Вы находитесь на странице: 1из 11

Volume 9, Nomor 2, November 2017, pp 93-103 Copyright © 2017 Jurnal Akuntansi Maranatha,

Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Maranatha.


ISSN 2085-8698 | e-ISSN 2598-4977. http://journal.maranatha.edu

Efektivitas Penerapan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah


(SAKIP) pada Pemerintahan Daerah Kota Bandung (Studi Kasus pada
Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan; Bagian Umum dan
Perlengkapan dan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik)
Yunita Christy
Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi-Univ.Kristen Maranatha
(Jl. Prof. Drg. Suria Sumantri No. 65, Bandung)
cuynit@yahoo.com

Sinta Setiana
Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi-Univ.Kristen Maranatha
(Jl. Prof. Drg. Suria Sumantri No. 65, Bandung)
gbsinta77@yahoo.com

Puput Cintia
Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi-Univ.Kristen Maranatha
(Jl. Prof. Drg. Suria Sumantri No. 65, Bandung)
puputcyn98@gmail.com

Abstract
The creation of a good governance system (one good way of governance) one of the way with a good
performance measurement system to support the implementation. The government then makes a performance
measurement system that is Government Accountability System of Performance Institution (SAKIP). The final
product of SAKIP that describes the performance achieved by a government agency on the implementation of
programs and activities funded by APBN/APBD is known as LAKIP (Performance Accountability Report of
Government Agencies). The number of Regional Device Units incorporated in the city or county governments
throughout Indonesia, it was reported that no one had achieved an A rating of the LAKIP he had compiled. This
phenomenon forms the basis for our research to attempt to disclose other factors that might influence the
assessment of LAKIP on the performance appraisal system for SKPD in Indonesia. Based on previous research
conducted by Spekle and Verbeeten (2013), this study tried to replicate to test whether it yielded the same
conclusions. Sample amounted to 127 comes from population 3 SKPD in Bandung with data analysis technique
Moderated Regression Analysis (MRA). The results showed that SAKIP oriented incentives did not affect the
performance of civil servants. SAKIP-oriented exploration affects the performance of civil servants.
Contractibility as a moderating variable can not strengthen or weaken the relationship of SAKIP oriented
incentives tocivil servants performance while the relationship SAKIP oriented exploration and performance of
civil servants negativf influence. Input for the next researcher so as not to focus on one office and test the
variables in this study on different settings and is expected to increase the number of samples to obtain better
results

Keywords: Government Agency Performance Accountability System (SAKIP), Performance,


