Вы находитесь на странице: 1из 21

MAKALAH

PERAN PANCASILA BAGI PEMUDA GUNA MEMBANGUN RASA


NASIONALISME DI ERA MODERN

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila dan


Kewarganegaraan

Oleh:
1. Febriana Nurul Putri 020118A072
2. Marlen Sanadi 020118A029
3. Nur Aida Etikasari 020118A040
4. Porlin Wenda 020118A044

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULATAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN
2018
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul .......................................................................................................... i
Halaman Daftar Isi .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan ................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
A. Sejarah Lahirnya Pancasila ................................................................... 3
B. Pancasila Sebagai Pandangan dan Tujuan Hidup bangsa ...................... 4
C. Modal Historis Perjuangan Bangsa Bagi Generasi Muda ..................... 6
D. Upaya Penanaman nilai-nilai Pancasila pada Generasi Muda .............. 8
E. Pentingnya Menanamkan Nilai-Nilai Pancasila pada Generasi Muda .. 15
BAB III PENUTUP ................................................................................................. 17
A. Kesimpulan ........................................................................................... 17
B. Saran ..................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyak generasi tua kini menanyakan dan menyadari bahwa nilai-nilai Pancasila
belum diimplementasikan pada generasi muda Indonesia. Khususnya pada era modern
sekarang. Padahal jika dilihat dari sisi historis generasi muda Indonesia memiliki peran
yang sangat penting utamanya dilihat dari segi perjuangan hingga Indonesia merdeka.
Diawali dengan angkatan 28, para pemuda Indonesia memiliki satu visi yang ingin
menyatakan keinginannya untuk bersatu tanpa memandang dari golongan maupun etnis
manapun, maka dari itu muncullah Sumpah Pemuda. Berawal dari Sumpah Pemuda itu,
pandangan para pemuda Indonesia menjadi revolusioner dan memiliki nasionalisme yang
kuat. Pada tahun !9945 tepatnya pada sekitar proklamasi terdapat peristiwa bersejarah
yang juga dipeloporii oleh pemuda. Karena adanya perbedaan pendapat dengan golongan
tua, maka golongan muda berupaya agar proklamasi segera dilaksanakan dengan cara
menculik Soekarno ke Rengasdengklok dengan alas an tidak terpengaruh oleh Jepang.
Bercermin pada peristiwa perjuangan bangsa yang dipelopori oleh generasi muda
menunjukkan bahwa pada saat itu jiwa generasi muda telah tertanam nilai-nilai Pancasila
yang bersifat nasiomal yang mendasari cita-cita bangsa. Menanamkan nilai-nilai
Pancasila pada jiwa generasi muda kini sangatlah penting, karena dengan jiwa Pancasila
bangsa Indonesia tidak akan mudah terpengaruh oleh kebudayaan dan ideologi bangsa
lain. Apalagi pada era modern kini kebudayaan bangsa lain dapat dengan mudah merasuki
jiwa generasi muda, oleh karena itu generasi muda kini harus tetap berpegang teguh pada
nilai-nilai kepribadian Pancasila.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana cara menanamkan nilai-nilai Pancasila guna membangun rasa
nasionalisme pada generasi muda diera modern?

1
2. Mengapa penting dilakukan penghayatan dan pengalaman nilai-nilai
Pancasila pada generasi muda diera modern?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Disamping itu agar mahasiswa dapat
mengetahui tentang cara menanamkan nilai-nilai Pancasila guna membangun rasa
nasionalisme pada generasi muda diera modern dan upaya penghayatan dan pengalaman
nilai-nilai Pancasila pada generasi muda diera modern.
D. Manfaat Penulisan
1. Mengetahui upaya-upaya dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila guna
membangun rasa nasionalisme pada generasi muda diera modern.
2. Mengetahui faktor penyebab lunturnya nilai-nilai Pancasila pada generasi
muda Indonesia diera modern.
3. Mengetahui pentingnya menanamkan nilai-nilai Pancasila pada generasi
muda Indonesia diera modern.
4. Mengetahui perbedaan kepribadian dan jiwa nilai-nilai Pancasila yang
tertanam pada generasi muda.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Lahirnya Pancasila
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, dalam pengertian historisnya adalah hasil
dari pemikiran dan penggalian kembali oleh para pendiri negara (The Founding Fathers)
untuk menemukan landasan atau pijakan yang kokoh untuk di atasnya didirikan negara
Indonesia merdeka1. Sebagai suatu negara yang baru merdeka, Indonesia memerlukan
ideologi atau landasan dalam bernegara yang jelas. Dikarenakan pada tahun-tahun setelah
Indonesia merdeka timbul dua kubu besar yaitu, blok barat dengan paham liberal kapitalis
dan blok timur dengan paham sosialis komunisnya.
Bangsa Indonesia telah berhasil merumuskan dan menentukan Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa dan dasar negara yang disepakati sejak tanggal 18 Agustus 1945
2. Sebelum disepakati, pada sidang BPUPKI tanggal 29 Mei- 1 Juni 1945 ada beberapa
usulan dasar negara dari para pendiri bangsa. Terdapat tiga pendiri bangsa dengan
usulannya, yakni : Mr. Muhammad Yamin, Prof. Dr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Dan
selanjutnya konsep-konsep itu di olah kembali oleh Panitia Kecil yang terdiri dari delapan
orang, antara lain. Ir. Soekarno sebagai ketua dengan anggota-anggota Bung Hatta,
Soetardjo Kartohadikusoemo, K.H. Wachid Hasyim, A.A Maramis 3.
Pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Kecil lalu mengadakan pertemuan dengan badan
penyidik. Dari pertemuan ini berhasil dibentuk kembali “Panitia Sembilan” yang terdiri
dari Bung Karno, Bung Hatta, Moh Yamin, Ahmad Subarjo, A.A. Maramis, K.H
Abdulkahar Muzakhir, K.H. Wachid Hasyim, Abikusno Tjokrosuyoso, dan H. Agus
Salim.Pada akhirnya Panitia Sembilan mencapai kesesuaian dalam menetapkan rumusan
pembukaan hokum dasar, yang dikenal dengan “Piagam Jakarta” .
Dalam susunan konsep pada Piagam Jakarta tersebut yang menyerupai pada sila
Pancasila kini. Namun sebelum ditetapkan dan disahkan ada perubahan pada sila pertama
dengan menghapuskan kata-kata “…, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pmeluknya” sehingga tinggal kata-kata “Ke-Tuhanan Yang Maha Esa” saja .
Perubahan itu terjadi karena adanya reaksi dari Indonesia Timur, dimana disana agama
Nasrani berkembang cukup luas, Indonesia memiliki berbagai keyakinan, tidak hanya

