Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh :
Adelin Prima Devita 1740312402
Auliya Al Hazmi 1740312601
Kevin Rizki Agung K 1740312446
Sri Ayu Rihana 1840312012
Frissia Dwi Agseptya 1840312427
Try Mutiara Suci R 1840312432
Fikra Nurul Indra 1840312466
Kirbi Vira Akesa 1840312242
Preseptor :
dr. Didik Hariyanto, Sp.A(K)
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunian-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan referat yang
berjudul “Embriologi Penyakit Jantung Bawaan”.
Referat ini merupakan salah satu syarat mengikuti kepaniteraan klinik di
bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada dr. Didik Hariyanto, Sp.A(K) selaku preseptor
yang telah memberikan masukan dan bimbingan dalam pembuatan referat ini.
Penulis mengucapkan terima kasih juga kepadadr. Riris Juita Julianty sebagai
pembimbing dalam pembuartan referat ini, serta semua pihak yang telah
membantu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa referat ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik untuk
menyempurnakan referat ini.Semoga referat ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Penulis
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................... 2
BAB II .............................................................................................................. 6
KESIMPULAN ................................................................................................. 21
2
DAFTAR GAMBAR
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
baik, 50% kematiannya akan terjadi pada bulan pertama kehidupan. Di negara
maju hampir semua jenis PJB telah dideteksi pada masa bayi bahkan pada usia
kurang dari 1 bulan, sedangkan di negara berkembang banyak yang baru
terdeteksi setelah anak lebih besar, sehingga pada beberapa jenis PJB yang berat
mungkin telah meninggal sebelum terdeteksi.2
1.2 Batasan Masalah
Referat ini membahas mengenai definisi, embriologi jantung, embirologi penyakit
jantung bawaan, etiologi, dan faktor risiko dari penyakit jantung bawaan.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1. Tujuan Umum
Referat ini dibuat untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik Ilmu
Kesehatan Anak.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi penyakit jantung bawaan
b. Mengetahui embriologi normal jantung
c. Mengetahui embriologi penyakit jantung bawaan
d. Mengetahui etiologi dan faktor risiko penyakit jantung bawaan.
1.4 Metode Penulisan
Penulisan referat ini menggunakan metode tinjauan kepustakaan yang
merujuk pada berbagai literatur.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Embriologi adalah ilmu yang mempelajari perkembangan dan
pertumbuhan individu di dalam uterus.Dimulai dari fertilisasi ovum sampai
kelahiran seorang individu tersebut.Istilah perkembangan prenatal merujuk
kepada seluruh periode perkembangan mulai dari fertilisasi sampai kelahiran.
Sedangkan perkembangan setelah lahir sampai usia 25 tahun disebut
perkembangan postnatal.5
Perkembangan embrionik jantung merupakan proses kompleks yang
membutuhkan beberapa langkah rinci untuk menghindari terjadinya abnormalitas
pada struktur dan fungsi jantung yang digambarkan dalam penyakit jantung
bawaan. Ada 3 hambatan dalam mempelajari embriologi penyakit jantung
bawaan, yaitubanyak nama dan istilah yang dipakai untuk satu struktur jantung
yang sama, biologi molekuler merupakan hal yang sangat kompleks, dan etiologi
dari penyakit jantung bawaan sulit ditentukan. Sama seperti organ lainnya
