Вы находитесь на странице: 1из 21

Marcelia Oktavia Gosal

Yuwono Prianto
Perlindungan Hukum Terhadap Lanjut Usia
yang Mengalami Kekerasan Psikologis dan Finansial

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP LANJUT USIA YANG MENGALAMI


KEKERASAN PSIKOLOGIS DAN FINANSIAL

Marcelia Oktavia Gosal


(Alumni Fakultas Hukum Universitas Tarumanagara Jakarta)
(Email: marceliaoktaviag@gmail.com)

Yuwono Prianto
(Lektor Kepala pada Fakultas Hukum Universitas Tarumanagara Jakarta)

Abstract
The growth of the elderly population in Indonesia is greatly increasing. Maintain the survival of parents,
and prevent the occurrence of danger, risks, and violations of human rights of parents is important. The
issue discussed in this article is how the legal protection of the elderly who experienced psychological and
financial violence. The research method used is socio-legal research. The results show that legal protection
against the elderly has not been well implemented. Article 321 of the Civil Code provides for mutual
obligations between parents and children. Article 9 of the Law on the Elimination of Domestic Violence
regulates the scope of households and the prohibition of neglecting a person within the scope of the
household. Article 8 of Law Number 13 Year 1998 on Elderly Welfare affirms that government, community
and family are responsible for the improvement of elderly welfare. Implementation of Article 46 regarding
the responsibility of the child to the elderly parent has not been effective. This can be seen of how many
people who do not know the existence and content of the relevant provisions, many people neglecting their
obligation ignoring their elderly parents. Legal protection of the elderly, which covers the recognition of
the rights of the elderly, the protection of their interests and intentions, is not written in detail because the
various provisions of how the Law are summarized. Sociologically, these provisions often escape the
attention of the public, although the rules of non-law provide a special affirmation that supports the rule of
law.

Keywords: Legal protection, elderly parents, psychology, finance violances.

I. PENDAHULUAN yang telah memasuki usia senja.


A. Latar Belakang Sementara itu, agama telah
Globalisasi yang diakibatkan oleh menganjurkan, mendorong, bahkan
perkembangan teknologi, transportasi, mewajibkan pemeluknya untuk
dan informasi yang makin pesat, telah senantiasa patuh dan hormat, menjaga
mempengaruhi semua lini kehidupan dan peduli kepada orang tua.
manusia, diantaranya hubungan anak Situasi tersebut akan mempengaruhi
dengan orang tua yang semakin hari kualitas sikap mental anak masa kini,
semakin renggang. Kesibukan kerja yang pada gilirannya menjadi penentu
orang dewasa dan yang telah menikah kualitas sumber daya manusia di masa
hampir menyita seluruh waktu, sehingga
membuat anak semakin kurang
meluangkan waktu untuk orang tuanya
Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 294
Marcelia Oktavia Gosal
Yuwono Prianto
Perlindungan Hukum Terhadap Lanjut Usia
yang Mengalami Kekerasan Psikologis dan Finansial

yang akan datang.1 Terbatasanya waktu kesehatan diakibatkan oleh hilangnya


luang untuk bercengkrama antara anak fungsi psikologis lantaran penuaan,
dengan orang tua pada hampir seluruh namun masalah kesehatan yang akut
keluarga di masyarakat modern adalah pada lansia, termasuk gangguan mental,
situasi yang tak terhindarkan karena di bukan merupakan bagian dari penuaan
satu sisi persyaratan untuk memasuki yang niscaya. 3 Pada penuaan normal,
kehidupan yang semakin kompleks aspek-aspek penting kesehatan mental
memerlukan persyaratan yang lebih meliputi fungsi intelektual yang stabil,
tinggi. Bagi mereka yang sudah bekerja kapasitas untuk berubah, dan komitmen
tuntutan mengabdi pada sebuah terhadap kehidupan.
pekerjaan adalah sebuah keharusan. Dari data hasil survey yang
Usia senja (late adulthood) dilakukan Kementerian Sosial Republik
merupakan tahap yang dimulai waktu Indonesia diketahui bahwa presentase
pensiun, setelah anak-anak berkeluarga, tingkat kekerasan terhadap lanjut usia
kira-kira di usia 60-an. 2 Tahap usia terbesar terdapat pada kekerasan
senja memiliki tugas yaitu integritas ego ekonomi berupa penelantaran sebesar
dan berupaya menghilangkan putus asa 68,55%. 4 Di DKI Jakarta ada 1.111
dan kekecewaan. orang lanjut usia (lansia) yang terlantar
Manusia akan mengalami masa tua dan dirawat di Panti Sosial milik Dinas
dengan kemunduran fisik dan mental. Sosial DKI Jakarta. Perlindungan
Tren menunjukkan bahwa prevalensi hukum terhadap lanjut usia ini penting,
sakit kronis di kalangan lansia menurun, untuk menjaga kelangsungan hidup
prevalensi sakit kronis berkurang secara lanjut usia, dan mencegah terjadinya
signifikan. Sejumlah gangguan kerugian, risiko, dan pelanggaran
terhadap hak asasi lanjut usia.
1
Tedy Sudrajat, “Perlindungan Hukum Kata hak tidak hanya mengandung
Terhadap Hak Anak Sebagai Hak Asasi Manusia
Dalam Perspektif Sistem Hukum Keluarga di unsur perlindungan dan kepentingan,
Indonesia”, Kanun Jurnal Ilmu Hukum, Nomor
54, Tahun XIII (Agustus 2011), 123, diakses
tanggal 16 Oktober 2017,
3
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/kanun/article/do Ibid., 399.
wnload/6245/5150. 4
Larawana Intan Sari Widuri, “Dinsos: 1.111
2
C. George Boere, General Psychology: Lansia Terlantar di Jakarta”,
Psikologi Kepribadian, Persepsi, Kognisi, Emosi http://www.kbknews.id/2017/02/25/dinsos-1-11
dan Perilaku (Jogjakarta: Prismashopie, 2008), 1-lansia-terlantar-di-jakarta/, diakses tanggal 23
396. Maret 2017.
Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 295
Marcelia Oktavia Gosal
Yuwono Prianto
Perlindungan Hukum Terhadap Lanjut Usia
yang Mengalami Kekerasan Psikologis dan Finansial