3
Islam meskipun mayoritas. Mengingat pula agama Hindu dan Budha pernah tersebar luas
dengan dibuktikan adanya kerajaan besar yang pernah berdiri di Nusantara.
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus
1945, seperti tersebut diatas bersidang dan mengesahkan UUD Negara Republik
Indonesia, yang meliputi Pembukaan, Batang Tubuh dan Penjelasan tentang pokok-pokok
pikiran di dalamnya . Di dalam Pembukaan UUD 1945 tercantum bunyi sila-sila Pancasila
pada alinea ke IV, yakni : Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam sejarah lahirnya pancasila tentu terdapat pula peran para generasi muda.
Seperti tercantum pada latar belakang makalah. Generasi muda Indonesia telah
memikirkan perlunya dasar negara yang harus dibudayakan, dihayati, dan diamalkan pada
kehidupan yang nyata. Sehubung dengan kekhasan jiwa pemuda yang setiap langkah
lakunya dilakukan dengan kenyataan yang ada di sekitarnya, dan kemurnian serta
keberanian dalam menyerap nilai-nilai dan gagasan baru.
Perjalanan panjang melahirkan kembali Pancasila oleh para pendiri bangsa tentu
tidaklah mudah, banyak berbagai macam hambatan di dalamnya. Hambatan itu pula tidak
terjadi saat proses dirumuskan hingga disahkannya Pancasila, namun hambatan itu selalu
ada dalam setiap zaman dan memiliki hambatan yang berbeda-beda. Hambatan ini
merupakan tugas dari segala lapisan masyarakat, utamanya generasi muda. Perlunya
penhayatan dan pengamalan kembali nilai-nilai Pancasila pada generasi muda sangatlah
perlu guna menghargai jasa para pendiri bangsa dan juga perlu guna menumbuhkan rasa
nasionalisme dalam jiwa generasi muda kini.
B. Pancasila Sebagai Pandangan dan Tujuan Hidup bangsa
Sebagai suatu negara Indonesia telah mengikrarkan bahwa falsafah atau ideologi
bangsanya adalah ideologi Pancasila. Segala hal telah tertanam dalam nilai-nilai
Pancasila, termasuk tujuan bangsa, cita-cita bangsa, hingga pedoman berperilaku. Selain
itu Pancasila juga merupakan cerminan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia.
Sebagai pandangan hidup bangsa Pancasila sebenarnya telah berabad-abad
mewarnai dan membentuk sikap dan cara hidup rakyat Indonesia yang terdiri dari berbagai

