Вы находитесь на странице: 1из 9

TOILET TRAINING

Kata Pengantar
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada tahapan usia 1 sampai 3 tahun atau usia toddler, kemampuan sfingter uretra unt
uk mangontrol rasa ingin berkemih dan sfingter ani untuk mengontrol rasa ingin defekasi mu
lai berkembang (Supartini, 2002).
Sedangkan menurut Gupte (2004) sekitar 90 persen bayi mulai mengembangkan kont
rol kandung kemihnya dan perutnya pada umur 1 tahun hingga 2,5 tahun.
Dan toilet training ini dapat berlangsung pada fase kehidupan anak yaitu umur 18 bulan sam
pai 24 bulan (Hidayat, 2005).
Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu me
ngontrol melakukan buang air kecil dan buang air besar. Beberapa ahli berpendapat toilet trai
ning efektif bisa diajarkan pada anak usia mulai dari 18 bulan sampai dengan 3 tahun, karena
anak usia 18 bulan memiliki kecakapan bahasa untuk mengerti dan berkomunikasi. Keingina
n kuat dari batita adalah menirukan orang tuanya. (Rahmi, 2008). `
Dalam melakukan pelatihan buang air kecil dan besar pada anak membutuhkan persia
pan baik secara fisik maupun secara intelektual melalui persiapan tersebut diharapkan anak m
ampu mengontrol buang air besar dan air kecil secara mandiri.
Pada toilet training selain melatih batita mengontrol buang air kecil dan besar juga da
pat bermanfaat dalam pendidikan seks. Sebab saat batita melakukan kegiatan tersebut disitu b
atita akan mempelajari anatomi tubuhnya sendiri serta fungsinya.
Dalam proses toilet training diharapkan terjadi pengaturan impuls atau rangsangan da
n instink batita dalam melakukan buang air besar dan air kecil. Dengan alasan diatas, penulis
membuat makalah tentang Toilet Training.

1.2 Tujuan
1. Mememuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak
2. Mengetahui dan mengerti tentang konsep Toilet Training
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu me
ngontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang air besar (Hidayat, 2005).
Menurut Supartini (2004), toilet training merupakan aspek penting dalam perkemban
gan anak usia toddler yang harus mendapat perhatian orang tua dalam berkemih dan defeka
Dan toilet training juga dapat menjadi awal terbentuknya kemandirian anak secara ny
ata sebab anak sudah bisa untuk melakukan hal
hal yang kecil seperti buang air kecil dan buang air besar (Harunyahya, 2007).
Pada tahapan usia 1 sampai 3 tahun atau usia toddler, kemampuan sfingter uretra unt
uk mangontrol rasa ingin berkemih dan sfingter ani untuk mengontrol rasa ingin defekasi mu
lai berkembang (Supartini, 2002). Sedangkan menurut Gupte (2004) sekitar 90 persen bayi
mulai mengembangkan kontrol kandung kemihnya dan perutnya pada umur 1 tahun hingga 2
,5 tahun. Dan toilet training ini dapat berlangsung pada fase kehidupan anak yaitu umur 18 b
ulan sampai 24 bulan (Hidayat, 2005).

