan kateter.

 Contextual Features

Prinsip dalam Contextual Features adalah Loyalty and Fairness. Pada

topik ini dibahas pertanyaan etik seputar aspek non medis yang mempengaruhi

keputusan, seperti faktor keluarga, ekonomi, agama, budaya, kerahasiaan, alokasi

sumber daya dan faktor hukum.

- Keluarga setuju untuk dilakukan pengobatan

- Pasien memiliki keyakinan bahwa kondisinya adalah takdir dari Tuhan.

35
- Berdasarkan Kode Etik Kedokteran dalam pengambilan keputusan, pengobatan

harus sesuai dengan SOP, hal ini sesuai dengan pasal 2 kode etik kedokteran

yaitu, Dokter harus memberikan pengobatan sesuai dengan apa yang pasien

butuhkan.

36
BAB V

TINJAUAN KEISLAMAN16,17,18

A. Etika, Hukum dan Moral Dalam Islam

Moralitas dan etika dalam Islam bersifat absolut dan bersumber dari

Ketuhanan. Konsensus manusia yang tidak berasal dari keputusan ketuhanan tidak

dapat dijadikan sumber panduanetis yang mengikat. Semua yang dilakukan

manusia adalah mengaplikasikan ajaran moral dan legal ke dalam situasi nyata.

Dalam Islam, hukum adalah ekspresi dan manifestasi praktis dari

moralitas. Islam melarang semua aktivitas immoral sebagai sesuatu yang haram

dan memperbolehkan semua bermoral dan tidak secara spesifik dikelompokkan ke

dalam yang haram.

Secara kaidah bioetik Islam juga didapatkan lima kaidah dasar yang

meliputi Kaidah Niat (Qaidah Niyyat), Kaidah Kepastian (Qaidah al yaqiin),

Kaidah Kerugian (Qaidah al dharar), Kaidah Kesulitan / Kesukaran (Qoidah

al Masyaqqat), Kaidah Kebiasaan (Qoidah al urf). Kaidah Dasar Bioetika Islam

meliputi:

1. Kaidah Niat (Qaidah Niyyat)

Prinsip ini meminta dokter agar berkonsultasi dengan hati nuraninya.

Terdapat banyak masalah mengenai prosedur dan keputusan medis yang tidak

diketahui orang awam. Seorang dokter dapat saja melakukan suatu prosedur

dengan alasan yang mungkin masuk akal dari sudut pandang luar, namun

sesungguhnya memiliki niatan berbeda dan tersembunyi.

37
Pada kasus ini dokter telah menentukan diagnosis berdasarkan klinis

medis yang tampak pada pasien sehingga dokter telah memiliki keputusan untuk

memberikan tindakan pada pasien.

Pemberian penjelasan tentang kondisi yang dihadapi oleh pasien, berupa

adanyaketidakmampuan kandung kemih untuk mengosongkankandung kemih

hingga kapasitas maksimal buli-buli terlampaui yang menyebabkan distensi

kandung kemih dan memerlukan tindakan berupa pemasangan kateter sehingga

pasien mengerti segala kemungkinan yang terjadi dengan tindakan medis yang

diambil semata-mata sebagai suatu tindakan untuk menyelamatkan ibu dan bayi

yang sedang dikandungnya.

2. Kaidah Kepastian (Qaidah al yaqiin)

Tidak ada yang benar-benar pasti (yaqiin) dalam ilmu kedokteran, artinya

tingkat kepastian (yaqiin) dalam ilmu kedokteran tidak mencapai standar yaqiin

yang diminta oleh hukum. Meskipun demikian diharapkan dokter dalam

mengambil keputusan medis, mengambil keputusan dengan tingkat probabilitas

terbaik dari yang ada (evidencebased medicine). Termasuk pula dalam hal

diagnosis, perawatan medis didasarkan dari diagnosis yang paling mungkin.

Pastinya dalam hal pengambilan tindakan medis dokter spesialis telah melihat

segala kemungkinan yang terjadi sebelum melakukan tindakan medis. Begitupun

dalam kasus ini, dokter mengambil kesimpulan diagnosis berdasarkan anamnesis

dan pemeriksaan fisik yang dirujuk berbasis evidencebased medicine.