4
suku yang mendiami tidak kurang dari 13.660 pulau di wilayah Indonesia4. Disebut
sebagai jiwa dan kepribadian bangsa, Pancasila juga memberikan suatu kekhasan yang
dimiliki bangsa Indonesia dan merupakan pembeda dari bangsa lain. Salah satu ciri khas
dalam bersikap yang dimiliki oleh bangsa Indonesia adalah sikap toleransi dan terdapat
banyak ciri khas bangsa Indonesia yang tercantum dalam nilai-nilai Pancasila.
Pandangan hidup bangsa termasuk di dalamnya adalah tujuan bangsa. Dalam nilai-
nilai Pancasila juga telah tertanam intisari tujuan bangsa Indonesia, salah satunya adalah
mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila . Hal tersebut tertanam
dalam sila ke-5 yang berbunyi “ Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Peran
generasi muda dalam mewujudkan tujuan dan penghayatan Pancasila sebagai pedoman
dalam berbangsa sangatlah penting utamanya dalam membentuk jiwa nasionalisme.
Setelah memahami apa saja nilai-nilai yang ada dalam Pancasila, yang harus dilakukan
adalah dengan membudayakan dan mengamalkan nilai-nilai yang ada dalam sila-sila
Pancasila itu dalam kehidupan sehari-hari.
Namun pada Era Reformasi dibarengi masuknya pengaruh globalisasi, nilai-nilai
Pancasila sebagai pandangan dan tujuan hidup bangsa seakan terlupakan. Namun
masyarakat utamanya generasi muda tidak menyadari bahwa hal itu sangat krusial untuk
merusak pandangan serta tujuan bangsa. Dalam kehidupan sosial, masyarakat kehilangan
kendali atas dirinya, akibatnya terjadi konflik-konflik yang pada akhirnya melemahkan
sendi-sendi persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam bidang budaya, kesadaran masyarakat
atas keluhuran budaya bangsa Indonesia mulai luntur, yang pada akhirnya terjadi
disorientasi kepribadian bangsa yang diikuti dengan rusaknya moral generasi muda 5.-
Terlihat dari merosotnya nasionalisme para generasi muda dan perilaku yang cenderung
meniru kebudayaan bangsa lain.
Perlu adanya kesadaran untuk mengatasi kemerosotan nilai pandangan dan tujuan
bangsa ini guna memprkokoh jati diri bangsa Indonesia yang sesuai dengan Pancasila.
Dalam upaya ini perlu diupayakan secara serius suatu penelitian mengenai aspek-aspek
sosial budaya dan lainnya pada masyarakat Indonesia, dan kemudian diikuti dengan suatu
program aksi pembentukan dan pemasyarakatan nilai-nilai budaya “baru”, yang sesuai
dengan Pancasila dan UUD 1945 sehingga mampu memenuhi tuntutan perkembangan

5
zaman dimasa mendatang 6. Serta dapat meluruskan kembali Pancasila sebagai
pandangan dan tujuan hidup bangsa.
C. Modal Historis Perjuangan Bangsa Bagi Generasi Muda
Dalam proses pembentukan identitas dan nasionalisme di Indonesia di awali dengan
masa perjuangan bangsa melawan penjajah Belanda. Perjuangan tersebut dahulu
dilakukan secara kedaerahan atau melakukan gerakan perlawanan secara lokal, seperti :
Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol, Sultan Hasanudin, dan lain-lain. Perlawanan
semacam ini dinilai banyak mengalami kegagalan dan bangsa Indonesia banyak
mengalami merugikan.
Pada permulaan tahun 1900-an, mulailah muncul gerakan nasional yang diwujudkan
dalam bentuk organisasi-organisasi politik. Organisasi ini juga dipelopori oleh para
generasi muda yang telah mendapatkan pendidikan tinggi, antara lain pendidikan
Kedokteran, sekolah dokter terkenal adalah STOVIA yang bertepat di Jakarta. Para pelajar
di STOVIA sering bertukar pikiran dengan pelajar lain mengenai penderitaan rakyat oleh
penjajahan Belanda.
Dengan pertukaran pikiran itu para pelajar Indonesia mulai muncul pemikiran,
gagasan, dan cita-cita untuk melakukan perjuangan. Tokoh yang terkenal pada masa ini
adalah Dr. Sutomo, bersama Dr. Wahidin Sudiro Husodo pada tanggal 20 Mei 1908
mendirikan Budi Utomo, organisasi modern pertama yang ada di Indonesia. Tujuan
organisasi ini adalah untuk memajukan pengajaran dan kebudayaan di Indonesia, dan hal
ini mengawali kebangkitan nasional.
Pada Era Kebangkitan ini, masih belum ada Bangsa (Nation) Indonesia, yang ada
baru idea, gagasan, cita-cita untuk membentuk suatu bangsa yang bersatu dalam suatu
wilayah tertentu dengan cita-cita yang sama.
Gagasan itu barulah terwujud pada tahun 1928, dimana para organisasi pemuda dari
suku dan daerah yang berbeda-beda, seperti Jong Java, Jong Celebes, Jong Borneo, Jong
Ambon dan yang lainnya. Organisasi itu berkumpul dan melakukan kongres pertama yang
bersifat Nasional dan menyerukan dan bersumpah bahwa hanya ada satu bangsa yaitu
bangsa Indonesia, satu bahasa yaitu bahsa Indonesia, dan satu tanah air yaitu Indonesia.

