Вы находитесь на странице: 1из 13

Nama : Nurul Siti Farida

NPM : 220110156115

Jawaban

1. Konsep keperawatan komunitas


Komunitas merupakan sekelompok masyarakat yang mempunyai persamaan
nilai (Values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus dengan
batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah melembaga
(Sumijatun dkk, 2006). Keperawatan komunitas ditujukan untuk mempertahankan
dan meningkatkan kesehatan serta memberikan sebuah bantuan melalui intervensi
keperawatan sebagai dasar keahliannya dalam membantuindividu, kelompok,
keluarga dan masyarakat dalam mengatasi bergagai masalah dalam keperawatan
yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Perawat sebagai orang pertama
dalam tatanan pelayanan kesehatan, juga melaksanakan fungsi-fungsi relevan
dengan kebutuhan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Sehat secara
sosial merupakan hasil dari interaksi positif dalam komunitas, kesehatan
seseorang dapat berubah-ubah tergantung pada pemicunya yaitu strees (stressor)
yang ada, kemampuan mengatasi masalah (mekanisme koping), serta memlihara
homeostasis.
Kesehatan komunitas merupakan salah satu bidang keperawatan
perpaduan antara keperawatan dan kesehatan (public health) dengan dukungan
serta peran masyarakan secara aktif yang mengutamakan pelayanan promotif dan
preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan
rehabilitatif secara meyeluruh dan terpadu ditujukan pada individu, kelomppok,
keluarga serta masyarakat sebagai satu kesatuan utuh melalui proses keperawatan
(Nursing proces) untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal,
sehingga mampu mandiri dalam kesehatan.
2. Capaian dan konsep MDGS, SDGS di Indonesia
A. Pengertian MDGS dan SDGS
Millennium Development Goals (MDGs) atau dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan menjadi Tujuan Pembangunan Milenium, adalah sebuah paradigma
pembangunan global, dideklarasikan Konferensi Tingkat Tinggi Milenium oleh
189 negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di New York pada bulan
September 2000. Dasar hukum dikeluarkannya deklarasi MDGs adalah Resolusi
Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa Nomor 55/2 Tangga 18 September
2000, (A/Ris/55/2 United Nations Millennium Development Goals).Semua negara
yang hadir dalam pertemuan tersebut berkomitmen untuk mengintegrasikan
MDGs sebagai bagian dari program pembangunan nasional dalam upaya
menangani penyelesaian terkait dengan isu-isu yang sangat mendasar tentang
pemenuhan hak asasi dan kebebasan. Pemerintah Indonesia turut menghadiri
Pertemuan Puncak Milenium di New York tersebut dan menandatangani
Deklarasi Milenium itu. Deklarasi berisi komitmen negara masing-masing dan
komunitas internasional untuk mencapai 8 buah tujuan pembangunan dalam
Milenium ini (MDG), sebagai satu paket tujuan yang terukur untuk pembangunan
dan pengentasan kemiskinan. Penandatanganan deklarasi ini merupakan
komitmen dari pemimpin-pemimpin dunia untuk mengurangi lebih dari separuh
orang-orang yang menderita akibat kelaparan, menjamin semua anak untuk
menyelesaikan pendidikan dasarnya, mengentaskan kesenjangan gender pada
semua tingkat pendidikan, mengurangi kematian anak balita hingga 2/3, dan
mengurangi hingga separuh jumlah orang yang tidak memiliki akses air bersih
pada tahun 2015.
Suistainable Development Goals (SDG’S) adalah singkatan atau
kepanjangan dari sustainable development goals, yaitu sebuah dokumen yang
akan menjadi sebuah acuan dalam kerangka pembangunan dan perundingan
negara-negara di dunia. Post-2015, juga dikenal sebagai Sustainabale
Development Goals (SDGs) didefinisikan sebagai kerangka kerja untuk 15 tahun
ke depan hingga tahun 2030. Berbeda dengan MDGs yang lebih bersifat birokratis
dan teknokratis, penyusunan butir-butir SDGs lebih inklusif melibatkan banyak