Contractibility, SKPD Bandung

93
Jurnal Akuntansi Maranatha ■ Volume 9 Nomor 2, November 2017 : 93 - 103

Pendahuluan berita CPNS dan Aparatur Sipil Negara


mengumumkan bahwa sampai dengan tanggal 31
Perubahan pelaksanaan pembangunan menuju Maret 2015, penilaian SAKIP untuk kabupaten/kota di
terciptanya pemerintahan yang baik (Good Corporate Indonesia tidak ada satupun yang bernilai A, hanya 11
Governance) untuk meningkatkan akuntabilitas kabupaten/kota yang memperoleh nilai B. Terdapat
pemerintah, merupakan tujuan dari setiap instansi kontradiksi antara keuntungan penerapan SAKIP
pemerintahan di Indonesia. dengan pencapaian nilai maksimum yang diharapkan.
Agar terciptanya pemerintahan yang baik ini Oleh karenanya pada penelitian ini kami bermaksud
salah satu cara yang dilakukan perlu adanya sistem untuk mengukur keefektifan sampai sejauh mana
SAKIP dapat berkontribusi dalam kinerja yang
pengukuran kinerja yang baik. Pengukuran kinerja
ditunjukkan oleh PNS SKPD dalam melaksanakan
merefleksikan filosofi dan kultur dari suatu organisasi aktivitasnya.
serta menggambarkan seberapa baik suatu kinerja Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
telah diselesaikan dengan biaya, waktu, dan kualitas Spekle dan Verbeeten (2013) dijelaskan bahwa
yang optimal (Tatikonda, 1998). pengaruh sistem penilaian kinerja berorientasi insentif
Seiring berkembangnya waktu, pengukuran terhadap kinerja adalah negatif, namun pada saat
kinerja pada instansi pemerintahan mengalami variabel contractibility yang tinggi memediasi
diantaranya memberikan pengurangan terhadap nilai
perubahan orientasi yaitu pengukuran kinerja yang negatif awal. Kesimpulan yang dihasilkan menyatakan
berorientasi pada input (lebih spesifik anggaran) bahwa variabel contractibility dapat memediasi
bergeser pada pengukuran kinerja yang berorientasi pengaruh sistem penilaian kinerja berorientasi insentif
pada hasil (result oriented government) (Asmoko, terhadap kinerja.
2014). Hal ini diperjelas secara tertulis dengan Sedangkan pengaruh sistem penilaian kinerja
diterbitkannya paket Undang-Undang di bidang berorientasi eksplorasi menunjukkan kecenderungan
keuangan Negara (UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang untuk memperbaiki kinerja. Hasil penelitian Anita
keuangan Negara, UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Primastiwi (2017) juga menyatakan sistem
Perbendaharaan Negara dan UU Nomor 15 Tahun pengukuran kinerja berorientasi eksplorasi
2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung mempunyai dampak positif terhadap kinerja
Jawab Keuangan Negara). pemerintah daerah Kabupaten Klaten
Dalam rangka mendukung terlaksananya sistem Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan
pengukuran kinerja ini maka pemerintahan membuat dapat memberikan jawaban mengapa penilaian SAKIP
sistem pengukuran kinerja dengan nama Sistem untuk kabupaten/kota di Indonesia tidak ada yang
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). bernilai A. Untuk itu hipotesis kami adalah sistem
SAKIP merupakan sistem akuntabilitas
penilaian kinerja berorientasi insentif dan eksplorasi
kinerja instansi pemerintahan dimana sistem ini
dimana berada pada pengaruh variabel moderasi yaitu
merupakan integrasi dari sistem perencanaan,
contractibility.
penganggaran dan sistem pelaporan kinerja yang
selaras dengan pelaksanaan sistem akuntabilitas Identifikasi Masalah
keuangan (Pasinringi, 2010). Adapun identifikasi masalah dari penelitian ini adalah:
Produk akhir dari SAKIP yang 1. Apakah SAKIP yang berorientasi insentif
menggambarkan kinerja yang dicapai oleh suatu berpengaruh terhadap kinerja PNS SKPD di
Kota Bandung?
instansi pemerintah atas pelaksanaan program dan
2. Apakah SAKIP yang berorientasi eksplorasi
kegiatan yang dibiayai APBN/APBD dikenal dengan berpengaruh terhadap kinerja PNS SKPD di
istilah LAKIP ( Laporan Akuntabilitas Kinerja Kota Bandung?
Instansi Pemerintahan). 3. Apakah SAKIP yang berorientasi insentif
Manfaat dari LAKIP dapat dijadikan bahan berpengaruh terhadap kinerja PNS SKPD di
evaluasi terhadap instansi pemerintah yang Kota Bandung ketika dimoderasi oleh
bersangkutan selama satu tahun anggaran. Walaupun variabel contractibility?
LAKIP banyak memberikan manfaat bagi instansi 4. Apakah SAKIP yang berorientasi eksplorasi
pemerintahan, tidak jarang LAKIP dipandang sebelah berpengaruh terhadap kinerja PNS SKPD di
mata baik oleh anggota dewan ataupun penyelenggara Kota Bandung ketika dimoderasi oleh
pemerintahan sendiri. Kesadaran pemerintah daerah variabel contractibility?
untuk memperbaiki kualitas LAKIP pun sepertinya
masih kurang jika dibandingkan dengan keinginan
mereka untuk mendapatkan opini “wajar tanpa
pengecualian” dari BPK. Selain itu pula pada sisi lain,
94
Jurnal Akuntansi Maranatha ■ Volume 9 Nomor 2, November 2017 : 93 - 103

Tujuan dan Manfaat Penelitian termasuk kemajuan monitoring, mengukur dan


Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini mengevaluasi kinerja; (2) strategy management, yang
adalah: meliputi perencanaan, strategi formulasi /pelaksanaan
1. Untuk menguji dan menganalisis seberapa /eksekusi, perhatian fokus, dan keselarasan; (3)
besar pengaruh SAKIP yang berorientasi internal dan eksternal komunikasi, benchmarking, dan
insentif terhadap kinerja PNS SKPD di Kota sesuai dengan peraturan; (4) mempengaruhi perilaku,
Bandung. yang terdiri perilaku bermanfaat, mengelola
2. Untuk menguji dan menganalisis seberapa hubungan, dan kontrol; dan (5) pembelajaran dan
besar pengaruh SAKIP yang berorientasi peningkatan, menangkap umpan balik (feedback), dan
eksplorasi terhadap kinerja PNS SKPD di peningkatan kinerja (Franco-Santos et al., 2007 dalam
Kota Bandung. Speklé dan Verbeeten 2013).
3. Untuk menguji dan menganalisis seberapa
besar pengaruh SAKIP yang berorientasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
insentif terhadap kinerja PNS SKPD di Kota dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Bandung ketika dimoderasi oleh variabel Pemerintah
contractibility. Definisi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
4. Untuk menguji dan menganalisis seberapa Pemerintah (SAKIP) menurut Asmoko (2014) yaitu :
besar pengaruh SAKIP yang berorientasi “Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan,
eksplorasi terhadap kinerja PNS SKPD di dimana sistem ini merupakan integrasi dari sistem
Kota Bandung ketika dimoderasi oleh perencanaan, sistem penganggaran dan sistem
variabel contractibility. pelaporan kinerja, yang selaras dengan pelaksanaan
sistem akuntabilitas keuangan. Dalam hal ini, setiap
organisasi diwajibkan mencatat dan melaporkan setiap
Kerangka Pemikiran dan Hipotesis penggunaan keuangan negara serta kesesuaiannya
dengan ketentuan yang berlaku”
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Hipotesis
(LAKIP) menurut Asmoko (2014) adalah :
Perumusan hipotesis dalam penelitian ini terbagi
“Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
dalam 4 bagian sebagai berikut:
Pemerintahan. LAKIP merupakan produk akhir
H1 = Terdapat pengaruh antara SAKIP yang SAKIP yang menggambarkan kinerja yang dicapai
berorientasi insentif terhadap kinerja PNS oleh suatu instansi pemerintah atas pelaksanaan
SKPD di Kota Bandung. program dan kegiatan yang dibiayai APBN/APBD.
H2 = Terdapat pengaruh antara SAKIP yang Penyusunan LAKIP berdasarkan siklus anggaran yang
berorientasi eksplorasi terhadap kinerja PNS berjalan 1 tahun.”
SKPD di Kota Bandung.
H3 = Terdapat pengaruh antara SAKIP yang
berorientasi insentif terhadap kinerja PNS
SKPD di Kota Bandung ketika dimoderasi
oleh variabel contractibility.
H4 = Terdapat pengaruh antara SAKIP yang
berorientasi eksplorasi terhadap kinerja PNS
SKPD di Kota Bandung ketika dimoderasi
oleh variabel contractibility.

