Вы находитесь на странице: 1из 8

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Latar Belakang

Flora normal pada kulit meliputi sejumlah jamur lipofilik yang berbeda

secara morfologi. Dahulu terdapat jamur polimorfik tunggal, Pityrosporum

ovale dan P. orbiculare, tetapi saat ini nama genus ini tidak valid dan jamur

ini direklasifikasi dalam genus Malassezia sebagai spesies tunggal, M. furfur.

Namun, penelitian genetik saat ini menunjukkan ada 13 spesies, 8 diantaranya

terdapat pada kulit manusia.1

Malassezia furfur merupakan jamur yang bersifat lipofilik, dimana dalam

keadaan normal merupakan normal flora pada permukaan kulit. Malassezia

furfur yang berbentuk ragi atau spora dapat berubah menjadi patogen dalam

bentuk filamen atau hifa oleh faktor predisposisi, seperti panas, lingkungan

yang lembab, hiperhidrosis, kontrasepsi oral, penggunaan kortikosteroid

sistemik, penyakit cushing, imunosupresan, dan malnutrisi.2

1.2 Definisi

Pitiriasis versikolor adalah infeksi ringan kronis pada kulit yang disebabkan

oleh jamur Malassezia furfur, ditandai dengan lesi pada daerah tersebut yang

mengalami perubahan warna atau depigmentasi, terutama pada bagian atas.1

Pitiriasis versikolor adalah infeksi kulit superfisial kronik, disebabkan oleh

ragi genus Malassezia, umumnya tidak memberikan gejala subyektif, ditandai

oleh area depigmentasi atau diskolorasi berskuama halus, tersebar diskret atau

konfluen, dan terutama terdapat pada badan bagian atas.3

2
3

1.3 Sinonim

Tinea versikolor, chromofitosis, dermatomikosis furfuracea, liver spot,

tinea flava1, dan panu3.

1.4 Epidemiologi

Prevalensi tinea versicolor di Amerika Serikat diperkirakan 2% -8% dari

populasi. Infeksi terjadi lebih sering di daerah dengan suhu dan kelembaban

yang relatif lebih tinggi. Tinea versikolor memiliki prevalensi di seluruh dunia

hingga 50% di lingkungan yang panas dan lembab dan 1,1% lebih rendah di

iklim yang lebih dingin. Insidensi sama pada semua ras, namun ruamnya

seringkali lebih terlihat pada individu yang berkulit gelap akibat perubahan

pigmentasi kulit. Tidak ada dominasi seks yang terlihat. Pityriasis versicolor

paling sering terjadi pada remaja dan dewasa muda, di mana produksi lemak

dari kelenjar sebaseus lebih aktif. 2

1.5 Etiologi

Tinea versikolor biasanya disebabkan oleh M. globosa dan dapat juga

oleh M. sympodialis dan M. furfur.1

Gambar 1.1 Malassezia furfur


Sumber: Hay RJ, Ashbee HR. PityriasisVersicolor. In Rook’s Textbook of
Dermatology, 9th Edition. Washington: Wiley-Blackwell Scientific Publications. 2016.
chapter 32, pp:13
4

1.6 Patogenesis

Malassezia spp. yang semula berbentuk ragi saprofit akan berubah

menjadi bentuk miselia yang menyebabkan kelainan kulit PV. Kondisi atau

faktor predisposisi yang diduga dapat menyebabkan perubahan tersebut berupa

suhu, kelembaban lingkungan yang tinggi dan tegangan CO2 tinggi permukaan

kulit akibat oklusi, faktor genetic, hyperhidrosis, kondisi imunosupresif dan

malnutrisi.