melainkan juga kehendak yang diakui Pada prinsipnya, anak wajib


dan dilindungi oleh hukum. 5 Konsep menghormati orang tua dan mentaati
hak menekankan pada pengertian hak kehendak mereka yang baik,
yang berpasangan dengan pengertian sebagaimana diatur dalam Pasal 46
kewajiban.6 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
Hukum berfungsi sebagai sarana tentang Perkawinan.
memperlancar interaksi sosial Ketentuan-ketentuan tersebut sangat
menempati suatu fungsi yang sensual sumir sehingga kerap terabaikan oleh
dalam masyarakat terutama di dalam masyarakat. Terkait kelanjutusiaan
memudahkan atau memperlancarkan orang tua, seorang anak tetap memiliki
proses interaksi sosial yang terjadi antar kewajiban setelah anak dewasa. Hal ini
individu, antar individu dengan mengindikasikan bahwa anak tidak
kelompok, maupun antar kelompok.7 boleh memutuskan hubungan dengan
Perubahan masyarakat yang semakin orang tua.
berkembang mengakibatkan adanya Seiring dengan bertambahnya usia
perubahan pada hukum. perubahan seseorang, terjadi kemunduran fisik,
tersebut mempengaruhi tata nilai di kemampuan mencari nafkah dan hal
dalam kehidupan. Perubahan yang tersebut kerap dibayang-bayangi oleh
terjadi pada tata nilai ini menentang nilai perasaan kesepian juga terabaikan oleh
yang lama atau perubahan baru itu anak-anaknya yang telah membangun
menggulingkan tata nilai yang lama.8 keluarga yang baru dan bertempat
Menurut ketentuan Pasal 321 Kitab tinggal secara terpisah dengan jarak
Undang-Undang Hukum Perdata yang relatif jauh.
terdapat kewajiban timbal balik antara B. Perumusan Masalah
anak dan orang tua dan sebaliknya yang Bagaimanakah perlindungan hukum
disebut dengan alimentasi. terhadap orang tua yang mengalami
kekerasan psikologis dan finansial di
5
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: PT Kota Administrasi Jakarta Pusat?
Citra Aditya Bakti, 2014), 54.
6
Ibid., 55.
7
H.R. Otje Salman dan Anthon F. Susanto, II. PEMBAHASAN
Beberapa Aspek Sosiologi Hukum (Bandung: PT
Alumni, 2008), 86. Indonesia menghadapi beban tiga
8
Wahyu, Perubahan Sosial dan Pembangunan
(Jakarta: PT Hecca Mitra Hutama, 2005), 65.
Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 296
Marcelia Oktavia Gosal
Yuwono Prianto
Perlindungan Hukum Terhadap Lanjut Usia
yang Mengalami Kekerasan Psikologis dan Finansial

(triple burden) yaitu disamping internasional tentang lanjut usia dan


meningkatnya angka kelahiran dan kelanjutusiaan, kebijakan nasional dan
beban penyakit (menular dan tidak kelanjutusiaan merupakan tiga
menular), juga akan terjadi peningkatan instrumen untuk menghasilkan Visi dan
Angka Beban Tanggungan penduduk Misi Strategi Nasional Kelanjutusiaan
kelompok usia produktif dan penduduk untuk dapat berguna bagi kepentingan
9
kelompok usia tidak produktif. Indonesia. Hal tersebut harus
Keberhasilan dalam segala bidang di dipertimbangkan dalam penanganan
Indonesia juga berdampak pada Usia kondisi kelanjutusiaan di Indonesia demi
Harapan Hidup yang semakin tinggi. mewujudkan kondisi lanjut usia yang
Terdapat 4 faktor yang lebih terjamin. Adapun visi dan misi
mempengaruhi kualitas hidup lanjut usia Strategi Nasional Kelanjutusiaan, visi
yaitu: 1.) Institusi pelaksana; 2.) dari Strategi Nasional Kelanjutusiaan
Perlindungan sosial, jaminan pendapatan yakni “Terwujudnya Kehidupan Lanjut
dan kapasitas individu; 3.) Kesehatan; Usia Indonesia yang Sehat, Aktif,
dan 4) Hak lanjut usia.10 Perlu adanya Produktif, dan Mandiri Tahun 2025”.11
perhatian khusus dalam penanganan Perlindungan hukum merupakan
masalah lanjut usia dan kelanjutusiaan salah satu teori yang penting untuk
karena masih kurangnya pemahaman dikaji, karena fokus kajian teori ini pada
yang baik mengenai karakteristik lanjut perlindungan hukum yang diberikan
usia dan empat faktor yang kepada masyarakat. Masyarakat yang
mempengaruhi karakter lanjut usia. dikategorikan pada teori ini, yaitu
Keempat faktor tersebut mempengaruhi masyarakat yang berada pada posisi
karakter lanjut usia. yang lemah, baik secara ekonomis,
Landasan teori tentang lanjut usia maupun lemah dari aspek yuridis. 12
dan kelanjutusiaan, kesepakatan Istilah perlindungan hukum dirumuskan
sebagai upaya atau bentuk pelayanan
9
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
Situasi dan Analisis Lanjut Usia (Jakarta: Pusat yang diberikan oleh hukum kepada
Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2014), 2
10 11
Kementerian Perencanaan Pembangunan Ibid., 6.
12
Nasional, Strategi Nasional Kelanjutusiaan H. Salim dan Erlies Septiana Nurbani,
2015-2025 (Jakarta: Badan Perencanaan Penerapan Teori Hukum pada Penelitian Tesis
Pembangunan Nasional Republik Indonesia, dan Disertasi (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2013),
2016), 12. 259.
Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 297
Marcelia Oktavia Gosal
Yuwono Prianto
Perlindungan Hukum Terhadap Lanjut Usia
yang Mengalami Kekerasan Psikologis dan Finansial

subjek hukum serta hal-hal yang yang menunjuk pada berbagai bentuk
13
menjadi objek yang dilindungi. pelayanan, ketetapan atau program yang
Menurut Satjipto Raharjo, perlindungan dikembangkan oleh pemerintah untuk
terhadap kepentingan-kepentingan melindungi warganya, terutama
tertentu hanya dapat dilakukan dengan kelompok rentan dan kurang beruntung,
cara membatasi kepentingan di lain dari berbagai macam risiko ekonomi,
pihak.14 Berkenaan dengan itu, hukum sosial dan politik yang akan senantiasa
dibutuhkan untuk mereka yang lemah menerpa kehidupan.16
dan belum kuat secara sosial, ekonomi, Perlindungan sosial lanjut usia dapat
politik untuk memperoleh keadilan diklasifikasikan menjadi 3 kelompok
sosial.15 yaitu perlindungan keuangan,
Perlindungan sosial dalam arti luas perlindungan non-keuangan, dan active
17
mencakup seluruh tindakan, baik yang aging. Masing-masing dari
dilakukan oleh pemerintah, pihak swasta, pengklasifikasian terdapat jenis layanan
maupun masyarakat, guna melindungi yang berbeda-beda. Pemerintah telah
dan memenuhi kebutuhan dasar, melaksanakan program-program untuk
terutama kelompok miskin dan rentan mengembangkan potensi yang dimiliki
dalam menghadapi kehidupan yang masing-masing lanjut usia.
penuh dengan risiko serta meningkatkan Program yang diperlukan untuk
status sosial dan hak kelompok merjinal menghadapi masa lanjut usia agar lebih
di setiap negara. Perlindungan sosial baik, salah satu bentuk jaminan sosial
merupakan elemen penting strategi berupa program jaminan kesehatan.
kebijakan publik dalam memerangi Pada tahun 2014, Jaminan Kesehatan
kemiskinan dan mengurangi penderitaan Nasional dikelola dengan skema
multi dimensi yang dialami asuransi sosial oleh Badan
kelompok-kelompok lemah dan kurang Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
beruntung, maka perlindungan sosial
merupakan satu tipe kebijakan sosial 16
Aldilla Dharma Wijaya, “Perlindungan
Hukum Bagi Lansia Terlantar Dalam
Memperoleh Pelayanan Publik”, Jurnal Hukum,
13
Ibid., 262. (Februari 2013): 4, diakses tanggal 16 Oktober
14
Satjipto Raharjo, Loc.Cit, 53. 2017,
15
Sunaryati Hartono, Politik Hukum Menuju http:/hukum.studentjournal.ub.ac.id/index.php/h
Satu Sistem Hukum Nasional, (Bandung: Alumni, ukum/article/view/247.
17
1991), 55. Ibid., 18.
Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 298
Marcelia Oktavia Gosal
Yuwono Prianto
Perlindungan Hukum Terhadap Lanjut Usia
yang Mengalami Kekerasan Psikologis dan Finansial