pihak termasuk organisasi masyarakat sipil atau Civil Society Organization
(CSO). Penyusunan SDGs sendiri memiliki beberapa tantangan karena masih
terdapat beberapa butir-butir target MDGs yang belum bisa dicapai dan harus
diteruskan di dalam SDGs. Seluruh tujuan, target dan indikator dalam dokumen
SDGs juga perlu mempertimbangkan perubahan situasi global saat ini (Yohanna,
2015). Sustainable Development Goals (SDGs) adalah kelanjutan dari global
goals Melenium Development Goals (MDGs) yang akan berakhir tahun 2015.
Secara formal, SDGs didiskusikan pertama kali pada United Nations Conference
on Sustainable Development yang diadakan di Rio de Janeiro bulan Juni
2012.Dokumen SDGs disahkan pada KTT Pembangunan berkelanjutan PBB yang
berlangsung di New York tanggal 25-27 September 2015. Dalam KTT tersebut
ditetapkan bahwa SDGs akan mulai diberlakukan pasca tahun 2015 sampai tahun
2030. SDGs tidak hanya berlaku untuk negara berkembang, tapi juga untuk
negara-negara maju pada akhir tahun 2015.
B. Konsep MDGS dan SDGS
Pembangunan era millenium yang sudah di deklarasikan, dikenal dengan
Millennium Development Goals (MDGs), dan deklarasi MDGs merupakan hasil
perjuangan dan kesepakatan bersama antara negara-negara berkembang dan
negara maju. Negara-negara berkembang berkewajiban untuk melaksanakannya,
termasuk salah satunya Indonesia di mana kegiatan MDGs di Indonesia mencakup
pelaksanaan kegiatan monitoring MDGs. Sedangkan negara-negara maju
berkewajiban mendukung dan memberikan bantuan terhadap upaya keberhasilan
setiap tujuan dan target MDGs. MDGs akan berakhir pada 2015, namun hingga
kini belum ada konsep final yang akan meneruskan program MDGs. Untuk itu,
ilmuwan dan berbagai kalangan berusaha mendalami konsep Sustanable
Development Goals (SDGs) sebagai penerus MDGs. Konsep SDGs ini diperlukan
sebagai kerangka pembangunan baru yang mengakomodasi semua perubahan
yang terjadi pasca 2015, Millennium Development Goals (MDGs). Konsep SDGs
melanjutkan konsep pembangunan Millenium Development Goals (MDGs) di
mana konsep itu sudah berakhir pada tahun 2015. Jadi, kerangka pembangunan
yang berkaitan dengan perubahan situasi dunia yang semula menggunakan konsep
MGDs sekarang diganti SDGs. Adapun tiga pilar yang menjadi indikator dalam
konsep pengembangan SDGs yaitu, pertama indikator yang melekat
pembangunan manusia (Human Development), di antaranya pendidikan,
kesehatan. Indikator kedua yang melekat pada lingkungan kecilnya (Social
Economic Development), seperti ketersediaan sarana dan prasarana lingkungan,
serta pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, indikator ketiga melekat pada
lingkungan yang lebih besar (Environmental Development), berupa ketersediaan
sumber daya alam dan kualitas lingkungan yang baik.
C.Tujuan MDGS dan SDGS
Delapan tujuan MDGs yang harus di laksanakan oleh setiap negara yang
mendeklarasikannya yaitu; 1) menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, 2)
mencapai pendidikan dasar untuk semua, 3) mendorong kesetaraan gender dan
pemberdayaan perempuan, 4) menurunkan angka kematian anak, 5) meningkatkan
kesehatan ibu, 6) memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya,
7) memastikan kelestarian lingkungan hidup, dan 8) mengembangkan kemitraan
global untuk pembangunan. Indonesia sebagai salah satu negara yang ikut dalam
mendeglarasikan tujuan MDGs memiliki kewajiban untuk melaksanakan upaya
untuk mencapai target MDGs dan memonitor perkembangan kemajuan
pencapaian. Upaya pencapaian MDGs merupakan sebuah rangkaian proses jangka
panjang berkesinambungan. Hal ini bukan merupakan hal yang mudah, terutama
pada saat Indonesia masih berada pada masa transisi memulihkan diri dari krisis
multidimensional yang diawali dengan krisis ekonomi-moneter pada tahun 1997,
