Вы находитесь на странице: 1из 11

Inspeksi SBO Audit K3 & Keadaan Darurat

A. Inspeksi Program K3
a) Pengertian Inspeksi Program K3
Inspeksi adalah identifikasi dan pengamatan terhadap kondisi peralatan, lingkungan kerja,
prosedur kerja,dan perilaku karyawan di tempat kerja. Inspeksi adalah sistem yang baik untuk
menemukan suatu masalah dan menaksir jumlah risiko sebelum terjadi accident dan kerugian
lain yang dapat muncul. (Bird, Frank E. and George L. Germain, 1990)
Inspeksi dimanfaatkan disegala bidang ilmu termasuk K3 untuk memastikan upaya dan
program keselamatan berjalan secara berkesinambungan. Inspeksi K3 sangat berperan dalam
mengidentifikasi dan mengontrol bahaya ditempat kerja maupun dirumah sebelum menimbulkan
masalah kesehatan dan keselamatan.
Dalam peraturan pemerintah inspeksi tempat kerja diatur dalam Permenaker nomor 05 Tahun
1996 tentang SMK3 pada lampiran I: Pedoman Penerapan Sistem Manajemen K3. Dijelaskan
bahwa perusahaan harus menetapkan dan memelihara prosedur inspeksi, pengujian dan
pemantauan yang berkaitan dengan tujuan dan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja,
frekuensi inspeksi dan pengujian harus sesuai dengan obyeknya.
Perlu diingat bahwa inspeksi memiliki perbedaan secara konsep dengan audit. Inspeksi lebih
cenderung menangkap gap/temuan bersifat lokal atau sesaat berupa kondisi tidak aman maupun
perilaku tidak aman. Sedangkan audit yang berasal dari kata audi (mendengarkan)
menyelesaikan temuan secara sistemik mulai dari kebijakan/policy, standar operasional hingga
pada penerapan.

b) Tujuan Inspeksi
Tujuan Inspeksi program K3 adalah sebagai berikut :
 Memeriksa pemenuhan standar K3 yang berlaku.
 Mengidentifikasi dan mengevaluasi kondisi kesehatan & Keselamatan pekerja dan
lingkungan kerja.
 Memahami problema yg timbul diantara pekerja.
 Untuk menentukan upaya perbaikan atau penyempurnaan dari kegiatan kesehatan kerja
yang dilaksanakan.
 Mengidentifikasi potensi permsalahan pada pekerja atau tempat kerja yang tidak
diantisipasi sewaktu merancang atau menganalisis tugas
 Mengidentifikasi kekurangan pada peralatan (unsafe condition)
 Mengidentifikasi tindakan pekerja tidak aman (unsafe practices)
 Mengidentifikasi efek dari perubahan (modifikasi) pada proses material atau peralatan
(melihat apa yang tejadi).

1
 Mengidentifikasi kekurangan-kekurangan pada koreksi (remedial actions) yang telah
dilakukan terhadap potensi permasalahan baru
Memberikan informasi kepada manajemen tentang :
 Kondisi peralatan (yang baik dan yang rusak)
 Tata letak peralatan dan housekeeping (pengaturan tata letak yang salah, tumpukan
material)
 Peralatan /tools (yang baik dan yang rusak)
 Kondisi lingkungan kerja (spills, leaks)
 Menunjukkan komitmen manajemen

c) Jenis Inspeksi
Jenis inspeksi pada umumnya meliputi :
1. Inspeksi Informal
2. Inspeksi Terencana
a. Inspeksi Rutin / Umum
Terhadap sumber-sumber bahaya ( Hazard) di tempat kerja secara menyeluruh
b. Inspeksi Khusus
Terhadap objek-objek atau area tertentu mempunyai resiko tinggi terhadap
kerugian dan kecelakaan kerja
Dilakukan berdasarkan adanya keluhan atau komplain dari tenaga kerja di suatu unit kerja
serta berdasarkan adanya permintaan atau instruksi dari pengurus perusahaan.
1. INSPEKSI INFORMAL
 Merupakan inspeksi yang tidak terencana
 Inspeksi yang bersifat sederhana
 Dilakukan atas kesadaran orang-orang yang menemukan atau melihat masalah
K3 di dalam pekerjaanya sehari – hari
 Jika ditemukan masalah maka langsung dapat dideteksi, dilaporkan dan segera
dapat dilakukan tindakan korektif.
 Keterbatasan : Inspeksi tidak dilakukan secara sistematik sehingga tidak bisa
mencakup gambaran permasalahan secara keseluruhan.
 Akan sangat efektif bila inspeksi informal ini dijadikan kebijakan manajemen.
 Masalah-masalah yang ditemukan langsung dapat didokumentasikan berupa
catatan singkat / foto sesuai prosedur dan di buat laporan secara sederhana.

