Вы находитесь на странице: 1из 7

METANA Juni 2017 Vol.

13(1):30-36 ISSN: 1858-2907 EISSN: 2549-9130

Pengaruh Temperatur, Konsentrasi Katalis Dan Rasio Molar Metanol-


Minyak Terhadap Yield Biodisel Dari Minyak Goreng Bekas Melalui Proses
Netralisasi-Transesterifikasi

Antonius Prihanto dan T. A. Bambang Irawan

Program Studi D3 Teknik Kimia


Akademi Kimia Industri Santo Paulus Semarang
Jl. Pleburan Barat No.11 A, Pleburan, Semarang Selatan, Kota Semarang, Jawa Tengah 50241
Email : antoniusprihanto@ymail.com

Abstrak

Telah dilakukan penelitian tentang pembuatan biodisel dari minyak goreng bekas melalui proses netralisasi-
transesterifikasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh temperatur terhadap yield biodiesel,
pengaruh konsentrasi katalis terhadap yield biodiesel dan pengaruh rasio molar methanol-minyak goreng
bekas terhadap yield biodiesel melalui proses netralisasi dan transesterifikasi. Untuk mendapatkan kondisi
o o o o o
proses transesterifikasi terbaik, maka dikaji pengaruh variasi suhu (30 C, 40 C, 50 C, 60 C, 70 C), variasi
konsentrasi katalis KOH (0,75 %, 1 %, 1,25 %, 1,5 %, 1,75 %) dan rasio molar metanol-minyak (6:1; 7:1; 8:1;
9:1; 10:1) terhadap yield biodiesel yang dihasilkan dari minyak goreng bekas. Hasil penelitian menunjukkan
o
pada rasio 6 : 1, konsentrasi katalis KOH 1 % pada suhu 60 C mengahasilkan yield biodiesel maksimal sebesar
87,3 %.

Kata kunci : biodiesel, minyak goreng bekas, yield biodisel, netralisasi-transesterifikasi

Abstract

Effect of Temperature, Catalyst Concentration and Methanol-Oil Molar Ratio Against Biodiesel Yield from
Used Cooking Oil Through Neutralization Transesterification Process

A research has been conducted on the making of biodiesel from used cooking oil through a neutralization-
transesterification process. The purpose of this study was to examine the effect of temperature on biodiesel
yield, the effect of catalyst concentration on biodiesel yield and the effect of molar ratio of methanol to used
biodiesel yield through neutralization and transesterification process. To obtain the best transesterification
process condition, the effect of temperature variation (30 oC, 40 oC, 50 oC, 60 oC, 70 oC), KOH catalyst
concentration variation (0.75%, 1%, 1.25%, 1,5 %, 1.75%) and the molar ratio of methanol-oil (6: 1; 7: 1; 8: 1; 9:
1; 10: 1) to the yield of biodiesel produced from used cooking oil. The results showed at a ratio of 6: 1, the
concentration of 1% KOH catalyst at 60 ° C resulted in a maximum biodiesel yield of 87.3%.

Keywords: biodiesel, used cooking oil, biodisel yield, neutralization-transesterification

PENDAHULUAN akan mengalami defisit 35 juta kilo liter.


Eksploitasi besar besaran dari bahan bakar minyak
Satu decade terakir konsumsi minyak bumi ini akan mempercepat menipisnya hingga
sudah melewati kemampuan produksi minyak habisnya bahan bakar minyak bumi. Menurut
bumi dalam negri. Kusus solar hingga tahun 2025 Bustomi et al. (2008) biodiesel adalah bahan bakar

