Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ABSTRAK
ABSTRACT
Insomnia is a disruption that can not supply the needs of sleeping. In Lembarawa,
Brebes, insomnia was treated empirically using Crotalaria Juncea L. (orok-orok). The
purpose of this study was to prove that the seeds of Crotalaria juncea L. had potential as a
sedative. Orok-orok seeds methanolic extract, ethyl acetate fraction, and methanolic fraction
were observed as a sedative. Mice were divided into 12 groups: positive control group
(phenobarbital 60 mg/Kg BW), negative control group (Na CMC 1%), methanolic extract of
orok-orok seeds with doses of 50 and 100 mg/Kg BW, ethyl acetate fraction with doses of 7.5;
15; 22.5; and 30 mg/Kg BW, methanolic extract with doses of 25; 50; 75; and 100 mg/Kg
BW. The sedative activity was investigated in mice including diameter mouse’s pupil, grip
strange performances, return mice reflect, and rotarod performances. The results suggest
B. Jalannya Penelitian
1. Determinasi Tanaman dan Perijinan
Ethical Clearance
Determinasi tanaman dilakukan di
Gambar 1. Tanaman orok-orok. Laboratorium Taksonomi Tumbuhan,
Fakultas Biologi, Universitas Jenderal
Rahila et al. (2013) menyatakan Soedirman, Purwokerto. Determinasi
bahwa golongan senyawa kimia yang dilakukan dengan mengacu buku Flora of
terdapat pada biji orok-orok antara lain Java vol 1. Ethical clearance dilakukan
alkaloid, steroid, glikosida, flavon, fenol, untuk memastikan bahwa pengujian tidak
dan tanin. Sampai saat ini belum ada data menggunakan metode yang melanggar
ilmiah mengenai potensi biji orok-orok peraturan pemeliharaan hewan uji.
untuk mengobati insomnia. Oleh sebab itu, Permohonan ijin ini dilakukan di Komisi
maka pada penelitian ini akan diungkap Etik, Fakultas Kedokteran, Universitas
potensi biji orok-orok melalui uji efek Jenderal Soedirman.
sedasi untuk mengatasi insomnia.
2. Pembuatan Simplisia
5. Pembuatan Larutan Na CMC 1%
Biji orok-orok disortir untuk
Sebanyak 1 gram Na CMC
memisahkannya dari kotoran atau bahan
ditaburkan merata ke dalam mortir yang
asing lain seperti lumut, tanah, rumput,
berisi akuades panas sebanyak 10 mL.
kerikil, dan bahan yang rusak. Kemudian
NaCMC didiamkan selama 15 menit
biji diangin-anginkan beberapa hari
hingga diperoleh massa yang transparan,
sampai berwarna hitam kecoklatan,
digerus hingga terbentuk gel kemudian
diserbukkan, dan diayak sehingga
diencerkan dengan sedikit akuades. Gel
diperoleh serbuk halus dan kering.
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL,
3. Pembuatan Ekstrak Metanol
lalu ditambahkan akuades sampai 100 mL.
Ekstraksi dilakukan menggunakan
Pemberian Bahan Uji Per Oral
metode maserasi. Biji yang telah
Mencit dibagi menjadi 12
diserbukkan sebanyak 1000 g ditambah
kelompok, masing-masing kelompok
dengan metanol dengan perbandingan 1 :
terdiri dari 3 mencit. Kelompok I sebagai
10 b/v. Maserasi dilakukan selama 3x24
kontrol positif (fenobarbital 60 mg/Kg
jam dengan pengadukan sehari sekali pada
BB), kelompok II kontrol negatif
jam yang sama selama 30 menit. Ekstrak
(NaCMC 1%), kelompok III-IV
metanol yang diperoleh diuapkan dengan
merupakan kelompok perlakuan ekstrak
evaporator.