2
2. INSPEKSI RUTIN / UMUM
 Direncakan dengan cara WALK-THROUGH SURVEY keseluruh area kerja
dan bersifat komprehensif
 Jadwal pelaksanakan rutin ( Sudah ditentukan : 1x bulan)
 Dilakukan bersama-sama ahli K3 atau perwakilan tenaga kerja dengan pihak
manajemen.
 Bagi perusahaan yang tidak memiliki ahli K3 sendiri, dapat menggunakan ahli
K3 dari luar perusahaan yang akan membantu memberikan saran-saran tentang
penanganan masalah-masalah K3 di tempat kerja.
 Pelaksanaan Inspeksi terhadap sumber-sumber bahaya pada area khusus
sebaiknya dilakukan dengan melibatkan seseorang yang mempunyai keahlian
khusus.
 Hasil yang ditemukan segera ditindak lanjuti, dan setiap permasalahan yang
telah diidentifikasi dari hasil survey harus selalu tercatat dan dibukukan.
 Setiap laporan inspeksi harus inspeksi harus ditandatangani oleh penanggung
jawab kegiatan inspeksi
 Hasil inspeksi yang telah ditulis dalam bentuk laporan harus disampaiakan
kepada pihak manajemen, sehingga langkah perbaikan segera dilakukan.
3. INSPEKSI KHUSUS
Direncanakan hanya untuk diarahakan kepada kondisi-kondisi tertentu, seperti :
Mesin-mesin, alat kerja dan tempat-tempat khusus yang meiliki resiko kerja
tinggi. Langkah dalam membuat daftar inventarisasi objek inspeksi khusus adalah :
 Kategorikan dan buat daftar objek yang dianggap penting & krusial di
perusahaan
 Rencanakan atau gambarkan area yang menjadi tanggung jawab masing-
masing unit kerja
 Susun daftar inventarisasi dengan baik dan terstruktur.
 Buatlah Recordkeeping : Identifikasi setiap mesin & peralatan, indikasi apa
yang akan di inspeksi, identifikasi siapa petugas dan penanggung jawab
inspeksi dan berapa sering dilakukan inspeksi.
d) Manfaat Inspeksi Program K3
a) Sebagai sarana feedback, yaitu : komunikasi dan interaksi pekerja dengan pihak
manajemen mengenai K3
b) Sebagai sarana motivasi pekerja, yaitu : meningkatkan kesadaran pekerja akan
pentingnya K3
c) Penilaian tingkat kesadaran keselamatan kerja di lingkungan perusahaan
d) Sebagai sarana pengumpulan data

3
e) Sebagai sarana evaluasi standar keselamatan kerja, sehingga dapat diketahui tingkat
efektivitas dan efisiensi dari standar sebelumnya.

e) Langkah-langkah efektif aktivitas Program K3 di Tempat Kerja

Tahap Persiapan 1. Mulai dengan sikap & perilaku positif


2. Rencanakan inspeksi
3. Tentukan apa yang dilihat & pahami apa yang akan dicari
4. Buat checklist & siapkan peralatan serta bahan inspesksi.
5. Lihat laporan inspeksi sebelumnya

Pelaksanaan 1. Berpedoman pada peta pabrik ( Work place mapping ) &


Inspeksi checklist
2. Cek setiap point checklist
3. Ambil tindakan perbaikan sementara bila ada masalah K3
4. Jelaskan hasil temuan
5. Klasifikasikan hazard & tentukan faktor penyebab.

Pengembangan 1. Perlu melakukan sesuatu untuk mencegah terjadinya


Upaya kerugian nyata. Upaya pengendalian dapat terus
Perbaikan dikembangkan dari waktu ke waktu sampai ditemukan
sistem pengendalian yang efektif.

