Вы находитесь на странице: 1из 2

BAB 2.

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus merupakan gangguan fungsi tubuh manusia yang ditandai dengan
menurunnya kerja metabolisme terhadap lemak, karbohidrat, dan protein akibat meningkatya
resistensi insulin atau tidak optimalnya kerja insulin sehingga kadar glukosa dalam darah
meningkat sebagai akibat dari tidak dapat masuknya insulin ke dalam sel (Kosti & Kanakari,
2012).Insulin sendiri adalah hormone yang dihasilkan oleh sel beta di prankeas,untuk
mengubah glukosa menjadi glikogen.Penumpukan glukosa dalam darah secara berkepanjangan
akibat insulin yang berubah struktur maupun tidak bekerja dengan baik, dapat merusak
pembuluh darah dan menimbulkan berbagai komplikasi (Suriani, 2012)
Diabetes mellitus dibagi menjadi dua tipe. Yaitu diabetes mellitus tipe 1 atau Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) dan diabetes mellitus tipe 2 atau Non-Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (NIDDM).Diabetes mellitus tipe 1 merupakan akibat dari kekurangan
insulin.Pada kondisi tesebut, terjadilah penambahan jumlah kadar gula darah hasil dari
peningkatan glukosa yang berasal dari asam amino dan gliserol, pemecahan glukosa yang
masih tersimpan berlangsung begitu cepat, dan digunakannya glukosa sebagai perifer jaringan.
Sedangkan diabetes mellitus tipe 2 ditandai dengan rusaknya sel beta prankeas akibat dari
resistensi insulin.Pada keadaan resistensi insulin, terjadilah hiperinsulinema, yaitu peningkatan
produksi insulin oleh kompensasinya.Apabila hal ini terus terjadi, sel beta akan mengalami
penurunan fungsi dan menyebabkan gula darah meningkat setelah satu jam makan maupun saat
berpuasa.Keadaan resistensi insulin ditunjukkan dalam gambar 1.

Gambar 1. Perbandingan produksi insulin pada orang normal dan penderita


diabetes.(Penunjang, n.d.)

2.1 Curcubita moschata (Labu Kuning)


Curcubita moschata atau lebih dikenal dengan labu kuning atau waluh merupakan salah
satu komoditas pangan yang mudah didapat di Indonesia. Namun sayang, pemanfaatan dari
tanaman tersebut masih dalam jangkauan minoritas.Padahal dalam labu kuning terdapat
potensial gizi dan senyawa bioaktif yang sangat berguna bagi kesehatan manusia.Misalnya,
dalam jonjot labu kuning terdapat karetonoid seperti sel betakaroten yang berperan sebagai anti
oksidan dalam tuuh manusia.Beta karoten adalah provitamin A, yang berfungsi sebagai sumber
utama bagi vitamin A pada proses pencernaan.Beta karoten mengalami penyerapan dalam sel
hati.Di dalam sel hati tersebut beta karoten diubah menjadi vitamin A yang selanjutnya
digunakan dalam proses metabolisme tubuh.Termasuk pada metabolism
karbohidrat,lemak,maupun protein.(Gumolung, 2017)
Pada pengujian yang dilakukan pada seekor tikus, ekstra labu kuning memberikan
dampak setelah 14 hari perlakuan.Kadar glukosa dalam tubuh tikus menurun setelah dilakukan
Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) (Jurnal Labu kuning.pdf, n.d.).Selain mengandung beta
karoten yang dapat melindungi DNA dari radikal bebas penghancur kode genetiknya, labu
kuning juga mengandung flavonoid, vitamin C dan vitamin E.Flavonoid sendiri berfungsi
untuk menurunkan resistensi insulin, meningkatkan sensivitas insulin, dan memperbaiki sel-
sel beta yang telah rusak.Vitamin C dapat mengurangi radikal bebas dan vitamin E dapat
memperlambat kerusakan oksidatif dan kematian sel.Kandungan zat dan vitamin dalam labu
kuning tersebut, semakin memperkuat hipotesa bahwa labu kuning memiliki kemampuan
sebagai anti diabetic.(Jurnal Labu kuning.pdf, n.d.)

2.3 Nanoenkapsulasi
Salah satu usaha untuk tetap menjaga kandungan beta karoten dalam labu kunig adalah
dengan nanoenskapsulasi.Nanoenskapsulasi sendiri telah banyak digunakan di berbagai bidang
farmasi dan kesehatan.Nanoenskapsulasi adalah cara untuk melindungi zat dalam ukuran kecil
dan mengacu pada kemasan bioaktif.Keuntungannya sendiri adalah dapat meningkatkan rasa,
warna, tekstur, flavor dan stabilitas komponen didalamnya.Nanoenkapsulasi dapat
membungkus substansi isnti dalam skala nanometer atau 10-9 meter..Didalamnya terdiri atas
zat aktif yang diselubungi denga bahan yang berdiameter 1 sampai 1000 m.(et al ., 2007),
2010).
Didalam nanoenkapsulasi terdapat nano kapsul.Belakangan ini, nano kapsul memang
menjadi perhatian karena memiliki efisiensi pendistribusian bahan.Dimana dalam nano kapsul
ini memiliki uuran yang sangat kecil namun memiliki luas permukaan yang lebih
besar.Keberhasilan nano kapsul berdasar pada metode pembuatan dan makromolekul yang kan
diugunakan.

Kosti, M., & Kanakari, M. (2012). Education and diabetes mellitus. Health Science Journal, 6(4), 654–
662.
et al ., 2007),. (2010). 1–8.
Suriani, N. (2012). Gangguan Metabolisme Karbohidrat pada Diabetes Melitus. Biokimia, 1–18.
No Title. (2003). 1–6.
Penunjang, F. (n.d.). Diabetes mellitus dan terapi insulin. 01(2).
Gumolung, D. (2017). Analisis beta karoten dari ekstrak jonjot buah labu kuning ( Cucurbita
moschata ). 2(2), 69–71.
Jurnal Labu kuning.pdf. (n.d.).

Вам также может понравиться