Beberapa mekanisme dianggap merupakan penyebab perubahan warna

pada lesi kulit, yakni Malassezia spp. memproduksi asam dikarboksilat (a.i.

asam azaleat) yang mengganggu pembentukan pigmen melanin dan

memproduksi metabolit pitiriasin yang mempunyai kemampuan absorbsi sinar

ultraviolet sehingga menyebabkan lesi hipopigmentasi. Mekanisme terjadinya

lesi hiperpigmentasi belum jelas, tetapi satu studi menunjukkan pada

pemeriksaan mikroskop elektron didapati ukuran melanosom yang lebih besar

dari normal. Lapisan keratin yang lebih tebal juga dijumpai pada lesi

hiperpigmentasi.3

1.7 Manifestasi Klinis

Pasien pitiriasis versikolor umumnya hanya mengeluh bercak-bercak

putih, kecokelatan, atau merah muda, tidak gatal atau sedikit gatal saat

berkeringat. Pada orang kulit putih atau terang, lesi berwarna lebih gelap

dibandingkan kulit normal, sedangkan pada orang berkulit hitam atau gelap,

lesi cenderung putih. Hal ini sesuai dengan pitiriasis yang berarti penyakit

dengan skuama halus seperti tepung dan versikolor yang berarti bermacam

warna. Bentuk dan ukuran lesi bervariasi, dapat berupa makula hingga patch
5

atau papul hingga plak hipo/hiperpigmentasi, berbatas tegas atau difus, yang

tertutup skuama halus disekitarnya. Bentuk folikular juga dapat ditemukan.

Lesi dapat meluas, berkonfluens, atau tersebar. Tempat predileksinya terutama

daerah yang ditutupi pakaian, seperti dada, punggung, perut, lengan atas, paha,

leher.4 Pasien biasanya datang karena keluhan kosmetik dari makula itu sendiri,

daripada gejala lainnya, karena gatal yang didapatkan pada pitiriasis versicolor

ini ringan atau kadang tidak ada.2

Gambar 1.2 Pitiriasis versikolor hiperpigmentasi


Sumber: Roopal VK, Amit G. Pityriasis versicolor. In: Wolff K et al. Fitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine. 8th Edidition. United States of America: The McGraw-Hill
Companies. 2012, pp:2309

Gambar 1.3 Pitiriasis versikolor hipopigmentasi


Sumber: Roopal VK, Amit G. Pityriasis versicolor. In: Wolff K et al. Fitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine. 8th Edidition. United States of America: The McGraw-Hill
Companies. 2012, pp:2309

1.8 Diagnosis

Diagnosis klinis dapat ditegakkan berdasarkan gambaran lesi yang

sesuai dengan karakteristik pitiriasis versikolor, pemeriksaan efloresensi kulit

dengan lampu Wood, dan sediaan langsung kerokan kulit.4


6

a. Anamnesis

Penderita biasanya datang dengan perubahan warna kulit dan beberapa

datang beserta keluhan gatal ringan.1

b. Pemeriksaan Fisik

Didapatkan makula hiperpigmentasi atau hipopigmentasi. Lesi pada

umumnya terdapat pada badan seperti dada, punggung, abdomen, dan

lengan atas. 5

c. Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan mikologis kerokan kulit

Untuk mengetahui karakteristik dari spora dan hifa, dilakukan

kerokan kulit dengan ditetesi KOH.2 Secara mikroskopik, terlihat hifa

pendek tebal dan banyak bentukan spora. Kombinasi dari miselium

dan spora ini biasa disebut dengan istilah “spaghetti and meatballs”.5

Gambar 1.4 Spaghetti and meatballs


Sumber: Roopal VK, Amit G. Pityriasis versicolor. In: Wolff K et al. Fitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine. 8th Edidition. United States of America: The
McGraw-Hill Companies. 2012, pp:2309
 Pemeriksaan lampu wood

Pemeriksaan lampu Wood dapat memberikan cahaya oranye-

kekuningan yang berpendar pada kulit yang terkena, dicurigai oleh

karena zat pteridin.2


7

1.9 Diagnosis Banding

Tabel 1.1 Diagnosis Banding Pitriasis Versicolor

Diagnosis Pitriasis Pitriasis Alba Vitiligo


Banding Versicolor
Definisi Infeksi jamur Kondisi umum Penyakit dapatan
superfisial kulit yang yang meliputi
yang ditandai mempengaruhi beberapa gen dan
perubahan daerah kepala faktor lingkungan
pigmen kulit dan leher anak- (non genetik).8
akibat anak atau
kolonisasi remaja. 6
stratum
korneum oleh
jamur lipofilik
dimorfik dari
flora normal
kulit M. furfur.
4