http://ejournal.undip.ac.id/index.php/metana Diterima : 16-04-2017


Disetujui : 10-05-2017
METANA Juni 2017 Vol. 13(1):30-36

alternatif yang dapat mengurangi ketergantungan karena metode ini memerlukan alat yang
akan kebutuhan bahan bakar minyak bumi. sederhana dan waktu proses yang lebih singkat.
Dengan menurunnya tingkat ketergantungan Minyak jelantah umumnya memiliki
kebutuhan bakar minyak bumi diharapkan dapat kandungan asam lemak bebas yang tinggi.
memperlambat menipisnya cadangan minyak Menurut Hambali et al. (2008) transesterifikasi dari
bumi. minyak nabati yang memiliki asam lemak bebas
Bahan baku utama pembuatan biodiesel yang cukup tinggi akan terjadi blocking reaksi
adalah semua minyak nabati yang merupakan pembentukan biodiesel. Terjadinya blocking reaksi
sumber energy terbarukan. Sudah banyak akan mengakibatkan methanol yang seharusnya
penelitian biodiesel dari minyak goreng. Minyak bereaksi dengan trigliserida terhalang oleh reaksi
goreng sudah telah terbukti dapat dimanfaatkan pembentukan sabun, sehingga konsumsi
sebagai bahan baku pembuatan biodiesel. Dari methanol naik dua kali lipat. Blocking reaksi juga
beberapa penelitian yang telah dilakukan mengakibatkan kebutuhan katalis meningkat.
menunjukkan bahwa biodiesel dari minyak goreng Pemisahkan biodiesel dengan gliserol juga sulit
telah memenuhi sayarat SNI sebagai bahan bakar akibat terbentuknya sabun sehingga rendemen
mesin disel (Herizal, 2008 ; Kanzedo et al., 2008). yang dihasilkan menurun. Sulitnya pemisahan
Pemanfaatan minyak goreng sebagai bahan baku produk juga dapat mengurangi kualitas biodiesel
pembuatan biodiesel tentu akan menimbulkan yang dihasilkan.
permasalahan baru karena akan bersaing dengan Menurut Hambali et al. (2008) untuk
kebutuhan pangan. Pemanfaatan minyak goreng mengurangi jumlah asam lemak bebas dalam
bekas sebagai bahan baku pembuatan biodiesel minyak nabati dapat dilakukan melalui proses
tidak akan menimbulkan permasalahan baru esterifikasi. Menggunakan proses esterifikasi
karena tidak bersaing dengan kebutuhan pangan. sebelum transesterifikasi akan menambah waktu
Pemanfaatan minyak goreng bekas sebagai bahan proses lebih lama dan kebutuhan methanol
baku pembuatan biodiesel justru akan menjadi lebih banyak, karena proses esterifikasi
mendorong masyarakat untuk tidak
juga akan membutuhkan methanol berlebih untuk
memanfaatkan minyak goreng bekas sebagai
dapat mengkonversi asam lemak bebas menjadi
konsumsi pangan sehingga pola hidup
biodiesel. Pembuatan biodiesel dari minyak
masyarakat menjadi lebih sehat. Pemanfaatan
goreng bekas melalui proses esterifikasi dan
minyak goreng bekas yang merupakan limbah
transesterifikasi tidaklah efisien waktu dan biaya
dari proses penggorengan sebagai bahan baku
(Ramadhas, 2004).
biodiesel juga akan meningkatkan nilai ekonomis
Metode netralisasi dengan menggunakan
minyak goreng bekas.
larutan NaOH dapat menghilangkan asam lemak
Berbagai metode telah dikembangkan
bebas sehingga minyak goreng bekas menjadi
untuk membuat biodiesel dari minyak nabati
lebih murni. Pembuatan biodiesel dari minyak
kususnya minyak goreng bekas. Pembuatan
goreng bekas melalui proses netralisasi
biodiesel dengan proses perengkahan non katalis
catalytic cracking telah dilakukan Buchori dan transesterifikasi diharapkan diharapkan lebih
Widayat (2007). Metode ini berlangsung pada efisien dari sisi waktu dan biaya.
suhu dan tekanan yang tinggi sehingga
membutuhkan energy yang besar dan peralatan METODOLOGI
yang mahal. Pembuatan biodiesel dari minyak Alat dan Bahan
jelantah menggunakan proses enzimatis telah Alat utama yang digunakan penelitian ini
dilakukan dilakukan Saifuddin, et al. (2009). meliputi hotplate dengan magnetik stirrer, vacuum
Metode enzimatis ini memerlukan biaya produksi rotary evaporator labu leher tiga, pendingin bola,
yang tinggi dan waktu reaksi yang lama, sehingga corong pisah. Dan alat pendukung analisa bahan
membuat biodiesel dengan metode ini kurang baku antara lain gelas piala, erlenmeyer, gelas
menguntungkan. Proses yang paling umum ukur, labu takar dan buret. Bahan utama
dilakukan untuk membuat biodiesel dari minyak pembuatan biodiesel dalam penelitian ini adalah
nabati adalah melalui proses transesterifikasi, minyak goreng bekas dan methanol. Sedangkan