metanol dengan konsentrasi 50 dan 200
4. Fraksinasi Ekstrak Metanol
mg/Kg BB, kelompok V-VIII merupakan
Ekstrak metanol difraksinasi
kelompok perlakuan fraksi etil asetat
bertingkat menggunakan pelarut dengan
dengan konsentrasi berturut-turut 7,5; 15;
tingkat kepolaran yang berbeda (n-heksana,
22,5; dan 30 mg/Kg BB, kelompok IX-XII
etil asetat, metanol. Ekstrak kental metanol
merupakan kelompok perlakuan fraksi
sebanyak 10 g disuspensikan dengan air
metanol dengan konsentrasi berturut-turut
dan metanol (2:1) kemudian dipartisi
25, 50, 75, dan 100 mg/Kg BB.
dengan 50 mL n-heksana sebanyak 3 kali
Masing-masing hewan uji diberi
atau sampai jernih menggunakan corong
perlakuan sesuai dengan kelompok
pisah. Sisa ekstrak dipartisi kembali
masing-masing. Pada menit ke-15, 30, 60,
dengan 50 ml etil asetat sebanyak 3 kali
dan 120 diamati perubahan diameter pupil
atau sampai jernih (fraksi etil asetat). Sisa
mata, reflek balik badan, penurunan daya
ekstrak pada tahap ini disebut sebagai
cengkeram mencit pada strimin, dan
fraksi metanol.
jumlah mencit jatuh dari rotarod selama 2
menit.
6. Analisis Data
sedatif. Sebelum dilakukan uji pada fraksi
Data yang diperoleh dibandingkan
metanol maupun etil asetat, dilakukan uji
dengan kontrol positif fenobarbital sebagai
terhadap ekstrak metanol. Dosis yang
obat insomnia komersil yang telah beredar.
digunakan adalah ½ kali dosis normal (50
Perubahan diameter pupil mata, reflek
mg/kg BB) dan 2 kali dosis normal (200
balik badan, penurunan daya cengkeram
mg/kg BB) dari yang biasa digunakan
mencit pada strimin merupakan data
secara empiris.
deskriptif. Data jumlah jatuh mencit
Besar kecilnya pengaruh terhadap
diolah secara statistik dengan uji anova
koordinasi motorik tersebut dapat
satu arah.
menggambarkan besar kecilnya efek
sedasi. Semakin besar pengaruh terhadap
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
koordinasi motorik menunjukan semakin
Hasil determinasi tanaman
kuatnya efek sedasi yang ditimbulkan.
menunjukkan bahwa tanaman yang
Efek sedasi yang ditimbulkan dapat
digunakan adalah Crotalaria juncea L.
diamati melalui berbagai parameter.
berdasarkan reference Sp. Pl. 2: 714. 1753
Parameter yang digunakan pada penelitian
[1 May 1753] (GCI). Proses ekstraksi
ini yaitu mengukur diameter pupil mata,
menghasilkan ekstrak kental metanol
mengamati reflek balik badan, mengukur
dengan rendemen 9,5% yang selanjutnya
daya cengkeram pada strimin, dan
dilakukan proses fraksinasi.
menghitung banyaknya jumlah jatuh
Pembuatan fraksi dilakukan untuk
mencit dari rotarod.
memisahkan senyawa polar, semi polar
Hasil uji sedatif pada ekstrak
dan non polar. Fraksi yang diuji lebih
metanol berupa perubahan diameter pupil
lanjut adalah fraksi etil asetat dan fraksi
mata, reflek baik badan, daya cengkeram,
metanol. Rendemen yang dihasilkan untuk
dan banyaknya jumlah jatuh mencit dari
fraksi etil asetat dan metanol berturut-turut
rotarod menunjukan bahwa dosis ½ dan 2
adalah 13,5 dan 33,1% (perhitungan dari
kali dosis normal memiliki aktifitas sedatif
ekstrak metanol). Fraksi yang didapat
akan tetapi tidak sekuat kontrol positif
dilakukan uji sedatif pada hewan uji.
fenobarbital. Oleh sebab itu uji dilanjutkan
Efek sedatif mampu mempengaruhi
terhadap fraksi metanol maupun etil asetat.
