Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun Oleh:
Pembimbing:
BAGIAN OBSETRIC DAN GYNOCOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2019
PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang
Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya menempati posisi
keempat didunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) , dengan laju pertumbuhannya yang
masih relative tinggi. Jumlah penduduk yang besar tidak selalu menjadi kekuatan
pembangunan apabila tidak disertai dengan kualitas sumber daya manusia yang memadai.
Penduduk yang berkualitas tinggi akan mempercepat tercapainya pertumbuhan ekonomi dan
tujuan-tujuan pembangunan. Kondisi kependudukan di Indonesia saat ini baik yang
menyangkut jumlah, kualitas, maupun persebarannya merupakan problema berat yang harus
diatasi untuk tercapainya keberhasilan pembangunan bangsa Indonesia (BKKBN, 2009).1
Situasi dan kondisi kependudukan saat ini merupakan fenomena yang memerlukan
perhatian dan penanganan secara seksama, lebih sungguh-sungguh, dan berkelanjutan. Salah
satu upaya yang telah dan perlu terus dilakukan oleh pemerintah bersama-sama dengan
seluruh lapisan masyarakat yaitu dengan pengendalian jumlah penduduk dan peningkatan
kualitasnya melalui program keluarga berencana (BKKBN, 2009). 1Keluarga berencana
adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah serta jarak kehamilan
dengan menggunakan metode kontrasepsi. Salah satu sasaran program keluarga berencana
yang tertuang dalam RPJMN 2004-2009 yaitu menurunnya rata-rata laju pertumbuhan
penduduk menjadi sekitar 1,14 persen per tahun (Anggraini, 2011).2
Keluarga Berencana merupakan suatu cara yang memungkinkan setiap orang untuk
mengatur jumlah anak yang diinginkan dan jarak kehamilan melalui informasi, pendidikan
dan penggunaan metode kontrasepsi (WHO, 2014).3 Keluarga Berencana berperan dalam
mengurangi risiko kematian ibu pada waktu melahirkan yang disebabkan karena terlalu
sering melahirkan dan jarak antara kelahiran yang terlalu pendek(Prawirohardjo, 2005).4
Salah satu program Keluarga Berencana untuk menurunkan AKI yaitu dengan KB Pasca
Persalinan .KB Pasca Persalinan adalah penggunaan metode kontrasepsi pada masa nifas
sampai dengan 6 minggu atau 42 hari setelah melahirkan. KB Pasca Persalinan merupakan
langkah untuk mencegah kehilangan kesempatan menggunakan KB setelah melahirkan
(Riskesdas, 2013).5
Gambar 2.5 Proporsi pemanfaatan tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan dalam
mendapatkan pelayanan KB, Indonesia 20135
Gambar 2.7 Proporsi kelahiran pada periode 1 Januari 2010 sd wawancara menurut
pelayanan KB pasca salin dan provinsi, 201313
Gambar 2.8 Proporsi penggunaan KB Pasca Salin pada perempuan umur 10-54 tahun
menurut provinsi, 2013-201814
2.2 Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah dan konsepsi yang berarti
pembuahan (pertemuan antara sel telur dengan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan).
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan cara mengusahakan
agar tidak terjadi ovulasi, melumpuhkan sperma atau menghalangi pertemuan sel telur
dengan sel sperma. Di Indonesia alat kontrasepsi yang telah dikembangkan menjadi program
10
adalah pil, suntik, AKDR, implan dan kontap pria. Upaya itu dapat bersifat sementara,
dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang
mempengaruhi fertilitas.12
Pelayanan kontrasepsi (PK) merupakan salah satu komponen dalam pelayanan
kependudukan/KB. Selain itu juga terdapat komponen pelayanan kependudukan/KB lainnya
seperti komunikasi dan edukasi (KIE), konseling, pelayanan infertilitas, pendidikan seks (sex
education), konsultasi pra-perkawinan dan konsultasi perkawinan, konsultasi genetik, tes
keganasan dan adopsi.12
Tidak ada satupun metode kontrasepsi yang ideal bagi semua akseptor KB karena
masing-masing mempunyai kesesuaian dan kecocokan individual bagi setiap akseptor.