menuju pemerintahan yang lebih demokratis dan melaksanakan reformasi
dihampir seluruh bidang kehidupan.
Hal ini membutuhkan kerjasama dari semua lapisan masyarakat mulai dari
pemerintah masyarakat, dunia usaha, dunia politik, dan institusi akademis. Hal
inilah yang akan di kaji dalam tulisan ini, bagaimana strategi yang dilaksanakan
oleh pemerintah Indonesia dengan menjalankan program-program pembangunan
masyarakat untuk mewujudkan tujuan pembangunan millennium. Delapan Tujuan
MDGs telah di jabarkan dalam target-target yang dapat diukur dan progresnya
dapat dipantau dan dilaporkan dengan menggunakan indikator- indikator yang
dapat diverifikasi dan diperbandingkan secara internasional. Kepada setiap negara
diberikan fleksibilitas untuk menyesuaikan dan melakukan lokalisasi terhadap
indikator-indikator tersebut Tujuan SDGs antara lain : 1) Tanpa Kemiskinan,
tidak ada kemiskinan dalam bentuk apapun di seluruh penjuru dunia. 2) Tanpa
Kelaparan, tidak ada lagi kelaparan, mencapai ketahanan pangan, perbaikan
nutrisi, serta mendorong budidaya pertanian yang berkelanjutan. 3) Kesehatan
yang Baik dan Kesejahteraan Menjamin kehidupan yang sehat serta mendorong
kesejahteraan hidup untuk seluruh masyarakat di segala umur. 4) Pendidikan
Berkualitas, Menjamin pemerataan pendidikan yang berkualitas dan
meningkatkan kesempatan belajar untuk semua orang. 5) Kesetaraan Gender,
mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan kaum ibu dan perempuan. 6)
Air Bersih dan Sanitasi, menjamin ketersediaan air bersih dan sanitasi yang
berkelanjutan untuk semua orang. 7) Energi Bersih dan Terjangkau, menjamin
akses terhadap sumber energi yang terjangkau, terpercaya, berkelanjutan dan
modern untuk semua orang. 8) Pertumbuhan Ekonomi dan Pekerjaan yang Layak,
mendukung perkembangan ekonomi yang berkelanjutan, lapangan kerja yang
produktif serta pekerjaan yang layak untuk semua orang. 9) Industri, Inovasi dan
Infrastruktur, membangun infrastruktur yang berkualitas, mendorong peningkatan
industri yang berkelanjutan serta mendorong inovasi. 10) Mengurangi
Kesenjangan, mengurangi ketidaksetaraan baik di dalam sebuah negara maupun di
antara negara-negara di dunia. 11) Keberlanjutan Kota dan Komunitas,
membangun kota-kota serta pemukiman yang berkualitas, aman dan bekelanjutan.
12) Konsumsi dan Produksi Bertanggung Jawab, menjamin keberlangsungan
konsumsi dan pola produksi.13) Aksi Terhadap Iklim, bertindak cepat untuk
memerangi perubahan iklim dan dampaknya. 14) Kehidupan bawah laut,
melestarikan dan menjaga keberlangsungan laut dan kehidupan sumber daya laut
untuk perkembangan yang berkelanjutan.15) Kehidupan di Darat, melindungi,
mengembalikan, dan meningkatkan keberlangsungan pemakaian ekosistem darat,
mengelola hutan secara berkelanjutan, mengurangi tanah tandus serta tukar guling
tanah. 16) Institusi Peradilan yang Kuat dan Kedamaian, meningkatkan
perdamaian termasuk masyarakat untuk pembangunan berkelanjutan,
menyediakan akses untuk keadilan bagi semua orang termasuk lembaga dan
bertanggung jawab untuk seluruh kalangan. 17) Kemitraan untuk Mencapai
Tujuan, Memperkuat implementasi dan menghidupkan kembali kemitraan global
untuk pembangunan yang berkelanjutan.
D.Perbedaan MDGS dan SDGS
Pada dasarnya MDGs dan SDGs punya persamaan dan kesamaan tujuan yang
sama. Yakni, SDGs melanjutkan cita-cita mulia MGDs yang ingin konsen
menganggulangi kelaparan dan kemiskinan di dunia. Namun, dokumen yang
disepakati pimpinan dunia pada tahun 2000 tersebut habis pada tahun 2015. Para
pemimpin dunia merasa agenda Millenium Development Goals perlu dilanjutkan,
sehingga muncul sebuah dokumen usulan bernama sustainable development
goals. Sustainable Development Goals (SDGs) dirancang sebagai kelanjutan dari
Milineum Development Goals (MDGs) yang belum tercapai tujuannya samapai