Kesehatan. Jaminan Kesehatan distribusi penduduk lanjut usia menurut


Masyarakat (Jamkesmas) merupakan provinsi, terdapat beberapa provinsi
jenis jaminan pembiayaan kesehatan yang mengalami penuaan penduduk.
yang banyak dimiliki oleh rumah tangga Provinsi dengan presentase penduduk
di Indonesia. Pada tahun 2013 dan 2014 lanjut usia tertinggi yaitu Daerah
diolah data terkait jumlah rumah tangga Istimewa Yogyakarta sebanyak 13,6%,
yang memiliki jaminan pembiayaan Jawa Tengah sebanyak 11,7%, Jawa
kesehatan. Timur sebanyak 11,52%, dan Bali
Tingkat pendidikan sangat sebanyak 10,40%. Bersumberkan dari
menentukan kapasitas individu lanjut BPS dan Supas pada tahun 2015
usia. Tingkat pendidikan penduduk proporsi penduduk lanjut usia menurut
lanjut usia di Indonesia dikategorikan beberapa provinsi di Indonesia.
cukup rendah. Hampir 40% lanjut usia Secara ringkas terdapat beberapa
laki-laki dan 60% lanjut usia perempuan karakteristik lanjut usia berdasarkan
yang memiliki tingkat pendidikan status kawin, status sebagai kepala RT,
kurang dari SD atau bahkan tidak status bekerja, lapangan pekerjaan,
menempuh pendidikan sama sekali. jumlah jam kerja (>35 jam/minggu),
Sebesar 40% lanjut usia laki-laki dan pendidikan, korban kejahatan, dan
31% lanjut usia perempuan memiliki keluhan kesehatan. berdasarkan status
tingkat pendidikan SD namun hanya kawin, sebanyak 39,8% berstatus cerai,
sedikit yang menempuh pendidikan dan kurang dari 1% berstatus belum
sampai tingkat SMP, SMA, dan kawin. Lanjut usia dengan status cerai
perguruan tinggi. 18 Sensus penduduk lebih banyak terjadi pada lanjut usia
pada tahun 2010 menyatakan bahwa perempuan sebesar 60,5%. 19 Hal ini
pendidikan lanjut usia terbilang rendah memerlukan perhatian dan penanganan
dikarenakan berbagai keterbatasan karena ketika lanjut usia perempuan
ekonomi, hal tersebut mempengaruhi berstatus janda mempunyai karakteristik
kepada kualitas lanjut usia pada usia tinggal sendiri, tidak sekolah atau
produktif hingga setelah usia produktif. berpendidikan, dan tidak terkena
Pada tahun 2015 terlihat dari
19
Lilis Heri Mis Cicih, Draft Naskah Akademik
Kelanjutusiaan (Jakarta: Kementerian Sosial
18
Ibid., 21. Republik Indonesia, 2013), 29.
Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 299
Marcelia Oktavia Gosal
Yuwono Prianto
Perlindungan Hukum Terhadap Lanjut Usia
yang Mengalami Kekerasan Psikologis dan Finansial

program pemerintah. mencapai 20,14 juta jiwa dengan


Berdasarkan hasil data rekapitulasi sebaran sebanyak 8,05% dari populasi
tahun 2017 mengenai data lansia, lansia penduduk. Tahun 2010 Pusat Data dan
terlantar dan warga berkebutuhan Informasi Kesejahteraan Sosial
khusus di wilayah Kota Administrasi Kementerian Sosial Republik Indonesia
Jakarta Pusat terdapat 8 kecamatan yaitu: mencatat 2.851.606 jiwa mengalami
Cempaka Putih; Gambir; Johar Baru; penelantaran dan tahun 2011 jumlah
Kemayoran; Menteng; Sawah Besar; tersebut mengalami peningkatan
20
Senen; dan Tanah Abang. Jumlah lansia menjadi 2.994.330 jiwa. Terkait
yang terdapat di 8 kecamatan di Kota dengan adanya penelantaran yang terus
Administrasi Jakarta Pusat mencapai meningkat di Indonesia, awalnya
60.050 lansia. Jumlah lansia yang pemerintah membuat Program Jaminan
terlantar di 8 kecamatan terdapat 5.709 Sosial Lanjut Usia (JSLU) yang berubah
lansia. Jumlah warga yang berkebutuhan menjadi Program Asistensi Sosial Lanjut
khusus terdapat 934 jiwa. Usia Terlantar (ASLUT).
Pemerintah memiliki program pusat Ismet Syaefullah, Kasubdit
santunan keluarga yang dikenal dengan Identifikasi dan Perencana Intervensi Dit.
istilah “pusaka”. Pusaka ini diberikan ke Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia (RSLU)
wilayah-wilayah kota administrasi di Kementerian Sosial Republik
Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Indonesia mengatakan bahwa definisi
Barat, Jakarta Timur, dan Jakarta Utara. terlantar tidak diatur di dalam
Total pusaka dari kelima wilayah kota Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998
administrasi ini memiliki 101 pusaka tentang Kesejahteraan Lansia, maka dari
dengan 6683 lanjut usia yang menjadi itu perlu dilakukan revisi terhadap
binaan. Pusaka wilayah kota Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998
administrasi Jakarta Pusat memiliki 21 tentang Kesejahteraan Lansia. Revisi
pusaka dengan jumlah lansia yang Undang-Undang tentang Kesejahteraan
menjadi binaan 1351 lansia. Lansia dikarenakan isi daripada
Berdasarkan Statistik Penduduk Undang-Undang tersebut dianggap
Lanjut Usia tahun 2013 jumlah 20
Kementerian Sosial Republik Indonesia,
penduduk lanjut usia di Indonesia Pedoman Asistensi Sosial Lanjut Usia Terlantar
(ASLUT) (Jakarta: Direktorat Rehabilitasi Sosial
Lanjut Usia, 2016), 1.
Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 300
Marcelia Oktavia Gosal
Yuwono Prianto
Perlindungan Hukum Terhadap Lanjut Usia
yang Mengalami Kekerasan Psikologis dan Finansial