Pengaruh Temperatur, Konsentrasi Katalis Dan Rasio Molar.... (A. Prihanto dan T.A.B. Irawan) 31
METANA Juni 2017 Vol. 13(1):30-36

bahan bahan pendukung lainnya adalah KOH, Pengeringan Produk


NaOH, H3PO4. Setelah metil ester dicuci, selanjutnya harus
dikeringkan untuk menghilangkan sisa sisa air
Prosedur Penelitian setelah pencucian. Pada penelitian ini
pengeringan biodiesel dilakukan dengan
Netralisasi menggunakan vacuum rotary evaporator pada
o
Tigaratus ml minyak goreng bekas yang suhu 85 C selama 30 menit.
o
telah disaring, dipanaskan pada suhu 60 C.
Minyak ditambah 13,4 ml larutan NaOH 20 Be
o
Penentuan Yield Biodisel
dan diaduk selama 2 menit. Hasil dari proses ini Respon yang diamati dalam penelitian ini
selanjutnya dipindahkan ke dalam corong pisah adalah yield biodiesel yang terbentuk dari reaksi
o
dan ditambah air hangat (70 C) sebanyak 10% transesterifikasi. Yield biodisel ditentukan dengan
dari volume minyak dan dibiarkan hingga minyak menggunakan rumus :
dan air dapat dipisahkan. Proses pencucian
diulang ulang hingga air cucian netral. Minyak berat biodisel
Yield = x 100 %
yang telah dicuci selanjutnya dikeringkan dengan berat minyak goreng bekas
menggunakan vacuum rotary evaporator pada
o
suhu 85 C selama 30 menit. Berat biodisel merupakan berat metil ester yang
dihasilkan dari proses transesterifikasi. Sedangkan
Transesterifikasi berat minyak goreng bekas adalah berat minyak
Duaratus ml (183,19 gram) minyak goreng goreng bekas yang telah dimurnikan melalui
bekas hasil netralisasi dimasukkan ke dalam labu proses netralisasi.
leher tiga dan dipanaskan dengan hotplate hingga
o
mencapai suhu 60 C. Larutan metanolik-KOH HASIL DAN PEMBAHASAN
yang telah ditetapkan ditambahkan ke dalam
minyak dan magnetic stirrer dihidupkan dengan Pengaruh Suhu terhadap Yield Biodisel
kecepatan 500 rpm. Proses transesterifikasi ini Peningkatan suhu reaksi akan
dilakukan selama 60 menit. meningkatkan energi kinetik dari reaktan
sehingga akan meningkatkan jumlah minyak yang
Pemisahan Produk terkonversi menjadi biodiesel. Semakin besar
Hasil proses transesterifikasi dipindahkan ke minyak yang terkonversi menjadi biodiesel berarti
dalam corong pisah dan dibiarkan kira kira 12 jam biodiesel yang dihasilkan semakin banyak
(semalam). Setelah semalam campuran akan sehingga yield biodiesel juga meningkat.
membentuk 2 lapisan. Lapisan atas jernih Pengaruh suhu transesterifikasi pada pembuatan
kekuningan merupakan produk biodiesel (metil biodiesel dari minyak jelantah terhadap yield
ester) dan lapisan bawah berwarna gelap adalah biodiesel telah diuji pada rasio molar methanol-
gliserol. Selanjutnya lapisan bawah di buang, dan minyak 6 : 1 ; 7 : 1 dan 8 : 1 dengan konsentrasi
lapisan bagian atas yang merupakan produk metil katalis KOH 1 %.
ester (biodisel) diambil. Pada Gambar 1. Terlihat bahwa bila suhu
reaksi transesterifikasi dinaikkan, yield biodisel
Pencucian Produk yang dihasilkan akan semakin meningkat. Fakta ini
Setelah produk biodiesel dipisahkan dari sesuai dengan pendapat Leung et al. (2010) yang
gliserol, dilakukan pencucian terhadap biodisel menyatakan bahwa naiknya suhu reaksi akan
untuk mendapatkan produk biodiesel (metil ester) menurunkan viskositas minyak sehingga laju
reaksi akan meningkat. Meningkatnya suhu reaksi
yang murni. Produk biodiesel ini dicuci dengan
o juga dapat meningkatkan jumlah tumbukkan
air hangat (± 60 C) yang mengandung asam
efektif untuk menghasilkan reaksi sehingga
acetat 0,01 %. Pencucian dilanjutkan dengan
biodisel yang dihasilkan juga meningkat (Prihanto
menggunakan air hangat hingga air cucian
et al.., 2013). Suhu terbaik pada reaksi
menjadi netral.
transesterifikasi untuk menghasilkan yield biodisel