pada akhir tahun 2015. SDGs adalah suatu rencana aksi untuk umat manusia
,planet dan kemakmuran. Juga tujuannya untuk memperkuat perdamaian universal
dalam kebebasan yang luas selain itu untuk mengatasi kemiskinan yang ekstrim
adalah tantangan global yang paling besar dan merupakan prasyarat yang tidak
dapat dilanjutkan untuk pembangunan berkelanjutan (Bappenas, 2015). Konsep
SDGs ini diperlukan sebagai kerangka pembangunan baru yang mengakomodasi
semua perubahan yang terjadi pasca 2015-MDGs. Terutama berkaitan dengan
perubahan situasi dunia sejak tahun 2000 mengenai isu deflation sumber daya
alam, kerusakan lingkungan, perubahan iklim semakin krusial, perlindungan
sosial, food and energy security, dan pembangunan yang lebih berpihak pada
kaum miskin. Berbeda halnya dengan MDGs yang ditujukan hanya pada negara-
negara berkembang, SDGs memiliki sasaran yang lebih universal. SDGs
dihadirkan untuk menggantikan MDGs dengan tujuan yang lebih memenuhi
tantangan masa depan dunia. SDGs mempunyai 17 tujuan dan 169 target.tujuan
dan target ini akan menstimulus aksi ke dalam limabelas tahun kedepan pada area-
area yang penting bagi kemanusiaan dan planet yaitu manusia, planet,
kemakmuran, perdamaian dan kemitraan.
3. Konsep keperawatan komunitas sehat
Berdasarkan pernyataan American Nurses Association (2004) keperawatan
kesehatan komunitas merupakan tindakan untuk meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan dari populasi dengan mengintegrasikan keterampilan
dan pengetahuan yang sesuai dengan keperawatan dan kesehatan masyarakat dan
teori keperawatan profesional dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan pada
keseluruhan masyarakat. Yang dilakukan secara komprehensif dan umum serta
tidak terbatas pada kelompok tertentu, berkelanjutan dan tidak tebatas pada
kelompok tertentu.
A.Sasaran keperawatan komunitas sehat (Depkes, 2006)
1. Sasaran individu : gizi balita, ibu hamil risiko tinggi, usia lanjut, penderita
penyakit menular (TB, paru, kusta, malaria, DBD, ISPA/Pneumonia) dan
penderita penyakit degeneratif.
2. Sasaran keluarga adalah keluarga yang termasuk rentan terhadap masalah
kesehatan dengan risiko tinggi dengan prioritas :
- Keluarga miskin belum kontak dengan sarana pelayanan kesehatan
(Puskesmas dan jaringannya) dan belum mempunyai kartu sehat.
- Keluarga miskin sudah memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan
mempunyai masalah kesehatan terkait dengan pertumbuhan dan
perkembangan balita, kesehatan reproduksi, penyakit menular. c. Keluarga
tidak termasuk miskin yang mempunyai masalah kesehatan prioritas serta
belum memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan
3. Sasaran kelompok adalah kelompok masyarakat khusus yang rentan
terhadap timbulnya masalah kesehatan baik yang terikat maupun tidak terikat
dalam suatu institusi.
- Kelompok masyarakat khusus tidak terikat dalam suatu institusi antara lain
Posyandu, Kelompok Balita, Kelompok ibu hamil, Kelompok Usia Lanjut,
Kelompok penderita penyakit tertentu, kelompok pekerja informal.
- Kelompok masyarakat khusus terikat dalam suatu institusi, antara lain
sekolah, pesantren, panti asuhan, panti usia lanjut, rumah tahanan (rutan),
lembaga pemasyarakatan (lapas).
4. Sasaran masyarakat Sasaran masyarakat adalah masyarakat yang rentan atau
mempunyai risiko tinggi terhadap timbulnya masalah kesehatan, diprioritaskan
pada
- Masyarakat di suatu wilayah (RT, RW, Kelurahan/Desa) yang mempunyai :
1). Jumlah bayi meninggal lebih tinggi di bandingkan daerah lain 2). Jumlah
penderita penyakit tertentu lebih tinggi dibandingkan daerah lain 3). Cakupan
pelayanan kesehatan lebih rendah dari daerah lain
- Masyarakat di daerah endemis penyakit menular (malaria, diare, demam
berdarah, dll).
- Masyarakat di lokasi/barak pengungsian, akibat bencana atau akibat lainnya.