38
3. Kaidah Kerugian (Qaidah al dharar)

a. Intervensi medis untuk menghilangkan al dharar (luka, kerugian,

kehilangan hari-hari sehat) pasien.

b. Tidak boleh menghilangkan al dharar dengan al dharar yang sebanding

(al dharar la yuzaal bi mitslihi)

c. Keseimbangan antara kerugian vs keuntungan. Pada situasi intervensi

medis yang diusulkan memiliki efek samping, diikuti prinsip bahwa

pencegahan penyakit memiliki prioritas yang lebih tinggi ketimbang

keuntungan dengan nilai yang sama, dar’an mafasid awla min jalbi al

mashaalih. Jika keuntungan memiliki kepentingan yang jauh lebih tinggi

daripada kerugian, maka mendapatkan keuntungan memiliki prioritas

yang lebih tinggi. Dalam kasus ini, petugas medis telah memaksimalkan

keuntungan yang dapat diperoleh pasien dibanding kerugiannya yaitu

dengan memberikan penanganan pemasangan kateter.

d. Keseimbangan antara yang dilarang vs. diperbolehkan. Dokter kadang

dihadapkan dengan intervensi medis yang memiliki efek yang dilarang

namun juga memiliki efek yang diperbolehkan. Petunjuk hukum adalah

bahwa yang dilarang memiliki prioritas lebih tinggi untuk dikenali jika

keduanya muncul bersamaan dan sebuah keputusan harus diambil, idza

ijtima’a al halaal wa al haram ghalaba al haraam al halaal.

e. Pilihan antara dua keburukan. Jika dihadapkan dengan dua situasi medis

yang keduanya akan menyebabkan kerugian dan tidak ada pilihan selain

memilih salah satu dari keduanya, dipilih yang kurang merugikan,

39
ikhtiyaar ahwan al syarrain. Suatu hal yang merugikan dilakukan untuk

mencegah munculnya kerugian yang lebih besar, al dharar al asyadd

yuzaalu bi al dharar al akhaff . Dengan cara yang sama, intervensi medis

yang memiliki kepentingan umum diutamakan di atas kepentingan

individu, al mashlahat al aamah muqoddamat ala al mashlahat al

khassat. Individu mungkin harus mendapatkan kerugian untuk

melindungi kepentingan umum, yatahammalu al dharar al khaas il dafi u

al dharar al aam.

4. Kaidah Kesulitan / Kesukaran (Qoidah al Masyaqqat)

a. Kebutuhan melegalisir yang dilarang. Dalam kondisi yang menyebabkan

gangguan serius pada kesehatan fisik dan mental, jika tidak segera

disembuhkan, maka kondisi tersebut memberikan keringanan dalam

mematuhi dan melaksanakan peraturan dan kewajiban syari’ah. Dalam

kasus ini, segala bentuk gangguan serius yang dapat terjadi pada pasien

harus segera di minimalisir untuk menjaga kesehatan fisik maupun

mental pada pasien.

b. Batas-batas prinsip kesulitan: dalam melanggar syari’ah tersebut tidak

melewati batas batas yang diperlukan (secukupnya saja).

c. Aplikasi sementara dari prinsip kesulitan. Adanya suatu kesulitan tidak

menghilangkan secara permanen hak-hak pasien yang harus

direkompensasi dan dikembalikan pada keadaan semula seiring dengan

waktu; kesulitan melegalisir sementara dari tindakan medis yang

melanggar, berakhir setelah kondisi yang menyulitkan tadi berakhir.

40
Dengan kata lain, jika hambatan telah dilewati, tindakan medis yang

dilarang kembali menjadi terlarang.

d. Delegasi: mendelegasikan tugas kepada orang lain untuk melakukan

tindakan yang membahayakan adalah tindakan yang ilegal.

5. Kaidah Kebiasaan (Qoidah al urf)

Dalam prinsip ini, standar yang diterima secara umum, seperti standard

operational procedure (SOP/Protap) untuk perawatan klinis dianggap sebagai

hukum dan diperkuat oleh syari’ah. Terkait dengan kasus tersebut, pasien telah

menerima upaya yang proporsional dalam tindakan medis dan telah sesuai dengan

SOP/Protap yang telah ada.

41
B. Kajian Keislaman

Islam sebagai agama yang sempurna, mengatur semua aspek kehidupan.

Memberikan perhatian besar terhadap kelangsungan keluarga, sesuai posisinya

sebagai bagian penting dalam masyarakat. Tentu saja faktor keluarga menjadi

penentu baik atau buruknya suatu masyarakat.