pembentukan jantung bermula dari 3 lapisan germinal yaitu ektoderm, mesoderm
dan endoderm yang mulai berdiferensiasi pada usia gestasi 4 minggu.6
6
menjadi satu saluran yang terbagi menjadi beberapa bagian yaitu bulbus kordis,
ventrikel, atrium, dan sinus arteriosus.7,8
7
Gambar 6.2 Pelipatan dan pembentukan lengkung jantung
8
tersebut diikuti oleh matinya jaringan septum primum di dekat atap atrium.Celah
tersebut disebut ostium sekundum. Septum primum akhirnya menutupi kira-kira
separuh bagian inferior septum intraventrikular.7
Septum sekundum yang juga tumbuh ke arah bantalan endokardium, tiba-
tiba tidak memperlihatkan progresivitas lebih lanjut, sehingga terbentuk celah
pada daerah inferior yang dikenal dengan nama foramen ovale. Septum sekundum
dan foramen ovale, serta septum primum dengan ostium sekundum membentuk
pembatas baru (Gambar 2.3) terhadap kedua atrium. Foramen ovale membentuk
suatu celah sehingga aliran darah masih dapat mengalir diantara dua atrium,
namun septum primum menghalangi aliran darah dari atrium kanan ke kiri akibat
fungsi barunya sebagai katup satu arah.7
9
Gambar 2.8 Pembentukan sekat ventrikel
10
Gambar 2.9 Pembentukan trunkus arteriosus dan konus kordis
11
arkus aorta IV membentuk arteri subklavian kanan, sementara bagian kirinya
membentuk arkus aorta.10
2.3.1.1 Epidemiologi
Kasus defek septum ventrikel yaitu 20-30% dari seluruh kasus penyakit
jantung bawaan.Lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki dengan
pesentase 56% dan 44%. Defek septum ventrikel ini sering ditemui pada penderita
sindrom Down serta lebih sering terjadi pada bayi prematur dengan kejadian 2-3
kali lebih sering dibanding bayi aterm.11
2.3.3.2 Embriologi
Defek septum ventrikel terjadi karena terlambatnya penutupan sekat
interventrikuler pada 7 minggu pertama intrauterin, yaitu saat terjadi interaksi
antara bagian muscular interventrikuler , bantalan endokardium dan bagian dari
bulbus kordis. Pada saat itu terjadi kegagalan fusi bagian-bagian septum
12
interventrikular; membran, muskular, jalan masuk, jalan keluar atau
kombinasinya, yang bisa bersifat tunggal atau multipel. Penyebab kegagalan fusi
ini belum diketahui.11
Ada 2 kemungkinan anomali embrional yang timbul , yaitu :
1. Kurangnya jaringan pembentuk septum interventrikuler. Biasanya kelainan
ini adalah tipe yang berdiri sendiri terutama defek pada pars membranosa.
2.3.3.3 Etiologi
13
2.3.2 Paten Ductus Arteriosus
Dalam kondisi normal, jantung janin, arteri yang disebut duktus arteriosus
menghubungkan arteri pulmonalis kiri ke aorta.Biasanya di jantung yang sudah
berkembang, arteri pulmonalis kiri dan kanan membawa darah yang
terdeoksigenasi ke paru-paru (sirkulasi paru-paru), dari paru-paru kemudian
diangkut melalui vena pulmonal ke atrium kiri jantung. Darah kemudian melewati
ventrikel ke lengkungan aorta yang mendistribusikan darah beroksigen ke seluruh
tubuh (sirkulasi sistemik)13
Duktus arteriosus (DA) terbentuk dari lengkung aorta keenam, dan
melekat pada aorta dengan bagian pertama dari arteri pulmonalis. Secara anatomi,
DA akan ditutup dalam satu hingga tiga bulan setelah kelahiran, oleh proliferasi
aktif tunica intima.13
Mulai hari ke-28, lengkungan faring terbentuk.Lengkungan faring disertai
oleh saraf kranial dan lengkung aorta.Lengkungan aorta muncul secara berurutan
dalam urutan kraniokaudal dan menghubungkan bagian distal truncus arteriosus
ke aorta dorsal bilateral. Lima lengkungan berpasangan diberi nomor I, II, III, IV
dan VI (lengkung kelima tidak pernah terbentuk) dan memunculkan arteri maksila