6
Dalam kongres ini pula pertama kalinya dinyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya”,
yang diciptakan oleh W.R Supratman.
Meskipun Sumpah Pemuda telah menjadi pondasi awal terbentuknya suatu bangsa,
namun secara de jure dan de facto, bangsa Indonesia dengan suatu Negara yang merdeka
belum ada, masyarakat Indonesia masih merupakan rakyat yang terjajah dengan status
Nederlands Onderdaan (kaula budak kerajaan Belanda), karena pihak penjajah tidak
menginginkan adanya persatuan dan pembentukan suatu bangsa di wilayah jajahannya,
mereka tetap memandang persatuan para pemuda sebagai kelompok-kelompok etnis, yang
satu dengan lainnya diadu domba, dan dipisahkan menjadi kelompok-kelompok kecil,
namun ikrar bersama para pemuda ini amat besar artinya bagi perjuangan rakyat Indonesia
sebagai pembangkit semangat dan mendorong untuk secepatnya merealisasikan cita-cita
merdeka yang dirintis sejak tahun 1908.
Dilanjutkan pada saat proklamasi kemerdekaan Indonesia tahun 1945, yang mana
juga terdapat peran generasi muda. Terdapat perbedaan pendapat antara golongan tua dan
muda saat itu. Golongan tua terdiri dari Bung Karno, Bung Hatta, dan golongan muda
terdiri dari Syahrir, Sukarni dan lainnya. Pada akhirnya perbedaan pendapat itu
memunculkan peristiwa penculikan Sukarno dan Hatta ke daerah Rengasdengklok.
Maksud dari penculikan ini adalah, generasi muda menginginkan agar proklamasi segera
terlaksana, dan agar terbebas dari pengaruh Jepang.
Setelah kemerdekaan Indonesia, generasi muda juga memegang peranan penting
dalam proses revolusi di Indonesia. Pada masa akhir orde lama kepemimpinan Sukarno,
pergerakan mahasiswa dikenal dengan mahasiswa angkatan ‘66 dan bekerjasama dengan
berbagai organisasi pergerakan lainnya berhasil menggulingkan rezim Sukarno, dengan
tuntutan TRITURA (Tri Tuntutan Rakyat) yang berisi : turunkan harga, bubarkan PKI,dan
rombakan kabinet.
Keberhasilan para generasi muda itu kembali ada pada akhir orde baru menuju
Reformasi tepatnya pada tahun 1998 yang kemudian dijuluki dengan angkatan ’98 . Para
generasi muda melakukan beberapa aksi yaitu penumpasan KKN sekaligus penggulingan
presiden Suharto. Saat peristiwa ini juga terdapat kejadian dimana ada penembakan pada
mahasiswa Universitas Trisakti saat melakukan demonstrasi.

7
Dengan rentetan peristiwa perjuangan bangsa serta peran penting generasi muda di
dalamnya, semangat nasionalisme pula telah tercermin dalam generasi muda terdahulu.
Semangat generasi muda terdahulu sangat erat dengan semangat nasionalisme.
Kaitan erat semangat generasi muda dengan smangat nasionalisme, seperti yang
dituliskan I Basis Susilo ( 2008 : 84), dalam buku Pemuda dan Nasionalisme bahwa, “
mengaitkan kebangsaan dengan kaum muda memang pada tempatnya, karena sejarah
bangsa kita dan bangsa-bangsa lain telah menunjukan betapa erat hubungannya antara
kaum muda dengan kebangsaan. Ukuran tinggi rendahnya kadar kebangsaan masyarakat
umumnya ada pada diri kaum mudanya !”.
D. Upaya Penanaman nilai-nilai Pancasila pada Generasi Muda
Pandangan hidup suatu bangsa mempunyai arti yang menuntun, karena dengan
pandangan hidup yang dipegang secara teguh, bangsa tersebut mmiliki landasan
fundamental yang menjadi pegagan dalam memcahkan segala masalah yang dihadapi .
Tidak adanya pandangan hidup maka suatu bangsa akan dapat dengan mudah dimasuki
oleh pandangan hidup bangsa lain, dan suatu bangsa akan dapat pula terombang-ambing
dalam menghadapi permasalahannya sendiri, pergaulan antar bangsa di dunia maupun
permasalahan umat manusia pada umumnya.
Bangsa Indonesia berhasil merumuskan dan menentukan Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa. Oleh karena itu Pancasila harus ditanamkan pada setiap rakyat
Indonesia, dan khususnya pada generasi muda sebagai penerus bangsa. Sebelum dapat
merealisasikan Nilai-nilai Pancasila, agar lebih mudah dengan menguraikan nilai dasar
Pancasila yang terdapat dalam masing-masing sila, sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Dalam pelaksanaan di setiap bidang wajib adanya landasan oleh
keimanan dan ketaqwaan. Didalam kehidupan masyarakat Indonesia juga
telah berkembang berbagai Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan YME.
Agama dan kepercayaan tersebut telah menjadi budaya batin bangsa yang
mendidik kita semua untuk saling menghormati antar sesama anggota
masyarakat.