Kerangka Teoritis
Definisi Penilaian Kinerja
Kinerja merupakan suatu wujud perilaku seseorang
atau organisasi dengan orientasi prestasi. Kinerja
seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
ability, capacity, held, incentive, environment dan validity Akuntabilitas Kinerja
(Noto Atmojo, 1992). Akuntabilitas kinerja adalah kewajiban untuk
menjawab dari perorangan, badan hukum atau
Penggunaan Sistem Pengukuran Kinerja pimpinan kolektif secara transparan mengenai
Dalam tinjauan ekstensif dari literatur kinerja, terdapat keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan misi
16 sistem pengukuran kinerja yang berbeda di setiap organisasi kepada pihak-pihak yang berwenang
organisasi. Kelompok peran sistem ini dibagi menjadi menerima pelaporan akuntabilitas/pemberi amanah
lima kategori besar yaitu (1) mengukur kinerja, (LAKIP, 2015).
95
Jurnal Akuntansi Maranatha ■ Volume 9 Nomor 2, November 2017 : 93 - 103

Pengukuran, Evaluasi dan Analisis Kinerja Standar Operasional Prosedur (SOP),


Berdasarkan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi penetapan uraian tugas yang jelas.
Pemerintah (2014), evaluasi bertujuan agar diketahui 4. Sumber Daya Manusia. Pada aspek SDM
pencapaian realisasi, kemajuan dan kendala yang merupakan bentuk profesionalisme pegawai
yang meliputi sikap dan perilaku,
dijumpai dalam rangka pencapaian misi, agar dapat
keterampilan, kepekaan, dan kedisiplinan.
dinilai dan dipelajari guna perbaikan pelaksanaan Indikator yang dinilai dalam komponen ini
program/kegiatan di masa yang akan datang. Selain adalah: penetapan dan penerapan pedoman
itu, dalam evaluasi kinerja dilakukan pula analisis kode etik pegawai, sikap dan perilaku
efisiensi dengan cara membandingkan antara output pegawai dalam memberikan pelayanan
dengan input baik untuk rencana maupun realisasi. kepada para pengguna layanan, tingkat
kedisiplinan pegawai dalam memberikan
Pedoman Penilaian Kinerja pelayanan kepada pengguna layanan, tingkat
Mahsun, 2009 berkaitan denganPeraturan Menteri kepekaan/respon pegawai dalam memberikan
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi pelayanan kepada pengguna layanan, tingkat
Birokrasi no. 38 Tahun 2012 tentang pedoman keterampilan pegawai dalam memberikan
penilaian kinerja unit pelayanan publik memberikan pelayanan kepada pengguna layanan,
indikator-indikator penilaian sebagai berikut: penetapan kebijakan pengembangan pegawai
1. Pada visi, misi dan motto pelayanan terdapat dalam rangka peningkatan
indikator penilaian yang meliputi: Adanya keterampilan/profesionalisme pegawai
visi dan misi yang dijabarkan dalam dengan tujuan meningkatkan kualitas
perencanaan (renstra, renja) mengacu UU pelayanan kepada pengguna pelayanan.
No. 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik, 5. Sarana dan prasarana pelayanan. Sarana dan
penetapan motto pelayanan yang mampu prasarana sebagai media dan instrumen
memotivasi pegawai untuk memberikan dalam memberikan pelayanan kepada
pelayanan terbaik, motto pelayanan masyarakat. Indikator penilaiannya meliputi:
diumumkan secara luas kepada pengguna sarana dan prasarana yang dipergunakan
layanan. untuk proses pelayanan telah didayagunakan
2. Standar pelayanan dan maklumat pelayanan. secara optimal, sarana dan prasarana
Sebagai upaya memberikan kepastian, pelayanan yang tersedia memberikan
meningkatkan kualitas, dan kinerja pelayanan kenyamanan kepada pengguna layanan.
sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan Dilihat dari kebersihan, kesederhanaan,
selaras dengan kemampuan penyelenggaraan kelayakan, dan kemanfaatan, sarana
sehingga mendapatkan kepercayaan pengaduan, misalnya kotak pengaduan, loket
masyarakat, maka penyelenggaraan pengaduan, email dan lain sebagainya.
pelayanan perlu menyusun, menetapkan, dan 6. Penanganan pengaduan. Komponen ini
menerapkan standar pelayanan. Indikator berkaitan dengan aspek penanganan
yang dinilai dalam standar pelayanan dan pengaduan dan penyelesaian terhadap
maklumat pelayanan adalah: penyusunan, pengaduan sesuai dengan ketentuan yang
penetapan, dan penerapan standar pelayanan berlaku. Indikator penilaian komponen ini
mengacu pada UU No. 25 tahun 2009 tentang meliputi: sistem atau prosedur pengelolaan
pelayanan publik, maklumat pelayanan yang pengaduan pengguna layanan, petugas
dipublikasikan. khusus/unit yang menangani pengelolaan
3. Sistem, mekanisme, dan prosedur. Untuk pengaduan, presentase jumlah pengaduan
memberikan kepuasan kepada masyarakat yang dapat diselesaikan, pengelolaan
melalui pelayanan yang diberikan pengaduan yang mengacu pada Peraturan
menggunakan sistem dan mekanisme Menteri PAN-RB No. 13 Tahun 2009 tentang
pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan. Pedoman Peningkatan Kualitas Pelayanan
Hal ini dilakukan dengan prosedur dan Publik dengan Partisipasi Masyarakat dalam
standar operasional prosedur. Indikator yang rangka peningkatan kualitas pelayanan.
dinilai dalam komponen ini adalah: memiliki 7. Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM).
sertifikat ISO 9001:2008 dalam Komponen IKM ini merujuk pada tingkat
menyelenggarakan pelayanan publik dengan kepuasan masyarakat dalam menerima
ruang lingkup semua jenis yang mengacu pelayanan. Indikator penilaiannya meliputi:
pada UU No. 25 tahun 2009 tentang pelaksanaan survei IKM dalam periode
pelayanan publik, menerapkan Sistem penilaian, survei IKM yang dilakukan
Manajemen Mutu (SMM), namun tidak mengacu Kepmen Nomor 25 Tahun 2004
memiliki sertifikat ISO 9001:2008, penetapan dalam periode penilaian, rata-rata skor IKM