kemampuan koordinasi motorik dari
Pengukuran diameter pupil mata
mencit. Pengaruh dari besar kecilnya
dapat dilihat pada Gambar 2. Hasil
koordinasi motorik ini dapat
pengamatan dibuat dalam bentuk skala
menggambarkan besar kecilnya efek
1-
3. Skala 1 artinya diameter pupil mata
dikatakan tetap bila pupil mata berukuran
diameter pupil sebanding dengan efek
0,2 cm. Skala 2 jika terjadi sedikit miosis,
sedatif-hipnotik suatu obat (Hou et al.,
bila pupil mata berukuran 0,1 cm. Skala 3,
2006).
miosis, bila pupil mata berukuran kurang
Secara umum hampir semua
dari 0,1 cm. Apabila suatu fraksi/ekstrak
kelompok perlakuan memiliki diameter
memiliki efek sedatif maka akan
pupil mata yang lebih kecil dibandingan
menyebabkan pupil mata semakin kecil.
dengan kelompok kontrol negatif.
Terdapat hubungan yang erat antara
Berdasarkan data pada Gambar 2 dapat
tingkat arousal sistem syaraf pusat dan
dilihat bahwa pemberian fraksi metanol
diameter pupil, setiap penurunan arousal
dosis 100 mg/Kg BB menimbulkan efek
disertai dengan penurunan diameter pupil.
sedatif yang paling besar namun belum
Telah diketahui bahwa penurunan
sebaik fenobarbital.
Kategori Diameter Pupil Mata
3,5
2,5
1,5
Gambar 2. Kurva pengamatan diameter pupil mata mencit. Kelompok I-XII berturut-turut adalah: kontrol
positif (fenobarbital 60 mg/Kg BB), kontrol negatif (NaCMC 1%), ekstrak metanol 50, ekstrak metanol 200
mg/Kg BB, fraksi etil asetat 7,5; 15; 22,5; dan 30 mg/Kg BB, fraksi metanol 25, 50, 75, dan 100 mg/Kg BB.
Kategori 1-3 berturut-turut menunjukkan diameter pupil mata tetap (pupil mata berukuran 0,2 cm), terjadi
sedikit miosis (pupil mata berukuran 0,1 cm), miosis (pupil mata berukuran kurang dari 0,1 cm).
3,5
2,5
1,5
0,5
0 20 40 60 80 100 120 140
0 Waktu Pengamatan (menit)
I II III IV V VI
VIIVIIIIXXXIXII
Gambar 3. Kurva pengamatan reflek balik badan mencit. Kelompok I-XII berturut-turut adalah: kontrol positif
(fenobarbital 60 mg/Kg BB), kontrol negatif (NaCMC 1%), ekstrak metanol 50, ekstrak metanol 200 mg/Kg
BB, fraksi etil asetat 7,5; 15; 22,5; dan 30 mg/Kg BB, fraksi metanol 25, 50, 75, dan 100 mg/Kg BB. Kategori
1-3 berturut-turut menunjukkan kuat (jika dalam 2 detik mencit sudah membalikkan badannya), sedikit
melemah (jika dalam waktu 5 detik mencit sudah membalikkan badannya), melemah (jika dalam waktu lebih
dari 5 detik mencit belum membalikkan badannya).
3,5
2,5
1,5
0,5
0 20 40 60 80 100 120 140
0 Waktu Pengamatan (menit)
I II III IV V VI
VIIVIIIIXXXIXII
Gambar 4. Kurva pengamatan daya cengkeram mencit. Kelompok I-XII berturut-turut adalah: kontrol
positif (fenobarbital 60 mg/Kg BB), kontrol negatif (NaCMC 1%), ekstrak metanol 50, ekstrak
metanol 200, fraksi etil asetat 7,5; 15; 22,5; dan 30 mg/Kg BB, fraksi metanol 25, 50, 75, dan 100
mg/Kg BB. Kategori 1-3 berturut-turut menunjukkan kuat (jika semua kaki mencit mencengkeram
strimin dan tidak mau lepas), sedikit melemah (jika semua kaki mencit mencengkeram strimin, dan
melemah (jika kaki mencit tidak mau mencengkeram).