8
H.Muzayin Ar, (1990 : 23) mengatakan bahwa, “ … masyarakat yang
berbeda agama dan kepercayaan. Juga mengajarkan kita saling kerjasama dan
bantu membantu dalam usaha-usaha memajukan kesejahteraan negara dan
bangsa serta masyarakat. Oleh karena itu bangsa Indonesia terkenal sebagai
bangsa yang berwatak sosialistis-religious artinya suka bergotong royong
yang dijiwai oleh ajaran agamanya”.
Memiliki suatu kepercayaan tentu saja sudah menjadi hak azasi
manusia, setiap orang berhak memilih dan memercayai suatu ajaran Agama
sesuai dengan kehendaknya. Tidak boleh ada paksaan dari pihak manapun
untuk mempercayai suatu agama atau kepercayaan, dan merupakan masalah
yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan YME yang di
yakininya. Serta setiap individu harus mentaati dan melaksanakan setiap
ajaranNya serta menjauhi laranganNya.
Berdasarkan sila Ketuhanan, maka peran para generasi muda dapat
diimplementasikan dalam kehidupan di era modern kini, seperti :
a. Meyakini dengan benar bahwa Tuhan YME adalah pencipta alam
semesta beserta isinya, termasuk manusia,
b. Iman (percaya) dan taqwa dengan keyakinan yang dipilih, dan
dimplementasikan dalam perbuatan sehari-hari yang berupa ibadah dan
berupa amalan-amalan baik kepada sesama,
c. Berupaya untuk selalu mempelajari ajaran Tuhan pada kitabNya guna
memperluas pemahaman tentang ajaran agama,
d. Berlaku hormat terhadap pemeluk agama lain dengan cara tidak
merendahkan dan menilai salah terhadap ajaran agama lain,
e. Berupaya untuk memperkuat kerukunan antar umat beragama selaku
warganegara yang sama yaitu warganegara Indonesia,
f. Memberikan kebebasan kepada orang lain tentang hak memilih agama
yang diyakinininya,
g. Berupaya membangun kerjasama dengan umat beragama lain dalam
bidang-bidang sosial dan pembangunan nasional.

9
Menjauhi segala ideologi yang mengatas namakan agama juga dirasa
perlu. Di era modern kini ideology dari bangsa manapun dapat dengan mudah
masuk kedalam Bangsa Indonesia. Dengan penanaman nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan para generasi muda dapat memfilter ideologi yang tidak
sesuai itu.
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Kesadaran akan kehendak tentang kemanusiaan adalah jiwa yang
merasakan bahwa manusia itu ingin selalu berhubungan. Manusia yang satu
memerlukan manusia lainnya dan sebaliknya, maka manusia harus
bermasyarakat. Hidup manusia tidak lepas dari hubungan dengan manusia
lain, tanpa berhubungan ataupun bermasyarakat manusia tidak dapat
memenuhi kebutuhannya. Dengan ini pula manusia disebut sebagai makhluk
sosial.
Dalam sila ini, Bangsa Indonesia mengutarakan pentingnya memandang
persamaan manusia, seperti persamaan hakikat, martabat, hak, dan kewajiban.
Utamanya dalam menggunakan hak azasi manusia. Hak azasi ini diakui oleh
undang-undang, tidak hanya di Indonesia namun di seluruh dunia. Dalam sila
ini diperlukan pula peraturan-peraturan untuk membatasi agar tidak sampai
terjadi kesewenang-wenangan terhadap orang lain.
Banyak hal yang dapat dilakukan para generasi muda untuk
mengimplementasikan nilai-nilai sila ini pada kehidupan sehari-hari utamanya
pada era modern kini, seperti :
a. Mengakui persamaan derajat dan persamaan hak serta kewajiban antar
sesama.
b. Tidak membedakan perlakuan terhadap sesama karena disebabkan oleh
perbedaan suku, keturunan, warna kulit, agama, dan status sosial.
c. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
d. Saling mencintai, menghargai, dan menghormati sesama manusia,
e. Melakukan kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan dengan tujuan
membantu meringankan beban penderitaan orang lain,

10
f. Berani membela kebenaran dengan dasar keadilan.
Di era modern ini, Pancasila mampu menjadi pedoman, utamanya bagi
para generasi muda untuk menumbuhkan rasa kemanusiaan, sesuai dengan
sila ke-2. Diharapkan pula pada penanaman nilai Pancasila dengan upayanya,
menghapuskan permasalahan-permasalahan dengan latar belakang
kemanusiaan.
3. Persatuan Indonesia
Mengacu pada semboyan Bangsa Indonesia “ Bhineka Tunggal Ika”,
yang berasal dari bahasa Sansekerta dengan mengutip dari kitab Sutasoma,
karangan Mpu Tantular. Semboyan itu berarti “berbeda-beda tapi tetap satu
jua”, mencerminkan bahwa Bangsa Indonesia adalah bangsa kepulauan
dengan berbagai kemajemukan di dalamnya dan dapat bersatu.
Bangsa Indonesia bukan merupakan bangsa yang dimiliki oleh suatu
etnis tertentu saja, Bangsa Indonesia adalah milik bersama. Dalam
memersatukan Indonesia peran generasi muda juga berpengaruh, pada
Kongres Sumpah Pemuda para pemuda dari berbagai etnis bersepakat untuk
bersatu, dan peristiwa itu menjadi landasan awal terwujudnya persatuan
Indonesia.
Pada Sila ini dapat ditanamkan nilai-nilai kesatuan dalam berbangsa.
Dimana kesatuan itu meliputi : Ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya.
Bangsa Indonesia juga merupakan bangsa yang berbeda dengan bangsa lain
dan memiliki kekhasan sendiri. Tercermin dari bersatunya Indonesia dengan
perbedaan- perbedaan yang ada. Dalam hal ini pula rasa nasionalisme sangat
diperlukan guna memperkokoh persatuan Indonesia.
Upaya yang dapat diamalkan para generasi muda saat ini dapat
dilakukan dalam berkehidupan berbangsa dan bertanah air, diantara lain :
a. Memiliki kebanggaan berbangsa dan bertanah air Indonesia,
b. Ikut serta dalam upaya bela negara,
c. Berperan aktif dalam usaha pembangunan nasional,
d. Rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara,