96
Jurnal Akuntansi Maranatha ■ Volume 9 Nomor 2, November 2017 : 93 - 103

yang diperoleh, tindak lanjut dari hasil Orientasi Eksplorasi


survei. Penggunaan sistem pengukuran kinerja ekplorasi
8. Sistem informasi pelayanan publik. cenderung memperbaiki kinerja. Efek positif
Komponen ini tentang pengelolaan sistem ditemukan pada kemandirian dari tingkat
informasi publik dalam bentuk penyampaian contractibility yang tidak signifikan. Dapat
informasi dan keterbukaan informasi layanan disimpulkan ketika contractibility tinggi cara
publik. Indikator penilaiannya meliputi: eksplorasi memberikan kontribusi terhadap kinerja.
sistem informasi pelayanan secara elektronik, Pada akhirnya ukuran organisasi dan unit tidak
penyampaian informasi pelayanan publik mempengaruhi kinerja dan tidak ada efek cabang
kepada pengguna layanan, tingkat (Speklé dan Verbeeten 2013)
keterbukaan informasi pelayanan kepada
pengguna layanan. Contractibility
9. Produktivitas dalam pencapaian target Menurut Speklé dan Verbeeten (2013), cara di mana
pelayanan. Pada komponen ini berkaitan sistem pengukuran kinerja di sektor publik digunakan
dengan penentuan target pelayanan yang mempengaruhi kinerja organisasi, dan bahwa efek
ingin dicapai. Indikator penilaianya adalah: kinerja ini tergantung pada contractibility.
penetapan target kinerja pelayanan, tingkat Contractibility meliputi kejelasan tujuan, kemampuan
pencapaian target kinerja. untuk memilih ukuran kinerja yang tidak mengalami
distorsi, dan sejauh mana manajer tahu dan
Orientasi Insentif mengontrol proses perubahan. Berdasarkan penelitian
Orientasi insentif digunakan untuk memeriksa dampak Speklé dan Verbeeten (2013) menunjukkan bahwa
dari New Public Management dengan menggunakan contractibility memoderasi hubungan antara
sistem pengukuran kinerja. Program New Public penggunaan insentif berorientasi sistem pengukuran
Management menekankan peran kinerja sistem kinerja. Penggunaan sistem pengukuran kinerja untuk
pengukuran dalam pengaturan sasaran, pemberian tujuan insentif negatif mempengaruhi kinerja
insentif. (Newberry dan Pallot, 2004 dalam Speklé dan organisasi, tetapi efek ini menjadi ringan ketika
Verbeeten 2013). Dua karakteristik umum dari contractibility tinggi.
pemikiran New Public Management adalah
pengenalan rasionalitas ekonomi dan efisiensi sebagai
prinsip-prinsip yang menyeluruh, dan keyakinan Metode Penelitian
dalam efek menguntungkan dari praktek manajemen
seperti bisnis dan instrument termasuk praktek Populasi dan Sampel
pengukuran kinerja (Bogt et al., 2010 dalam Speklé Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
dan Verbeeten 2013). objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan
Penilaian kinerja seseorang harus disertai reward karakterisktik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
(penghargaan) yang bisa memotivasi dan memicu untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan
peningkatan kinerja. Reward tidak harus diwujudkan (Sugiyono, 2011:117). Populasi dalam penelitian ini
dalam bentuk finansial seperti gaji atau bonus, tetapi adalah seluruh PNS (pegawai negeri sipil) yang
reward dapat berbentuk pujian atau sanjungan sebagai bekerja pada satuan perangkat daerah Kota Bandung.
ungkapan penghargaan dan pengakuan atas prestasi Oleh karena objek penelitian pada penelitian ini
yang dicapai (Mahsun, 2009: 112). adalah Badan Kepegawaian, Pendidikan dan
Reward pada umumnya diwujudkan dalam bentuk Pelatihan; Bagian Umum dan Perlengkapan; dan
finansial/insentif moneter. Insentif moneter Badan Kesatuan Bangsa dan Politik yang berkantor di
merupakan suatu ekstra di atas kompensasi dan gaji Jalan Wastukencana No. 2 Bandung, maka populasi
pokok. Praktik pemberian reward sebagai upaya akan mencakup seluruh PNS yang bekerja pada bagian
peningkatan kinerja perlu mempertimbangkan faktor- tersebut.
faktor penting sebagai berikut (Mahsun, 2009:114): Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
membuat pembayaran atas kinerja sebagai bagian yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono,
integral dan rencana formal organisasi, penentuan 2011:118). Teknik pengambilan sampel yang
insentif dasar berdasarkan data kinerja yang akurat digunakan adalah random sampling dimana setiap unit
dan obyektif, pegawai dilibatkan dalam dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama
pengembangan, implementasi, dan revisi formula untuk dipilih menjadi anggota sampel.
pembayaran kinerja, membangun sistem pembayaran
untuk rencana kerja secara konsisten, reward
kelompok kerja dan individual berdasarkan kontribusi
kerja, sistem pengawasan dan penilaian kinerja harus
transparan, pemberian insentif moneter harus disertai
penghargaan yang dapat meningkatkan kepuasan
pegawai.
97
Jurnal Akuntansi Maranatha ■ Volume 9 Nomor 2, November 2017 : 93 - 103