4.Indikator kesehatan di Indonesia (Indonesia Sehat)
Sehat dan kualitas Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari
Agenda ke-5 Nawa Cita, yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia.
Program ini didukung oleh program sektoral lainnya yaitu Program Indonesia
Pintar, Program Indonesia Kerja, dan Program Indonesia Sejahtera. Program
Indonesia Sehat selanjutnya menjadi program utama Pembangunan Kesehatan
yang kemudian direncanakan pencapaiannya melalui Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, yang ditetapkan melalui Keputusan
Menteri Kesehatan R.I. Nomor HK.02.02/Menkes/ 52/2015. Sasaran dari Program
Indonesia Sehat adalah meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat
melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan
perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Sasaran ini sesuai
dengan sasaran pokok RPJMN 2015-2019, yaitu: (1) meningkatnya status
kesehatan dan gizi ibu dan anak, (2) meningkatnya pengendalian penyakit, (3)
meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di
daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan, (4) meningkatnya cakupan pelayanan
kesehatan universal melalui Kartu Indonesia pengelolaan SJSN kesehatan, (5)
terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin, serta (6)
meningkatnya responsivitas sistem kesehatan. Program Indonesia Sehat
dilaksanakan dengan menegakkan tiga pilar utama, yaitu: (1) penerapan
paradigma sehat, (2) penguatan pelayanan kesehatan, dan (3) pelaksanaan jaminan
kesehatan nasional (JKN).
Penerapan paradigma sehat dilakukan dengan strategi pengarusutamaan
kesehatan dalam pembangunan, penguatan upaya promotif dan preventif, serta
pemberdayaan masyarakat. Penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan
strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan, dan
peningkatan mutu menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi
berbasis risiko kesehatan. Sedangkan pelaksanaan JKN dilakukan dengan strategi
perluasan sasaran dan manfaat (benefit), serta kendali mutu dan biaya.
Kesemuanya itu ditujukan kepada tercapainya keluarga-keluarga sehat. Dalam
rangka pelaksanaaan Program Indonesia Sehat telah disepakati adanya 12
indikator utama untuk penanda status kesehatan sebuah keluarga. Kedua belas
indikator utama tersebut adalah sebagai berikut :
1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)
2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
4. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif
5. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan
6. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar
7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak
ditelantarkan
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok
10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat
Berdasarkan indikator tersebut, dilakukan penghitungan Indeks Keluarga
Sehat (IKS) dari setiap keluarga. Sedangkan keadaan masing-masing indikator,
mencerminkan kondisi PHBS dari keluarga yang bersangkutan. Ada 24 indikator
kesehatan yang digunakan dalam IPKM dengan nilai korelasi UHH yang
tertinggi. Indikator kesehatan tersebut adalah :
1. prevalensi balita gizi buruk dan kurang
2. prevalensi balita sangat pendek dan pendek
3. prevalensi balita sangat kurus dan kurus
4. prevalensi balita gemuk
5. prevalensi diare
6. prevalensi pneumonia
7. prevalensi hipertensi
8. prevalensi gangguan mental
9. prevalensi asma
10. prevalensi penyakit gigi dan mulut
11. prevalensi disabilitas
12. prevalensi cedera
13. prevalensi penyakit sendi
14. prevalensi ISPA
15. proporsi perilaku cuci tangan
16. proporsi merokok tiap hari
17. akses air bersih
18. akses sanitasi
19. cakupan persalinan oleh nakes
20. cakupan pemeriksaan neonatal-1
21. cakupan imunisasi lengkap