kurang up to date dan kenyataannya berarti ia telah diterlantarkan. Banyak


perkembangan sudah sangat semakin sekali orang kaya yang terlantar karena
jauh. Kemensos sedang melakukan ditinggal anak-anaknya keluar negeri
revisi dengan membuat naskah dan di urus oleh pembantu, namun
akademik. Naskah akademik akan secara psikologisnya mengalami
memuat mengenai definisi lansia penelantaran.
terlantar. Secara garis besar, lansia Kekerasan dilakukan dengan adanya
terlantar adalah lanjut usia yang tidak di tindakan berupa pemukulan dan
rawat atau lansia tidak memiliki tindakan kasar. Kedua kategori ini jika
keluarga. Lansia terlantar adalah lansia disatukan antara kekerasan dengan
yang diterlantarkan oleh keluarga dan penelantaran merupakan kedua hal yang
masyarakat akhirnya lansia berbeda. Kedua kategori tersebut
21
menggelandang. Lansia menjadi termasuk ke dalam perlakuan yang salah.
tanggung jawab keluarga dan Kekerasan lebih bersifat jasmani dan
masyarakat. Jika lansia tinggal sendirian rohani. Kemensos membuat program
dan tidak tinggal dengan keluarga, care giver yaitu berupa pelatihan dalam
berarti masyarakat memegang tanggung menangani lansia bagi orang-orang yang
jawab. Misalnya, orang tua hidup sendiri memiliki kepedulian kepada lansia.
karena anak-anaknya sudah meninggal. Misalnya, pelatihan mendengarkan,
Orang tuanya yang hidup menjadi seseorang akan dibayar mahal untuk
tanggung jawab masyarakat, apabila mendengarkan lansia yang berbicara.
orang tua tersebut diterlantarkan dan Pelatihan yang bersifat long term care
masyarakat tidak peduli, orang tua atau perawatan jangka panjang ini
tersebut akan hidup luntang-lantung. memberikan kepada perawat untuk
Penelantaran dapat diukur ketika dapat mendampingi lansia yang sudah
seseorang dapat memenuhi kebutuhan tidak mampu melakukan aktivitas
dasar (sandang, pangan dan papan). Jika apapun.22
lansia menggelandang, ia bisa makan Kementerian Sosial memiliki cara
dimana saja tetapi tidak ada rumah, untuk menanggulangi penelantaran
21
lansia dan cara mangurangi tingkat
Peneliti, Wawancara, dengan Bapak Ismet
Syaefullah, Kasubdit Indentifikasi dan Perencana
Intervensi Dit. Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia,
22
(Jakarta: Salemba, 05 April 2017). Ibid.
Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 301
Marcelia Oktavia Gosal
Yuwono Prianto
Perlindungan Hukum Terhadap Lanjut Usia
yang Mengalami Kekerasan Psikologis dan Finansial

penelantaran di Indonesia dengan 2016 ada sekitar 30.000 jiwa yang


mengadakan sosialisasi ke masyarakat. diberikan bantuan dari anggaran negara.
Lanjut usia memiliki hak dan kewajiban. Tugas dari Kemensos sebagai usher
Salah satu hak lansia adalah hak untuk yang membuat kebijakan-kebijakan
dilindungi. Menurut semua ajaran untuk langkah menangani
agama, setiap langkah, setiap nafas, persoalan-persoalan yang terjadi di
mengayomi orang tua adalah ibadah. Indonesia. Kemensos tidak pernah
Adanya panti sosial di Indonesia dapat melakukan pendataan karena pendataan
membantu mengurangi tingkat merupakan tugas dari Badan Pusat
penelantaran. Statistik (BPS). Data yang diterima dari
Tanggung jawab anak terhadap BPS akan dilaksanakan sesuai dengan
orang tua di Indonesia masih lima puluh data yang diberikan.
persen terlaksana dan lima puluh persen Lanjut usia merasakan kenyamanan
lagi belum terlaksanakan. Pribadi orang di dalam keluarganya sendiri. Persoalan
berbeda-beda, ada yang ingin dekat yang terjadi adalah orang tua menjadi
dengan orang tuanya dan ada juga yang produsen untuk memenuhi kebutuhan
tidak ingin dekat dengan keluarganya. anak-anaknya. Para lanjut usia masih
Ada yang ingin dekat dengan cucunya bekerja untuk memenuhi kebutuhan
dan ada juga yang tidak ingin diganggu anak dan cucunya. Undang-Undang
oleh cucunya. Kecenderungan orang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
Indonesia masih memiliki kepedulian Kesejahteraan Lansia menjelaskan
terhadap orang tua. Faktanya, banyak mengenai usia 60 tahun keatas dapat
anak-anak yang tidak peduli dengan dikategorikan sebagai lansia.
orang tuanya karena terdapat Seharusnya tugas para lansia bukan lagi
persoalan-persoalan tertentu. Lanjut usia bekerja untuk memenuhi kebutuhan
yang terlantar dan tidak potensial akan anak dan cucu. Berkenaan dengan hal
mendapat bantuan dana sebesar Rp. tersebut, Kemensos membuat program
200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) family support agar anak diberikan
karena tidak ada yang mengurus dan modal usaha di rumah sembari dapat
dalam keadaan miskin. Uang tersebut menjaga orang tuanya. Anak memiliki
akan diambil oleh pendamping. Tahun kewajiban untuk merawat orang tuanya,

Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 302


Marcelia Oktavia Gosal
Yuwono Prianto
Perlindungan Hukum Terhadap Lanjut Usia
yang Mengalami Kekerasan Psikologis dan Finansial

hal tersebutlah yang melatarbelakangi sehingga tidak dapat menghidupi


adanya program family support. kehidupannya. Lansia yang terlantar
Program ini sudah terealisasikan dengan memang hidup tanpa keluarga dan
mengadakan sosialisasi ke mereka hidup sendiri karena
daerah-daerah untuk memberitahukan diterlantarkan oleh keluarganya.
aturan-aturan hukum dan Misalnya lansia-lansia yang dimasukkan
pertanggungjawabannya agar dapat ke panti oleh keluarganya
menghindari adanya manipulasi dan dilatarbelakangi dengan
penyelewengan.23 ketidakmampuan. Para lansia biasanya
Kepala Seksie Rehabilitasi Sosial memiliki penyakit sehingga membuat
Anak dan Lanjut Usia Dinas Sosial DKI keluarga jenuh untuk merawatnya.
Jakarta, Sri Widowati, mengatakan Berdasarkan hasil Supas tahun 2015
bahwa lanjut usia ditempatkan di panti terkait berbagai kesulitan yang dialami
jompo baik milik swasta maupun panti oleh penduduk lanjur usia di Indonesia,
jompo milik pemerintah. Lansia yang kesulitan fungsional banyak dialami
memiliki kelurga ditempatkan di oleh lanjut usia laki-laki adalah
Program Keluarga Harapan (PKH). kesulitan penglihatan sebesar 9,4%.
Lansia yang menjadi binaan Dinas Lanjut usia perempuan kerap mengalami
Sosial DKI Jakarta adalah lansia yang kesulitan mengingat atau konsentrasi
terlantar dan lansia yang potensial. sebesar 8,7%. Lanjut usia banyak
Lansia yang memiliki keluarga biasanya mengalami insiden penyakit tidak
terdiri dari ibu hamil dan anak usia menular seiring dengan meningkatnya
sekolah ada di PKH. Lansia-lansia yang usia. Penyakit tidak menular tertinggi
yang terlantar menjadi binaan Dinas yang kerap dialami lanjut usia di
Sosial berada di Pusat Santunan Indonesia yaitu hipertensi, artritis, dan
Keluarga (PUSAKA).24 stroke, dibandingkan dengan jenis
Hal yang melatarbelakangi penyakit lainnya.
penelantaran adalah kemiskinan Faktanya banyak lansia yang hilang
dan tidak ada satu pun keluarga yang
23
Ibid. mencari. Kalau terlantar dalam arti
24
Peneliti, Wawancara, dengan Ibu Sri
Widowati, Kepala Seksie Rehabilitasi Sosial diterlantarkan keluarga dikarenakan
Anak dan Lanjut Usia, (Jakarta: Gunung Sahari,
03 April 2017).
Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 303
Marcelia Oktavia Gosal
Yuwono Prianto
Perlindungan Hukum Terhadap Lanjut Usia
yang Mengalami Kekerasan Psikologis dan Finansial