2.2 Tahapan Toilet Training


Mengajarkan toilet training pada anak memerlukan beberapa tahapan seperti membiasakan
menggunakan toilet pada anak untuk buang air, dengan membiasakan anak masuk ke dalam
WC anak akan cepat lebih adaptasi. Anak juga perlu dilatih untuk duduk di toilet meskipun d
engan pakaian lengkap dan jelaskan kepada anak kegunaan toilet. Lakukan secara rutin kepad
a anak ketika anak terlihat ingin buang air.
Anak dibiarkan duduk di toilet pada waktu –
waktu tertentu setiap hari, terutama 20 menit setelah bangun tidur dan seusai makan, ini bert
ujuan agar anak dibiasakan dengan jadwal buang airnya. Anak sesekali enkopresis (mengom
pol) dalam masa toilet training itu merupakan hal yang normal. Anak apabila berhasil melak
ukan toilet training maka orang tua dapat memberikan pujian dan jangan menyalahkan apabil
a anak belum dapat melakukan dengan baik ( Pambudi, 2006).
Prinsip dalam melakukan toilet training ada 3 langkah yaitu melihat kesiapan anak, persiapan
dan perencanaan serta toilet training itu sendiri:
1. Melihat kesiapan anak
Salah satu pertanyaan utama tentang toilet training adalah kapan waktu yang tepat bagi orang
tua untuk melatih toilet training. Sebenarnya tidak patokan umur anak yang tepat dan baku u
ntuk toilet training karena setiap anak mempunyai perbedaan dalam hal fisik dan proses biolo
gisnya. Orang tua harus mengetahui kapan waktu yang tepat bagi anak untuk dilatih buang air
dengan benar. Para ahli menganjurkan untuk melihat beberapa tanda kesiapan anak itu sendir
i, anak harus memiliki kesiapan terlebih dahulu sebelum menjalani toilet training. Bukan ora
ng tua yang menentukan kapan anak harus memulai proses toilet training akan tetapi anak har
us memperlihatkan tanda kesiapan toilet training, hal ini untuk mencegah terjadinya beberapa
hal yang tidak diinginkan seperti pemaksaan dari orang tua atau anak trauma melihat toilet.
2. Persiapan dan perencanaan
Prinsipnya ada 4 aspek dalam tahap persiapan dan perencanaan. Hal yang perlu diperhatikan
hal –
hal sebagai berikut gunakan istilah yang mudah dimengerti oleh anak yang menunjukkan per
ilaku buang air besar (BAB) / buang air kecil (BAK) misalnya poopoo untuk buang air besar
(BAB) dan peepee untuk buang air kecil (BAK). Orang tua dapat memperlihatkan penggunaa
n toilet pada anak sebab pada usia ini anak cepat meniru tingkah laku orang tua. Orang tua he
ndaknya segera mungkin mengganti celana anak bila basah karena enkopresis (mengompol) a
tau terkena kotoran, sehingga anak akan merasa risih bila memakai celana yang basah dan kot
or. Meminta pada untuk memberitahu atau menunjukkan bahasa tubuhnya apabila ia ingin bu
ang air kecil (BAK) atau buang air besar (BAB) dan bila anak mampu mengendalikan dorong
an buang air maka jangan lupa berikan pujian pada anak (Farida, 2008).
Selain itu ada juga persiapan dan perencanaan yang lain seperti:
a. Mendiskusikan tentang toilet training dengan anak
Orang tua bisa menunjukkan dan menekankan bahwa pada anak kecil memakai popok dan p
ada anak besar memakai celana dalam. Orang tua juga bisa membacakan cerita tentang cara y
ang benar dan tepat ketika buang air.
b. Menunjukkan penggunaan toilet
Orang tua harus melakukan sesuai dan jenis kelamin anak ( ayah dengan anak laki –
laki dan ibu dengan anak perempuan). Orang tua juga bisa meminta kakaknya untuk menunj
ukkan pada adiknya bagaimana menggunakan toilet dengan benar ( disesuaikan juga dengan j
enis kelamin).
c. Membeli pispot yang sesuai dengan kenyamanan anak
Pispot ini digunakan untuk melatih anak sebelum ia bisa dan terbiasa untuk duduk di toilet.
Anak bila langsung menggunakan toilet orang dewasa, ada kemungkinan anak akan takut kar
ena lebar dan terlalu tinggi untuk anak atau tidak merasa nyaman. Pispot disesuai dengan keb
utuhan anak, diharapkan dia akan terbiasa dulu buang air di pispotnya baru kemudian diarahk
an ke toilet sebenarnya. Orang tua saat hendak membeli pispot usahakan untuk melibatkan an
ak sehingga dia bisa menyesuaikan dudukan pispotnya atau bisa memilih warna, gambar atau
bentuk yang ia sukai.
d. Pilih dan rencanakan metode reward untuk anak
Suatu proses panjang dan tidak mudah seperti toilet training ini, seringkali dibutuhkan suatu b
entuk reward atau reinforcement yang bisa menunjukkan kalau ada kemajuan yang dilakuka
n anak dengan sistem reward yang tepat. Anak juga bisa melihat sendiri kalau dirinya bisa m
elakukan kemajuan dan bisa mengerjakan apa yang sudah terjadi tuntutan untuknya sehingga
hal ini akan menambah rasa mandiri dan percaya dirinya. Orang tua bisa memilih metode pel
uk cinta serta pujian di depan anggota keluarga yang lain ketika dia berhasil melakukan sesua
tu atau mungkin orang tua bisa menggunakan sistem stiker / bintang yang ditempelkan dibagi
an ” keberhasilan” anak.
3. Proses toilet training ada beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu :
a. Membuat jadwal untuk anak
Orang tua bisa menyusun jadwal dengan mudah ketika orang tua tahu dengan tepat kapan ana
knya biasa buang air besar (BAB) atau buang air kecil ( BAK). Orang tua bisa memilih wakt
u selama 4 kali dalam sehari untuk melatih anak yaitu pagi, siang, sore dan malam bila orang
tua tidak mengetahui jadwal yang pasti BAK ( buang air kecil ) atau BAB ( buang air besar)
anak.
b. Melatih anak untuk duduk di pispotnya
Orang tua sebaiknya tidak memupuk impian bahwa anak akan segera menguasai dan terbiasa
untuk duduk di pispot dan buang air disitu. Awalnya anak dibiasakan dulu untuk duduk di pis
potnya dan ceritakan padanya bahwa pispot itu digunakan sebagai tempat membuang kotora
n. Orang tua bisa memulai memberikan reward nya ketika anak bisa duduk dipispotnya selam
a2–
3 menit misalnya ketika anak bisa menggunakan pispotnya untuk BAK maka reward yang d
iberikan oleh orang tua harus lebih bermakna dari pada yang sebelumnya.
c. Orang tua menyesuaikan jadwal yang dibuat dengan kemajuan yang diperlihatkan oleh ana
k.
Misalnya anak hari ini pukul 09.00 pagi anak buang air kecil (BAK) di popoknya maka esok
harinya orang tua sebaiknya membawa anak ke pispotnya pada pukul 08.30 atau bila orang tu
a melihat bahwa beberapa jam setelah buang air kecil (BAK) yang terakhir anak tetap kering,
bawalah dia ke pispot untuk buang air kecil (BAK). Hal yang terpenting adalah orang tua har
us menjadi pihak yang pro aktif membawa anak ke pispotnya jangan terlalu berharap anak ak
an langsung mengatakan pada orang tua ketika dia ingin buang air besar (BAB) atau buang ai
r kecil ( BAK).
d. Buatlah bagan untuk anak supaya dia bisa melihat sejauh mana kemajuan yang bisa dicapai
nya dengan stiker yang lucu dan warna –
warni, orang tua bisa meminta anaknya untuk menempelkan stiker tersebut di bagan itu. Ana
k akan tahu bahwa sudah banyak kemajuan yang dia buat dan orang tua bisa mengatakan pad
anya orang tua bangga dengan usaha yang telah dilakukan anak (Dr Sears, 2006).