22. cakupan penimbangan balita
23. ratio Dokter/Puskesmas dan
24. ratio bidan/desa.
5. Permasalahan kesehatan di indonesia yang masih tinggi
Menurut Kemenkes (2018) bahwa permasalahan kesehatan di indonesia sesuai
dengan data WHO Global Tuberculosis Repor TBC indonesia menempati posisi
kedua dengan beban TBC tertinggi di dunia, tren insiden dengan kasus TBC di
Indonesia tidak pernah menurun masih banyak kasus yang belum terjangkau dan
terdeteksi. Selain penyakit TBC ada beberapa kasus penyakit di Indonesia yang
menjadi permasalahan kesehatan diantaranya ISPA, diabetes, stroke, penyakit
jantung dan penyakit kardiovaskuler lainnya. Penyakit tersebut diidap bukan
berasal dari penularannya melainkan pola hidup tidak sehat dari masyarakat itu
sendiri. Tidak hanya itu permasalahan terkait gizi di indonesia baik itu kelebihan
gizi yang menyebabkan obesitas maupun kekurangan gizi yang menyebabkan
stunting menjadi perhatian pemerintah. Prevalensi anak dengan kekerdilan di
Indonesia saat ini 27,5%, memang menurun dari tahun ketahun sebelumnya
namun masih jauh dari standar minimum Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang
menetapkan di angka 20%. Banyak faktor yang menyebabkan stunting
diantaranya faktor ibu yang kurang nutrisi dimasa remajanya, masa kehamilan dan
adanya infeksi pada ibu. Faktor lainnya berupa kualitas pangan, yakni rendahnya
asupan vitamin dan mineral, buruknya sumber protein dan hewani dan faktor lain
seperti ekonomi, pendidikan, infrastruktur, budaya dan lingkungan.
Selanjutnya permasalahan kesehatan di Indonesia tidak sampai disitu saja,
permasalahan imunisasi, kejadian luar biasa difteri dan campak yang baru-baru ini
terjadi membuat pemerintah harus kembali menganalisis terkait cakupan
imunisasi yang telah dilakukan.
6. Profil Kesehatan di Indonesia
a. Status Gizi Balita
Kasus status gizi pada balita yang disebut dengan balita pendek dan balita
sangat pendek atau bisa disebut dengan stunting dengan persentase balita
usia 0-59 bulan yang menderita stuntin di Indonesia pada tahun 2017
sebanyak 9,8% balita sangat pendek dan 19,8% balita pendek kondisi ini
meningkat dibanding pada tahun 2016 dengan persentase balita sangat
pendek 8,57% dan balita pendek sebesar 18,97%.
b. Kasus TBC
Pada tahun 2017 ditemukan hasil jumlah kasus TBC sebanyak 425.089
kasus, terjadi peningkatan dibandingkan dengan tahun 2016 yang sebesar
360.565 kasus. Jumlah kasus tertinggi terdapat di provinsi Jawa Barat,
Jawa Tengah dan Jawa Timur kasus TBC di tiga provinsi tersebut
sebanyak 43% dari jumlah seluruh TBC di Indonesia.
c. HIV/AIDS
Jumlah kasus HIV positif dilaporkan dari tahun ketahun cenderung
meningkat dan pada tahun 2017 dilaporkan sebanyak 48.300 kasus dengan
HIV positif. Sedangkan AIDS pada tahun 2017 dilaporkan menurun
dibandingkan tahun 2016 yaitu sebanyak 9.280 kasus hal ini diperkirakan
terjadinya penurunan angka AIDS karena jumlah pelaporan kasus AIDS
dari tiap daerah masih kurang. Secara kumulatif kasus AIDS sampai
dengan tahun 2017 sebesar 102.667 kasus.
d. Diare
Pada tahun 2017 terjadi 21 kali KLB diare yang tersebar di 12 provinsi,
17kabupaten atau kota terdiri dari Polewali Mandar, Pohuwato, Lampung
Tengah, Merauke masing-masing terjadi 2 kali KLB diare dengan jumlah
penderita 1.725 orang dan kematian 34 org (CFR 1.97%).
e. Campak
Pada tahun 2017 suspek campak terbesar hampir di seluruh provinsi
Indonesia dilaporkan terdapat 15.104 kasus suspek campak lebih tinggi
dibandingkan pada tahun 2016 yaitu sebesar 12.681 kasus.
f. Difteri
Paa tahun 2017 sebanyak 954 kasus dengan kasus meninggal sebanyak 44
kasus, sehingga CFR difteri di Indonesia pada tahun 2017 sebesar 4,61%
dari jumlah kasus tersebut kasus tertinggi terjadi di provinsi Jawa Timur
dengan 331 kasus dan Jawa Barat sebesar 167 kasus.
DAFTAR PUSTAKA