Allah SWT telah menciptakan manusia secara berpasangan. Ada laki-laki,

ada juga perempuan. Dengan adanya pasangan tersebut manusia dapat

berketurunan dan berkembang dari masa ke masa. Perkembangan keluarga

melalui proses keturunan, menjadikan wanita berada di posisi terpenting dalam

melahirkan generasi baru dari manusia. Proses kehamilan yang sepenuhnya

diemban oleh seorang calon ibu, merupakan sebuah kerja keras dan penuh resiko.

Membuat wanita berada di ambang ancaman, jika saja permasalahan tersebut

tidak mendapatkan perhatian memadai dari semua pihak.

Proses kehamilan ini merupakan suatu yang alami dan paling mudah

dalam melahirkan keturunan. Bahkan secara naluri semua makhluk hidup juga

mengetahui hal tersebut. Allah SWT berfirman:

Artinya : “21. Kemudian Kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh (rahim),22
Sampai waktu yang ditentukan,23. lalu Kami tentukan (bentuknya), maka Kami-
lah sebaik-baik yang menentukan” (QS Mursalat : 21-23)

42
Di dalam al-Qur’an ditegaskan bahwa kehamilan mengalami

perkembangan dan perubahan mulai dari yang masih ringan dan terus bertambah

berat, sebagaimana dinyatakan di dalam Q.S. Al a’raf (7):189, berbunyi:

Artinya: “Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya
Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah
dicampurinya,isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia
merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya
(suami istri) bermohon kepada Allah, tuhan seraya berkata: “sesungguhnya jika
Engkau memberi kami anak yang sempurna, tentulah kami termasuk orang-orang
yang bersyukur”. (QS. Al a’raf (7):189)

Ayat ini menjelaskan bahwa tanda-tanda kehamilan adalah adanya

perubahan beban yang dialami oleh seorang perempuan karena adanya janin di

dalam perutnya. Kandungan yang setiap saat brtambah besar yang menyebabkan

bertambahnya beban yang ditanggung oleh ibu hamil dimana ayat ini juga

mengandung nilai tanggungjawab yang berat bagi ibu yang hamil dan nilai

kepasrahan terhadap takdir Allah SWT. Sehingga menyadarkan untuk selalu

senantiasa berdoa kepadanya agar kelak melahirkan anak yang sempurna.

Selanjutnya melahirkan manusia ketiga dan seterusnya manusia berkembangbiak.

43
Proses kehamilan seperti disebutkan pada ayat tersebut mengalami proses atau

tahapan mulai dari rasa ringan kemudian terasa berat dan akhirnya melahirkan.

Kelahiran anak yang melewati proses kehamilan juga faktor yang dapat

meningkatkan rasa kasih sayang orang tua terutama ibu kepada anaknya.

Kelahiran anak melewati proses yang panjang-lebih kurang 9 bulan. Sang ibu

menunggu kelahiran buah hatinya dengan penuh harap dan bahagia. Proses

keibuan pun tumbuh secara alami di samping harus aktifitas sehari-hari. Secara

tak langsung memapah calon anak yang ada dalam kandungannya selama proses

kehamilan berlangsung.

Betapa besar jasa ibu terhadap anak yaitu mulai dari beban mengandung

dalam keadaan lemah dan bahkan beban tersebut senantiasa bertambah dari saat

kesaat. Lalu dia melahirkannya dengan susah payah kemudian memelihara dan

menyusukannya setiap saat, bahkan ditengah malam ketika pada saat manusia lain

tertidur nyenyak.

Setiap anak berkewajiban berbakti kepada ibunya. Seperti dalam Surah Al-

Ahqaf 46:15 Tentang perjuangan yang menyusahkan bagi ibu yang hamil,

berbunyi:

44
Artinya: ”Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua
orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan
melahirkannya dengan susah payah(pula). Mengandungnya sampai menyapihnya
adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila ia telah dewasa dan umurnya sampai
empat puluh tahun ia berdo’a: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mengsyukuri
nikmat Engkau yang telah engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan
supaya aku dapat berbuat amal yang shaleh yang engkau ridhai; berilah
kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku.
Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang berserah diri”. (QS Al-Ahqaf 46:15)

Ayat ini mengisyaratkan bahwa proses kehamilan dan penyapihan

berlangsung selama 30 bulan dan 9 bulan. Disisi lain, ayat ini juga menekankan

betapa pentingnya ibu kandung memberikan perhatian kepada anak-anaknya.