(I), hyoid dan arteri stapedial (II), karotis dan bagian pertama arteri karotis interna
(III), lengkung aorta (IV kiri), arteri subklavia kanan (IV kanan), arteri pulmonalis
kiri dan ductus arteriosus (VI kiri) dan arteri pulmonalis kanan (VI kanan).14
Pada hari ke 27, lengkung aorta pertama sebagian menghilang, meskipun
sebagian kecil terus membentuk arteri maksila.Selanjutnya, lengkung aorta kedua
sebagian menghilang. Bagian yang tersisa dari aorta kedua adalah arteri hyoid dan
arteri stapedial.13
Lengkungan aorta ketiga berukuran besar. Kedua lengkungan aorta
keempat dan keenam sedang dalam proses pembentukan. Meskipun lengkung
keenam belum selesai, arteri paru primitif hadir sebagai cabang utama.Pada hari
ke 29, lengkungan aorta pertama dan kedua telah sepenuhnya
menghilang.Lengkungan ketiga, keempat dan keenam berukuran besar. Dengan
perkembangan lebih lanjut, bentuk simetris asli lengkung aorta hilang dan pola
definitif ditetapkan.13
14
Arteri karotis umum dan bagian pertama arteri karotis interna dan eksterna
terbentuk dari lengkung aorta ketiga.Antara arteri karotis kiri dan subklavia kiri,
bagian dari lengkung aorta dibentuk oleh lengkung aorta keempat.Juga di sisi
kanan, segmen proksimal arteri subklavia kanan, bagian distal yang dibentuk oleh
aorta punggung kanan dan arteri intersegmental ketujuh.Segmen proksimal arteri
pulmonalis kanan bercabang dari lengkung aorta paru keenam.Sambungan antara
bagian distal lengkungan ini di sebelah kanan dan aorta dorsal hilang dan segera
menghilang. Bagian distal di sebelah kiri berlanjut selama kehidupan intrauterin
sebagai ductus arteriosus.13
15
7%-nya mempunyai kelainan berupa defek septum atrium (1 dari 1500 kelahiran
hidup).16
Pembentukan septum atrium terjadi pada akhir minggu ke empat.Sebuah
selaput berbentuk bulan sabit terbentuk dari atap atrium ke dalam lumen.Pembatas
ini merupakan cikal bakal dari septum primum.Septum ini bergabung dengan
bantalan endokardium pada kanalis atrioventrikularis.Lubang antara batas bawah
septum primum dengan bantalan endokardium disebut sebagai ostium primum.
Lubang ini tertutup seiring dengan perkembangan bantalan endokardium
16
ini dapat menimbulkan berbagai ASD, yang memungkinkan komunikasi bebas
antara atrium kiri dan kanan.7
Tiga tipe defek septum atrium yang paling sering terjadi adalah sebagai
berikut:16,17
1. Defek septum sekundum (tipe II)
Defek septum sekundum merupakan tipe ASD yang paling sering terjadi,
sekitar 75% dari keseluruhan defek septum sekundum. Berdasarkan lokasi
defek tipe ini terbagi menjadi :
a. Defek pada fossa ovalis
Defek yang paling sering terjadi.Dapat tunggal maupun multipel.Dapat
pula terjadi sebagai foramen ovale paten.
b. Defek tipe sinus-venosus vena cava superior
Defek terjadi di superior sampai fossa ovalis.Insersi vena kava
superior terletak pada septum atrium sehingga terbentuk hubungan
interatria dalam mulut vena tersebut.Hal ini berhubungan dengan
anomali muara vena pulmonalis secara parsial.Insiden defek sinus
venosus sekitar 5-10% dari keseluruhan ASD.
c. Defek tipe sinus venosus vena cafa inferior
Defek ini terjadi di posterior dan inferior sampai fossa ovalis.Jenis
defek ini sangat jarang dengan lubang yang terletak di bagian bawah
orifisium vena kava inferior.
2. Defek septum primum (tipe I)
Disebabkan oleh defek yang terjadi pada septum primum yang gagal
berkembang menjadi bantalan endokardium.Defek septum primum terjadi
sekitar 5-10% dari seluruh kasus defek septum atrium.