American Nurses Association. (2004). Scope and standards for nurse


administrators, 2nd edition. Washington, DC: Nursesbooks.org.

Efendi, F dan Makhfudli (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan


Praktik Dalam Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta.

http://www.depkes.go.id/article/view/18030700005/rakerkesnas-2018-kemenkes-
percepat-atasi-3-masalah-kesehatan.html.

https://dinkes.bantulkab.go.id/filestorage/dokumen/2018/05/Profil%20Kesehatan
%202018.pdf.

Taher, akmal dkk (2016). Pedoman Umum Program Indonesia Sehat Dengan
Pendekatan Keluarga. Kementrian Kesehatan RI : Jakarta.

Wahyuningsih, W. (2018). Millenium Development Goals (MDGS) Dan


Sustainable Development Goals (SDGS) Dalam Kesejahteraan Sosial. Jurnal
Bisnis dan Manajemen, 11(3), 390-399.

Вам также может понравиться

  • Prinsip Pemberian Obat
    Prinsip Pemberian Obat
    Документ7 страниц
    Prinsip Pemberian Obat
    Nurul S Farida
    Оценок пока нет
  • Kasus 1 Kritis
    Kasus 1 Kritis
    Документ9 страниц
    Kasus 1 Kritis
    Nurul S Farida
    Оценок пока нет
  • Bab I
    Bab I
    Документ4 страницы
    Bab I
    Nurul S Farida
    Оценок пока нет
  • Laporan TIC
    Laporan TIC
    Документ25 страниц
    Laporan TIC
    Nurul S Farida
    Оценок пока нет
  • Bab 2 MMRW RW 2
    Bab 2 MMRW RW 2
    Документ20 страниц
    Bab 2 MMRW RW 2
    Nurul S Farida
    Оценок пока нет
  • Tugas 1 Lo 123
    Tugas 1 Lo 123
    Документ41 страница
    Tugas 1 Lo 123
    Nurul S Farida
    Оценок пока нет
  • Leaflet Hipertensi
    Leaflet Hipertensi
    Документ2 страницы
    Leaflet Hipertensi
    Nurul S Farida
    Оценок пока нет
  • SOAP Revisi New
    SOAP Revisi New
    Документ4 страницы
    SOAP Revisi New
    Nurul S Farida
    Оценок пока нет
  • BAB IV New
    BAB IV New
    Документ17 страниц
    BAB IV New
    Nurul S Farida
    Оценок пока нет
  • Leaflet Hipertensi
    Leaflet Hipertensi
    Документ2 страницы
    Leaflet Hipertensi
    Nurul S Farida
    Оценок пока нет
  • Format Evaluasi Manajemen Panti
    Format Evaluasi Manajemen Panti
    Документ9 страниц
    Format Evaluasi Manajemen Panti
    Nurul S Farida
    Оценок пока нет
  • Strategi Sosialisasi
    Strategi Sosialisasi
    Документ3 страницы
    Strategi Sosialisasi
    Nurul S Farida
    Оценок пока нет
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Документ13 страниц
    Bab Iii
    Nurul S Farida
    Оценок пока нет
  • SOAP Revisi New