2.3 Factor-faktor yang mendukung Toilet Training pada anak


1. Kesiapan Fisik
a. Usia telah mencapai 18-24 bulan
b. Dapat jongkok kurang dari 2 jam
c. Mempunyai kemampuan motorik kasar seperti duduk dan berjalan
d. Mempunyai kemampuan motorik halus seperti membuka celana dan pakaian
1. Kesiapan Mental
a. Mengenal rasa ingin berkemih dan devekasi
b. Komunikasi secara verbal dan nonverbal jika merasa ingin berkemih
c. Keterampilan kognitif untuk mengikuti perintah dan meniru perilaku orang lain
2. Kesiapan Psikologis
a. Dapat jongkok dan berdiri ditoilet selama 5-10 menit tanpa berdiri dulu
b. Mempunyai rasa ingin tahu dan penasarsan terhadap kebiasaan orang dewasa dalam BAK
dan BAB
c. Merasa tidak betah dengan kondisi basah dan adanya benda padat dicelana dan ingin seger
a diganti
3. Kesiapan Anak
a. Mengenal tingkat kesiapan anak untuk berkemih dan devekasi
b. Ada keinginan untuk meluangkan waktu untuk latihan berkemih dan devekasi pada anakny
a
c. Tidak mengalami koflik tertentu atau stress keluarga yang berarti (Perceraian)
2.4 Tanda anak siap untuk melakukan Toilet Training
1. Tidak mengompol dalam waktu beberapa jam sehari minimal 3-4 jam
2. Anak berhasil bangun tidur tanpa mengompol
3. Anak mengetahui saat merasa ingin BAK dan BAB dengan menggunakan kata-kata pup
4. Sudah mampu memberi tahu bila celana atau popok sekali pakainya sugah basah dan kotor
5. Bila ingin BAK dan BAB anak memberi tahu dengan cara memegang alat kelamin atau mi
nta ke kamar mandi
6. Bias memakai dan melepas celana sendiri
7. Memperlihatkan ekspresi fisik misalnya wajah meringis, merah atau jongkok saat merasa
BAB dan BAK
8. Tertarik dengan kebiasaan masuk ke kamar mandi seperti kebiasaan orang sekitarnya
9. Minta diajari menggunakan toilet
10. Mampu jongkok 5-10 menit tanpa berdiri dulu