Definisi Operasional Variabel (DOV)

98
Jurnal Akuntansi Maranatha ■ Volume 9 Nomor 2, November 2017 : 93 - 103

Jika koefisien korelasi product moment melebihi 0,3


(Azwar dalam Sugiyono dalam Sunjoyo dkk. , 2013).
Jika koefisien korelasi product moment > r table (; n-
2) n = jumlah sampel
Nilai sig  
(Suliyanto dalam Sunjoyo dkk. , 2013).
Dalam penelitian ini, uji validitasnya menggunakan
metode Pearson yang dilakukan dengan
membandingkan antara r hitung dengan r tabelnya.
Jika r hitung lebih besar dari r tabel dan nilainya
positif, maka pernyataan tersebut dapat dikatakan
valid.
Reliabilitas merupakan sejauh mana hasil suatu
pengukuran dapat dipercaya (Suliyanto, 2006).
Reliabilitas berhubungan dengan akurasi dari
pengukuran. Suatu pengukur dikatakan reliabel jika
dapat dipercaya (Hartono, 2011).

Uji Asumsi Klasik


Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang
harus dipenuhi pada analisis regresi linear yang
berbasis Ordinary Least Square (Priyanto, 2008).
Asumsi ini dikembangkan oleh Carl Fredrich pada
tahun 1821 dan dikatakan bahwa model regresi
disebut baik jika memenuhi 3 asumsi, yaitu:
Multikolinieritas,
Heteroskedastisitas, dan Autokorelasi. Sebelum
dilaksanakan uji asumsi klasik, diperlukan uji
normalitas.

Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian untuk melihat apakah
data tersebut normal atau tidak. Model regresi yang
baik adalah memiliki nilai residual terdistribusi
normal (Sunjoyo dkk., 2013).

Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas adalah untuk melihat ada atau
tidaknya korelasi yang tinggi antara variabel-variabel
bebas dalam suatu model regresi linear berganda. Jika
ada korelasi yang tinggi di antara variabel-variabel
bebasnya, maka hubungan antara variabel bebas
terhadap variabel terikatnya menjadi terganggu
(Sunjoyo dkk., 2013).
Alat statistik yang sering dipergunakan untuk menguji
gangguan multikolinearitas adalah:
Jika nilai VIF tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance
tidak kurang 0,1, maka model dapat dikatakan
Teknik Pengujian Data terbebas dari multikolinearitas, VIF = 1/Tolerance,
Validitas dan Reliabilitas jika VIF = 10, maka Tolerance 1/10 = 0,1. Semakin
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tinggi VIF maka semakin rendah Tolerance.
tingkat keandalan atau keabsahan suatu alat ukur. Jika nilai VIF tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance
Informasi validitas menunjukkan tingkat dari tidak kurang 0,1, maka model dapat dikatakan
kemampuan tes untuk mencapai sasarannya (Isaac dan terbebas dari multikolinearitas, VIF = 1/Tolerance,
Michael dalam Hartono, 2011). Validitas berhubungan jika VIF = 10, maka Tolerance 1/10 = 0,1. Semakin
dengan ketepatan alat ukur untuk melakukan tugasnya tinggi VIF maka semakin rendah Tolerance.
mencapai sasarannya (Hartono, 2011). Jika nilai koefisien korelasi antar masing-masing
Keputusan bahwa butir-butir pertanyaan dianggap variabel independen kurang dari 0,70, maka model
valid dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: dapat dinyatakan bebas dari multikolinearitas. Jika
99
Jurnal Akuntansi Maranatha ■ Volume 9 Nomor 2, November 2017 : 93 - 103

nilai korelasi lebih dari 0,70, berarti terjadi korealsi Tabel 2


yang sangat kuat antar variabel independen sehingga Hasil Uji Validitas Variabel X2
terjadi multikolinearitas.
Jika nilai koefisien determinan, baik R2 ataupun
Adjusted R2 di atas 0,60 namun tidak ada variabel
independen yang berpengaruh terhadap variabel
dependen, maka diasumsikan model terkena Tabel 3
multikolinearitas. (Nugroho dalam Sunjoyo dkk., Hasil Uji Validitas Variabel Z
2013).