Dimulai dari masa kehamilan dan seterusnya. Para dokter dan tenaga medis

bertugas membantu ibu hamil agar tetap memberikan perhatian dan pemeliharaan

terhadap kandungannya. Kemudian ayat ini mengandung nilai tanggung jawab

tehadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Didalam islam, pendidikan

berawal dari pra kelahiran artinya, perilaku orang tua sangatlah berpengaruh

terhadap perilaku anak-anaknya termasuk pada masa kehamilannya.

Namun, pada kenyataan terdapat beberapa penyakit yang penyebabnya

tidak diketahui muncul pada kehamilan salah satunya adalah retensi urin dalam

kehamilan. Meskipun demikian, dalam menghadapi persoalan hidup, kita

semestinya tidak menunjukan sikap pesimis dalam hal apapun. Termasuk dalam

persoalan penyakit yang menimpa diri kita ataupun keluarga kita. Karena telah

disampaikan oleh Rasulullah bahwa setiap penyakit itu ada obatnya kecuali

45
kematian, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, bahwa

Rasulullah bersabda yang bersabda:

“Tidakalah Allah menurunkan sebuah penyakit melainkan menurunkan pula


obatnya” (HR.Bukhari & Muslim).
Maksud dari hadis diatas adalah sebagai hamba yang percaya akan

janji dan kebesaran Allah Subahahu Wa Ta’ala. Maka haruslah kita harus tetap

optimis untuk senantiasa mencari sebab-sebab kesembuhan dari setiap penyakit

yang kita derita seperti pergi ke pelayanan kesehatan ataupun melalui

pengobatanpengobatan alamiah disamping rasa harap dan optimis dalam

menantikan pertolongan Allah Subahanahu Wa Ta’ala.17,18

46
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, S. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta : PT


Bina Pustaka. 2016.
2. Andi. Retensio Urin Post Partum. Dalam : Jurnal kedokteran Indonesia,
Vol. 20, Februari 2010.
3. Basuki B Purnomo. Dasar-dasar Urologi. Ed 3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran Sagung Seto, 2011.
4. Chen, Jeng Sheng, MD. Et all. Acute Urinary Retention During
Pregnancy—A NationwidePopulation-Based Cohort Study in Taiwan.
Medicine Volume 95, Number 13, April 2016.
5. McAninch J.W. and Lue, T.F., eds. Smith and Tanagho’sGeneral Urology,
18th edition.. USA: Mc Graw-Hill. 2013.
6. Netter FH. Atlas of Human Anatomy. 5th ed. Philadelphia, PA:
Saunders/Elsevier; 2011.
7. Mescher AL. Junqueira’s basic histology text & atlas. 13th ed. China:
McGraw-Hill; 2013.
8. Cunningham, FG, et al. Obstetri Williams Edisi 23 Volume 1 & 2.
Jakarta : EGC. 2013.
9. Vlad, Tica, Md, Phd. Diagnosis Of Pregnancy. Maternal Adaptation To
Pregnancy.
10. Van der Linden E, Venema P. Retensi urin akut pada wanita . Ned
Tijdschr Geneeskd; 142 : 1603–1606.
11. Kavia RB, Datta SN, Dasgupta R, et al. Retensi urin pada wanita:
penyebab dan manajemennya . BJU Int ; 97 : 281–287.
12. FitzGerald MP, Graziano S. Anatomic dan perubahan fungsional saluran
kemih bagian bawah selama kehamilan . Urol Clin North Am 2011; 34 : 7–
12.
13. Ming, Yang Jenn, MD, et al. Sonographic Findings of AcuteUrinary
Retention Secondaryto an Impacted Pelvic Mass

47
14. Newell SD, Crofts JF, Grant SR. The incarcerated gravid uterus:
complications and lessons learned. Obstet Gynecol 2014; 123 (2 Pt 2
Suppl 2):423–427.
15. Love JN, Howell JM. Urinary retention resulting from incarceration of a
retroverted, gravid uterus. J Emerg Med; 19:351–354.
16. Mappaware, Nasrudin Andi. 2007. Konsep Dasar Bioetika-Hukum
Kedokteran dalam Penerapan Masa Kini dan Kesehatan sebagai Haka
Asasi Manusia. Makassar.
17. Idrus, Musyahid A. Perlindungan Hukum Islam Terhadap Janin. Makassar.
Al-Daulah. 2015.
18. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung. Departement Agama RI. 2016.

48

Вам также может понравиться