    SOAP Revisi New
    Документ4 страницы
    SOAP Revisi New
    Nurul S Farida
    Оценок пока нет
  • Format Evaluasi Manajemen Panti
    Format Evaluasi Manajemen Panti
    Документ9 страниц
    Format Evaluasi Manajemen Panti
    Nurul S Farida
    Оценок пока нет
  • ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN
    ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN
    Документ12 страниц
    ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN
    Nurul S Farida
    Оценок пока нет
  • Evaluasi-New I
    Evaluasi-New I
    Документ6 страниц
    Evaluasi-New I
    Nurul S Farida
    Оценок пока нет
  • Revisi 1
    Revisi 1
    Документ6 страниц
    Revisi 1
    Nurul S Farida
    Оценок пока нет
  • Intervensi Gerontik
    Intervensi Gerontik
    Документ1 страница
    Intervensi Gerontik
    Nurul S Farida
    Оценок пока нет
  • Evaluasi-New I
    Evaluasi-New I
    Документ6 страниц
    Evaluasi-New I
    Nurul S Farida
    Оценок пока нет
  • Jobdesk Dan Timeline
    Jobdesk Dan Timeline
    Документ1 страница
    Jobdesk Dan Timeline
    Nurul S Farida
    Оценок пока нет
  • Intervensi Gerontik
    Intervensi Gerontik
    Документ1 страница
    Intervensi Gerontik
    Nurul S Farida
    Оценок пока нет
  • Nurul S.F - 115 - LK KOMPRE
    Nurul S.F - 115 - LK KOMPRE
    Документ26 страниц
    Nurul S.F - 115 - LK KOMPRE
    Nurul S Farida
    Оценок пока нет
  • Strategi Sosialisasi
    Strategi Sosialisasi
    Документ3 страницы
    Strategi Sosialisasi
    Nurul S Farida
    Оценок пока нет
  • Strategi Sosialisasi
    Strategi Sosialisasi
    Документ3 страницы
    Strategi Sosialisasi
    Nurul S Farida
    Оценок пока нет
  • Nurulsitifarida
    Nurulsitifarida
    Документ1 страница
    Nurulsitifarida
    Nurul S Farida
    Оценок пока нет
  • Kuisioner Manajemen Asuhan Lansia Fix
    Kuisioner Manajemen Asuhan Lansia Fix
    Документ15 страниц
    Kuisioner Manajemen Asuhan Lansia Fix
    Nurul S Farida
    Оценок пока нет
  • Kuisioner Manajemen Asuhan Lansia Fix
    Kuisioner Manajemen Asuhan Lansia Fix
    Документ15 страниц
    Kuisioner Manajemen Asuhan Lansia Fix
    Nurul S Farida
    Оценок пока нет
  • Instrumen Metode Observasi
    Instrumen Metode Observasi
    Документ7 страниц
    Instrumen Metode Observasi
    Nurul S Farida
    Оценок пока нет
  • Kuesioner Gerontik FIX
    Kuesioner Gerontik FIX
    Документ6 страниц
    Kuesioner Gerontik FIX
    Nurul S Farida
    Оценок пока нет