Uji Heteroskedastisitas
Uji Heterokedastisitas adalah untuk melihat apakah
terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu Hasil Uji Validitas Variabel Y tercantum dalam
pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi Lampiran II (tidak dapat ditampilkan karena
yang memenuhi persyaratan adalah dimana terdapat jumlah data cukup banyak).
kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke Berdasarkan tabel 1 sampai dengan 3 lampiran II
pengamatan yang lain tetap. (untuk uji validitas variable Y) menunjukkan bahwa
nilai korelasi Product Moment melebihi 0.3 sehingga
Uji MRA data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Variabel moderating adalah variabel independen yang valid.
berfungsi menguatkan atau melemahkan hubungan
antara variabel independen terhadap variabel Uji Reliabilitas
dependen. Ada beberapa cara untuk menguji regresi Pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan
dengan variabel moderating dan salah satunya adalah dengan menggunakan koefisien cronbach alpha ()
Moderated Regression Analysis (MRA) atau uji dengan menggunakan SPSS. Suatu konstruk dikatakan
interaksi merupakan aplikasi khusus regresi berganda reliabel jika memiliki Cronbach Alpha > 0,7. (Ghozali
linear dimana dalam persamaan regresinya dalam Nunnaly dalam Agustina dan Yoestini, 2012).
mengandung unsur interaksi (perkalian dua atau lebih
variabel independen) (Liana Lie, 2009). Tabel 4
Hasil Uji Reliabiltas Variabel X1

Hasil Penelitian dan Pembahasan


Gambaran Umum Objek Penelitian
Objek penelitian pada penelitian ini adalah Badan
Kepegawaian Daerah (BKD) yang terdiri dari Badan Tabel 5
Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan; Badan Hasil Uji Reliabilitas Variabel X2
Bagian Umum dan Perlengkapan; serta Badan
Kesatuan Bangsa dan Politik yang berkantor di Jalan
Wastukencana No.2 Bandung. Responden dalam
penelitian ini adalah seluruh PNS yang bekerja pada
bagian tersebut. Populasi ada 218 orang sedangkan
sampel berjumlah 127. Tabel 6
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Z
Hasil Penelitian
Uji Instrumen Penelitian, Uji Validitas
Dalam penelitian ini, uji validitasnya menggunakan
metode Pearson yang dilakukan dengan
membandingkan antara r hitung dengan r tabelnya.
Jika r hitung lebih besar dari r tabel dan nilainya Tabel 7
positif, maka pernyataan tersebut dapat dikatakan Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y
valid.
Tabel 1
Hasil Uji Validitas Variabel X1

100
Jurnal Akuntansi Maranatha ■ Volume 9 Nomor 2, November 2017 : 93 - 103

Berdasarkan pada tabel 4 sampai dengan 7


menunjukkan nilai cronbach alpha lebih dari 0.7
sehingga data-data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah reliabel.

Uji Asumsi Klasik


Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini adalah
menggunakan Uji Kolmogorov Smirnov. Jika nilai
signifikan ≤ 0.05 maka distribusi data tidak normal, Berdasarkan tabel 10 diatas, menunjukkan bahwa nilai
tolerance tidak kurang dari 0.1 dan nilai VIF tidak
jika nilai signifikan ≥ 0.05 maka distribusi data
lebih dari 10, maka data data yang dipakai dalam
normal. penelitian ini sudah terbebas dari multikolinearitas
atau tidak terdapat masalah multikolinearitas
Berdasarkan tabel 8 di bawah ini, data tidak
berdistribusi normal, karena nilainya kurang dari sig ( Uji Heterokedastisitas
0.05) menurut perhitungan Kolmogorov Smirnov
dengan menggunakan SPSS

Gambar 1
Scatter Plot

Berdasarkan gambar diatas menunjukkan tidak adanya


Oleh karena itu, apabila data tidak berdistribusi pola tertentu pada grafik scatterplot antara variable
normal maka perlu dilakukan uji outlier menggunakan dependent dengan independent, maka dapat
casewise diagnostics dan dihasilkan data sebagai disimpulkan bawah data terbebas atau tidak
berikut : mengandung unsur heterokedastisitas

Uji Hipotesis
Moderated Regression Analysis merupakan aplikasi
khusus regresi berganda linier dimana dalam
persamaan regresinya mengandung unsur interaksi
(perkalian dua atau
lebih variabel independen)

Maka berdasarkan data di atas responden no 61 dan 91


dikeluarkan dari perhitungan.

Uji Multikolinearitas
Alat statistik yang digunakan dalam penelitian ini
mengacu pada nilai VIF (Variance Inflation Factor).
Jika nilai VIF tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance
tidak kurang 0,1, maka model dapat dikatakan
terbebas dari multikolinearitas, VIF = 1/Tolerance,
jika VIF = 10, maka Tolerance 1/10 = 0,1. Semakin
tinggi VIF maka semakin rendah
Tolerance.