32 Pengaruh Temperatur, Konsentrasi Katalis Dan Rasio Molar.... (A. Prihanto dan T.A.B. Irawan)
METANA Juni 2017 Vol. 13(1):30-36

o
maksimal adalah pada suhu 60 C pada rsio metanol sehingga penurunan rasio molar
methanol-minyak 6 : 1 ; 7 : 1 dan 8 : 1. Pada ke metanol-minyak tidak setajam pada rasio 6 : 1.
tiga rasio molar metanol-minyak ketika suhu Pada rasio metanol-minyak 8 : 1 mengalami
o
dtingkatkan hingga suhu 60 C mengalami penurunan yield biodisel yang paling kecil, karena
peningkatan yield biodisel relatif sama. penurunan rasio molar metanol akibat perubahan
Bila suhu ini ditingkatkan lagi hingga 70 fase cair ke uap diimbangi dengan penambahan
o
C, ternyata yield biodisel yang dihasilkan justru metanol ( dari rasio 8 : 1) paling banyak sehingga
akan menurun. Penurunan ini terjadi pada ketiga penurungan rasio molar paling tidak berarti
o
rasio molar 6 : 1 ; 7 : 1 dan 8 : 1. Pada suhu 70 C dibanding rasio 6 : 1 dan 7 : 1.
telah melewati titik didih metanol, sehingga
sebagian metanol mengalami perubahan fasa dari Pengaruh Konsentrasi KOH terhadap Yield
cair menjadi gas. Terjadinya perubahan fasa Biodisel
metanol ini menyebabkan jumlah metanol dalam Katalis berfungsi untuk meningkatkan laju
fasa cair berkurang. Berkurangnya jumlah metanol reaksi. Semakin banyak jumlah katalis yang
dalam larutan menyebabkan berkurangnya jumlah ditambahkan akan meningkatkan laju reaksi.
tumbukan efektif untuk menghasilkan biodisel Meningkatnya laju reaksi transesterifikasi pada
sehingga yield bidisel yang terbentuk akan waktu tertentu akan meningkatkan jumlah minyak
berkurang (Prihanto et al., 2013). goreng bekas yang terkonversi menjadi biodiesel.
Penurunan yield biodisel pada ke tiga rasio Pengaruh konsentrasi katalis KOH terhadap yield
molar metanol-minyak tidak sama. Pada rasio biodiesel yang dihasilkan pada rasio metanol-
o
molar metanol-minyak 6 : 1 mengalami minyak 6 : 1 ; 7 : 1 dan 8 : 1 pada suhu 60 C
penurunan yang paling tajam dibanding rasio seperti yang ditunjukkan Gambar 2.
metanol-minyak 7 : 1 dan 8 : 1. Pada rasio molar 6 Bila pada reaksi transesterifikasi ini
: 1 mengalami penurunan yiel biodisel yang lebih konsentrasi katalis KOH dinaikkan daari 0,75 %
tajam, karena berubahnya fase cair metanol ke menjadi 1 %, yield biodisel mengalami
uap mengalami penurunan rasio molar metanol- peningkatan. Semakin besar konsentrasi katalis
minyak pada fase cair paling tajam. Pada rasio dalam larutan, maka energi aktivasi suatu reaksi
molar 7 : 1 dan 8 : 1 turunnya rasio molar semakin kecil, sehingga produk akan semakin
metanol-minyak karena perubahan fase metanol banyak terbentuk. Meningkatnya konsentrasi
cair ke uap dimbangi dengan bertambahnya katalis meyebabkan meningkatnya yield biodisel.