miskin dan hidup sendiri. Terdapat 6616 merupakan sarana yang digunakan untuk
lansia yang ada di pusaka, mereka ada menyebarkan informasikan lansia yang
lansia yang terlantar dan miskin. Para masuk ke panti.
lansia di pusaka dibantu untuk Ketua PUSAKA 10 Kecamatan
memenuhi kebutuhan hidupnya dari Menteng, Anita Murni, latar belakang
pusaka itu sendiri. Data lanjut usia di berdirinya PUSAKA di mulai dari rasa
DKI Jakarta tahun 2011 terdapat sekitar empati beberapa pengurus. Berawal
170.320 jiwa lansia yang terlantar. Data mula dari perkumpulan arisan di
menurut BPS ada 170.000 jiwa lansia di Gondangdia, yang melihat nenek-nenek
Jakarta Pusat. Peningkatan jumlah lanjut di pinggir jalanan ibu kota untuk
usia disebabkan karena angka harapan mencari dan mengais-ngais makanan.
hidup di DKI Jakarta cukup tinggi. Terlintaslah perbincangan untuk
Hasil penjangkauan para lansia memelihara nenek-nenek yang berada di
dijangkau oleh P3S (Petugas Pelayanan pinggir jalanan ibu kota. Kebetulan
Penjangkauan Sosial). Sebelum masuk salah satu pengurus arisan memiliki
panti, dilakukan identifikasi dan restoran, dimulai dari dua sampai tiga
assessment. Seandainya lansia ingat orang lansia diberikan rantang berisikan
alamatnya, petugas akan melakukan makanan. Restoran tersebut bertambah
pengecekan ulang untuk memastikan besar, rezekinya bagus. Pada akhirnya,
tempat tinggalnya. Jika mereka lupa pertemuan berikutnya diusulkan untuk
alamt tempat tinggalnya, pemberitahuan membuat suatu organisasi PUSAKA 10.
akan dilakukan melalui media yaitu Kata “PUSAKA” yang memiliki
radio perwilayah. Apabila dalam kepanjangan dari Pusat Santunan
beberapa bulan tidak ada dijemput oleh Keluarga yang menangani lanjut usia.
keluarganya, mereka akan menjadi Asal usul pemilihan kata “PUSAKA”
warga panti. Ada juga yang karena orang tua diibaratkan lanjut usia
bertahun-tahun baru bisa bertemu yang harus mendapat penjagaan dan
keluarganya. Ada juga yang berdomisili perawatan.25
di luar kota, itulah yang menjadi Semakin berkembangnya PUSAKA
hambatan dalam pencarian identitas
25
keluarga. Televisi, poskota, dan radio Peneliti, Wawancara, dengan Ibu Anita Murni,
Ketua PUSAKA 10 (Pusat Santunan Keluarga),
(Jakarta: Menteng, 31 Juli 2017).
Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 304
Marcelia Oktavia Gosal
Yuwono Prianto
Perlindungan Hukum Terhadap Lanjut Usia
yang Mengalami Kekerasan Psikologis dan Finansial

semakin bertambah juga lansia yang (tidak berdaya). Lansia perempuanlah


berdatangan, maka dilakukanlah yang menjadi mayoritas di PUSAKA.
pendataan dari per RT dan per RW dan PUSAKA ini memberikan santunan
setelah melakukan pendataan lansia berupa makanan sehari-hari para lansia
akan mendapatkan santunan berupa dan setahun sekali memberikan pakaian
makanan. Dilihat dari segi Geografis, yang masih layak pakai.
PUSAKA 10 berada di RW 01, RW 08, Para lansia ini masih berada di
RW 10, dan RW 05. Awalnya milik RW dalam lingkup keluarga. Keluarga dari
05 Kelurahan Cikini tetapi rumah ibu para lansia beragam, masih ada yang
ketua pengurus pertama dibongkar dan merawat dan tidak ada yang merawat.
pindah sehingga saat ini PUSAKA 10 Jika lansia yang berumur 70-75 tahun
berada dinaungan Yayasan Wihdatul masih bekerja mencari nafkah dengan
26
Muslimat. Untuk mengantisipasi berdagang, usahanya mencari nafkah
kecurangan dengan memanipulasi status tidak akan besar. Hal ini disebabkan
ekonomi, diharuskan mendapat pengakuan masyarakat terhadap tenaga
persetujuan dari anak dan RT dan/atau kerja lansia berkurang. Bukan hanya
RW setempat, dan meminta semacam kondisi fisiknya saja yang menurun
legalitas yang menerangkan tidak tetapi pengakuan dari masyarakat juga
27
mampu dan harus mendapat bantuan menurun secara segi sosial.
yang akan direkomendasikan dari Pemerintah turun tangan dalam
kelurahan setempat. Seharusnya satu pengelolaan PUSAKA berupa dana
kelurahan terdapat satu PUSAKA, bantuan. Namun sudah tiga tahun
namun hambatannya adalah banyak terakhir (2015-2016) tidak ada subsidi
pengurus yang tidak kuat dan kesulitan dari Pemerintah Daerah (Pemda). Kalau
untuk mengurus lanjut usia. Kemensos RI sudah memberikan banyak
PUSAKA ini mencakup para lansia program-program untuk lanjut usia,
yang potensial dan tidak potensial. Tidak namun program tersebut harus diiringi
potensial yang dimaksud yaitu lansia aktifnya pengurus PUSAKA. Mengurus
yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dan merawat lansia harus dari hati yang
dan melakukan kegiatan sehari-harinya membutuhkan rasa empati yang tinggi.

26 27
Ibid. Ibid.
Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 305
Marcelia Oktavia Gosal
Yuwono Prianto
Perlindungan Hukum Terhadap Lanjut Usia
yang Mengalami Kekerasan Psikologis dan Finansial