101
Jurnal Akuntansi Maranatha ■ Volume 9 Nomor 2, November 2017 : 93 - 103

contractibility terhadap SAKIP berorientasi insentif


sebesar 0.394 lebih besar dari 0.05. Koefisien
menunjukkan arah yang berlawanan yaitu sebesar -
0.061 terhadap kinerja PNS. Berdasarkan uraian diatas
maka H3 ditolak. Hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Spekle dan
Verbeeten (2013). Kesimpulannya adalah moderasi
contractibility terhadap hubungan SAKIP berorientasi
insentif dan kinerja PNS tidak berpengaruh signifikan.
Proses kesepakatan kinerja (contratibility) yang
Berdasarkan hasil MRA yang ditunjukkan pada tabel seharusnya menjadi mudah jika kedua pihak
12 maka dapat dibuat persamaan regresi sebagai menyiapkan pertemuan dengan mengkaji ulang
berikut : progres terhadap sasaran yang disetujui dalam
penelitian ini tidak menjadi faktor yang menguatkan
Y= -1.753 + 0.420X1 + 0.916X2 + 0.997Z - hubungan insentif dengan kinerja karyawan. Kontrak
0.061X1Z – 0.158X2Z + Ɛ kinerja tidak menjadi dasar untuk mempertimbangkan
rencana yang harus dibuat untuk memperbaiki kinerja.
Pengujian hipotesis pengaruh SAKIP yang
berorientasi insentif terhadap kinerja PNS. Pengujian hipotesis pengaruh SAKIP yang
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang berorientasi eksplorasi terhadap kinerja PNS
dilakukan oleh Spekle dan Verbeeten (2013). dimoderasi oleh variabel contractibility.
Kesimpulannya adalah SAKIP berorientasi insentif Hipotesis keempat (H4) menyatakan bahwa SAKIP
tidak berpengaruh terhadap kinerja PNS. Hal ini berorientasi eksplorasi berpengaruh terhadap kinerja
menunjukkan bahwa SAKIP yang berorientasi insentif PNS dimoderasi oleh variabel contractibility. Hasil
bagi karyawan tidak mempengaruhi kinerja mereka. pengolahan data menunjukkan tingkat probalilitas
Hal ini disebabkan karena ketentuan yang berlaku, interaksi contractibility terhadap SAKIP berorientasi
khususnya dalam kantor pemerintahan, dimana sistem contractibility sebesar 0.028 lebih kecil dari 0.05.
insentif ini didasarkan pada masa kerja atau senioritas Koefisien menunjukkan arah yang berlawanan yaitu
pegawai yang bersangkutan dalam suatu organisasi sebesar -0.158 terhadap kinerja PNS. Berdasarkan
(Siagian, 2002). uraian di atas maka H4 diterima. Kesimpulannya
adalah moderasi contractibility terhadap hubungan
Pengujian hipotesis pengaruh SAKIP yang SAKIP berorientasi eksplorasi dan kinerja PNS
berorientasi eksplorasi terhadap kinerja PNS. berpengaruh negatif. Hal ini menunjukkan bahwa pada
Hipotesis kedua (H2) menyatakan bahwa SAKIP yang saat SAKIP berorientasi eksplorasi semakin tinggi
berorientasi eksplorasi berpengaruh pada kinerja PNS. dalam perusahaan, begitu perusahaan menggunakan
Konfirmasi terhadap pengujian ini dilakukan dengan perjanjian kerja, maka kinerja perusahaan menjadi
melihat hasil uji statistik t. Tingkat probabilitas (sig.) t rendah.
variabel SAKIP berorientasi eksplorasi sebesar 0.001
lebih kecil dari 0.05 dengan koefisien 0.916. Arah
koefisien searah dengan kinerja PNS. Hal ini Simpulan dan Saran
menunjukkan bahwa H2 diterima, dengan kesimpulan
SAKIP berorientasi eksplorasi mempengaruhi kinerja Simpulan
PNS. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa SAKIP
yang dilakukan oleh Spekle dan Verbeeten (2013). berorientasi insentif tidak berpengaruh terhadap
Penggunaan sistem pengukuran kinerja eksplorasi kinerja PNS.
yang melibatkan pengembangan sumber daya manusia Simpulan yang berikutnya adalah SAKIP
(SDM) seperti pembelajaran, pelatihan-pelatihan dan berorientasi eksplorasi mempengaruhi kinerja PNS.
eksperimen-eksperimen cenderung dapat Penggunaan sistem pengukuran kinerja eksplorasi
memperbaiki dan meningkatkan kinerja dibandingkan yang melibatkan pengembangan sumber daya manusia
dengan pengukuran kinerja insentif. (SDM) seperti pembelajaran, pelatihan-pelatihan dan
eksperimen-eksperimen cenderung dapat
Pengujian hipotesis pengaruh SAKIP yang memperbaiki dan meningkatkan kinerja dibandingkan
berorientasi insentif terhadap kinerja PNS dengan pengukuran kinerja insentif.
dimoderasi oleh variabel contractibility. Simpulan yang ketiga adalah contractibility
Hipotesis ketiga (H3) menyatakan bahwa SAKIP sebagai variabel moderasi tidak dapat memperkuat
berorientasi insentif ataupun memperlemah hubungan SAKIP berorientasi
berpengaruh terhadap kinerja PNS dimoderasi oleh insentif terhadap kinerja PNS. Hal ini berlawanan
variabel contractibility. Hasil pengolahan data dengan simpulan terakhir (keempat) dari penelitian ini
menunjukkan tingkat probalilitas interaksi adalah moderasi contractibility terhadap hubungan
102
Jurnal Akuntansi Maranatha ■ Volume 9 Nomor 2, November 2017 : 93 - 103