Tindakan 1. Membuat skala prioritas upaya-upaya perbaikan yang harus


Korektif dikerjakan
2. Monitoring terhadap program perbaikan dan anggaran beaya
sampai implementasi perbaikan selesai
3. Verifikasi / pembuktian bahwa tindakan perbaikan dimulai
sesuai jadwal yang telah direncanakan.
4. Monitoring selama pengembangan tindakan korektif
5. Lakukan uji kelayakan setelah selesai implementasi sarana
perbaikan

Laporan 1. Suatu alat atau sarana yang dapat digunakan sebagai bahan
Inspeksi informasi dan komunikasi yang efektif .

Review 1. Lakukan tindakan review terhadap implementasi sarana


perbaikan secara
2. berkala untuk memastikan bahwa tidak ada masalah lain
yang ditimbulkan.

Pasca Inspeksi K3 maka di lakukan pembuatan laporan yang meliputi Hasil Pengamatan,
Evaluasi (Cara-cara pengukuran, Hasil pengukuran dan interpretasinya, Nilai Ambang Batas
(NAB). Memenuhi atau tidak memenuhi standar), Rekomendasi serta Tindak lanjut.

4
f) Prosedur Inspeksi Program K3
1. Rencanakan dengan cara pengamatan singkat lapangan (walk throuhh survey) ke seluruh
area kerja dan bersifat komprehensif.
2. Buat jadwal pelaksanaan selama 1 tahun
3. Lakukan bersama-sama petugas K3, IPSRS dan keamanan
4. Laksanakan inspeksi terhadap sumber-sumber bahaya pada area yang dapat menyebabkan
kebakaran.
5. Catat dan bukukan setiap permasalahan yang telah diidentifikasi dari hasil survey
6. Laporkan hasil inspeksi dalam bentuk laporan tertulis dan disampaikan ke direktur umum
operasional

B. Audit Program K3
a) Pengertian Audit Program K3
Audit (K3) adalah pengujian kritis secara sistematis terhadap penerapan Manajemen K3
diseluruh kegiatan perusahaan, dengan tujuan untuk meminimisasi kerugian. Audit merupakan
alat untuk mengukur besarnya keberhasilan pelaksanaan dan penerpan SMK3 di tempat kerja,
pemeriksaan secara sistimatik, dilakukan secara independen, dilakukan oleh Badan Audit
independen minimal 1 kali/3 tahun.
Menurut Arens dan James, “Audit adalah suatu proses dengan apa seseorang yang mampu
dan independen dapat menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti dari ketserangan yang terukur
dari suatu kesatuan ekonomi dengan tujuan untuk mempertimbangkan dan melaporkan tingkat
kesesuaian dari keterangan yang terukur tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan”.
Pelaksanaan audit didasarkan pada hasil penilaian resiko dari aktivitas operasional
perusahaan dan hasil audit (audit-audit) sebelumnnya. Hasil penilaian resiko juga menjadi dasar
dalam menentukan frekuensi pelaksanaan audit internal pada sebagian aktivitas operasional
perusahaan, area ataupun suatu fungsi atau bagian mana saja yang memerlukan perhatian
manajemen Perusahaan terkait resiko K3 dan Kebijakan K3 Perusahaan. Audit dilakukan untuk
melakukan evaluasi terhadap efektifitas program, Sebagai motivator terhadap usaha perbaikan,
Membandingkan antara pelaksanaan dan program, Melakukan identifikasi terhadap ketidak
sesuaian dan Agen dari kegiatan Manajemen.

b) Tujuan Audit Program K3


1. untuk menentukan efektifitas program K3 perusahaan, dan mengukur upaya
pencegahan kerugian
2. Memperkuat program dan standar organisasi
3. Mengingatkan manajer pada setiap tingkatan untuk mendorong perbaikan kinerja
4. Laporan audit dapat mengupayakan perbaikan dan perhatian terhadap kondisi
substandard