Penelantaran lanjut usia sangat tidak mengetahui bunyi dan isi dari Pasal 46
boleh dilakukan seorang anak, lebih baik tersebut. Masyarakat hanya mengetahui
lansia hidup dengan keluarganya. tanggung jawab anak terhadap orang tua
Penelantaran secara tidak langsung melalui ajaran agama yang dianutnya,
dapat dikatakan tindakan kekerasan. bukan dari hukum.29
Kata terlantar artinya luas yaitu Peran masyarakat dengan adanya
dibiarkan dan tidak diperhatikan. Bentuk panti jompo sudah baik namun belum
perhatian pun memiliki beragam terbilang tinggi. Bentuk realisasi dari
pengertian. Misalnya, anak memberikan masyarakat dengan ikut serta
pembantu untuk mengurus lansia, secara menyumbang saja namun belum ada
tidak langsung seorang anak peran yang lainnya. Peran pemerintah di
membiarkan dan lepas tangan untuk sudah cukup tinggi perhatiannya, hanya
memperhatikan orang tuanya, jika orang disayangkan penjangkauannya belum
tua mendapat perlakuan tidak baik dari merata dan bentuk realisasinya belum
pembantunya, anak tidak akan terlalu terlihat. Pemerintah harus
mengetahui seberapa buruk perlakuan meningkatkan pengawasan diberbagai
pembantunya terhadap orang tuanya. 28 lapisan agar tidak ada oknum-oknum
Tanggung jawab anak terhadap orang yang mengatasnamakan panti jompo
tua sangat penting dan harus dijunjung sebagai lahan mencari keuntungan yang
tinggi oleh anak. Setiap ajaran agama akan merugikan para lansia. Lansia
mengajarkan bahwa harus menghormati harus diberikan motivasi agar tetap
orang tuanya masing-masing. menjadi lansia yang potensial di hari
Pasal 46 Undang-Undang Nomor 1 tuanya. Tua bukan berarti hanya lemas,
Tahun 1974 tentang Perkawinan terkait tidur, dan dirawat. Tua itu harus
tanggung jawab anak terhadap orang tua bermanfaat dan berkualitas.30
yang sudah uzur di Kota Administrasi Penelantaran adalah bentuk lain dari
Jakarta Pusat masih dikategorikan jauh kekerasan karena penelantaran itu
dari kata efektif karena negara kurang merupakan sebuah kegagalan. Jika
mensosialisasikan mengenai Pasal 46. penelantaran terjadi di latar belakang
Masih banyak masyarakat yang tidak keluarga yang mampu, penelantaran itu

29
Ibid.
28 30
Ibid. Ibid.
Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 306
Marcelia Oktavia Gosal
Yuwono Prianto
Perlindungan Hukum Terhadap Lanjut Usia
yang Mengalami Kekerasan Psikologis dan Finansial

adalah sebuah tindakan yang sangat Perundang-undangan tersebut memiliki


kejam. Jika penelantaran terjadi di latar keterkaitan dengan isi daripada Pasal 46
belakang keluarga yang tidak mampu, Ayat (2) Undang-Undang Nomor 1
penelantaran merupakan hal yang wajar. Tahun 1974 tentang Perkawinan, yakni
Kesejahteraan lansia potensial dan lansia jika anak telah dewasa, anak wajib
tidak potensial sudah terlaksanakan memelihara menurut kemampuannya,
dengan baik di Indonesia pada saat ini, orang tua dan keluarga dalam garis lurus
karena pemerintah memberikan dana keatas, bila mereka itu memerlukan
bantuan kepada para lansia. bantuannya.
Namun demikian, sehubungan Beberapa isi peraturan
dengan terbatasnya anggaran yang perundang-undangan yang telah
tersedia sementara jumlah lansia yang dipaparkan di atas, terdapat, konsistensi
terlantar terus bertambah sehingga peran kaidah hukum satu peraturan dengan
pemerintah belum maksimal dan tidak peraturan yang lain. Oleh karenanya,
merata. Negara Indonesia terjadi pelarangan untuk perbuatan yang
memberlakukan peraturan-peraturan berunsur pada penelantaran, khususnya
yang terkait dengan adanya tanggung lanjut usia. Hak dan keawajiban lanjut
jawab anak terhadap orang tua yang usia seharusnya dijunjung tinggi.
sudah uzur melalui Undang-Undang Menurut Soerjono Soekanto, efektif
Dasar Negara Kesaturan Republik atau tidaknya suatu hukum ditentukan
Indonesia Tahun 1945 (UUD NKRI oleh 5 (lima) faktor, yakni faktor hukum,
1945), Kitab Undang-Undang Hukum faktor penegak hukum, faktor sarana dan
Perdata (KUH Perdata), fasilitas penegak hukum, faktor
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 masyarakat, dan faktor kebudayaan. 31
tentang Perkawinan, Undang-Undang Faktor-faktor tersebut di atas saling
Nomor 13 Tahun 1998 tentang berkaitan erat satu sama lain, sebab
Kesejahteraan Lanjut Usia (UU KLU), merupakan esensi dari penegakan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 hukum, juga merupakan tolak ukur dari
tentang Penghapusan Kekerasan Dalam efektivitas berlakunya undang-undang
Rumah Tangga (UU PKDRT).
31
Beberapa Peraturan Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Penegakkan Hukum (Jakarta: CV
Rajawali, 1983), 5.
Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 307
Marcelia Oktavia Gosal
Yuwono Prianto
Perlindungan Hukum Terhadap Lanjut Usia
yang Mengalami Kekerasan Psikologis dan Finansial

atau peraturan. permasalahan utamanya adalah


Menentukan dapat berfungsinya kesadaran hukum yang cukup rendah,
hukum tertulis tersebut dengan baik atau hanya segelintir orang yang memiliki
tidak adalah tergantung dari aturan kesadaran tentang itu. Hukum selalu
hukum itu sendiri. Ukuran efektivitas berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan
adalah peraturan-peraturannya sudah masyarakat, nyatanya masyarakatlah
sistematis, sinkron secara hierarki dan yang enggan menyesuaikan diri dengan
horizontal tidak ada pertentangan, hukum yang selalu berubah-ubah.
mencukupi secara kualitatif dan Setiap masing-masing agama
kuantitatif, penerbitannya sesuai dengan memiliki ajaran yang menyinggung
persyaratan yuridis.32 tanggung jawab anak terhadap orang tua.
Banyak anggota masyarakat yang Walaupun Kitab Suci yang digunakan
tidak mengetahui isi daripada Pasal 46 berbeda-beda, namun esensi dari isinya
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 memiliki kesamaan. Semua agama
tentang Perkawinan. Ketentuan Pasal selalu mengingatkan kembali bahwa
tersebut terkesan luput dari perhatian seseorang untuk tidak melupakan orang
banyak pihak, disamping isi tua. Seseorang dilahirkan dan
ketentuannya yang sumir walau untuk dibesarkan oleh orang tua, seseorang
itu kaidah-kaidah non-hukum seperti tidak akan ada tanpa orang tua, sungguh
kaidah agama dan kaisah kesusilaan besar jasa-jasa orang tua kepada
memberikan penegasan yang khusus dan anaknya.
mendukung keberadaan kaidah hukum Tanggung jawab adalah ciri manusia
yang diatur dalam ketentuan Pasal 46 beradab (berbudaya). Manusia merasa
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 bertanggung jawab karena telah
tentang Perkawinan. menyadari akibat baik atau buruk
Cara-cara masyarakat memperoleh perbuatannya itu, dan menyadari bahwa
pengetahuan atau informasi mengenai pihak lain memerlukan pengabdian dan
33
Pasal 46 Undang-Undang Nomor 1 pengorbanannya. Dengan demikian
Tahun 1974 tentang Perkawinan masih tanggung jawab itu dapat dibedakan
kurang. Hal yang menyebabkan menurut keadaan manusia atau