2.5 Masalah yang mungkin timbul dalam pelatihan toilet training (Thomson, 2003)
a. Rasa takut akan siraman air toilet adalah biasa, namun dapat mengganggu latihan memaka
i toilet
b. Bagi beberapa anak rasa takut akan toilet membuatnya menahan trauma buang air besar
c. Anak yang sudah dilatih dapat mengalami kemunduran dan mulai buang air lagi ditempat
yang tidak seharusnya
d. Anak bisa tertarik dengan fesesnya sendiri(anak tidak rela apabila fesesnya di siram). Bagi
nya prestasi buang air besar adalah prestasi menakjubkan dan anak sangat bangga bisa melak
ukannya.
e. Ada tahap ketika anak merasa tertarik dengan bagaimana anak yang jenis kelaminnya berb
eda buang air kecil.

2.6 Kemampuan Toilet Training Anak Usia 18 – 36 Bulan


Anak –
anak yang telah mampu melakukan toilet training dapat dilihat dari kemampuan psikologi, k
emampuan fisik dan kemampuan kognitif.
1. Kemampuan psikologi anak mampu melakukan toilet training sebagai berikut : anak tampa
k kooperatif, anak memiliki waktu kering periodenya antara 3 –
4 jam, anak buang air kecil dalam jumlah yang banyak, anak sudah menunjukkan keinginan
untuk buang air besar dan buang air kecil dan waktu untuk buang air besar dan kecil sudah da
pat diperkirakan dan teratur.
2. Kemampuan fisik dalam melakukan toilet training yaitu anak dapat duduk atau jongkok ten
ang kurang lebih 2 –
5 menit, anak dapat berjalan dengan baik, anak sudah dapat menaikkan dan menurunkan cela
nanya sendiri, anak merasakan tidak nyaman bila mengenakan popok sekali pakai yang basah
atau kotor, anak menunjukkan keinginan dan perhatian terhadap kebiasaan ke kamar mandi,
anak dapat memberitahu bila ingin buang air besar atau kecil, menunjukkan sikap kemandiria
n, anak sudah memulai proses imitasi atau meniru segala tindakan orang, kemampuan atau k
etrampilan dapat mencontoh atau mengikuti orang tua atau saudaranya dan anak tidak menola
k dan dapat bekerjasama saat orang tua mengajari buang air.
3. Kemampuan kogitif anak bila anak sudah mampu melakukan toilet training seperti dapat
mengikuti dan menuruti instruksi sederhana, memiliki bahasa sendiri seperti peepee untuk bu
ang air kecil dan poopoo untuk buang air besar dan anak dapat mengerti reaksi tubuhnya bila
ia ingin buang air kecil atau besar dan dapat memberitahukan bila ingin buang air ( Nadira, 2
006).

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol
dalam melakukan buang air kecil dan buang air besar (Hidayat, 2005). Prinsip dalam melaku
kan toilet training ada 3 langkah yaitu melihat kesiapan anak, persiapan dan perencanaan sert
a toilet training itu sendiri.
Factor-
faktor yang mendukung Toilet Training pada anak : Kesiapan Fisik, Kesiapan Mental, Kesiap
an Psikologis

3.2 Saran
Anak sudah harus diajarkan tentang toilet training sejak masih umur 18 bulan agar anak terbi
asa melakukan BAK & BAB pada tempatnya.

Вам также может понравиться