Gambar 1. Pengaruh suhu terhadap yield biodisel pada rasio molar metanol-minyak 6 : 1 ; 7 : 1 dan 8 : 1
dengan konsentrasi katalis KOH 1 %

Pengaruh Temperatur, Konsentrasi Katalis Dan Rasio Molar.... (A. Prihanto dan T.A.B. Irawan) 33
METANA Juni 2017 Vol. 13(1):30-36

Gambar 2. menunjukkan bahwa pada konsentrasi mengalami kenaikan paling kecil sehingga
katalis KOH 1,0 % menghasilkan yield biodisel pembentukan sabun mengalami kenaikan paling
maksimal sebesar 87,8 %. Pada rasio molar kecil sehingga pada rasio ini penurunan yield
metanol-minyak 6 : 1 dan 7 : 1 yield biodisel biodisel tidak begitu tajam.
maksimal tercapai pada konsentrasi katalis 1,0 %.
Pada rasio molar 8 : 1 yield biodisel maksimal Pengaruh Rasio Molar Metanol-Minyak
justru terjadi pada konsentrasi KOH 1,25 % hal ini Peningkatan rasio molar methanol-minyak
terjadi karena bertambahnya rasio molar metanol secara teori akan meningkatkan yield biodiesel.
minyak akan menurunkan konsentrasi KOH dan Meningkatnya jumlah methanol dalam minyak
penurunan paling besar adalah pada rasio akan menggeser reaksi kearah kanan atau kearah
metanol-minyak 8 : 1. Pada konsentrasi KOH 1,25 produk sehingga akan meningkatkan yield
% penurunan konsentrasi KOH diimbang dengan biodiesel. Hasil penelitian pengaruh rasio molar
bertambahnya konsentrasi katalis KOH sehingga metanol-minyak terhadap yield biodisel pada
o
pada rasio molar 8 : 1 konsentrasi KOH 1,25 % suhu 60 C dengan konsentrasi katalis KOH 1 % ,
adalah keadaan konsentrasi KOH optimal untuk KOH 1,25 % dan KOH 1,5 % seperti yang
menghasilkan yield biodisel maksimal. ditunjukkan Gambar 3.
Bila konsentrasi katalis KOH ini terus Pada Gambar 3. menunjukkan bahwa, bila
ditingkatkan hingga 1,75 %, yield biodisel yang rasio metanol-minyak ditingkatkan yield biodisel
terbentuk justru akan terus menurun. Hal ini yang dihasilkan justru akan terus menurun baik
terjadi karena penambahan konsentrasi katalis pada konsentrasi KOH 1 %, 1,25 % dan 1,5 %.
yang berlebihan, mendorong reaksi terbentuknya Yield biodisel maksimal dicapai pada rasio molar
sabun (Hingu et al., 2010; Koh et al., 2011;; Wang metanol-minyak 6:1 yaitu sebesar 87,3 %.
et al., 2012). Penurunan paling tajam terjadi pada Penambahan rasio metanol-minyak diatas 6:1
rasio molar metanol-minyak 6 : 1 dibanding rasio ternyata justru menurunkan yield biodisel.
7 : 1 dan rasio 8 : 1 karena pada rasio 6 : 1 volume Penambahan metanol diatas rasio 6:1 akan
metanol paling kecil. Pada kondisi ini menurunkan konsentrasi katalis dalam larutan
mengakibatkan konsentrasi KOH paling besar (Mendow et al., 2011). Menurunnya konsentrasi
sehingga pada rasio 6 : 1 terjadi pembentukan katalis dalam larutan akan mengurangi jumlah
sabun paling besar sehingga mengalami metoksida yang menyerang trigliserida sehingga
penurunan yield biodisel paling tajam. Sementara jumlah biodisel yang dihasilkan akan berkurang.
pada rasio metanol-minyak 8 : 1 konsentrasi KOH Penurunan yield biodiesel pada penggunaan

Gambar 2. Pengaruh konsentrasi katalis terhadap yield biodisel pada rasio molar metanol-minyak 6 : 1 ; 7 : 1
o
dan 8 : 1 pada suhu 60 C.