32 33
Soerjono Soekanto, Penegakkan Hukum, Supriadi, Etika dan Tanggung Jawab (Jakarta:
(Bandung: Bina Cipta, 1983), 80. Sinar Grafika, 2002), 35.
Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 308
Marcelia Oktavia Gosal
Yuwono Prianto
Perlindungan Hukum Terhadap Lanjut Usia
yang Mengalami Kekerasan Psikologis dan Finansial

hubungan yang dibuatnya. Tanggung Memasukkan orang tua ke panti


jawab dikenal beberapa jenis, yakni: jompo merupakan hal yang tercela.
tanggung jawab terhadap diri sendiri; Walaupun dalam perjalanannya ada anak
tanggung jawab terhadap keluarga; yang sudah dewasa dan berkeluarga
tanggung jawab terhadap masyarakat; terdapat pihak lain (isteri/suaminya)
tanggung jawab kepada bangsa dan yang perlu memberikan persetujuan
negara; dan tanggung jawab terhadap untuk hal tersebut, namun dapat
Tuhan.34 dikondisikan dengan menghormati
Konsepsi pertanggungjawaban orang tua masing-masing pihak.
diartikan sebagai ganti rugi sehingga Masuknya lanjut usia ke panti jompo
mengakibatkan perubahan arti konsepsi bisa dikarenakan kemauan sendiri dan
tanggung jawab dari komposisi balas bukan kemauannya sendiri. Orang tua
dendam menjadi ganti rugi atas kerugian. yang masuk ke panti jompo dengan
Perubahan bentuk wujud ganti rugi adanya kemauan dari diri sendiri,
dengan sejumlah uang kepada ganti rugi biasanya mengalami tekanan, memiliki
dengan penjatuhan hukuman, secara perasaan tidak enak/sungkan, dan
historis merupakan awal dari merasa dirinya merepotkan anak. Anak
pertanggungjawaban.35 seharusnya hadir untuk memberikan
Tanggung jawab anak terhadap perhatian dan pengertian bahwa
orang tua dapat ditanamkan kepada mengurus orang tua adalah bentuk
anak-anak dengan menambahkan di tanggung jawab anak kepada orang tua.
Kurikulum Nasional di tingkat Taman Hubungan anak dengan orang tua
Kanak-Kanak (TK), Sekolah Menengah bagaikan roda yang berputar. Orang tua
Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah akan melahirkan dan membesarkan
Atas (SMA). Dengan begitu anak-anak seorang anak, anak yang beranjak
mampu menyerap nilai-nilai tanggung dewasa akan menjadi orang tua dan
jawab kepada orang tua guna membalas setelah menjadi orang tua akan memiliki
jasa-jasanya. anak, dan seterusnya. Kelak seorang
anak akan merasakan apa yang
34
Jimmy Tanaya, Tanggung Jawab Masyarakat dirasakan orang tuanya disaat anak
(Yogyakarta: Widya Sari Press, 2001), 21-23.
35
Titik Triwulan dan Shinta Febrian, sudah menjadi orang tua dari
Perlindungan Hukum bagi Pasien (Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2010), 48.
Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 309
Marcelia Oktavia Gosal
Yuwono Prianto
Perlindungan Hukum Terhadap Lanjut Usia
yang Mengalami Kekerasan Psikologis dan Finansial

anak-anaknya. Misalnya seseorang yang untuk lanjut usia kepada panti-panti


menghormati mertua, secara tidak yang tersebar. Namun negara tidak luput
langsung seseorang akan belajar untuk dari faktor penghambat, salah satunya
menjadi mertua. dikarenakan adanya keterbatasan biaya
Awal mula kepribadian seorang anak sehingga tidak terjadi pemerataan dalam
terbentuk di dalam lingkup keluarga inti. pemberian dana bantuan ke para lanjut
Pendidikan yang diberikan orang tua usia. Negara seharusnya lebih gigih
kepada anak harus dimulai sejak dini. dalam mencari sumber dana bantuan
Orang tua harus bersikap dan untuk para lanjut usia dari masyarakat.
berperilaku yang baik sehingga menjadi Misalnya mengetuk hati para pengusaha
teladan bagi anak-anaknya. Apabila yang ada di Indonesia untuk
orang tua memberlakukan anaknya mendapatkan pemasukan dana bantuan
dengan tidak baik, maka anak akan untuk para lanjut usia.
berlaku dengan tidak baik kepada orang State Responsibility (tanggung jawab
tua. Orang tua harus menjadi contoh pemerintah/negara) dalam perlindungan
yang baik untuk anak-anaknya agar kesejahteraan lanjut usia sering diartikan
terjalinnya hubungan yang baik antara sebagai tanggung jawab politik.36 Perlu
orang tua dan anak akan terbentuk segera dirumuskan kebijakan hukum
hubungan emosional yang erat. lanjutan sebagai penjabaran ketentuan
Peribahasa “kasih ibu sepanjang jalan, Pasal 46 Undang-Undang Nomor 1
kasih anak sepanjang pengalah” artinya Tahun 1974 tentang Perkawinan,
kasih ibu tiada hingga, namun kasih setidaknya dilakukan amandemen
anak terbatas bahkan terkadang tidak dengan menambahkan Pasal-Pasal baru
ada sama sekali. Kasih yang ditebarkan yang memuat berbagai kaidah yang
ibu tidak terbatas untuk anak-anaknya. menurut keharusan-keharusan anak
Negara seharusnya hadir untuk kepada orang tua yang telah lanjut usia,
mengurus lanjut usia di panti jompo perlindungan terhadap kepentingan dan
sebagai perwujudan amanat konstitusi
yakni Pasal 34 Undang-Undang Dasar 36
Endang Sayekti Indrawati, “State
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Responsibility Dalam Perlindungan
Kesejahteraan Lanjut Usia”, Rechtidee Jurnal
dengan memberikan dana yang memadai Hukum, Volume 8, Nomor 2 (Desember 2013):
216, diakses tanggal 16 Oktober 2017, doi:
10.21107/ri. v8i2.989.g888.
Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 310
Marcelia Oktavia Gosal
Yuwono Prianto
Perlindungan Hukum Terhadap Lanjut Usia
yang Mengalami Kekerasan Psikologis dan Finansial

kehendak orang yang lanjut usia, batas menetapkan norma hukum.38


tanggung jawab anak kepada orang tua Agar kaidah hukum atau sebuah
yang sudah lanjut usia. Sementara itu, peraturan berfungsi bahkan hidup dalam
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tatanan kehidupan masyarakat, maka
tentang Kesejahteraan Lanjut Usia yang kaidah hukum atau peraturan tersebut
memuat 32 Pasal, hanya menegaskan harus memenuhi 3 (tiga) unsur yaitu
secara sumir dan cenderung kurang berlaku secara yuridis, berlaku secara
makna mengenai terwujudnya upaya sosiologis, dan berlaku secara filosofis.
peningkatan kesejahteraan sosial lanjut Mungkin perlu diberlakukan sanksi
usia (Pasal 8). tambahan untuk mempertegas
Hukum pada jaman sekarang adalah keberlakuan Pasal 46 yang berunsurkan
hukum yang modern dengan ciri-ciri keberlakuan yuridis. Sanksi tersebut
formal, rasional, sistematis, berlaku akan bersifat memaksa masyarakat agar
secara sama bagi orang, demikian tunduk pada Pasal 46, dengan tidak
hukum dijalankan oleh penegak hukum mengabaikan kedua unsur lainnya yaitu
yang memang dibentuk untuk keberlakuan sosiologis dan keberlakuan
melakukan tugasnya sesuai dengan filosofis.
37
profesinya. Pencermatan pada
pembentukan hukum sangat diperlukan
untuk mengetahui proses berjalannya III. PENUTUP
norma untuk menjadi norma hukum. A. Kesimpulan
Norma lahir dari kebutuhan masyarakat, Perlindungan hukum terhadap lansia
maka hukum yang lahir lebih diterima yang secara konseptual meliputi
oleh masyarakat. Sedangkan norma pengakuan terhadap hak-hak lansia,
yang dilahirkan dari atas (top down), serta perlindungan atas kepentingan dan
memposisikan norma sebagai kehendak mereka tidak terjabarkan
perekayasa sosial, sehingga kesadaran secara rinci karena berbagai ketentuan
(kebutuhan hukum) masyarakat berada Undang-Undang terkait bersifat sumir.
di belakang tujuan penguasa saat Secara sosiologis,
37
Subiharta, “Moralitas Hukum dalam Hukum 38
Nurrahman Aji Utomo, “Mengurai Kerangka
Praksis Sebagai Suatu Keutamaan”, Jurnal Legislasi Sebagai Instrumen Perwujudan Hak
Hukum dan Peradilan, Volume 4, Nomor 3 Asasi Manusia”, Jurnal Konstitusi, Volume 3,
(November 2015): 390. Nomor 4 (Desember 2016): 904.
Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 311
Marcelia Oktavia Gosal
Yuwono Prianto
Perlindungan Hukum Terhadap Lanjut Usia
yang Mengalami Kekerasan Psikologis dan Finansial