5
5. Mendapat informasi pada saat yang tepat sebelum kejadian yang merugikan terjadi,
sehingga dapat melakukan kontrol utk perbaikan pada tingkat awal
6. Identifikasi terhadap kelemahan program
7. Memberi kesempatan pada kelompok atau individu untuk saling mengenal dan saling
memperkuat
8. Memperkuat kemampuan manajemen
9. Meningkatkan keterlibatan manajemen dalam pelaksanaan program
10. Fokus pada kinerja sebagai motivasi manajemen. Memberi kesempatan pada upaya
dan kontribusi setiap pekerja dalam melaksanakan prinsip sistem manajemen K3
c) Jenis Audit Program K3
1) Jenis Audit Program K3
Dalam pelaksanaan Audit terbagi atas dua jenis, yaitu Audit Internal dan Audit
Eksternal.
 AUDIT INTERNAL
a) Pemeriksaan oleh perusahaan sendiri tanpa menghilangkan obyektifitas
b) Pelaksanaan tidak terlalu formal
c) Bertujuan untuk menilai/ melakukan evaluasi terhadap program
d) Memberi masukan kepada manajemen dalam rangka mengembangkan sistem
manajemen K3
e) Mempersiapkan untuk pelaksanaan audit eksternal yang akan dilaksanankan oleh
konsultan pihak luar. Contoh : Process Safety Management Audit (PSM Audit
Team), Environmental, Health and Safety Management System Audit (SMLK3
Audit Team).
Pelaksanaan audit internal didasarkan pada kegiatan-kegiatan berikut, antara lain :
1. Pembukaan audit.
a) Menentukan tujuan, ruang lingkup dan kriteria audit.
b) Pemilihan auditor dan timnya untuk tujuan objektivitas dan kenetralan audit.
c) Menentukan metode audit.
d) Konfirmasi jadwal audit dengan peserta audit ataupun pihak lain yang menjadi
bagian dari audit.
2. Pemilihan petugas auditor.
a) Auditor harus independen, objektif dan netral.
b) Auditor tidak diperkenankan melaksanakan audit terhadap pekerjaan/tugas
pribadinya.
c) Auditor harus mengerti benar tugasnya dan berkompeten melaksanakan audit.
d) Auditor harus mengerti mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Perusahaan.

6
e) Auditor harus mengerti mengenai peraturan perundang-undangan dan
persyaratan lainnya yang berkaitan dengan penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan Kerja di tempat kerja.
f) Auditor harus memiliki pengetahuan mengenai kriteria audit beserta aktivitas-
aktivitas di dalamnya untuk dapat menilai kinerja K3 dan menentukan
kekurangan-kekurangan di dalamnya.
3. Meninjau dokumen dan persiapan audit.
a) Dokumen yang ditinjau meliputi :
 Struktur organisasi dalam Sistem Manajemen Keselamatan dan kesehatan
Kerja.
 Kebijakan K3.
 Tujuan dan Program-Program K3.
 Prosedur audit internal Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Perusahaan.
 Prosedur dan Instruksi Kerja K3.
 Identifikasi bahaya, penilaian resiko dan pengendalian resiko.
 Daftar peraturan perundang-undangan dan persyaratan lain yang berkaitan
dengan penerapan K3 di tempat kerja.
 Laporan insiden, tindakan perbaikan dan pencegahan.
b) Persiapan audit internal meliputi hal-hal sebagai berikut antara lain :
 Tujuan audit.
 Kriteria audit.
 Metodologi audit.
 Cakupan maupun lokasi audit.
 Jadwal audit.
 Peran dan tanggung jawab peserta/anggota audit internal.
4. Pelaksanaan audit
a) Tata cara berkomunikasi dalam audit internal.
b) Pengumpulan dan verifikasi informasi.
c) Menyusun temuan audit dan kesimpulannya.
d) Mengomunikasikan kepada peserta audit mengenai :
 Rencana pelaksanaan audit.
 Perkembangan pelaksanaan audit.
 Permasalahan-permasalahan dalam audit.
 Kesimpulan pelaksanaan audit.