11
e. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan
bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi atau golongan,
f. Mengikuti jejak-jejak para pahlawan bangsa yang telah berjasa
membela tannah air dengan berbagai kegiatan,
g. Memiliki jiwa nasionalisme dan patriotisme yang tinggi.
Pada era modern ini, penanaman rasa nasionalisme pada generasi muda
adalah faktor terpenting guna mempertahankan persatuan dan kesatuan
bangsa. Melihat dari pembahasan sisi historis diatas, bahwa tekad untuk
memersatukan Indonesia dan rasa nasionalisme para generasi muda terdahulu
dapat dijadikan sumber inspirasi dan motivasi guna membangun rasa
nasionalisme.
Oleh karenanya, generasi muda sebagai penerus cita-cita perjuangan
bangsa yang besar terpanggil untuk melestarikan dan mengembangkan jiwa
persatuan tersebut disertai dengan sikap rela berkorban untuk kepentingan
nasional serta memupuk rasa kebangsaan sbagai bangsa Indonesia dimanapun
ia berada. Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan
Masyarakat Indonesia terdahulu telah mengenal sistem bermusyawarah
dalam menyelesaikan masalah-masalah utamanya yang mnyangkut
kepentingan bersama, yang sampai saat ini masih berkembang di daerah
pedesaan. Seperti dalam pemilihan kepala desa, maka masyarakat melakukan
musyawarah untuk menentukan kepala desa yang baru.
Pentingnya musyawarah dan mufakat, H.A.W Widjaja (2000:16)
berpendapat bahwa, dalam musyawarah dan mufakat kepentingan manusia
sebagai pribadi dan masyarakat dijamin. Kepentingan manusia pribadi akan
dikalahkan, bila bertentangan dengan kepentingan umum. Kebebasan dijamin
sesuai dengan mufakat. Segala sesuatu diambil secara musyawarah untuk
mendapatkan mufakat.
Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan, pada intinya adalah merujuk pada sistem

12
“demokrasi” yang di anut oleh bangsa Indonesia. Demokrasi di Indonesia juga
dapat diartikan sebagai pemerintah dari rakyat, oleh rakyat,dan untuk rakyat.
Dan ciri khas kepribadian bangsa kita salah satunya adalah, tindakan bersama
baru dapat diambil bilamana telah diputuskan bersama.
Sistem-sistem pengambilan keputusan dengan bersama, atau sesuai
dengan kepribadian khas bangsa Indonesia itulah yang disebut dengan
Demokrasi Pancasila, yaitu suatu sistem demokrasi yang dijiwai dan
diintegrasikan dengan nilai sila-sila Pancasila. Dalam pelaksanaannya
demokrasi ini harus dijiwai oleh sila Ketuhanan YME, yang diliputi oleh rasa
Kemanusiaan yang adil dan beradab yang disemangati dengan rasa Persatuan
Indonesia, serta ditunjukan kea rah pencapaian Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Peran generasi muda juga dapat terimplementasikan dalam sila ini.
Utamanya pada aktivitas-aktivitas yang bersinggungan dengan kepentingan
orang banyak. Upaya pengamalan nilai-nilai sila ini dapat dilakukan dengan
berbagai kegiatan seperti, :
a. Berupaya untuk menutamakan musyawarah hingga mencapai kata
mufakat dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama ,
b. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain dalam bermusyawarah,
c. Menutamakan kepentingan bersama, berbangsa dan bernegara diatas
kepentingan individu,
d. Berupaya untuk melaksanakan hasil musyawarah dengan tulus, ikhlas
dan bertanggung jawab,
e. Menjunjung tinggi rasa Keimanan, kemanusiaan, persatuan, dan
keadilan dalam bermusyawarah,
Pada era modern kini, kecenderungan generasi muda untuk tidak
memusyawarahkan setiap masalah sangat tinggi. Dengan kemajuan teknologi
para generasi muda termanjakan dengan proses instant dalam bertindak dan
dalam beraktivitas. Generasi Muda juga akan tertanam rasa nasionalisme jika
mewujudkan sila ini. Sifat musyawarah dan gotong royong yang merupakan