Metode kontrasepsi ideal adalah sebagai berikut:
a. Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat jika digunakan.
b. Berdaya guna, dalam arti jika digunakan sesuai dengan aturan akan dapat mencegah
kehamilan
c. Dapat diterima, bukan hanya oleh akseptor melainkan juga oleh lingkungan budaya di
masyarakat.
d. Terjangkau harganya oleh masyarakat
e. Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, akseptor akan segera kembali
kesuburannya, kecuali untuk kontrasepsi mantap.
Pelayanan kontrasepsi ataupun pelayanan KB (Keluarga Berencana) merupakan
upaya untuk mendukung kebijakan program KB nasional. Salah satu program KB yaitu
penggunaan KB saat ini dan CPR (Contraceptive Prevalence Rate). CPR itu sendiri
merupakan presentase penggunaan alat/cara KB oleh pasangan usia subur (PUS) yaitu WUS
(umur 15-49 tahun) berstatus menikah atau hidup bersama.16
2) Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk cembung, terbuat dari lateks (karet) yang
diinsersikan ke dalam vagina dan menutup servix sebelum berhubungan seksual.
3) Spermisida
Spermisida adalah bahan kimia (non oksinol-9) digunakan untuk menonaktifkan atau
membunuh sperma. Dikemas dalam bentuk aerosol (busa), tablet vaginal suppositoria, atau
dissolvable film, dan dalam bentuk krim/
1. Kontrasepsi pil
Kontrasepsi pil merupakan jenis kontrasepsi oral yang harus diminum setiap hari yang
bekerja mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilalui oleh sperma. Terdapat dua macam
yaitu kontrasepsi kombinasi atau pil kombinasi yang mengandung progesteron dan estrogen.
Sedangkan kontrasepsi pil progestin dengan minipil mengandung hormon progesteron.
Keuntungan : sederhana, tidak ada intervensi medis, tidak menganggu senggama
Kerugian : minum tiap hari high failure,efek samping bervariasi
Kontraindikasi : menyusui, hipertensi, DM, perokok
Indikasi : menunda, menjarangkan, siklus haid tidak teratur
2. Kontrasepsi Suntikan
Kontrasepsi suntikan adalah kontrasepsi yang diberikan dengan cara disuntikkan
secara intramuskuler di daerah otot pantat (gluteus maximus). Kontrasepsi suntikan yang
berdaya kerja lama dan masih banyak digunakan yaitu:
a) DMPA (Depomedroksi Progesteron Asetat). Diberikan sekali setiap 3 bulan dengan dosis
150 mg.
b) NET-EN (Noretindro Enanatat) Noresterat. Diberikan dalam dosis 200 mg sekali setiap 8
minggu atau sekali setiap 8 minggu untuk 6 bulan pertama (3 kali suntikan pertama)
kemudian setiap 12 minggu.
Keuntungan : lebih efektif, praktis, aman
Kerugian : intervensi medis (steril),gangguan perdarahan
Indikasi : kurun sehat (jangka panjang),tua (mengakhiri), menyusui
Kontraindikasi : penyakit hati, hipertensi
3. Kontrasepsi implan
Kontrasepsi implan adalah alat kontrasepsi silastik berisi hormon jenis progesteron
levonogestrol yang ditanamkan di bawah kulit, yang bekerja dengan cara mengurangi
transportasi sperma.
Indikasi
1. Usia reproduksi
2. Punya anak atau belum
3. Postpartum atau menyusui
4. Pasca keguguran
5. Tidak ingin punya anak lagi tapi tolak steril
6. Tekanan Darah < 180/110 mmHg
7. Kontra indikasi terhadap kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen
8. Sering lupa mengunakan pil
Kontra indikasi
1. Hamil atau diduga hamil
2. Perdarahan pervaginam yang belumlum jelas peyebabnya
3. Riwayat kangker payudara
4. DM ( diabetes mellitus )
5. Penderita peyakit hati
6. Kelainan jiwa ( psikis, neurosis )
7. Varikosis
8. Riwayat KET
9. Kelainan kardiovaskuler
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan metode total sampling.