34 Pengaruh Temperatur, Konsentrasi Katalis Dan Rasio Molar.... (A. Prihanto dan T.A.B. Irawan)
METANA Juni 2017 Vol. 13(1):30-36

o
Gambar 3. Pengaruh rasio molar metanol-minyak terhadap yield biodisel pada suhu 60 C pada konsentrasi
katalis KOH 1,0 %, KOH 1,25 % dan KOH 1,5 %.

katalis KOH 1,0 %, KOH 1,25 % dan KOH 1,5 %. Biofuel yang Potensial. Jakarta: Badan Litbang
Pada penggunaan katalis 1,0 % mengalami Kehutanan.
penurunan yang paling tajam karena pada Buchori, L & Widayat, W. 2007. Pembuatan
konsentrasi Katalis 1 % ini mengalami penurunan Biodisel dari Minyak Goreng Bekas dengan
konsentrasi katalis paling tajam. Pada konsentrasi Proses Catalityc Cracking. Teknik. 28:83 -93
katalis 1,5 % penurunan yield biodiesel tidak Hambali, E., Mujdalipah, S., Tambunan, A.H.,
begitu signifikan, karena penurunan konsentrasi Pattiwiri, A.W. & Hendroko, R. 2007.
katalis karena bertambahnya methanol diimbangi Teknologi Biodisel. Jakarta: PT. Agro Media
dengam bertambahnya jumlah katalis KOH Pustaka.
sehingga penurunan konsentrasi katalis pada KOH Herizal & Rahman, M. 2008. Optimalisasi
1,5 % tidak begitu berarti. Transesterifikasi Minyak Kelapa Sawit Menjadi
Biodisel dengan Katalis NaOH. Lembaran
KESIMPULAN Publikasi Lemigas. 42:61 – 66
Hingu, S.M., Gogate, P.R., Rathod, V.K. 2010.
Pembuatan biodisel dari minyak goreng Synthesis of from Waste Cooking Oil using
bekas melalui proses netralisasi-transesterifikasi Sonochemical Reactors. Ultrasonics
mampu mengahasilkan yield biodiesel 87,3 %. Sonochemistry. 17: 827–832
Kondisi terbaik pembuatan biodiesel dari minyak Koh, M.Y., Mohd, T.I. & Ghazi. 2011. A Review of
goreng bekas melalui proses Netralisasi- Production from Jatropha Curcas L. Oil.
o
Transesterifi adalah pada suhu 60 C, konsentrasi Renewable and Sustainable Energy Reviews.
katalis KOH 1,0 % dan rasio molar methanol- 15 : 2240–2251
minyak 6 : 1. Pada kondisi ini yield biodiesel yang Leung, D.Y.C., Wu, X. & Leung, M. K. H. 2010. A
dihasilkan sebesar 87,3 %. review on Production Using Catalyzed
Transesterification. Applied Energy 87:1083-
DAFTAR PUSTAKA 1095
Mendow, N.S., Veizaga, B.S. and Sanchez, C.A.
Bustomi, S., Tati R.T., Sudradjat, R., Leksono, B., (2011). Biodisel Production by Two-Stage
Kosasih, S., Anggraeni, I., Syamsuwida, D., Transesterification with Etanol. Bioresource
Lisnawati, Y., Mile, Y., Djaenudin, D., Technology 102: 10407–10413
Mahfudz, & Rachman, E. 2008. Nyamplung Prihanto, A., Pramudono, B. & Santosa, H. 2013.
(Calophyllum inophyllum L.) Sumber Energi Peningkatan Yield Biodisel dari Minyak Biji

Pengaruh Temperatur, Konsentrasi Katalis Dan Rasio Molar.... (A. Prihanto dan T.A.B. Irawan) 35
METANA Juni 2017 Vol. 13(1):30-36

Nyamplung Melalui Transesterifikasi Dua Enzyme/Acid - Catalyzed Hybrid Process, E-


Tahap. Momentum. 9 :46 - 53 Journal of Chemistry
Ramadhas, A.S., Jayaraj, S. & Muraledharan, C. Wang, R., Zhou, W.W., Hanna, M.A., Zhang, Y.P.,
2004. Biodisel Production From high FFA Bhadury, P.S., Wanga, Y., Song, B.A. and
Rubber Seed Oil. Fuel. 84:335 – 340. Yang, S. 2012. Preparation, Optimization,
Saifuddin, N., Raziah. A.Z.and Farah, H.N. 2009, and Fuel Properties from Non-Edible
Production of Biodiesel from High Value Feedstock, Datura stramonium L. Fuel 91:
Cooking Oil Using an Optomized Lipase 182–186

36 Pengaruh Temperatur, Konsentrasi Katalis Dan Rasio Molar.... (A. Prihanto dan T.A.B. Irawan)

Вам также может понравиться