7
5. Persiapan dan komunikasi laporan audit.
a) Tujuan dan cakupan audit.
b) Informasi mengenai perencanaan audit (anggota audit internal, jadwal audit
internal serta area-area/lokasi-lokasi audit internal).
c) Identifikasi referensi dokumen dan kriteria audit lainnya yang digunakan pada
pelaksanaan audit internal.
d) Detail temuan ketidaksesuaian.
e) Keterangan-keterangan lain yang berkaitan dengan penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan Kerja Perusahaan :
 Konfirmasi penyusunan perencanaan penerapan K3 di tempat kerja.
 Penerapan dan pemeliharaan.
 Pencapaian Kebijakan dan Tujuan K3 Perusahaan.
f) Komunikasi kepada semua pihak mengenai hasil audit internal termasuk kepada
pihak ke tiga yang berhubungan dengan Perusahaan untuk dapat mengetahui
tindakan perbaikan yang diperlukan.
6. Penutupan audit dan tindak lanjut audit.
a) Menyusun pemantauan tindak lanjut audit internal.
b) Penyusunan jadwal penyelesaian tindak lanjut audit internal.
 AUDIT EKSTERNAL
a) Audit yang dilakukan oleh badan independen atau konsultan
b) Pemeriksaan dilakukan secara formal
c) Tujuan audit untuk menilai secara obyektif terhadap sistem manajemen K3
d) Penilaian oleh badan independen akan memperoleh pengakuan baik secara nasional
maupun internasional. Contoh: Audit SMK3 Depnaker, Audit OHSAS 18001
d) Langkah- Langkah Pelaksanaan Audit
 Persiapan pre-audit
 Pertemuan pendahuluan
 Tour keliling tempat kerja
 Melaksanakan wawancara
 Verifikasi terhadap informasi yang didapat
 Pertemuan penutup
 Evaluasi dan Laporan audit

8
e) Perbedaan Audit Program K3 dan Inspeksi

Audit Inspeksi
 Upaya mencari ketidaksesuaian di  Upaya menemukan sumber
dalam sistem di mana kegiatan bahaya dengan memeriksa standar yang
dilakukan terhadap area berhubungan dengan bahaya
keseluruhan sistem K3 yang ada di tersebut.
perusahaan.  Menemukan kesesuaian dari suatu
 Mengukur efektifitas dari obyek.
pelaksanaan suatu sistem.  Difokuskan terhadap suatu obyek.
 Difokuskan terhadap suatu sistem  Penekanan terhadap hasil akhir.
 Penekanan terhadap proses.  Metode pelaksanaan: pengujian secara
 Metode pelaksanaan: tinjauan teknis dan mende
ulang, mencari kesesuaian dan
observasi.

C. Keadaaan Darurat
Keadaan darurat adalah kejadian atau insiden tidak terduga atau tidak direncanakan yang
berakibat membahayakan manusia; mengganggu kelancaran operasi; atau mengakibatkan
kerusakan fisik atau lingkungan, yang harus dicegah dan ditanggulangi secara cepat dan tepat
agar akibat yang ditimbulkannya dapat ditekan sekecil mungkin.
Cara terbaik adalah dengan membuat perencanaan tanggap darurat sebagai langkah persiapan
dan penanggulangan keadaan darurat. Hanya sedikit orang yang dapat berpikir secara jernih dan
logis saat keadaan darurat terjadi, maka sangat penting bagi manajemen dan seluruh pekerja
untuk merencanakan dan menerapkan prosedur tanggap darurat di perusahaan.
Perencanaan atau rencana tanggap darurat merupakan suatu kegiatan yang dilakukan tim
manajemen dan pekerja yang bertujuan untuk mengantisipasi datangnya keadaan darurat
sehingga semua orang di tempat kerja mengetahui hal-hal apa saja yang harus dilakukan untuk
selamat. Tujuan perencanaan tanggap darurat ini adalah untuk membimbing setiap individu yang
berada pada situasi kecelakaan atau keadaan darurat guna mencegah atau meminimalkan cedera,
kerusakan aset serta kerugian material. Dapat juga mencegah atau meminimalkan dampak
lingkungan akibat kecelakaan atau keadaan darurat tersebut.
Ketika sedang mengembangkan perencanaan tanggap darurat di perusahaan, hal pertama
yang harus Anda lakukan adalah mengidentifikasi potensi bahaya yang kemungkinan terjadi di
tempat kerja, yang dapat menimbulkan keadaan darurat. Jika Anda memiliki lebih dari satu area
kerja dengan kegiatan berbeda-beda, maka setiap lokasi harus memiliki rencana tanggap darurat.