Dalam penelitian ini, sampel adalah seluruh pasien yang di rawat di kamar bersalin dalam
kurun waktu bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2018. Kriteria sampel dalam
penelitian dibagi menjadi kriteria inklusi dan eksklusi dengan rincian sebagai berikut:
Kriteria inklusi :
1. seluruh pasien yang di rawat di kamar bersalin tahun 2018.
Kriteria eklusi:
1. Pasien dengan data yang tidak lengkap di buku registrasi.
IUD
MOW
Alat Kontasepsi
lainnya
Analisa Univariat merupakan analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dalam hasil
penelitian.Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase
dari tiap variabel. Hasil analisis univariat akan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.
Analisis data
4.2 Pembahasan
Berdasarkan penelitian ini didapatkan sampel yang memebuhi kriteria inklusi sebanyak
527 orang, yang mana usia yang terbanyak yang di rawat di kamar bersalin RSUDZA di
tahun 2018 adalah usia 25-29 tahun (32,1%). Hal ini sejalan dengan penelitian Maria angraini
yaitu ditemukan pasien yang memakai kontrasepsi pasca bersalin adalah usia 25-29 yaitu
sekitar 86%. Pada kelompok eksperimen sebagian besar berusia 20-35 tahun sebanyak 22
responden (79,4%). Responden pada usia antara 20-35 tahun lebih banyak ditemukan karena
usia ini merupakan usia reproduksi sehat bagi seorang wanita untuk hamil dan melahirkan.
Hal ini didukung oleh Wiknjosastro (2010), bahwa usia ibu antara .Faktor usia ini menurut
penulis juga disebabkan pada usia 25-29 tahun adalah masa wanita reproduksi efektif,
sehingga banyak wanita yang melahirkan di usia ini.2
Distribusi tingkat pendidikan terakhir pasien yang di rawat di ruang KB RSUD ZA
yang terbanyak adalah SMA yaitu sebanyak 387 orang (69,8%). Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Endah di RSUD bantul Yogyakarta bahwa yang banyak
melakukan kontasepsi pasca salin adalah pendidikan terakhir SMA yaitu 55,56% 18
2. Angraini, Maria. 2015. Penggunaan Kontrasepsi Pasca Melahirkan dan Pasca Keguguran,
SKDKI. 2012.
3. WHO. Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan
pedoman bagi tenaga kesehatan edisi pertama. WHO; 2014.
5. Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar RISKESDAS 2013. Jakarta: Balitbang; 2013.
6. clendet et all
8. mujiati 2013
10. Bkkbn. (2014). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi Edisi 3. Jakarta: PT
Bina Pustaka
12. Pastuti R, Wilopo SA. Determinan Penggunaan Metode Kontrasepsi IUD di Indonesia
Analisis Data SDKI 2002-2003 [internet]. Berita Kedokteran Masyarakat. Vol. 23 (2): 71-80
13. Hartanto H. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan; 2004
14. Hennink M, Stephenson R, Clements S. Demand for Family Planning in Urban Pakistan
[internet]. Opportunities and Choices Working Paper No.3 November 2001.
15. Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar RISKESDAS 2018. Jakarta: Balitbang; 2018.
16. WHO recommendations on antenatal care for a positive pregnancy experience. Geneva;
World Health Organization; 2016. 1, introduction.
17. WHO. Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan
pedoman bagi tenaga kesehatan edisi pertama. WHO; 2013.
18. Listya, Endah. 2018. Hubungan Pengetahuan Ibu Bersalin tentang KB Pasca Salin dengan
Keikutsertaan Penggunaan KB Pasca Salin di RSUD Panempahan Senopati Yogyakarta.
19.Hasil Survey Sosial dan Ekonomi, 2015 dalam Endang. 2017. Pengaruh KB IUD Pasca
Salin (Intracaesarian Iud) terhadap Proses Involusi Uteri pada Ibu Nifas.