Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ASPEK EKONOMI
PENDAHULUAN
Faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi aplikasi teknologi beton pracetak:
Faktor biaya, yaitu biaya yang dibutuhkan untuk mewujudkan rencana pembangunan
tersebut.
Faktor waktu, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pelaksanaan konstruksi
bangunan sampai dengan bangunan tersebut dapat berfungsi sesuai dengan rencana
penggunaannya.
Faktor mutu, yaitu hasil yang dicapai dari proses pelaksanaan konstruksi.
FAKTOR BIAYA
Faktor-faktor yang mempengaruhi ekonomis tidaknya aplikasi teknologi beton pracetak dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
Kebutuhan material untuk seluruh bangunan.
Biaya produksi, yang ditentukan oleh waktu pelaksanaan seta investasi peralatan yang
Biaya yang dibutuhkan untuk transportasi.
Biaya yang dibutuhkan untuk pemasangan.
Biaya untuk penyelesaian.
Contoh pelaksanaan pembangunan gedung dengan menggunakan dua metode, yaitu satu gedung
dengan teknologi beton pracetak sedangkan yang lain menggunakan proses konstruksi
konvensional. Perbandingan biaya yang dibutuhkan antara kedua metode tersebut ditunjukan
dalam table 10.1. dalam table tersebut diperlihatkan biaya total pelaksanaan dengan teknologi
beton pracetak adalah 10.302 sedangkan dengan metode site build membutuhkan 11.318
sehingga didapatkan penghematan sebsar 9,9%.
Pada beberapa system yang berbeda dalam satuan tiap meter persegi lantai bangunan.
Keuntungan penggunaan teknologi beton pracetak dapat terlihat dengan jelas, yaitu biaya yang
dibutuhkan setiap meter persegi lantai bangunan yang lebih kecil daripada in-situ concrete
system, terutama pada bangunan tingkat tinggi.
Reduksi Jumlah Pekerja
Penerapan teknologi beton pracetak mampu mereduksi jumlah tenaga kerja lebih dari
10%. Pengurangan ini khususnya terjadi karena untuk memasang plat lantai hanya
membutuhkan suatu tim yang terdiri atas lima tenaga ahli dengan pendidikan minimum
STM (harus mengerti dan memahami sifat-sifat beton). Dengandemikian terjadi
pengurangan jumlah pekerja, terutama tukang kayu untuk pekerjaan bekisting, tukang
besi untuk pekerjaan perbesian, tukang batu untuk pelaksanaan pengecoran pelat lantai.
Sejumlah pekerja yang relative banyak tersebut hanya digantikan oleh satu tim pemasang
yang minimum terdiri dari lima orang.
Reduksi Biaya Konstruksi
Penerapan teknologi beton pracetak mampu mereduksi biaya konstruksi. Hal ini
disebabkan karena adanya reduksi durasi konstruksi yang mengakibatkan terjadinya
pengurangan biaya overhead proyek, reduksi jumlah pekerja, reduksi kebutuha bekisting
(untuk menyatakan besarnya reduksi ditinjau dari pelat pracetak dan terhadap biaya
struktur total). Pengurangan biaya konstruksi struktur total tidak terlalu besar ( umumnya
berkisar antara 2%-10%). Sedangkanpenghematan terhadap biaya struktur pelat mencapai
di atas 15%. Besarnya reduksi biaya konstruksi dalam suatu proyek dipengaruhi
olehberbagai hal, misalnya: persentase penggunaan beton pracetak terhadap total cost,
ketinggian bangunan, luas bangunan, dan lokasi proyek.
Secara rasional jika penggunaan pelat pracetak mampu mereduksi biaya
konstruksi makasemakin luas lantai bangunan berakibat semakin besar reduksi biaya
yang dihasilkan. Sedangkan semakin tinggi bangunan reduksi semakin kecil, hal ini
disebabkan karena produktifitas pemasangan semakin kecil.
Reduksi durasi konstruksi yang mencapai 25% disbanding proses konvensional
sangat berpengaruh terhadapbiaya yang dikeluarkan selama waktu reduksi tersebut.
Biaya-biaya yang seharusnya dikeluarkan adalah overhead proyek dan overhead kantor
pusat. Keuntungan yang laian adalah dalam reduksi waktu tersebut kontraktor dapat
memulai kegiatan proyek baru sehingga menghasilkan profit yang baru.