9
Menurut OSHA, perencanaan tanggap darurat minimal harus mencakup hal-hal sebagai
berikut:
 Prosedur pelaporan kecelakaan, kebakaran, atau keadaan darurat lainnya
 Kebijakan dan prosedur evakuasi, mencakup jalur evakuasi, tim evakuasi (floor warden)
di setiap lantai, denah evakuasi atau sarana evakuasi lainnya.
 Skema atau daftar nomor telepon penting yang harus dihubungi saat keadaan darurat
 Prosedur tindakan darurat mulai dari pra kejadian, saat terjadi keadaan darurat, dan pasca
kejadian. Prosedur juga mencakup pembahasan tentang peralatan darurat, peralatan
pemadam kebakaran, alarm, peralatan P3K, hingga prosedur emergency shutdown.
Sistem emergency shutdown adalah suatu sistem yang digunakan dalam industri
perminyakan sebagai sistem pelindung (safety) dari bahaya-bahaya seperti kebakaran,
dan tekanan berlebih yang dapat menyebabkan ledakan. Biasanya sistem ini beroperasi
apabila keadaan darurat dengan mematikan sistem proses.
 Susunan tim tanggap darurat mencakup koordinator, tim evakuasi, petugas P3k, dan
petugas lain yang diperlukan.
Penentuan lokasi tempat berkumpul (assembly point) dan prosedur pelaporan yang
menyatakan bahwa semua pekerja sudah dievakuasi juga perlu dipertimbangkan.
Perencanaan tanggap darurat yang dibuat harus mencakup cara memperingatkan atau
memberitahu seluruh pekerja, tamu dan pihak yang berada di dalam gedung tentang terjadinya
keadaan darurat. Langkah-langkah yang sebaiknya Anda lakukan antara lain:
 Memasang alarm sebagai tanda terjadinya keadaan darurat dan pastikan seluruh pekerja
mengetahui sinyal alarm keadaan darurat
 Merancang sistem komunikasi darurat untuk menyampaikan informasi keadaan darurat
dan menghindari kesimpangsiuran informasi
 Memastikan bahwa alarm dapat didengar dan kotak alarm dalam keadaan baik dan
lokasinya bebas hambatan. Pastikan pekerja yang menemukan keadaan darurat harus
membunyikan alarm.
Secara umum, langkah-langkah menyiapkan rencana tanggap darurat terbagi menjadi lima,
diantaranya:
 Identifikasi bahaya yang berpotensi menimbulkan keadaan darurat − Anda harus
mengidentifikasi secara spesifik akan potensi bahaya berdasarkan tipe kegiatannya.
 Langkah-langkah pencegahan − Tindakan pencegahan harus dirancang secara detail dan
jelas untuk setiap jenis potensi bahaya. Misalnya membuat langkah pencegahan
kebakaran, ledakan, atau tumpahan bahan kimia.
 Perencanaan tanggap darurat − Perusahaan harus menentukan satu atau lebih
perencanaan darurat yang didasarkan pada kompleksitas serta kebutuhan. Pastikan semua
pekerja mengetahui perencanaan tanggap darurat ini. Penting bagi mereka untuk

10
mengetahui tindakan pencegahan dan apa yang harus dilakukan saat keadaan darurat
terjadi.
 Pelatihan dan uji coba − Perusahaan harus melatih para pekerjanya tentang langkah-
langkah pencegahan dan perencanaan tanggap darurat. Pelatihan secara berkala harus
dilakukan untuk memastikan pekerja melakukan tindakan sesuai dengan perencanaan
darurat yang ditetapkan.
 Evaluasi dan perbaikan − Anda harus memperhitungkan kesenjangan antara perencanaan
tanggap darurat dan hasil uji coba yang telah dilakukan. Bila dalam perencanaan tanggap
darurat masih terdapat kekurangan atau tidak sesuai yang diharapkan, maka perbaikan
dalam perencanaan tanggap darurat perlu dilakukan.

Umumnya, pelatihan tanggap darurat bagi pekerja mencakup hal-hal sebagai berikut:
 Peran dan tanggung jawab individu/ pekerja yang ditunjuk jadi tim tanggap darurat
 Ancaman, bahaya, dan tindakan protektif yang harus dilakukan
 Prosedur pemberitahuan, peringatan, dan komunikasi
 Prosedur tanggap darurat
 Prosedur evakuasi
 Lokasi dan penggunaan alat pemadam kebakaran, kotak alarm, pintu darurat, alat bantu
pernapasan, tempat membilas mata, dan semua peralatan darurat lain
 Prosedur emergency shutdown.

11

Вам также может понравиться