13
ciri khas bangsa Indonesia, dan jika setiap permasalahan di selesaikan dengan
musyawarah maka akan tergerus konflik-konflik atas nama individu.
4. Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia
Bangsa Indonesia jika dilihat dari segi geografisnya terletak di antara
dua Samudera dan dua Benua, serta Indonesia terletak pada garis khatulistiwa
yang cenderung beriklim tropis. Keadaan yang seperti itulah membuat
kekayaan alam Indonesia melimpah. Maka dari itu pula rakyat Indonesia harus
berupaya agar tercipta kesejahteraan yang adil dan merata.
Keadilan sosial juga berarti keadilan yang berlaku bagi setiap hubungan
manusia dan masyarakat. Sesama anggota masyarakat adil juga diartikan
apabila setiap warga negara dapat menikmati hasil yang sesuai dengan fungsi
dan peranannya dalam masyarakat. Dapat dikatakan pula sila keadilan sosial
ini melandasi segala ikhtiar dalam upaya terciptanya pemerataan rasa keadilan
untuk kepentingan kesejahteraan bersama.
Keadilan disini juga dapat diartikan sebagai keberhasilan pemerataan
pembangunan. Peran pemerintah dalam pembangunan nasional juga sangat
penting, utamanya dalam pembuatan kebijakan dan aturan perundang-
undangan. Begitupun dengan peran generasi muda, dengan melakukan
perbuatan yang bermanfaat bagi sesama anggota masyarakat, tidak berbuat
merugikan kepentingan orang banyak, serta tidak berpola hidup konsumtif
juga telah membantu mewujudkan keberhasilan pemerataan keadilan.
Pengamalan sila ini pada generasi muda, seperti sila-sila lainnya juga
dapat dilakukan pada kehidupan sehari-hari, seperti :
a. Mengembangkan sikap-sikap adil dalam setiap perbuatan,
b. Berlaku adil dalam memperlakukan orang lain tanpa memandang suku,
warna kulit, agama, status sosial,
c. Saling menghormati hak-hak orang lain,
d. Berusaha menghindarkan segala bentuk permusuhan dan perpecahan
serta sikap hidup yang mementingkan diri sendiri,
e. Menumbuhkan rasa suka bekerja keras,

14
f. Menanamkan sikap suka rela membantu orang lain dalam masyarakat,
g. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum,
h. Melakukan perbuatan-perbuatan yang bermanfaat bagi kepentingan
umum,
Menjauhi sikap hidup konsumtif dan mewah dan senantiasa untuk hidup
sederhana.
Dengan pengamalan sila ke lima ini oleh berbagai pihak maka akan
terminimalisir terjadinya kemiskinan, keterbelakangan, dan penindasan di
Indonesia, terjadinya banyak eksploitasi di Indonesia juga karena kurangnya
pengamalan sila keadilan. Keadilan juga merupakan watak khas kehidupan
bangsa yang telah diwariskan oleh nenek moyang bangsa Indonesia dan harus
dikembangkan serta dilestarikan oleh generasi muda guna mmbangun rasa
nasionalisme.
Upaya penanaman nilai-nilai Pancasila tidak boleh dipisahkan antara
satu dengan yang lainnya karena merupakan satu kebulatan yang utuh. Tidak
akan dirasakan kegunaannya dalam masyarakat apabila tidak dihayati dan
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari secara sungguh-sungguh dan
dilandasi dengan komitmen.
Pengamalan nilai-nilai Pancasila ini juga merupakan tugas bersama.
Namun agar tetap lestari dan dapat dikembangkan, peran generasi muda
sangat penting. Pada era modern kini tidak ada yang memfilter segala budaya
modern yang masuk kedalam bangsa Indonesia kecuali Pancasila. Hanya
dengan pengamalan dan peghayatan Pancasilalah yang dapat membangun
jiwa nasionalisme dan patriotisme pada generasi muda.
E. Pentingnya Menanamkan Nilai-Nilai Pancasila pada Generasi Muda
Pancasila sebagai pandangan hidup Bangsa Indonesia dengan cita-cita yang
telah disepakati dan diyakini bersama untuk direalisasikan dalam tindakan, sikap,
dan perilaku hidup bermasyarakat, berbangsa serta bernegara. Melalui cita-cita
bersama tersebut bangsa Indonesia mengerahkan pross pembangunan guna
masyarakat yang adil dan makmur.