17
2.3.4 Tetralogi of Fallot
18
konotrunkal yang paling sering terjadi disebabkan oleh pembagian konus yang
tidak seimbang akibat pergeseran septum konotrunkal ke anterior.7
19
Proses pembentukan jalur normal septum konutrunkal mulai dibentuk
pada minggu ke lima proses embriogenesis. Selama minggu kelima, muncul
pasangan bubungan (penebalan trunkus) yang berlawanan di trunkus.Bubungan
terletak di dinding superior kanan (penebalan trunkus superior kanan) dan di
dinding inferior kiri (penebalan trunkus inferior kiri) Penebalan trunkus superior
kanan tumbuh ke distal dan kiri,dan penebalan trunkus inferior kiri tumbuh ke
arah distal dan kanan. Selagi tumbuh menuju sakus aortikus, penebalan-penebalan
ini saling memilin satu sama lain, memberikan gambaran perjalanan bakal
septum yang berbentuk spiral. Transposisi pembuluh darah besar terjadi jika
septum konotrunkal gagal mengikuti jalur normalnya yang berbentuk spiral
dan berjalan lurus ke bawah Setelah menyatu sempurna, bubungan-bubungan itu
membentuk septum aortiko-pulmonalis, membagi trunkus menjadi saluran aorta
dan pulmonal.7 Transportasi arteri besar menyebabkan aorta keluar dari ventrikel
kanan dan terletak sebelah anterior arteri pulmonalis, sedangkan arteri pulmonalis
keluar dari ventrikel kiri dan terletak di posterior aorta.24
20
BAB 3
KESIMPULAN
21
paling sering terjadi disebabkan oleh pembagian konus yang tidak
seimbang akibat pergeseran septum konotrunkal ke anterior
TAB merupakan penyakit jatung bawaan sianotik akibat tercampurnya
darah bersih dan darah kotor karena perubahan posisi aorta dan arteri
pulmonalis.TAB berhubungan dengan terjadinya gangguan embriologi di
minggu ke 5 pada saat pembentukan trunkus arteriosus atau jika septum
konotrunkal gagal mengikuti jalur normalnya yang berbentuk spiral dan
berjalan lurus ke bawah.
22
DAFTAR PUSTAKA
23
14. Kloesel B, Dinardo JA, Body SC. Cardiac Embryology and Molecular
Mechanisms of Congenital Heart Disease. Anesth Analg. 2016 ; 123 : 551-69
15. Dorland WAN. Kamus saku kedokteran Dorland. Edisi 31. Jakarta: EGC;
2010. h. 561.
16. Adjie MY, Wahab AS. Defek sekat atrium dan defek bantalan endokardium.
Dalam Wahab AS, penyunting. Kardiologi anak penyakit jantung kongenital
yang tidak sianotik. Jakarta: EGC; 2009. h. 11-4
17. Adler DH, Ellis AR. 2017. Atrial Septal Defect. Medscape. March 2019.
Available from: https://emedicine.medscape.com/article/162914-overview
18. Burns DK, Kumar Vinay. Jantung. Dalam: Kumar V, Cotran RS, Robbins
nd
SL. Buku ajar patologi. 7 ed. Vol 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2007. h. 439-440
19. Maramis PP, Kaunang ED, Rompis J. Hubungan penyakit jantung bawaan
dengan status gizi pada anak di RSUP. PROF.DR.D KANDAU Manado
tahun 2009-2013. eCl. 2014; Vol.2 No (2) : 3
20. Santosoadmojo YK. Perkembangan kualitas hidup pasien tetralogi fallotpasca
operasi jantung terbuka drumah sakit cipto mangunkumo Jakarta.[ Tesis].
Jakarta. Program pendidikan dokter spesialis ilmu kesehatan anak; 2014
21. Wahjudi A. Cuntyandy R. Dwijatmiko H. Tatalaksana perioperatif
transposition of the great arteries pada tindakan arterial switch.. Anesthesia &
Critical Care. 2017; Vol.35 No (1):4
22. Ulfah DA. Pengaruh jatung bawaan sianotik dan non sianotik terhadap
percepatan dan pertumbuhan anak [Tesis]. Surakarta. Program Pasca Sarjana
Universitas Sebelas Maret; 2017.
23. Arisanti Deni,Yuliwansyah Rony, Hanif Akmal,Karani Yerizal, Saharman
Leman. Transposisi arteri besar pada dewasa. Majalah Kedokteran Andalas.
2011; Vol.35 No (2): 183.
24. Rahayuningsih SE. transposisi arteri besar: anatomi, klinik, kelainan
penyerta, dan tipe. Sari Pediatri. 2013; Vol.14 No (6): 357-8.
24