ketentuan-ketentuan itu kerap luput dari dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai
perhatian masyarakat, walau Sekolah Menengah Atas (SMA).
kaidah-kaidah non-hukum memberikan
penegasan khusus yang mendukung DAFTAR PUSTAKA
kaidah hukum.
Buku
B. Saran C. George Boere. General Psychology:
Penegakan hukum terhadap Psikologi Kepribadian, Persepsi,
pelanggaran Pasal 46 Undang-Undang Kognisi, Emosi dan Perilaku.
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Jogjakarta: Prismashopie, 2008.
Perkawinan terkait tanggung jawab anak Hartono, Sunaryati. Politik Hukum
terhadap orang tua perlu segera Menuju Satu Sistem Hukum
dilaksanakan, sehingga dapat merubah Nasional. Bandung: Alumni,
kesan publik yang memandang hanya 1991.
sebatas aturan yang dalam aplikasinya Kementerian Kesehatan Republik
sering tidak sesuai dan sering diabaikan. Indonesia. “Situasi dan Analisis
Perlu segera dilakukan amandemen pada Lanjut Usia”. Jakarta: Pusat Data
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Informasi Kementerian
tentang Perkawinan, diharapkan pada Kesehatan Republik Indonesia,
Pasal 46 lebih dijelaskan mengenai 2014.
substansi dan ada batasan usia yang Kementerian Perencanaan Pembangunan
dikategorikan orang tua. Nasional. “Strategi Nasional
Sudah seharusnya pemerintah Kelanjutusiaan 2015-2025”.
menjalin kerjasama dengan masyarakat Jakarta: Badan Perencanaan
dan tokoh-tokoh agama, bersama-sama Pembangunan Nasional Republik
mendorong dan menfasilitasi Indonesia, 2016.
terwujudnya tanggung jawab anak Kementerian Sosial Republik Indonesia.
terhadap orang tua. Nilai-nilai tanggung “Pedoman Asistensi Sosial Lanjut
jawab anak terhadap orang tua dapat Usia Terlantar (ASLUT)”. Jakarta:
ditanamkan pada anak-anak dengan Direktorat Rehabilitasi Sosial
penambahan pada Kurikulum Nasional Lanjut Usia, 2016.

Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 312


Marcelia Oktavia Gosal
Yuwono Prianto
Perlindungan Hukum Terhadap Lanjut Usia
yang Mengalami Kekerasan Psikologis dan Finansial

Lilis Heri Mis Cicih. “Draft Naskah Sari Press, 2001.


Akademik Kelanjutusiaan”. Jakarta: Triwulan, Titik dan Shinta Febrian.
Kementerian Sosial Republik Perlindungan Hukum bagi Pasien.
Indonesia, 2013. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2010.
Rahardjo, Satjipto. Hukum dan Wahyu. Perubahan Sosial dan
Masyarakat. Bandung: Angkasa, Pembangunan. Jakarta: PT Hecca
1980. Mitra Hutama, 2005.
______________. Hukum dan Perilaku. Widuri, Larawana Intan Sari. “Dinsos:
Jakarta: Kompas, 2009. 1.111 Lansia Terlantar di Jakarta”.
______________. Ilmu Hukum. www.kbknews.id. Diakses tanggal
Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 23 Maret 2017.
2014.
Salim, H. dan Erlies Septiana Nurbani. Jurnal
Penerapan Teori Hukum pada Indrawati, Endang Sayekti. “State
Penelitian Tesis dan Disertasi Responsibility Dalam
Jakarta: PT RajaGrafindo, 2013. Perlindungan Kesejahteraan Lanjut
Salman, H.R. Otje dan Anthon F. Usia”. Rechtidee Jurnal Hukum.
Susanto. Beberapa Aspek Sosiologi Volume 8, Nomor 2, (Desember
Hukum. Bandung: PT Alumni, 2013): 216-236. Diakses tanggal
2008. 16 Oktober 2017. Doi:
Soekanto, Soerjono. Faktor-Faktor yang 10.21107/ri.v8i2.989.g888
Mempengaruhi Penegakkan Subiharta. “Moralitas Hukum dalam
Hukum. Jakarta: CV Rajawali, Hukum Praksis Sebagai Suatu
1983. Keutamaan”. Jurnal Hukum dan
________________. Penegakkan Peradilan. Volume 4, Nomor 3
Hukum. Bandung: Bina Cipta, (November 2015): 385-398.
1983. Sudrajat, Tedy. “Perlindungan Hukum
Supriadi. Etika dan Tanggung Jawab. Terhadap Hak Anak Sebagai Hak
Jakarta: Sinar Grafika, 2002. Asasi Manusia Dalam Perspektif
Tanaya, Jimmy. Tanggung Jawab Sistem Hukum Keluarga Di
Masyarakat. Yogyakarta: Widya Indonesia”, Kanun Jurnal Ilmu

Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 313


Marcelia Oktavia Gosal
Yuwono Prianto
Perlindungan Hukum Terhadap Lanjut Usia
yang Mengalami Kekerasan Psikologis dan Finansial

Hukum. Nomor 54, Tahun XIII


(Agustus 2011): 111-132. Diakses
tanggal 16 Oktober 2017.
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/ka
nun/article/download/6245/5150.
Utomo, Nurrahman Aji. “Mengurai
Kerangka Legislasi Sebagai
Instrumen Perwujudan Hak Asasi
Manusia”. Jurnal Konstitusi.
Volume 3, Nomor 4, (Desember
2016): 886-910.
Wijaya, Aldilla Dharma Wijaya.
“Perlindungan Hukum Bagi Lansia
Terlantar Dalam Memperoleh
Pelayanan Publik”. Jurnal Hukum
(Februari 2013): 1-16. Diakses
tanggal 16 Oktober 2017.
http:/hukum.studentjournal.ub.ac.i
d/index.php/hukum/article/view/24

Volume 2, No. 2, Oktober 2017 | 314

Вам также может понравиться