Etiologi Malassezia Etiologi dan Multifaktorial, dan


spp. 5 pathogenesis pathogenesis belum
masih belum diketahui. 8
dipahami.6
Predileksi Wajah dan biasanya di Biasanya terdapat
anggota badan daerah wajah pada daerah yang
yang tidak seperti sekitar terpapar matahari,
terkena mulut, dagu, lekukan tubuh, dan
cahaya5 pipi serta dahi 7 periorificial. 8
Gejala Klinis Umumnya Lesi berbentuk Keluhan kosmetik8
tidak disertai bulat, oval atau
gejala plakat yang
subjektif, tidak teratur7
hanya berupa
gejala
kosmetik,
meskipun
kadang ada
pruritus ringan5
Efloresensi makula Makula merah Makula berwarna
berbatas tegas, muda atau putih kapur atau
dapat sesuai warna putih pucat berbatas
hipopigmentasi kulit disertai tegas. 8
, skuama halus,
hiperpigmentas setelah
i, dan kadang beberapa hari
eritematosa, lesi memudar,
8

terdiri dari pucat,


berbagai hipopigmentasi
ukuran dan disertai dengan
berskuama skuama halus. 7
halus
(pitiriasiformis
)5
Pemeriksaan Wood’s lamp HistoPA histoPA (tidak
Penunjang (kuning (akantosis ditemukan
keemasan), ringan, melanosit pada
KOH spongiosis bagian epidermis) 8
(spaghetti and dengan
meatballs)5 hyperkeratosis
ringan)7
Gambaran
Klinis

(Sumber : James WD, Berger TG, Elston DM. Tinea Versicolor (Pityriasis Versicolor). In
Andrew’s Disease of The Skin Clinical Dermatology. 12 th Edition. Philadelphia: WB
Saunders. 2016, pp:344; Laperee, H.,et. al, 2012, Disorder of Melanocytes: Hypomelanoses and
Hypermelanoses, In : Fitzpatrick’s Dermatology in Clinical Medicine, 8th ed., McGraw-Hill Education,
United State, Vol.2, pp.806-807.; Soepardiman, L., 2015, Pitriasis Alba, Dalam : Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin Edisi Ketujuh, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Hlm. 403.;
Birlea, SA.,et. al, 2012, Disorder of Melanocytes: Vitiligo, In : Fitzpatrick’s Dermatology
in Clinical Medicine, 8th ed., McGraw-Hill Education, United State, Vol.2, pp. 792-796.

1.10 Penatalaksanaan

1. Pengobatan Topikal

Obat topikal dapat digunakan bila lesi tidak terlalu luas.4 Obat topikal

tersebut antara lain:

a. Selenium sulfide shampo 2,5% digunakan setiap hari selama 3-4

kali/minggu, didiamkan 7-10 menit setelah mandi kemudian dibilas.2

b. Shampoo ketoconazole 2% dioleskan pada lesi selama 5 menit. Terapi

ini diulang untuk 3 hari berturut – turut.2


9

c. Terbinafine 1% di oleskan 2 kali sehari selama 7 hari.2

2. Pengobatan Sistemik

Obat sistemik digunakan bila lesi luas, resisten terhadap obat topical,

sering kambuh.2 Obat sistemik antara lain:

a. Ketokonazole

Oral : 200 mg/hari selama 7-10 hari atau diberikan dalam dosis tunggal

400 mg.2

b. Itrakonazole

Dosis 200– 400 mg/hari, lama pemberian 3-7 hari atau diberikan dalam

dosis tunggal 400 mg.2

c. Fluconazole

Dosis tunggal 400 mg.2

1.11 Prognosis

Perjalanan penyakit berlangsung kronik, namun umumnya memiliki

prognosis baik. Lesi dapat meluas jika tidak diobati dengan benar dan faktor

predisposisi tidak dieliminasi. Masalah lain adalah menetapnya

hipopigmentasi, diperlukan waktu yang cukup lama untuk repigmentasi

kembali seperti kulit normal. Hal itu bukan kegagalan terapi, sehingga

penting untuk memberikan edukasi pada pasien bahwa bercak putih tersebut

akan menetap beberapa bulan setelah terapi dan akan menghilang secara

perlahan.4

Вам также может понравиться