Lebih dari 10% jumlah pekerja lapangan dapat dikurangi. Hal ini berpengaruh
terhadap pengeluaran biaya konstruksi tertama upah tenaga kerja. Pengurangan pekerja
hanya trjadi untuk tukang dan pembntunya (tukang kayu, tukang besi, tukang batu)
sdeangkan tenaga professional jumlahnya sama seperti proses konstruksi konvensional.
Keuntungan lain yang dapat diambil adalah berkurangnya faktor resiko kecelakaan kerja
dilapangan (semakin sedikit jumlah pekerja, maka semakin mudah dikendalikan).
Volume pekerjaan agar layak mengoprasikan teknologi beton pracetak adalah jika
volume pekerjaan beton yang dilaksanakan secara pracetak paling tidak adalah 2200m3
dan jumlah tipe komponen tidak lebih dari enam jenis. Hal iniberdasarkan
pertimbanganpengadaan cetakan di mana biaya pengadaan relative mahal. Material
cetakan yang digunakan adalah besi karena hampir semua persyaratan sebagai bahan
cetakan dapat dipenuhi. Biaya ini akan mencapai titik impas jika digunakan untuk
produksi komponen beton pracetak dengan volume paling tidak 2200 m3 .
Persentase biaya pemasangan dan pengurangan biaya bekisting
Biaya yang dibutuhkan untuk kegiatan pemasangan berkisar antara 10% sampai dengan 25%
terhadap nominal beton pracetak. Sedangkan persentase pengurangan biaya untuk bekisting
berkisar antara ± 10% sampai dengan 25% terhadap nominal beton pracetak. Hal ini dapat
terjadi karena penggunaan bekisting dalam pabrik sangat efisien (dapat digunakan berulang
kali). Sedangkan bekisting cara cast in-situ hanya mampu digunakan beberapa kali (jika
memungkinkan). Biaya bongkar pasang bekisting pada tempat yang berbeda akan menambah
biaya konstruksi secara keseluruhan. Pengurangan kebutuhan bekisting akibat tidak
diperlukannya dalam pelaksanaan pekerjaan pelat lantai bekisar antara 10%-25% disbanding
proses konstruksi konvensional.
FAKTOR WAKTU
Dari segi waktu pelaksanaan konstruksi, penggunaan teknologi beton pracetak lebing singkat
dibandingkan dengan pelaksanaan konstruksi secara konvensional.
Meskipun demikian perlu diperhatikan waktu yang dibutuhkan untuk pemasangan kolom,
pemasangan balok, dan pemasangan plat lantai. Bila waktu pemasangan dari setiap item
pekerjaan tersebut dapat dimunculkan maka akan dapat diketahui dengan pasti berapa banyak
waktu yang dapat dihemat/dipercepat.
Suatu pilot project dilaksanakan pada pembangunan hotel dengan jumlah kamar sebanyak
40 buah. Dalam proyek ini terdapat dua buah bangunan yang sama. Salah satu bangunan
menggunakan teknologi beton pracetak dan yang lain menggunakan proses konstruksi
konvensional.
Dari proyek tersebut didapatkan hasil sebagai berikut:
Dengan teknologi beton pracetak, pemakaian tenaga kerja berkurang ±40% dibandingkan
dengan proses konstruksi konvensional.
Durasi waktu yang dibutuhkan lebih cepat ±40% dibandingkan proses konvensional.
Biaya transportasi komponen beton pracetak dalam jarak rata-rata antara 30 km – 50 km
lebih tinggi sebesar 8 – 18% dibandingkan proses konvensional.
FAKTOR MUTU
Dalam industry manufaktur, masalah pengendalian kualitas produk yang dihasilkan dapat
terpantau dengan jelas. Dengan metode statistic dan teknik pengendalian yang tepat akan
diperoleh informasi dini tentang produk yang dihasilkan. Jika terjadi penyimpangan kualitas
dari produk maka manajemen dengan segera dapat melakukan tindakan tertentu sehingga
kualitas produk dapat sesuai dengan standar yang disyaratkan.
Produk yang dihasilkan mempunyai akurasi demensi yang tinggi sehingga dalam
pelaksanaannya di lapagan menjadi relatif lebih mudah serta mempunyai kenampakan yang
lebih baik.
Kelayakan dalam penerapan teknologi beton pracetak harus dipandang dari berbagai
aspek. Baik yang bersifat teknis maupun ekonomis, keduanya harus dipenuhi. Tinjauan aspek
ekonomis lebih ditentukan oleh pencapaian tujuan utama dari proyek, yaitu tepat biaya, tepat
mutu, dan tepat waktu.