15
Namun pada rezim Orde Baru orientasi bangsa cenderung berubah ke arah
pembangunan ekonomi kapitalis dan adanya pihak militer yang cenderung otoristik.
Hal itu semua menurut Penulis menyebabkan arah perkembangan Pancasila menjadi
tertutup. Pemerintah hanya fokus terhadap perkembangan ekonomi yang cenderung
kapitalis dan di motori oleh para konglomerat dan pihak asing.
Pada saat itu pula peran Pancasila seakan luntur. Dengan adnya pembatasan-
pembatasan kebebasan berpikir, berpendapat, dan berkumpul (berserikat). Para
generasi muda yang memerjuangkan nasib masyarakat banyak cenderung
tersisihkan. Konsekuensi dari situasi dan kondisi tersebut menyebabkan generasi
muda pada awal reformasi cenderung menjauhi Pancasila.
Generasi muda yang terlahir di akhir era Orde Baru dan Reformasi tentu
memiliki sisi historis yang berbeda. Pada tiap zaman yang ditapaki oleh generasi
muda tentu memiliki tantangan zaman yang berbeda-beda, dan tentu pula tidak
dapat hidup pada zaman generasi sebelumnya. Tapi, nilai-nilai dalam Pancasila
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara perlu untuk dijadikan sumber
keteladanan bagi para generasi muda guna menghadapi tantangan di masa depan.
Pentingnya menjadikan Pancasila dan nasionalisme didalamnya menjadi
bahan inspirasi yang sangat essensial, karena di era modern ini informasi dan
komunikasi berlangsung tanpa batas waktu serta tempat. Sehingga generasi muda
cendrung mudah untuk mendapatkan pengaruh asing, baik yang positif maupun
negatif. Pancasila dan nasionalisme disini dapat dijadikan sebagai filter dalam
menyaring pengaruh asing yang sesuai dengan nilai-nilai luhur Bangsa Indonesia.
Kesadaran terhadap generasi muda tentang nilai-nilai dasar yang berkaitan
dengan Pancasila dan Nasionalisme Indonesia sangatlah perlu dibutuhkan di era
modern. Memang konskuensi dalam era modern ini adalah terbentuknya generasi
muda yang cerdas, canggih dan kompeten. Namun kita sadari pula jika ketiga aspek
itu jika tidak didasari oleh landasan yang kokoh, maka akan membahayakan orang
lain dan kepentingan bangsa. Landasan karakter para generasi muda harus tergali
dan terinspirasi dari sistem nilai Pancasila.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pancasila dan nasionalisme sebelumnya merupakan prinsip yang tidak bisa
dipisahkan, utamanya dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara Bangsa Indonesia.
Pancasila dan nasionalisme juga merupakan roh dan jiwa bangsa yang tergali kembali oleh
para pendiri bangsa Indonesia dengan peran para generasi muda.
Sejarah menunjukan bahwa dalam perjalanan perjuangan bangsa Indonesia serta
peran generasi muda dalam menyatukan bangsa hingga memerdekakan Indonesia sangat
menonjol. Pada saat itu para generasi muda dapat dikatakan berhasil dalam
menggelorakan nasionalisme dan merealisasikan nilai-nilai Pancasila. Mereka juga telah
menenempatkan Pancasila sebagai dasar dalam menentukan segala arah gerak dalam
berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bertanah air.
Pengamalan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila terhadap
generasi muda dapat dilakukan dengan banyak aktifitas yang dicontohkan dalam
pembahasan diatas. Pengamalan itu dapat berjalan dengan baik jika ada komitmen dalam
diri generasi muda., dan hal ini menjadi penting di era modern kini serta tidak dapat
terlaksana dalam satu dua hari saja, akan tetapi akan memakan waktu lama karena harus
melalui serangkaian proses.
Di era modern kini tantangan yang dihadapi generasi muda jauh lebih kompleks
dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Untuk itu pengamalan terhadap nilai-nilai
Pancasila sangat penting. Selain sebagai landasan dalam beraktifitas Pancasila juga dapat
menjadi filter dalam menyaring pengaruh asing yang sesuai dengan nilai-nilai luhur
Bangsa Indonesia.
B. Saran
Sebagian besar generasi muda Indonesia sejatinya masih memiliki hati yang murni
dan kemauan kuat untuk memperjuangkan bangsa Indonesia kedepan. Kaum muda selalu
memberikan harapan. Dari harapan itulah mereka berjuang. Semoga para generasi muda
Indonesia tidak dilemahkan dengan segala kemegahan era modern kini, namun tetap

17
menjadi generasi muda yang berjiwa Pancasila dan nasionalis selalu berpikiran optimis
untuk menggapai cita-cita luhur Bangsa Indonesia.

18
DAFTAR PUSTAKA

Ar, Muzayin. 1990. Ideologi Pancasila Bimbingan Ke Arah Penghayatan dan


Pengamalan Bagi Remaja. Jakarta : Golden Terayon Press.
Hariyono. 2014. Ideologi Pancasila : Roh Progresif Nasionalisme Indonesia. Malang :
Intrans Publishing.
Kaelan, Achmad Zubaidi. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan ; untuk Perguruan Tinggi.
Yogyakarta : Paradigma.
Ricklefs, M.C. 1989. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada
Press.
Widjaja, H.A.W . 2000. Penerapan Nilai-Nilai Pancasila dan HAM di Indonesia. Jakarta
: Rineka Cipta.

19

Вам также может понравиться