SAKIP berorientasi eksplorasi dan kinerja PNS Priyanto, Dwi. 2008. Mandiri Belajar SPSS.
berpengaruh negatif yang mengindikasikan bahwa Mediakom. Yogyakarta.
dengan adanya kehadiran dari faktor contractibility Siagian, Sondang P. 2002. Manajemen Sumber Daya
dapat memperkuat dan memperlemah hubungan Manusia. Edisi Pertama, Cetakan
SAKIP berorientasi eksplorasi terhadap kinerja PNS Keempatbelas, Penerbit: Bumi Aksara,
dengan arah yang berlawanan. Jakarta.
Spekle, Roland F. and Frank H.M. Verbeeten. 2014.
Keterbatasan Penelitian dan Saran The Use of Performance Measurement
Sampel yang layak untuk dianalisis sangat terbatas, Systems in The Public Sector: Effects on
yaitu kurang lebih 127 sampel dari 218 sampel yang Performance. Management Accounting
direncanakan. Keterbatasan sampel ini akan Research. Volume 12, Issue 2, June 2014,
mempengaruhi goodness of fit model penelitian yang Pages 131-146.
diajukan dan hasil pengujian hipotesis tidak sesuai Speklé dan Verbeeten. 2013. The use of performance
dengan yang diharapkan. Selain itu, peneliti hanya measurement systems in the public sector:
memfokuskan pada satu kantor Daerah Kota Bandung Effects on performance, Management
sebagai objek penelitian. Sehingga hasil penelitian ini Accounting Research, 507, 1-16.
memiliki tingkat generalisasi yang rendah. Speklé dan Verbeeten. 2009. The use of performance
Penelitian yang akan datang sebaiknya tidak measurement systems in the public sector:
memfokuskan pada satu kantor dan menguji variabel- Effects on performance, Nyenrole Research
variabel pada penelitian ini pada setting yang berbeda, & Innovation Institute (NRI) Research Paper
diharapkan dapat meningkatkan jumlah sampel untuk no.09-08. April.
memperoleh hasil yang lebih baik. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan.
Alfabeta. Bandung.
Suliyanto. 2006. Metode Riset Bisnis. Penerbit Andi.
Daftar Pustaka Yogyakarta.
Sunjoyo, dkk. 2013. Aplikasi SPP Untuk Smart Riset.
Agustina, Vina dan Yoestini. 2012. Analisis Alfabeta. Bandung.
Pengaruh Kualitas Pelayanan, Kepuasan Sutrisno, Prihatin. 2007. Sistem Pengukuran dan
Pelanggan, dan Nilai Pelanggan dalam Penilaian Kinerja Karyawan Dalam
Meningkatkan Loyalitas Pelanggan Menjalankan Tugas dan Kewajibannya.
Joglosemar Bus. Diponegoro Journal of Bandung.
Management, Vol 1, No.1, hal. 1-11. Tatikonda, Laksmi. U and Tatikonda, Rao. 1998.
Asmoko, Hindri, 2014 Evaluasi Sistem Pengukuran “We Need Dynamic Performance Measure
Kinerja Pemerintah Pusat Di Measures” Majalah Manajemen.
Indonesia. Undang Undang No. 17 tahun 2003: Keuangan
Lie Liana. 2009. Penggunaan MRA dengan SPSS Negara.
untuk Menguji Pengaruh Variabel Undang Undang No 1 Tahun 2004: Pembendaharaan
Moderating terhadap Hubungan antara Negara.
Variabel Independen dan Variabel Undang-Undang No 15 Tahun 2004: Pemeriksaan
Dependen. Jurnal Teknologi Informasi Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
DINAMIK Vol.2. Juli 2009. pp.90-97. Negara.
Hartono. 2011. Metodologi Penelitian. Zanafa Yunus, Dalifah. 2012. Pengaruh Kinerja Guru
Publishing. Pekanbaru. Terhadap Kualitas Pembelajaran IPA SMP di
Mahsun, M. 2009. Pengukuran Kinerja Sektor Kabupaten Belitung Timur. Jakarta.
Publik. BPFE Yogyakarta.
Notoatmojo, Soekidjo.1992. Pengembangan Sumber
Daya Manusia. Jakarta; PT Rineka
Cipta.
Pasinringi, M. 2010. Pedoman Penyusunan
Dokumen Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (SAKIP) di
Lingkungan Kementrian Perdagangan.
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi No. 38 Tahun
2012: Pedoman Penilaian Kinerja Unit
Pelayanan Publik.
Primastiwi Anita. 2017. Pengaruh Informasi dan Sasaran yang
Jelas dan Terukur terhadap Penggunaan Sistem

103

Вам также может понравиться